Anda di halaman 1dari 13

17

MAKALAH
MANAJEMEN KEPERAWATAN

PENERIMAAN PASIEN BARU DENGAN FAKTOR RESIKO


DI RUANG RAWAT INAP

Disusun oleh :
WIAN MITSAQON GHOLIDZA
D0019061

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA
2020
18

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pasien yang masuk ke Rumah Sakit yang membutuhkan keperawatan karena
membutuhkan pematauan dan pengawasan yang lebih lanjut dan karena memilki defisit
personal higiene dan gangguan lainnya.Dan pasien juga membutuhkan dukungan mental
berupa konseling , healthty education. Di sini perawat di beri kepercayaan untuk merawat
pasien dalam waktu 24 jam sebagai perawt yang profesional mampu memahami atau
mempunyai kompetensi untuk melihat kebutuhan yang di gunakan pasien selama dalam
proses keperawatan. Menerima pasien yang baru masuk Ke Ruamh Sakit untuk dirawat
sesuai protap yang berlaku dan pasien segera memperoleh pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan dan yang di lakukan. Dan pasien sekarang dengan kemajuan IPTEK
mampu melihat memperhatikan kualitas keperawatan yang telah di beri.
Penerimaan pasien baru merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang
komprehensif melibatkan pasien dan keluarga, dimana sangat mempengaruhi mutu kualitas
pelayanan. Pemenuhan tingkat kepuasan pasien dapat dimulai dengan adanya suatu
upaya perencanaan tentang kebutuhan asuhan keperawatan sejak masuk sampai pasien
pulang. Penerimaan pasien baru yang belum dilakukan sesuai standart maka besar
kemungkinan akan menurunkan mutu suatu kualitas pelayanan yang pada akhirnya dapat
menurunkan tingkat kepercayaan pasien terhadap pelayanan suatu Rumah Sakit. Salah satu
strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam tekanan pelayanan
keperawatan adalah dengan melakukan proses penerimaan pasien baru sesuai standart.
Dengan harapan adanya faktor kelola yang optimal sehingga mampu menjadi wahana bagi
peningkatan keefektifan pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien
terhadap pelayanan keperawatan.
Pemeriksaan tanda vital/Vital Sign merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya
perubahan sitem tubuh. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi pernafasan
dan tekanan darah.
Tanda vital mempunyai nilai sangat penting pada fungsi tubuh. Adanya perubahan
tanda vital, misalnya suhu tubuh dapat menunjukkan keadaan metabolisme dalam tubuh;
Denyut nadi dapat menunjukkan perubahan pada sistem kardiovaskuler; Frekuensi
19

pernafasan dapat menunjukkan fungsi pernafasan; dan Tekanan darah dapat menilai
kemampuan sistem kardiovaskuler yang dapat dikaitkan dengan denyut nadi.
Semua tanda vital tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi. Perubahan tanda
vital dapat terjadi bila tubuh dalam dalam kondisi aktivitas berat atau dalam keadaan sakit
dan perubahan tersebut merupakan indikator adanya gangguan sistem tubuh

1.2 Tujuan
1. Mengetahui apa saja yang perlu dilakukan dalam menerima pasien baru di ruang
rawat inap
2. Mengidentifikasi cara penyelesaian masalah mengenai faktor resiko yang dapat
terjadi saat penerimaan pasien baru
20

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KASUS

Saya menemukan kasus pasien A dengan diagnosa susp. Covid-19 dari ruangan IGD dirujuk
ke ruangan rawat inap. Hal ini terjadi ketika sift sore dengan perawat jaga sebanyak 3 orang.
Pasien diantar oleh keluarga dan perawat IGD menuju ruang rawat inap dengan
menggunakan bad. Keadaan umum pasien lemah dan kesadaran composmentis. Setelah
sampai di ruang rawat inap perawat ruangan dan perawat IGD melaksanakan serah terima
pasien baru. Perawat mengantar pasien ke tempat tidur sementara itu perawat lainya dan
perawat IGD melaksanakan serah terima pasien dan mengisi lembar serah terima pasien.
Perawat IGD menyerahkan rekam medis, obat obatan pasien dan hanya mengatakan bahwa
pasien tersebut telah dikonsulkan dengan dokter. Dalam serah terima pasien belum sesuai
dengan SOP padahal sebenarnya dari rumah sakit itu sendiri sudah memiliki standar
operasional prosedur penerimaan pasien diruang rawat inap. Perawat IGD tidak
menyebutkan bahwa pasien tersebut termasuk infeksius, perawat IGD tidak menjelaskan
dengan lengkap tentang hasil anamnesa sehingga perawat ruangan tidak menggunakann
APD lengkap dan tidak menempatkan pasien di ruang isolasi, pasien di tempatkan
bercampur dengan pasien lainnya. Perawat yang menerima pasien juga tidak melakukan
readback informasi. Setelah perawat ruangan dan perawat IGD melakukan serah terima,
selanjutnya katim dan Perawat melakukan anamnesa dan pemeriksaan tanda vital/ vital sign
yang meliputi keluhan utama, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, alergi
obat/ makanan, dll. Setelah di anamnesa dan ternyata pasien didapatkan keluhan menyerupai
covid-19.

2.2 CARA PENYELESAIAN MASALAH

Dalam masalah ini, cara menyelesaian masalah yang saya lihat adalah Rumah sakit
sudah mempunyai SOP mengenai penerimaan pasien baru di ruang rawat inap sesuai dengan
No NSM/PT/160. Tetapi kepatuhan perawat dalam mengikuti SOP penerimaan pasien
baru di ruang rawat inap masih kurang, salah satu contohnya yaitu perawat yang
menerima pasien tidak melakukan readback informasi yang dicatat tersebut dan
mengkonfirmasikannya. padahal semua perawat telah di berikan sosialisasi mengenai
21

SOP menerimaan pasien baru. Akhirnya setelah terjadinya kesalahan saat penerimaan
pasien baru katim kembali mengkonfirmasi dengan perawat IGD dan dokter IGD/DPJP
mengenai Pasien dengan gejala Covid-19. Selanjutnya pasien dipindahkan ke ruang isolasi
dan pasien lain yang satu ruangan dengan PDP covid-19 di pindahkan sementara guna
menyeterilkan ruangan sebelumnya dan seluruh ruang rawat inap dengan menggunakan
cairan desinfektan. Perawat menggunakan APD lengkap saat melakukan pemantauan pada
pasien dengan PDP Covid-19 dan pasien yang lain.

Dalam hal ini Komunikasi antar tenaga kesehatan dalam sebuah sistem
pelayanan kesehatan adalah hal utama Pengembangan standar komunikasi efektif dan
pelatihan komunikasi bagi tenaga kesehatan merupakan solusi terpilih untuk
mengidentifikasi lemahnya komunikasi terutama dalam aspek penilaiaan dan konfirmasi
kembali yang dapat meningkatkan risiko insiden keselamatan (Nazri, 2015).

Ada beberapa hal indikator keselamatan pasien rumah sakit yang diperhatikan salah
satunya adalah komunikasi efektif SBAR (Situation Background Assessment
Recommendation) dan TBAK. Kesalahan dalam berkomunikasi SBAR akan
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan pada pasien. (Sutrisari, 2018).

Komunikasi efektif secara tertulis yaitu TBAK (tulis, baca dan konfirmasi) ketika
komunikasi antara pemberi dan penerima pesan berjalan dengan baik maka informasi akan
diterima sesuai dengan maksud dari pemberi pesan, dampaknya pasien mendapatkan
tindakan sesuai dengan kebutuhan pengobatannya dan tindakan akan terdokumentasi dengan
baik (Susilowati, 2019).

2.3 PEMBAHASAN

2.3.1 Pengertian Penerimaan Pasien Baru


Penerimaan pasien baru merupakan suatu tata cara ataupun pedoman dalam menerima
pasien baru masuk. Penerimaan pasien baru merupakan suatu prosedur yang dilakukan oleh
perawat ketika ada pasien baru datang ke sebuah ruangan rawat inap. Penerimaan pasien
baru merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif melibatkan
pasien dan keluarga, dimana sangat mempengaruhi mutu kualitas pelayanan. penerimaan
pasien baru termasuk bagian utama dari proses keperawatan sebab sebelum melakukan
tindakan medis selanjutnya,perawat harus terlebih dahulu mengetahui identitas pasien yang
22

di peroleh ketika perawat menerima pasien baru tersebut,baik rujukan dari rumah maupun
rujukan dari tempat lain misalnya rumah sakit atau puskesmas.

2.3.2 Tujuan Penerimaan Pasien Baru


Penerimaan pasien baru bertujuan untuk mengetahui keadaan pasien dan keluarga,
pasien bisa langsung menempati ruang perawatan, untuk mengetahui kondisi dan keadaan
pasien secara umum dan membantu menurunkan tingkat kecemasan pasien saat masuk
rumah sakit (Nursalam, 2019).

2.3.3 Prosedur Penerimaan Pasien Baru

Standar prosedur operasional merupakan tatacara atau tahapan baku dan yang harus
dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu (Perry & Potter, 2018).

Prosedur yang perlu diperhatikan untuk penerimaan pasien baru, yaitu:

1. Pasien yang akan dipindahkan, dirapikan dan disiapkan alat-alat bantunya.


2. Informasikan ke ruangan rawat inap untuk bersiap-siap menerima pasien melalui
telepon.
3. Antar pasien ke ruang rawat inap minimal dengan 1 orang Perawat dengan
menggunakan kursi roda,stretcher atau tempat tidur pasien,disesuaikan dengan
kondisi pasien.
4. Penerimaan pasien/Serah terima dilakukan oleh Perawat IGD yang memindahkan
kepada penanggung jawab perawat ruang rawat inap yang dituju.
5. Informasi serah terima untuk ke unit rawat inap biasa meliputi sedikitnya :
 Identitas pasien minimal nama lengkap dan rekam medik pasien
 Diagnosis kerja atau diagnosis masuk dibuat oleh dokter IGD/ DPJP
 Kondisi terakhir (tanda vital dan kesadaran)
 Rencana / instruksi penanganan yang diberikan oleh DPJP pasien termasuk
rencana diit.
 Tindakan dan/atau obat yang telah diberikan di unit-unit ambulatory maupun
di IGD.
 Obat-obat apa yang ada / di bawa oleh pasien maupun obat yang telah diambil
dari farmasi untuk pasien.
 Riwayat alergi pasien.
23

6. Petugas yang menerima pasien mencatat semua informasi yang diberikan


7. Petugas yang menerima pasien melakukan readback informasi yang dicatat
tersebut dan mengkonfirmasikannya
8. Pastikan bahwa serah terima tidak ada yang terlewat, bila ada yang kurang
dimengerti dapat ditanyakan.
9. Dokumentasikan kegiatan yang meliputi sedikitnya tanggal kegiatan, siapa yang
mengantar pasien dan siapa yang menerima pasien.
10. Rapikan kembali alat-alat yang sudah tidak digunakan oleh pasien

Dalam hal ini Kepatuhan perawat masih rendah dalam melakukan readback informasi
dan mengkonfirmasikannya kembali. Komunikasi antar tenaga kesehatan masih kurang
efektif.

Komunikasikan secara benar saat penerimaan pasien baru/ serah terima/ pengoperan
pasien. Kesenjangan dalam komunikasi saat penerimaan pasien baru/ serah terima pasien
antara unit-unit pelayanan, serta antar tim pelayanan, bisa mengakibatkan terputusnya
kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat, dan dapat menjadi faktor resiko
infeksi apabila informasi yang di berikan kurang lengkap.

Menurut WHO, definisi faktor risiko adalah ciri atau kondisi yang mempengaruhi
seseorang atau sekelompok orang, yang berhubungan dengan adanya peningkatan terhadap
kemungkinan / risiko untuk mengalami atau berkembangnya keadaan yang tidak diharapkan.
Faktor risiko tersebut bisa berupa sebab atau tanda – tanda yang harus diamati atau
diidentifikasi sebelumnya. Pengertian lain faktor risiko adalah faktor – faktor yang
berhubungan dengan kenaikan risiko untuk terjadinya penyakit (dalam Fahruddin, 2017 :
21).

Menurut buku Risk Assessment and Management Handbook: For Environmental,


Health and Safety Profesional dalam penelitian Septa Tri Ratnasari tahun 2019 risiko dibagi
menjadi 5 macam, antara lain:

1. Risiko Keselamatan (Safety Risk)


Risiko secara umum memiliki ciri-ciri antara lain probabilitas rendah (low probability),
tingkat pemaparan yang tinggi (high-condequence accident), bersifat akut, dan
menimbulkan efek secara langsung. Tindakan pengendalian yang harus dilakukan dalam
respon tanggap darurat adalah dengan mengetahui penyebabnya secara jelas dan lebih fokus
24

pada keselamatan manusia dan pencegahan timbulnya kerugian terutama pada area tempat
kerja.
2. Risiko Kesehatan (health risk)
Risiko ini memiliki ciri-ciri antara lain memiliki probabilitas yang tinggi (high
probability), tingkat pemajanan yang rendah (low level exposure), kondekuensi yang rendah
(low0consequence), memiliki masa laten yang panjang (low- latency), delayed effect (efek
yang tidak langsung terlihat), resiko ini fokus pada habitat dan dampak ekosistem yang
mungkin bisa bermanifestasi jauh dari sumber resiko.
3. Risiko Lingkungan dan Ekologi (environmental and ecological risk)
Risiko ini memiliki ciri-ciri antara lain melibatkan interaksi yang beragam antara
populasi dan komunitas ekosistem pada tingkat makro maupun mikro, ada ketidakpastian
yang tinggi antara sebab-akibat, risiko ini fokus pada habitat dan dampak ekosistem yang
mungkin bisa bermanifestasi jauh dari sumber risiko.
4. Risiko Kesejahteraan Masyarakat (public Walfare / goodwill Risk)

Ciri dari risiko ini lebih berkaitan dengan persepsi kelompok umum tentang
performance sebuah organisasi atau produk, nilai property, estetika dan penggunaan
sumber daya yang terbatas. Fokusnya pada nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat dan
persepsinya.
25

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN

Penerimaan pasien baru merupakan suatu tata cara ataupun pedoman dalam menerima
pasien baru masuk. Penerimaan pasien baru merupakan suatu prosedur yang dilakukan oleh
perawat ketika ada pasien baru datang ke sebuah ruangan rawat inap. Penerimaan pasien
baru merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif melibatkan
pasien dan keluarga, dimana sangat mempengaruhi mutu kualitas pelayanan. Selain itu
bahwa penerimaan pasien baru termasuk bagian utama dari proses keperawatan sebab
sebelum melakukan tindakan medis selanjutnya, pera wat harus terlebih dahulu mengetahui
identitas pasien yang di peroleh ketika perawat menerima pasien baru tersebut,baik rujukan
dari rumah maupun rujukan dari tempat lain misalnya rumah sakit atau puskesmas.
Komunikasikan secara benar saat penerimaan pasien baru/ serah terima/ pengoperan
pasien. Kesenjangan dalam komunikasi saat penerimaan pasien baru/ serah terima pasien
antara unit-unit pelayanan, serta antar tim pelayanan, bisa mengakibatkan terputusnya
kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat, dan dapat menjadi faktor resiko
infeksi apabila informasi yang di berikan kurang lengkap

3.2 SARAN
Kami selaku penulis sangat menghimbau kepada rekan – rekan sekalian, pembaca
maupun perawat agar nantinya dapat melakukan tindakan penerimaan klien baru dapat
dilakukan dengan sesuai prosedur yang benar. Namun, dalam makalah kami tentunya masih
jauh dari kesempurnaan jadi kami sangat perlu kritikan dari dosen pembimbing maupun dari
pihak yang terkait.
26
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, 2019. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktek Keperawatan


Profesional. Jakarta : Salemba Medika
Perry,Potter.2018.Buku Ajar Fundamental Keperawatan.Jakarta.EGC
Ratnasari Septa Tri. 2019. Buku Risk Assessment and Management Handbook: For
Environmental, Health and Safety Profesional dalam penelitiannya di Kabupaten
Purworejo (1 september 2019).
Fahruddin. 2017. Analisis Beberapa Faktor Risiko Kejadian Asfiksia Neonatorum di
Kabupaten Purworejo (1 september 2016).

WHO. 2018. Prevention Hospital-Acquired Infection A Pratical Guide 2nd Edition:


Departement of Communicable Disease. Surveilance and Response (17 Juni
2019).

Nazri, F. (2015). Implementasi Komunikasi Efektif Perawat-Dokter dengan Telepon di

Ruang ICU Rumah Sakit Wava Husada. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 28(2),

174-180.

Susilowati, E. (2019). Penerapan Komunikasi TBAK (Tulis, Baca, Konfirmasi) dalam

Penyampaian Informasi Kepada Mahasiswa AKPER Dharma Husada. JURNAL


ILKES (Jurnal Ilmu Kesehatan), 10(1), 10-15.

Sutrisari, S. N. (2018). Pengalaman Perawat Dalam Melaksanakan Komunikasi Efektif:


Sbar (Situation, Background, Assesment Recommendation) Di Ruang Rawat
Inap Flamboyan Rumah Sakit Pusri Palembang(Doctoral dissertation,
Universitas Andalas).
27
Lampiran SOP Penerimaan pasien baru dari igd ke rawat inap dengan faktor resiko

Standar Operasional Penerimaan Pasien Baru Dengan Faktor Resiko


Prosedur Di Ruang Rawat Inap

Pengertian Menerima pasien yang Gawat Darurat untuk dirawat rawat inap
sesuai yang kebutuhan pasien. Pasien segera memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
Tujuan 1. Sebagai acuan untuk penerimaan pasien baru dari Unit Gawat
Darurat
2. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan pasien
Kebijakan Sesuai Dengan SK Direktur RS. No. 88/13/XI/SK_DIR_Keb/2013
Tentang Kebijakan pelayanan Rumah Sakit
SOP penerimaan pasien di ruang rawat inap sesuai dengan No
NSM/PT/160 tentang Serah Terima Pasien Dari dan Ke Unit
Khusus.
Referensi 1. UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
2. UU No. 36 tahun2009 tentang tenaga kesehatan
Prosedur 1. Dokter : Memberitahukan ke Pasien / Keluarga nya ,
pasien harus di rawat inap sesuai dengan kondisi dan
keadaan penyakitnya
2. Perawat IGD :
- Memberitahuan ke Pasien / Keluarganya , ruangan
dan kelas serta tarif ruangan yang sesuai dengan
kebutuhan dan persetujuan pasien/keluarganya.
- Memberithuan kepada Perawat ruangan, tentang
Pasien baru dari UGD untuk mempersiapkan
kebutuhan pasein rawat inap sesuai dengan
penyakitnya.
3. Perawat Ruangan :
Persiapan :
28
- Pasien dan keluarganya diterima dengan ramah.
- Pasien yang akan dipindahkan, dirapikan dan disiapkan
alat-alat bantunya.
- Informasikan ke unit tujuan untuk bersiap-siap
menerima pasien melalui telepon.
- Antar pasien ke ruang rawat inap minimal dengan 1 orang
Perawat dengan menggunakan kursi roda,stretcher atau
tempat tidur pasien,disesuaikan dengan kondisi pasien.
- penerimaan pasien dilakukan oleh Perawat IGD yang
memindahkan kepada penanggung jawab ruang rawat
inap yang dituju.
- Informasi serah terima untuk ke unit rawat inap biasa
meliputi sedikitnya :
 Identitas pasien minimal nama lengkap dan rekam
medik pasien
 Diagnosis kerja atau diagnosis masuk dibuat oleh
dokter UGD/ DPJP
 Kondisi terakhir (tanda vital dan kesadaran)
 Rencana / instruksi penanganan yang diberikan oleh
DPJP pasien termasuk rencana diit.
 Tindakan dan/atau obat yang telah diberikan di unit-
unit ambulatory maupun di UGD.
 Obat-obat apa yang ada / di bawa oleh pasien maupun
obat yang telah diambil dari farmasi untuk pasien.
 Riwayat alergi pasien.

- Bila pasien dapat berdiri, atau berat badan sebelum


penderita dibaringkan.
- Selanjutnya lakukan pengkajian data melalui anamnese
dan pemeriksaan fisik.
- Laporan pasien pada penanggung jawab ruangan.
29
- Pasien dan keluarga diberi penjelasan tentang tata tertib
yang berlaku di Rumah Sakit serta orientasi keadaan
ruangan/fasilitas yang ada.
- Mencatat data dari hasil pengkajian pada catatan medik
dan catatan perawatan pasien.
- Memberitahukan prosedur perawatan/tindakan yang
segera dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai