LITERATUR REVIEW
Oleh
FEBRIYANTI UMAR
i
No Aspek yang dinilai Bobot Kriteria Penilaian
2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL..................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN......................................................................ii
LEMBAR PENILAIAN .............................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................iv
ABSTRAK.....................................................................................................v
A. PENDAHULUAN....................................................................................
1. Latar Belakang......................................................................................
2. Tujuan...................................................................................................
3. Outline...................................................................................................
B. METODE.................................................................................................
1. Design...................................................................................................
2. Kriteria dan Inklusi...............................................................................
3. Strategi Pencarian Literatur..................................................................
4. Metode Pengkajian Kualitas Jurnal......................................................
C. HASIL.......................................................................................................
D. PEMBAHASAN.......................................................................................
E. IMPLIKASI KEPERAWATAN
F. KESIMPULAN........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
3
ABSTRAK
Kata Kunci : Nurse Work Culture and availability of facilities and Hand
Hygiene,
4
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
infections (HAI) atau infeksi nosokomial rumah sakit merupakan infeksi yang
terjadi selama menjalani prosedur perawatan dan tindakan setelah ≥ 48 jam dan
nosokomial masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia, karena dapat
Prevention (CDC). Infeksi ini terjadi ketika ada interaksi antara pasien, petugas
21%) atau lebih 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia terinfeksi
bahwa sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari Eropa,
dan Asia Tenggara yaitu sebesar 11,8% dan 10,0% sedangkan di Eropa dan
Pasifik Barat masing-masing sebesar 7,7% dan 9,0% (WHO, 2002). Di Indonesia
yaitu di 10 RSU pendidikan, infeksi nosokomial cukup tinggi yaitu 6–16% dengan
Kriteria infeksi nosokomial antara lain tidak ada tanda-tanda klinis dari
infeksi tersebut ketika mulai dirawat di rumah sakit, tidak sedang dalam masa
inkubasi dari infeksi tersebut ketika awal mulai dirawat di rumah sakit, sedang
5
dalam asuhan keperawatan rumah sakit, bukan merupakan sisa atau residual dari
infeksi sebelumnya tanda-tanda klinik infeksi timbul minimal setelah 72 jam sejak
mulai perawatan di rumah sakit karena jika infeksi terjadi sebelum 72 jam maka
masa inkubasi dari infeksi tersebut terjadi sebelum dirawat di rumah sakit.
Sehingga infeksi tersebut tidak berasal dari rumah sakit dan bukan merupakan
Pada tanggal 2 Mei 2007 WHO Collaborating Centre for Patient Safety
resmi menerbitkan “Nine Life Saving Patient Safety Solutions”, Panduan ini
tangan dan disinfeksi tangan. Mencuci tangan adalah membasahi tangan dengan
air mengalir memakai sabun maupun tanpa memakai sabun non antiseptik untuk
Mencuci tangan secara higienis adalah membasahi tangan dengan air mengalir
2015).
peningkatan kepatuhan cuci tangan dari buruk (<60%) menjadi sangat baik (90%)
akan menurunkan angka HAI sebesar 24%. Penelitian oleh CDC dan yang lainnya
6
menemukan bahwa dokter dan perawat 60% gagal mencuci tangan sesuai waktu
yang dianjurkan pada waktu kontak dengan pasien dan melakukan prosedur. Hasil
di Amerika setiap tahun dan mengeluarkan biaya $4.5 milyar hanya untuk
Menurut Zembover, Trick, Hacek, Noskin & Peterson bahwa ada beberapa
hal yang menjadi faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan perawat melakukan
Hand Hygiene diantaranya tidak tersedianya tempat cuci tangan, waktu yang
digunakan untuk cuci tangan, kondisi pasien, efek bahan cuci tangan terhadap
(2006), tingkat kepatuhan untuk melakukan hand hygiene dipengaruhi oleh faktor
individu (jenis kelamin, jenis pekerjaan, profesi, lama kerja dan tingkat
cuci tangan adalah fasilitas yang tersedia. Fasilitas adalah segala sesuatu yang
atau uang
Hal ini ditunjang pada penelitian yang dilakukan oleh Nastiti 2017 bahwa
terdapat hubungan fasilitas dan hand hygiene dengan penerapan five moment pada
7
bidan dengan nilai p value 0.000. Ini memperlihatkan bahwa peranan fasilitas
budaya kerja adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai dan
integrasi internal.
Hal ini sesuai dengan penelitian Ellies dkk 2014 tentang Penerapan Hand
pengamatan kepatuhan hand hygiene perawat ruang rawat inap rumah sakit masih
rendah (35%).. Tingkat pengetahuan perawat sebagian besar (64%) masih kurang.
pengetahuan perawat yang kurang, tidak adanya pelaksanaan audit hand hygiene
secara berkala yang lebih diketahui perawat, dan tidak ada supervisi kepala ruang
terhadap pelaksanaan hand hygiene di ruang rawat inap rumah sakit. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa kepatuhan hand hygiene pada perawat secara
umum masih rendah terutama pada fase sebelum kontak maupun tindakan.
reward punishment menjadi akar masalah rendahnya kepatuhan hand hygiene. Ini
memperlihatkan bahwa pada dasarnya budaya kerja yang berada di dalam suatu
8
Dari hasil kajian diatas maka peneliti tertarik untuk mengambil judul topic
2. Tujuan
3. Outline
topic tentang :
9
B. METODE
1. Jenis Penelitian
jurnal penelitian yang relevan dengan Faktor Budaya Kerja, Faktor Fasilitas
diakses dari basis data berbahasa Inggris dan Indonesia (Ebsco Host,
tahun 2015 sampai tahun 2020. Dengan menggunakan beberapa kata kunci,
berdasarkan Kriteria Inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Hal ini
dibuat.
10
2. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
a. Inklusi
b. Ekslusi
11
inklusi berjumlah 7 journal Dimana Ebsco berjumlah 1 Journal,
I
Penelusuan yang dilakukan melalui kata kunci Nurse
D
E Work Culture and availability of facilities and Hand
N Hygiene, diakses pada tanggal 22 Agustus 2020 pada
T dabase Perpusnas yang sudah terhubung dengan 33
I journal internasional (Prequest, Ebssco, Pomad,
F Scien direct, American Journal dll)
I
K
A Hasil didapat terdapat 1492 journal internasioanl
S
I
Screening yang sesuai dengan sampel peneliti
S berjumlah 31 journal internasional
C
R
E Inklusi studi dalam penelitian berjumlah 6 jurnal
E Ebsco berjumlah 1 Journal,
N Popmad 3 Journal,
I Scholar 1 Journal.
N Sciendirect berjumalh 2 journal
G
12
C. Hasil
(42.8%)
13
research study
6 Sciencedirect Budaya Kerja A mixed methods 1 14.28
design employed
interviews with
Islamic scholars,
nurses, doctors
and allied health
professionals,
followed by
survey.
7 Google Scholars Budaya Kerja A Randomized 1 14.28
Clinical Trial
Total 7 100
adalah masalah utama dalam seseorang melakukan cuci tangan, terbukti dari hasil
14
15
Dari hasil didapatkan bahwa terdapat 7 jurnal internasional tentang faktor budaya kerja dan faktor fasilitas yang dapat
mempengaruhi pelaksnaan hand hygiene, adapun hasil tabel dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel. 3 . Kajian jurnal tentang faktor budaya kerja dan faktor fasilitas yang dapat mempengaruhi pelaksnaan hand hygiene
No Penulis, Tahun dan Tujuan Metode Sampel Hasil
Judul
1 Tania Solango Bosi de Untuk mengevaluasi D : Observational Sampel dalam Hasil menunjukkan ketersediaan
Souza Magnago, et al. infrastruktur rumah study with a penelitian ini adalah fasilitas penunjang untuk
2019. Infrastructure for sakit dan pengetahuan descriptive cross- 16 koordintor dari 18 mencuci tangan belum memadai,
hand hygiene in a pimpinan tentang sectional design. ruangan yang berada poster terkait untuk promosi
teaching hospital. struktur unit untuk di rumah sakit. kebiasaan mencuci tangan belum
Brazil promosi kepatuhan V : Dependen maksimal. Terdapat kesenjangan
mencuci tangan. (Kepatuhan Mencuci fasilitas yang tersedia untuk
tangan) Independen perawat dan pasien, fasilitas
(Ketersediaan penunjang yang tersedia untuk
infrastruktur) perawat sering mendapat
perhatian lebih, sementara
I : Lembar Checklist beberapa fasilitas penunjang
ketersediaan diruangan pasien dalam kondisi
Fasilitas. rusak.
A : - (Descriptive)
2 Amos Nyamadzawo, et Untuk menjelaskan D : Non Randomized 86 perawat yang Terdapat peningkatan terhadap
al. 2020. Effect of pengaruh dari Interventional bekerja dirumah sakit, kepatuhan perawat dalam
Using Portable alcohol- penggunaan Alcohol- Design dengan kelompok mencuci tangan sebelum dan
based handrub on based Handrub perlakuan adalah setelah intervensi, kejadian
nurses hand hygiene portabel, terhadap V : Dependen mereka yang diberi risiko perawat sebagai agen
16
compliance and nasal kepatuhan perawat (Kepatuhan mencuci intervensi penggunaan penular S. Aureus mengalami
carriage of dalam mencuci tangan Tangan) Independen Alcohol-based penurunan yang signifikan.
Staphylococcus aureus dan penyebaran (Penggunaan ABHP/ handrub portabel Disimpulkan dalam penelitian
in a low-income health terhadap S. Aureus Fasilitas Cuci (n=72) dan kelompok ini bahwa, ketersediaan fasilitas
settings. Japan tangan) kontrol menggunakan penunjuang, menjadi salah satu
fasilitas yang faktor pendukung kepatuhan
I : Penilian tingkat sebelumnya perawat melaksanakan cuci
kepatuhan dengan digunakan, yaitu tangan. Sedangkan risiko
lembar observasi. sabun cair dan air perawat menularkan atau
mengalir (n=14) membawa S. Aureus, menurun
A: dikaitkan dengan adanya
peningkatan kepatuhan perawat
untuk mencuci tangan.
3 Otman & Jonker. 2019. Untuk D : Cross sectional 299 sampel yang Hasil menunjukkan bahwa
Hand hygiene among mengidentifikasi study combined with terdiri dari perawat tingkat kepatuhan mencuci
hospital staff; a survey tingkat kepatuhan observational with a dan dokter tangan masih rendah, tingkat
of knowledge, attitude, dengan protokol cuci survey. kepatuhan perawat lebih baik
and practice in a tangan oleh tenaga dibandingkan tenaga kesehatan
general hospital in kesehatan termasuk V : Dependen lain, hasil analisa menunjukkan,
Syria. Qatar pengetahuan, sikap, (Kepatuhan Mencuci bahwa ada korelasi yang
fasilitas dan praktik tangan) Independen signifikan antara pengetahuan,
tenaga kesehatan (Ketersediaan sikap, dan fasilitas. Analisis
Fasilitas) multivariat menunjukkan bahwa
kepatuhan yang buruk secara
I : lembar observasi, statistik terkait secara signifikan
quesioner dengan jenis kelamin laki-laki
pengetahuan dan (63,5%), staf tidak terlatih
sikap. (58,5%) dan tidak tersedianya
17
tempat cuci tangan (60,4%).
A : Analisis
Multivariat
4. Laurence Bernard. Untuk D : Cross Sectional Total 4.431 responden Rerata kebiasaan mencuci
2017. An exploratory menggambarkan Design yang berasal dari tiga tangan diperoleh dalam rentang
study of safety culture, budaya keselamatan lokasi 2 lokasi di yang baik, dipengaruhi oleh
biological risk dan manajemen risiko V : Dependen Canada dan satu budaya kerja, manajemen kerja
management and hand biologis serta (Kebiasaan Mencuci lokasi di Eropa. Yang dan kepemimpinan organisasi
hygiene of healthcare kebiasaan mencuci Tangan) Independen terdiri atas, Dokter, yang baik.
professionals. tangan petugas (Budaya Kerja) Perawat, Petugas Lab,
kesehatan profesional, Direktur, Ahli Biologi
serta menunjukkan I : Lembar observasi dan petugas kesehatan
keterkaitan antara lain.
ketiga faktor. A : Analisis
Deskriptive dan
ANOVA
5. Sheryl L. Chatfild. Et al Untuk mengukur D : A cross-sectional 466 responden. Yang Dalam meningkatkan kepatuhan
2017. Acute care tingkat respon dan factorial survey merupakan perawat dalam mencuci tangan sebanyak
nurses’ responses and rekomendasi perawat research study terdaftar dirumah 466 responden paling banyak
recommendations for dalam meningkatkan sakit. menyebutkan bahwa, faktor
improvement of hand kepatuhan mencuci V : Dependen yang dapat mempengaruhi
hygiene compliance. tangan. (Kepatuhan Mencuci kepatuhan menurut mereka
tangan) Independen adalah : Tujuan yang jelas,
(Budaya Kerja dan Supervisi pimpinan, Pemantauan
Fasilitas) secara elektronik, dan
penghargaan. Sedangkan secara
I : Lembar Observasi terbuka mereka juga
Kepatuhan, Lembar menyebutkan bahwa
18
observasi Fasilitas, ketersediaan alat dan bahan
Quesioner. penunjang seperti Alkohol cuci
tangan sangat mempengaruhi.
A : multilevel or
nested regression
models.
6. Ng Wai Khuan, et al. Untuk melihat adanya D : A mixed methods 349 responden, yang Pengaruh dari agama dan
2018. The influence of pengaruh dari agama design employed terdiri dari perawat, keyakinan sangat penting untuk
religious and cultural dan keyakinan interviews with dokter dan tenaga menjadi salah satu faktor
beliefs on hand hygiene terhadap kebiasaan Islamic scholars, kesehatan terkait determinan dalam kepatuhan
behaviour in the United cuci tangan pada nurses, doctors and lainnya. perawat dalam mencuci tangan.
Arab Emirates. pekerja kesehatan dan allied health Hasil menunjukkan bahwa
ulama di UAE. professionals, agama dan keyakinan
followed by survey. mempengaruhi penggunaan
alkohol untuk mencuci tangan,
V : Dependen dan kebiasaan mencuci tangan.
(Kebiasaan mencuci
tangan) Independen
(budaya)
7 Yew Fong lee, et al. Untuk D : A Randomized Adapun sampel dalam Petugas kesehatan merasakan
2019 Hand hygiene – menggambarkan Clinical Trial penelitian ini adalah bahwa metode pemberian contoh
social network analysis pengaruh agen petugas kesehatan oleh rekan sejawat, dan gaya
of peer-identified and perubahan melalui V : Dependen yang berada di rumah kepemimpinan yang
management-selected rekan kerja (PICA) (Kepatuhan mencuci sakit perawatan tersier menerapkan kepemimpinan
change agents. dan Agen perubahan tangan) Independen di malaysia (n=111) otoriter Situasional memiliki
Australia yang berasal dari (Budaya kerja) (PICA : n=56) pengaruh dalam perubahan
tingkat manajemen (MSCA : n=55) perilaku kepatuhan terhadap
19
(MSCA) pada I : Quesioner kebiasaan mencuci tangan,
kebiasaan mencuci Kepuasan. Lembar namun mereka menganggap
tangan, persepsi Observasi tingkat kepemimpinan otoritatif sebagai
tentang gaya kepatuhan. gaya yang paling diinginkan
kepemimpinan mereka untuk perbaikan kepatuhan
oleh teman sebaya, A : Korelasi perawat dalam mencuci tangan.
dan peran budaya
organisasi dalam
proses promosi
kebiasaan mencuci
tangan.
20
Adapun dari hasil deskripsi tabel tinjauan literature didapatkan hasil
fasilitas apakah sesuai dengan kebutuhan atau tidak, dan peran serta koordinator
diletakkan di troli dan ditempatkan di dinding, 93.8% botol akan langsung diisi
persediaan alkohol milik pribadi yang dapat disimpan di kantong. poster terkait
ditempatkan di tempat yang tidak terlalu strategis, dinding perawatan pasien tidak
yang tersedia untuk perawat dan pasien, fasilitas penunjang yang tersedia untuk
ini menguak fakta bahwa kebiasaan mencuci tangan mempengaruhi risiko perawat
21
perawat tentang mencuci tangan, rerata perawat memiliki tingkat pengetahuan
yang baik mengenai konsep cuci tangan terstandar WHO yang sesuai dengan
panduan enam langkah mencuci tangan dan lima momen dalam mencuci tangan,
dimiliki, hal ini berkaitan dengan ketersedian fasilitas untuk memudahkan perawat
melakukan cuci tangan. Hal lain yang ditemukan adalah, sebelum intervensi,
kebiasaan mencuci tangan ‘setelah terkena cairan tubuh pasien’ (p=0.637) dan
dan setelah intervensi dari 48.9% menjadi 67.7% (p<0.001) terutama mencuci
tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien. , kejadian risiko perawat
Otman & Jonker (2018) hasil observasi terhadap kepatuhan dalam lima
22
dengan pasien, 4) terdapat 46.8% petugas kesehatan melakukan hand hygiene
hand hygiene setelah terkena cairan tubuh pasien. Hasil kuesioner menunjukkan
bahwa ada korelasi yang signifikan antara pengetahuan, sikap, dan fasilitas,
bahwa kepatuhan yang buruk secara statistik terkait secara signifikan dengan
jenis kelamin laki-laki (63,5%), staf tidak terlatih (58,5%) dan tidak tersedianya
kebiasaan mencuci tangan dapat dipengaruhi oleh hal ini. Hasil menunjukkan
rerata kebiasaan mencuci tangan ada di rentang 35-77%, Adapun perapan hand
hygiene yang tinggi berada di Lokasi ketiga yaitu di Kanadian Health Care
Center. Hal ini dipengaruhi oleh budaya keselamatan yang ditunjang dengan,
tindak lanjut manajemen dengan nilai p value 0.005, umpan balik saat terjadi
insiden dengan nilai p value 0.005, supervisi pimpinan dengan nilai p Value
0.001, unit budaya pembelajaran dengan nilai p Value 0.001, dukungan pimpinan
senior dan tingginya tingkat keselamatan pasien ditempat kerja dengan nilai p
Value 0.001
harus bersentuhan dengan pasien dan cairan tubuh pasien. Untuk itu, perawat
semestinya memahami hal apa yang dapat memotivasi mereka untuk patuh dalam
23
mencuci tangan. Serangkaian penelitian dilakukan guna merangkum pendapat dari
perawat tentang apa saja faktor yang mempengaruhi peningkatan kepatuhan dalam
faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan menurut mereka adalah : Tujuan yang
Sedangkan secara terbuka mereka juga menyebutkan bahwa ketersediaan alat dan
Behavior, tidak menyebutkan secara spesifik pengaruh dari agama dan keyakinan
pemberian contoh oleh rekan sejawat, dan gaya kepemimpinan yang menerapkan
tangan masing-masing (PICA : 48% menjadi 66%, MSCA : 50% menjadi 65%),
Namun penerapan PICA dianggap efektif, karena metode MSCA belum bisa
24
sepenuhnya diterapkan, karena perbedaan model kepemimpinan dan budaya kerja
di masing-masing organisasi.
C. PEMBAHASAN
menyatakan kegiatan yang terkait membersihkan tangan (WHO, 2009). Salah satu
hygiene, baik itu melakukan proses cuci tangan atau disinfeksi tangan merupakan.
Salah satu cara terpenting dalam rangka pengontrolan infeksi agar dapat
mencegah infeksi nosokomial yaitu dengan cara melaksanakan hand hygiene, baik
Dari hasil kajian literature yang ada, diketahui bahwa budaya kerja merupakan
cuci tangan. Dalam kajian ini penelitian tentang pengaruh budaya kerja dibahas
dalam penelitian yang dilakukan oleh Whai Khuan, Ramon, et all. (2018) yang
penerapaan hand hygiene five moment. Dimana ketika budaya telah melekat pada
diri seseorang ataupun tim petugas keseahatan akan menyebabkan perilaku positif
Selain itu sikap seseorang dalam melakukan hand hygiene. Dalam jurnal ini
indikator budaya dalam hal ini dilihat dari pespektif agama yang memilki
keterkaitan dalam hal kebersihan diri, sehingga secara tidak lansung petugas
kesehatan yang berada di Uni Emirat Arab memiliki perilaku mensucikan diri
25
sebelum melakukan tindakan. Hal ini telah tertuang dalam agama. Prinsip seperti
ini yang memberikan pengaruh sangat besar bagi petugas kesehatan ketika budaya
religi sebelum melakukan tindakan harus mencuci tangan dapat memberikan efek
besar pada perilaku petugas kesehatan dalam pelaksanaan di tempat kerja dalam
Hal ini sesui dengan teori yang dikemukakan oleh triguno 2012 bahwa budaya
kerja adalah Suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai
mencuci tangan menjadi bagian dari budaya kerja, maka akan menjadi suatu
kebiasaan.
Hal lain yang membuat sesorang tidak patuh dalam mencuci tangan selain
pengawasan yang dilakukan oleh kepala ruangan adalah hal yang menjadi point
kegiataan sehari hari, Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Bernard et all 2017 serta Chatfield et all 2017 bahwa faktor yang mempengaruhi
seseorang melakukan cuci tangan adalah faktor supervise maupun tipe pemimpin
26
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Nursalam (2014) Supervisi
ruangan merupakan salah satu pelaksana dari supervisi dan juga sebagai ujung
tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan pelayanan kesehatan dirumah sakit,
dilakukan pimpinan dapat memacu perawat untuk lebih patuh dalam melakukan
cuci tangan.
cuci tangan adalah dengan adanya fasilitas yang mendukung dengan penerapan
Hand Hygiene itu sendiri. Dimana ketika seseorang akan melakukan cuci tangan
maka dibutuhkan alat mendukung seperti Wastafel cuci tangan, Air kran yang
mendukung, APD yang lengkap, Hundrub yang selalu terisi. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Tania, Juliana, et all (2019) yang memperlihatkan
bahwa faktor sarana dan prasarana dapat berpengaruh terhadap penerapaan dalam
hand hygiene five moment dimana semakin bagus ataupun memadai sarana yang
berada dalam rumah sakit maka akan menyebabkan perilaku seseorang dalam
Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa ketersediaan sarana dan
melakukan suatu perilaku tertentu. Selain itu, perilaku kepatuhan seseorang dalam
27
menerapkan suatu program / kegiatan dipengaruhi faktor seperti ketersediaan alat
Hal ini pun ditunjang oleh penelitian yang dilakukan oleh Cornelis 2018
bahwa kepatuhan yang buruk bagi petugas kesehatan dalam melakukan cuci
tangan dengan tidak tersedianya tempat cuci tangan. Penulis berpendapat bahwa
sarana yang memadai, ketika fasilitas memadai maka perawat akan disiplin dalam
melakukan cuci tangan seperti adanya SOP dalam melakukan cuci tangan yang
baik dan benar, ataupun media poster tentang melakukan cuci tangan bagi
Hal yang sama di dapatkan oleh Sheryl L. Chatfild. Et al 2017 bahwa dari
campuran air pada sabun yang terlalu banyak, tisu yang jarang tersedia, antiseptik
D. IMPLIKASI KEPERAWATAN
Hasil kajian ini dapat memberikan konstribusi yang sangat besar bagi perawat
itu sendiri terutama dalam lefel manager keperaawatan seperti kepala ruangan,
ataupun ketua tim agar dapat memberikan ataupun menganalisis faktor yang dapat
memberikan kepatuhan yang tinggi kepada perawat dalam melakukan cuci tangan.
28
Seperti selalu memonitoring cairan antiseptic di dalam ruangan ketika telah habis,
ataupun melakukan fungsi pengawasan dalam hal ini supervise kepala ruangan
setiap bulan tentang evaluasi pencapaian perawat dalam melakukan cuci tangan.
E. KESIMPULAN
pelaksanaan cuci tangan terhadap petugas kesehatan dalam hal ini adalah perawat.
Adapun indikator budaya kerja dalam pelaksanaan Hand hygiene yaitu supervise
kepala ruangan, tipe kepemimpinan dari kepala ruangan itu sendiri. Fasilitas yang
ataupun pengelolaan cairan antiseptic yang selalu tersedia, adapun media lain
29
DAFTAR PUSTAKA
Faizin, A., & Winarsih. (2008). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Lama Kerja
Perawat dengan Kinerja Perawat di RSU Pandan Arang Kabupaten
Boyolali. Berita Ilmu Keperawatan, 1(3), 137–142Gibson, J.L.,
Ivancevich J. M., Donnelly, J. H,. 2010. Organisasi, Perilaku, Struktur,
proses. (N. Ardiani, Penerjemah). Jakarta : Binarupa Aksara. (Buku Asli
dipublikasikan 2009).
Ng Wai Khuan, et al. 2018. The influence of religious and cultural beliefs on hand
hygiene behaviour in the United Arab Emirates.
Otman & Jonker. 2019. Hand hygiene among hospital staff; a survey of
knowledge, attitude, and practice in a general hospital in Syria. Qatar
Sharon Lea Kurtz. 2018. Introduction of New Theory for Hand Hygiene
Surveillance: Healthcare Environment Theory
Sihem ben fredj, et al. 2020. Multimodal intervention program to improve hand
hygiene compliance: effectiveness and challenges.
Tania Solango Bosi de Souza Magnago, et al. 2019. Infrastructure for hand
hygiene in a teaching hospital. Brazil
Yew Fong lee, et al. 2019 Hand hygiene – social network analysis of peer-
identified and management-selected change agents. Australia
30