Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL

ROLE PLAY SENTRALISASI OBAT


KEPERAWATAN MANAJEMEN
DI RUANG RAWAT INAP TULIP 3 BARAT
RSUD SIDOARJO

Disusun Oleh:
ACHMAD SAIRUL MARDLIYANI (2132000022)
AMELIA SISKA FERDIYANTI (2132000010)
DEWI RAMADANI (2132000011)
DIAH AYU ADHI NOVITA (2132000008)
DWI PUTRI ADHALIANDIKA (2132000012)
EMILIA RIZKY FAUZIAH (2132000007)
EVA HASYIANA (2132000005)
FITRIYAH WARDATUL JANNAH (2132000006)
MAHMIATUS SARIROH (2132000017)
MIFROTUL RODIA (2132000016)
MOCH SHOLEHUDIN TUFFA (2132000015)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NURUL JADID
PAITON PROBOLINGGO
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang prima dirasakan
sebagai suatu fenomena yang harus segera direspon oleh perawat. Respon yang ada harus
bersifat kondusif dengan mempelajari langkah-langkah konkrit dalam pelaksanaannya
(Nursalam, 2015). Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang prima
dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus segera direspon oleh perawat. Respon yang ada
harus bersifat kondusif dengan mempelajari langkah-langkah konkrit dalam pelaksanaannya
(Nursalam, 2015). Salah satunya adalah dalam pengelolaan obat pasien. Teknik pengelolaan
obat secara sentralisasi merupakan pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan
pada pasien diserahkan sepenuhnya kepada perawat. Pengeluaran dan pembagian obat juga
sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
Penggunaan obat yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai kerugian pada
pasien. Resistensi tubuh terhadap obat dan resiko resistensi kuman penyakit dapat
terjadi jika konsumsi obat oleh penderita tidak terkontrol dengan baik. Kerugian lain
yang bisa terjadi adalah terjadinya kerusakan organ tubuh atau timbulnya efek
samping obat yang tidak diharapkan. Selain itu penggunaan obat yang tidak tepat
dapat menimbulkan kerugian pasien secara ekonomi. Oleh karena itu diperlukan
suatu cara yang sistematis sehingga penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol
oleh perawat dan pasien/keluarga serta resiko kerugian baik secara material maupun
non material dapat dihindari, pada akhirnya kepercayaan pasien terhadap perawat
juga semakin meningkat. Pengelolaan sentralisasi obat yang optimal merupakan salah
satu usaha untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengaplikasikan peran perawat primer dalam pengelolaan sentralisasi obat
dan mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat.
2. Tujuan khusus
a. Menjelaskan pengertian sentralisasi obat.
b. Menjelaskan tujuan sentralisasi obat
c. Menjelaskan pengelolaan obat.
d. Menjelaskan peran perawat dalam sentralisasi obat
e. Menjelaskan prinsip 7B+1W dan melakukan double check
f. Menjelaskan alur sentralisasi Obat.
g. Meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga terhadap perawat/perawat dalam
pengelolaan sentralisasi obat
C. Manfaat
1. Bagi klien
Tercapainya kepuasan kerja untuk keluarga pasien tentang sentralisasi obat
2. Bagi perawat
a. Meningkatkan kepercayaan klien dan keluarga terhadap perawat.
b. Tercapainya kebutuhan kerja yang optimal
3. Bagi Institusi Mahasiswa
a. Mengaplikasikan Asuhan Keperawatan Profesional
b. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan obat
4. Bagi Rumah Sakit
a. Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara menyeluruh
b. Mutu pelayanan kepada pasien terutama dalam sentralisasi obat meningkat
BAB II
MATERI SENTRALISASI OBAT

A. Pengertian Sentralisai Obat


Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan
kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam, 2011).
Sentralisasi obat meliputi obat oral, injeksi, maupun cairan diserahkan sepenuhnya oleh
perawat. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara
operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
B. Tujuan Sentralisasi Obat
Tujuan sentralisasi obat adalah menggunakan obat secara bijaksana sehingga
menghindari pemborosan dan kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi.
(Nursalam,2014). Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering
mengapa obat perlu disentralisasikan.
a. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien
b. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standar yang lebih
murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektifitas dan keamanan sama
c. Meresepkan obat sebelum diagnosis dibuat
d. Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang diperlukan
e. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya, dan yang akan membuang
atau lupa untuk minum
f. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak yang tersisa
sesudah batas kadaluarsa
g. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak efektif
h. Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya atau panas
i. Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu waktu sehingga
dipakai berlebihan atau dicuri
Hal – hal berikut ini adalah beberapa alasan obat perlu disentralisasi menurut Nursalam
(2014) :
1. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien
2. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standar yang lebih
murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektifitas dan keamanan yang sama
3. Pemberian obat yang tidak sesuai indikasi.
4. Pemberian obat yang tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
5. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya, dan yang akan membuang
atau lupa untuk minum
6. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan sehingga banyak yang tersisa
sesudah batas kadaluarsa
7. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak efektif
8. Meletakkan obat di tempat yang lembab, terkena cahaya atau panas
9. Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu waktu
sehingga dipakai berlebihan atau dicuri
C. Teknik Pengelolaan Obat
Teknik pengeluaran obat dan pembagian obat dilakukan oleh perawat dengan
langkah-langkah sebagai berikut (Nursalam, 2014) :
1. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara
optimal dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
2. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta dalam mengontrol penggunaan obat.
3. Penerimaan obat
a. Keluarga menyerahkan resep dan persyaratan yang diperlukan kepada depo
farmasi.
b. Perawat menerima obat dari depo farmasi setiap hari untuk dosis sehari (ODD)
dalam kemasan 1 kali pemberian (UDD).
c. Perawat menuliskan nama pasien, registrasi, jenis obat, dan jumlah (sediaan)
dalam format pemberian obat dan meminta tanda tangan petugas farmasi.
d. Obat yang telah diterima dari farmasi selanjutnya disimpan oleh perawat
dalam kotak obat
e. Keluarga/klien selanjutnya mendapatkan informasi bila mana obat tersebut
akan habis (Nursalam, 2011).
4. Pembagian obat
a. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam lembar daftar
pemberian obat.
b. Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat
dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian
obat, dengan terlebih dahulu di cocokkan dengan terapi di dalam advis
dokter.

c. Pada saat pemberian obat perawat menjelaskan macam obat, kegunaan


obat, jumlah obat, efek samping obat. Pantau adanya efek samping pada
pasien.
d. Sediaan obat yang ada selanjutnya dicek setiap pagi oleh kepala
ruangan/petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam format
pemberian obat pada kolom sisa.
5. Penambahan obat baru
Bila ada penambahan/perubahan jenis, dosis atau perubahan rute pemberian obat,
maka informasi ini akan dimasukkan dalam format pemberian obat pada kolom
terima.
6. Obat Khusus
a. Obat disebut khusus apabila sediaan yang memiliki harga mahal, memiliki
jadwal pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping yang cukup besar
atau hanya diberikan dalam waktu tertentu atau sewaktu saja. (Contoh:
Albumin)
b. Pemberian obat khusus dilakukan dengan menggunakan format pemberian
obat khusus untuk obat tersebut.
7. Pengembalian Obat
Pada pasien pulang atau pindah ruangan jika obat masih ada dan sudah tidak dipakai
atau stop maka obat akan dikembalikan ke farmasidengan menuliskan pada form
retur obat yang nantinya akan diambil oleh petugas farmasi.
D. Tujuh Tepat Dalam Sentralisasi Obat
Pengeluaran dan pembagian obat tersebut dilakukan oleh perawat dimana pasien
atau keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat tersebut
Prinsip Tujuh Tepat (tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara
pemberian, tepat dokumentasi, tepat indikasi dan waspada efek samping obat).
1. Tepat Indikasi
Memastikan kebenaran dari indikasi dari pemberian obat.
2. Tepat Pasien
Benar pasien merupakan dasar yang sangat menentukan dalam prinsip
pemberian obat. The Joint Commission on Accreditation of Healthcare
Organization (JCAHO), sebuah komisi yang yang mengeluarkan akreditasi dan
sertifikat pada lebih dari 19.000 organisasi dan program perawatan kesehatan di
Amerika Serikat; mewajibkan dua bentuk pengidentifikasian primer dalam
pemberian obat. Pasien menyahuti nama mereka bila dipanggil atau sama sekali
tidak berespon, sehingga untuk mengidentifikasi kebenarannya dilakukan saat
pemberian obat (Kee dkk., 2009). Implikasi dalam perawatan mencakup:
a. Memastikan pasien dengan mengecek gelang identitas, papan identitas di
tempat tidur, atau bertanya langsung kepada pasien. Beberapa fasilitas di
institusi tertentu mencantumkan foto pada status pasien.
b. Jika pasien tidak mampu berespon secara verbal, dapat digunakan cara
non-verbal seperti menganggukkan kepala.
c. Untuk bayi, diidentifikasi melalui gelang identitas.
d. Jika pasien mengalami gangguan mental atau penurunan kesadaran
sehingga tidak mampu mengidentifikasi diri, maka harus dicarikan
alternatif lain untuk mengidentifikasi pasien sesuai dengan ketentuan
rumah sakit.
e. Membedakan dua pasien dengan nama belakang yang sama; berikan
peringatan dengan warna yang lebih mencolok pada alat identitas (ID
tools) seperti kartu medis (med card), gelang, atau kardex.
f. Beberapa institusi melengkapi gelang identitas pasiennya dengan kode
tertentu untuk status alergi. Bila ada, perawat harus tanggap dengan
kebijakan ini.
g. Ketika pasien tidak menggunakan stiker identitas, perawat
mengidentifikasi secara teliti terhadap masing-masing pasien ketika
melakukan pemberian obat.
3. Tepat Obat
Benar obat berarti menerima obat yang telah diresepkan, baik oleh dokter,
atau dokter gigi. Obat mempunyai nama dagang dan nama generik, jadi apabila
ada obat dengan nama dagang yang asing ditemui, harus diperiksa nama
generiknya. Bila ada keraguan, hubungi apotekernya. Jika label tidak terbaca
atau isinya tidak uniform, maka tidak boleh digunakan dan harus dikembalikan
ke bagian fasmasi. Implikasi keperawatan mencakup :
a. Cek permintaan obat dari segi kelengkapan dan dapat dibaca dengan jelas.
Jika order tidak lengkap dan tidak terbaca, beritahu bidang keperawatan,
apoteker atau petugas kesehatan yang menulis order.
b. Ketahui alasan kenapa pasien mendapatkan obat.
c. Cek label obat sebanyak tiga kali sebelum obat diberikan :

a) Melihat kemasan obat.


b) Membaca permintaan obat dan memperhatikan kemasan sebelum obat
dituang.
c) Mengembalikan kemasan setelah obat dituang ke lemari obat.
d) Mengetahui tanggal obat diorder dan tanggal akhir pemberian (seperti:
pemberian antibiotik).
4. Tepat Cara / Rute Pemberian
Tambayong (2002) berpendapat bahwa obat diberikan melalui rute yang
berbeda, tergantung keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan,
sifat obat (kimiawi dan fisik obat) serta tempat kerja yang diinginkan. Oleh
karena itu, berdasarkan bentuk obat, rute obat dibagi menjadi:
a. Bentuk Padat
Dalam kelompok ini, obat dibagi menjadi empat rute, yaitu oral, topikal,
rektal atau vaginal.
b. Bentuk Cairan
Bentuk obat cairan dibagi menjadi larutan, suspensi dan emulsi. Obat ini
berupa larutan atau bubuk yang bekerja di bawah tekanan. Jika berbentuk
larutan, obat disemprotkan berupa “kabut” ke dalam mulut dan dihirup ke
dalam paru, misalnya salbutamol (Ventolin) dengan alat penyemprot
khusus.
c. Bentuk Parenteral
Parenteral berasal dari bahasa Yunani. Para berarti disamping, enteron berarti
usus. Jadi, parenteral berarti di luar usus. Atau tidak melalui saluran cerna.
d. Inhalasi
Saluran napas memiliki luas epitel untuk absorpsi yang sangat luas dan
berguna untuk memberi obat secara lokal, seperti salbutamol (Ventolin) atau
sprei beklometason (Becotide, Aldecin) untuk asma, atau terapi oksigen
dalam keadaan darurat. Implikasi keperawatan mencakup:
a) Nilai kemampuan menelan pasien sebelum memberikan obat oral.
b) Lakukan teknik aseptik sewaktu memberikan obat, terutama rute parenteral.
c) Berikan obat pada tempat yang seharusnya.
d) Tetap bersama pasien sampai obat oral telah ditelan.
e) Pemberian melalui enteral: mengecek kepatenan slang NGT sebelum obat dan
mengirigasi slang dengan air sebelum dan sesudah pemberian obat
5. Tepat Dosis
Benar dosis diperhatikan melalui penulisan resep dengan dosis yang
disesuaikan dengan keadaan pasien. Beberapa kasus yang ditemui di lapangan,
terdapat banyak obat yang direkomendasikan dalam bentuk sediaan. Perawat
harus teliti menghitung dosis masing-masing obat dan mempertimbangkan
adanya perubahan dosis dari penulis resep. Berat badan pasien merupakan
indikator penting dalam pemberian obat tertentu, seperti obat pediatrik, bedah
dan perawatan kritis.
Perawat harus memiliki pengetahuan dasar dalam meracik obat,
membandingkan dan membagi dosis sebelum mengimplementasikan
perhitungan dosis obat. Perawat mengecek ulang pembagian dosis atau adanya
perbedaan dosis yang sangat besar setelah dihitung. Implikasi keperawatan
mencakup:
a. Bentuk dosis asli jangan diubah
b. Hitung dan periksa dosis obat dengan benar. Jika ada keraguan, dosis obat
harus dihitung ulang dan diperiksa oleh perawat lain, serta menghubungi
apoteker atau penulis resep sebelum pemberian dilanjutkan.
c. Periksa bungkus obat atau obat lain yang direkomendasikan secara khusus
d. Jika pasien meragukan dosis, periksa kembali. Apabila sudah mengonsulkan
dengan apoteker atau penulis resep tetap rancu, obat tidak boleh diberikan,
beritahu penanggung jawab unit atau ruangan dan penulis resep beserta
alasannya.
e. Perhatian berfokus pada titik desimal dosis dan beda antara singkatan mg
dengan mcg bila ditulis tangan.
6. Tepat Waktu dan Lama Penggunaan
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung
untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat
harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus
diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak
boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu
sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk
menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat
Contohnya, untuk PCT (Paracetamol) dosis 500mg, waktu antara efek toksik
dan efektif tersebut harus dipertahankan, sehingga pemberian obat harus
diperhatikan. Salah cara pemberian atau waktu, bisa terjadi resistensi kuman, ini
akan lebih berbahaya. Implikasi keperawatan mencakup:
a. Perhatikan simbol tertentu, seperti “a.c atau ante cimum” (obat diminum satu
jam sebelum makan) untuk memperoleh kadar yang dibutuhkan dan “p.c atau
post cimum” (obat harus diminum sesudah makan) agar terhindar dari iritasi
berlebihan pada lambung (contohnya, indometasin) atau supaya diperoleh
kadar darah yang lebih tinggi (contohnya, griseufulvin bila diberi bersama
makanan berlemak)
b. Perhatikan kontraindikasi pemberian obat. Hal ini berlaku untuk banyak
antibiotik. Contoh: tetrasiklin dikhelasi (berbentuk senyawa tidak larut)
jika diberi bersama susu atau makanan tertentu, akan mengikat sebagian
besar obat tersebut sebelum diserap
c. Antibiotika diberikan dalam rentang yang sama (misal, setiap 8 jam dalam 24
jam).
d. Periksa tanggal kadaluarsa. Obat baru (pengganti) diletakkan di belakang
atau di bawah sehingga obat yang lama tetap terpakai dan tidak menjadi
kadaluarsa. Bila obat dalam bentuk cairan, perhatikan perubahan warna (dari
bening menjadi keruh) dan tablet menjadi basah
7. Benar Dokumentasi
Benar dokumentasi mencakup ketepatan informasi pemberian obat yang
dicatat oleh perawat, meliputi:
a. Nama obat
b. Dosis obat
c. Rute/cara pemberian
d. Waktu dan tanggal pemberian
e. Nama atau tanda tangan perawat
f. Penulis resep
Bila pasien menolak meminum obat atau obat belum terminum, harus
dicatat alasannya dan dilaporkan. Perawat mendokumentasikan respon pasien
terhadap pengobatan yang diberikan dengan memperhatikan jenis obat, seperti:
a. Narkotik (Bagaimana efeknya dalam mengurangi nyeri)
b. Non-narkotik anagesik
c. Sedatif
d. Antiemetik
e. Reaksi obat yang tidak diharapkan, seperti iritasi gastrointestinal atau tanda
sensitif pada kulit.
Penundaan pencatatan oleh perawat dapat menyebabkan perawat tidak ingat
untuk mencatat obat yang telah diberikan atau perawat lain akan memberikan
obat yang sama karena mengira obat tersebut belum diberikan.
8. Tepat Informasi dan Waspada Efek Samping
Sebagai perawat kita harus mengetahui efek samping dari obat yang akan
kita berikan. Sehingga kita lebih berhati -hati terhadap obat yang akan kita
berikan ke pasien.
E. Peran Perawat
1. KARU (Kepala Ruangan)
a. Memberikan perlindungan pada pasien terhadap tindakan malpraktik.
b. Memotivasi klien untuk mematuhi program terapi.
c. Menilai kepatuhan klien terhadap program terapi.
2. Perawat Primer dan Perawat Associate
a. Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat
b. Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat
c. Memfasilitasi surat persetujuan pengelolaan dan pencatatan obat
d. Melakukan pencatatan dan kontrol terhadap pemakaian obat selama pasien dirawat
e. Melakukan tindakan kolaborasi dalam pelaksanaan program terapi
3. Perawat Primer Lain dan Supervisor
a. Memberikan perlindungan pada pasien terhadap tindakan kelalaian (negligence)
dan malpraktik
b. Memotivasi pasien untuk mematuhi program terapi
c. Menilai kepatuhan pasien terhadap program terapi
BAB III
RENCANA KEGIATAN

A. Pelaksanaan Kegiatan
Hari/ Tanggal : Jum’at / 1 April 2022
Pukul : 13.00
Pelaksana : Kepala ruangan, Perawat primer, Perawat asscosiate
Topik : Sentralisasi obat
Tempat : Ruang Tulip 3 Barat RSUD Sidoarjo
B. Struktur Pengorganisasian
Kepala ruangan : Dewi Ramadani, S.Kep
Perawat Primer : Mifrotul Rodia, S.Kep
Perawat Asscosiate : Amelia Siska Ferdiyanti, S.Kep
C. Metode
Roleplay
D. Media
1. Informed consent pengelolaan sentralisasi obat
2. Format sentralisasi obat
3. Lemari dan kotak sentralisai obat
E. Uraian Kegiatan Sentralisasi Obat

Uraian kegiatan Kegiatan Tempat Waktu Pelaksanaan


sentralisasi obat
Persiapan 1. Medication Nurse station 3 menit PA
chart pasien
Pelaksanaan 1. PP dan Petugas Bed pasien 30 menit PP, keluarga
Farmasi menje Farmasi PP, keluarga
Laskan tentang Tempat PP, keluarga
PP, keluarga
Sentralisasi penyimpanan
obat kepada Nurse station
keluarga
2. PP menunjukkan
tempat farmasi
dan cara
menebus obat
3. PP menunjukkan
tempat
Penyimpanan
obat ketika obat
telah di serahkan
oleh farmasi ke
PP
4. PP meminta
tanda tangan
persetujuan
penjelasan
Sentralisasi
obat ke
keluarga
Penutup 1. PP memeriksa Nurse station 2 menit PA, PP
ulang
kelengkapan
dokumentasi obat
2. PA menyimpan
obat di kotak obat
yang telah
disediakan sesuai
dengan kamar
pasien.

F. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
Pelaksanaan sentralisasi obat dilaksanakan di Ruang Tulip 3 Barat sebelumnya
kelompok telah melakukan beberapa persiapan sebelum pelaksanaan kegiatan
sentralisasi obat, yaitu proposal roleplay sentralisasi obat, persiapan alur sentralisasi
obat, pembagian peran sebagai primary nurse, dan nurse associate; mekanisme/alur
yang harus dilakukan saat sentralisasi obat; serta melakukan evaluasi kegiatan
2. Evaluasi Hasil
1) Kegiatan dihadiri oleh 12 orang, 1 orang pembimbing dan 11 orang mahasiswa
mahasiswa program profesi ners.
2) Selama kegiatan setiap mahasiswa yang berperan bekerja sesuai tugasnya
masing–masing.
3) Kegiatan berjalan lancar dan mahasiswa dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Standar Operating Procedure (SOP)
Sentralisasi obat
Pengertian Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat
(Nursalam, 2011).
Tujuan a. Mampu melaksanakan peran perawat dalam pengelolaan sentralisasi
obat dan mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat
dengan benar.
b. Mampu mengelola obat pasien, pemberian obat secara tepat dan
benar sesuai dengan prinsip 6 T + 1 W (tepat pasien, tepat obat, tepat
dosis, tepat waktu, tepat cara pemberian, tepat pendokumentasian,
waspada efek samping obat).
c. Meningkatkan kepatuhan klien terhadap program terapi.
d. Meningkatkan kepercayaan pasien dan keluarga terhadap perawat
dalam pengelolaan sentralisasi obat.
e. Meningkatkan kepuasan klien dan keluarga terhadap asuhan
keperawatan yang telah diberikan
f. Meningkatkan keamanan dalam pengelolaan dan penyimpanan obat.
Petugas Dilaksanakan oleh perawat-perawat diruangan.
Persiapan 1. Persiapan alat
Alat a. Alat tulis
b. Buku serah terima obat
c. Format pemberian obat oral/injeksi
Prosedur 1. Obat yang telah diresepkan dan telah diambil oleh keluarga diserahkan
kepada perawat dan keluarga menerima tanda bukti serah terima obat.
2. Perawat menuliskan nama pasien, registrasi, jenis obat, jumlah
(sediaan) dan diketahui oleh keluarga/ klien dalam format pemberian
obat. Keluarga / klien selanjutnya mendapatkan informasi bila mana
obat tersebut akan habis.
3. Klien / keluarga selanjutnya mendapatkan tanda bukti serah terima obat
yang berisi nama obat, jumlah, dosis obat yang diberikan perawat.Obat
yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalam kotak
obat.
4. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar
pemberian obat.
5. Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat
dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar
pemberian obat, dengan terlebih dahulu di cocokkan dengan terapi di
dalam advis dokter.
6. Pada saat pemberian obat perawat menjelaskan macam obat, kegunaan
obat, jumlah obat, efek samping obat. Usahakan tempat obat kembali
setelah obat dikonsumsi. Pantau adanya efek samping pada pasien.
7. Sediaan obat yang ada selanjutnya dicek setiap pagi oleh kepala
ruangan / petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam format
pemberian obat pada kolom sisa.
 Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat:
1. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang
secara optimal dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
2. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta dalam mengontrol
penggunaan obat.
3. Penerimaan obat :
a. Obat yang telah diresepkan ditunjukkan kepada perawat dan obat
yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat
dengan menerima lembar terima obat.
b. Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah
dan sediaan dalam kartu kontrol, serta diketahui (ditanda
tangani) oleh keluarga atau pasien dalam buku masuk obat.
Keluarga atau pasien selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan
atau bilamana obat tersebut akan habis, serta penjelasan tentang
5T (jenis, dosis, waktu, pasien dan cara pemberian). Pasien atau
keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang harus
diminum beserta kartu sediaan obat.
c. Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat
dalam kotak obat (Nursalam,2011).
4. Pembagian obat :
a. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya dicatat dalam format
pemberian obat oral/injeksi.
b. Obat-obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh
perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam
daftar pemberian obat oral/injeksi dengan terlebih dahulu
dicocokkan dengan terapi yang diinstruksi dokter.
c. Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat,
kegunaan obat, jumlah obat, dan efek samping obat. Obat yang
diterima oleh perawat disimpan di kotak obat.
d. Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap shift oleh
petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku masuk
obat. Obat yang hampir habis akan diinformasikan kepada
pasien/keluarga dan kemudian dimintakan kepada dokter
penanggung jawab klien.
e. Obat-obatan yang hampir habis akan diinformasikan kepada
keluarga dan kemudian dimintakan resep (jika masih perlu
dilanjutkan) kepada dokter penanggungjawab pasien
(Nursalam,2011).
5. Penambahan obat baru :
a. Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau
jadwal pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan
dalam format pemberian obat oral/injeksi.
6. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja), maka
dokumentasi dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya
diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat Obat
khusus.
a. Obat disebut khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup
mahal, menggunakan rute pemberian yang cukup sulit, memiliki
efek samping yang cukup besar atau hanya diberikan pada waktu
tertentu.
b. Pemberian obat khusus didokumentasikan di format pemberian
obat (tidak ada format khusus)
c. Informasi yang diberikan pada klien/ keluarga yaitu nama obat,
kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung
jawab pemberian dan tempat obat sebaiknya diserahkan/
ditunjukkan pada keluarga setelah pemberian. Usahakan terdapat
saksi dari keluarga saat pemberian obat ( Nursalam, 2007).
Seorang manajer keperawatan kesehatan dapat mendidik staf
mengenai obat dengan cara berikut ini.
1) Membuat catatan mengenai obat-obatan yang sering dipakai,
dan efek samping, kemudian berikan salinan kepada semua
staf.
2) Tuliskan dosis yang tepat obat-obatan yang sering digunakan
dan gantungkan di dinding.
3) Beritahu kepada semua staf mengenai harga
bermacam-macam obat.
 Pengembalian Obat
1) Bila klien pulang atau pindah ruangan dan obat masih sisa
maka obat dikembalikan kepada klien/keluarga dengan
ditanda tangani oleh klien/keluarga serta tanggal dan waktu
penyerahan.
Sumber DAFTAR PUSTAKA:
rujukan Nursalam. 2011Menejemen Keperawatan: aplikasi Dalam praktek
Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

SKENARIO ROLEPLAY SENTRALISASI OBAT

1. Kepala Ruangan :
2. Kepala Tim :
3. Perawat Pelaksana :
4. Keluarga Pasien :

Pada hari Jum’at, 01 April 2022 Sekitar pukul 13.00 WIB Pasien Tn. D dengan diagnosis
Fraktur humerus dari ruangan IGD di rujuk ke ruang Tulip 3 Barat RSUD Sidoarjo. Pasien
diantar oleh keluarga dan perawat IGD menuju ruang Tulip 3 Barat. Keadaan umum pasien
lemah dan kesadaran compos mentis. Sesampai di ruang Tulip 3 Barat, perawat ruangan dan
perawat IGD melaksanakan serah terima pasien baru. Setelah pasien baru (OB) diterima di Ruang
Tulip 3 Barat kemudian perawat ruangan akan melaksanakan kegiatan desentralisasi/sentralisasi
obat.
Katim memintakan ijin kepada Karu untuk melaksanakan desentralisasi/sentralisasi obat pasien
Perawat primer : selamat pagi Ns. Dewi
Karu : iya selamat pagi Ns. Dia, ada apa ini Ns?
Perawat primer : ini Ns, kita memiliki pasien baru Tn. D dengan diagnose Fraktur humerus
dengan keadaan umum pasien lemah dan kesadaran compos mentis, yang tadi
sudah dilakukan Penerimaan Pasien Baru oleh Ns. Tama, nah, sekarang saya
akan melakukan Desentralisasi/sentralisasi obat pasien baru, bagaimana menurut
Ns. Dewi?
Karu : Baik Ns. dia, saya setuju untuk dilakukan Desentralisasi/sentralisasi
obat pasien baru. Bagaimana tindakan pelaksanaan dan keperluan
instrumennya?
Perawat primer : Untuk tindakannya pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat.
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana, sehingga
kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi.
Instrument yang kita butuhkan antara lain :
1. Surat persetujuan pengelolaan sentralisasi obat
2. Lemari / kotak sentralisasi obat, tempat obat dan baki (kita sudah memiliki)
3. Tanda bukti serah terima obat dari farmasi
4. Format pemberian obat oral dan injeksi
Karu : Baik Ns. dia, saya rasa persiapannya sudah cukup bisa dilakukan sekarang
Perawat primer : Baik Ns. dewi terimakasih untuk perijinannya.

PA : iya Ns. dia


Perawat primer : kita segera saja lakukan Desentralisasi/sentralisasi obat pasien baru
PA : siap Ns. Dia, Jadi yang harus saya lakukan sekarang apa Ns?
Perawat primer : baik Ns. imel kita bagi tugas, saya persiapkan lembar persetujuannya, Ns. imel
yang memanggil keluarga pasien.
PA : baik Ns.dia. siap laksanakan.
Perawat asosiet menuju ruang pasien

PA : selamat pagi, dengan keluarga pasien Tn.D ?


KP : iya sus, saya orang tua Tn. D?
PA : perkenal nama saya Ns. Imel, saya perawat pelaksana pada Dinas pagi hari ini.
Baik pak, nanti kami jelaskan secara lebih rinci di ruangan, sekarang bapak ikuti saya
keruangan, Perawat primer yang akan menjelaskannya.
KP : Baik sus
Perawat Asosiet dan keluarga pasien menuju ruangan
PA : Permisi Ns. Dia, ini keluarga Tn.D
Perawat primer : ohh iya pak silahkan duduk.. perkenalkan saya Ns.dia, saya bagian
perawat primer Dinas Pagi diruangan ini, bapak sudah sedikit dijelaskan
alasan bapak saya undang keruangan hari ini?
KP : belum sus
Perawat primer : jadi saya jelaskan ya pak, mohon diperhatikan dengan baik dan jika ada
yang kurang dimengerti silahkan ditanyakan.
Sesuai dengan Prosedur Standart keselamatan dan kenyamanan pasien kami
akan melaksanakan Prosedur Desentralisasi/sentralisasi Obat pasien.
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat.
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana,
sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi.
Bagaimana pak, ada yang ditanyakan? Atau sudah cukup jelas?
KP : sudah mbk, sudah jelas..
Perawat primer : baik pak mari saya bantu untuk mengisi berkas format persetujuan.
Ini berkasnya silahkan di baca terlebih dahulu.

Keluarga pasien mengisi format persetujuan Desentralisasi/sentralisasi obat.


KP : Sudah bu.
Perawat primer : Baik pak, ini ada resep yang harus bapak tebus di apotik 7 dibawah ya pak,
dan ini untuk surat pengambilan obatnya. saya tunggu diruangan untuk obat
yang sudah ditebus silahkan diantar kesini.
KP : Baik bu, saya tebus resep dulu bu.
Setelah keluarga pasien menebus obat
KP : Permisi bu, ini obat yang sudah saya tebus.
Perawat primer : Baik pak, saya terima obatnya, baik bapak bisa kembali keruangan, nanti
obatnya akan diberikan saat waku pemberian oleh Perawat.
KP : Baik bu, Terimakasih
Perawat primer : iya pak, sama-sama

Keluarga pasien keluar dari ruang Nurse station

SEKIAN…………….
SURAT PERSETUJUAN DILAKUKAN SENTRALISASI OBAT

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Untuk : ( ) Diri Sendiri ( ) Istri ( ) Suami
( ) Anak ( ) Orang Tua ( ) Lainnya
Nama Pasien :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Ruang :
No.reg :

Menyatakan (setuju/tidak setuju*) untuk dilakukan sentralisasi obat, setelah mendapatkan


penjelasan tentang sentralisasi obat yaitu pengaturan pemakaian obat yang diatur/dikoordinasikan oleh
perawat sesuai ketentuan dosis yang diberikan dokter.
Sentralisasi obat ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
1. Pasien/keluarga mengisi surat persetujuan untuk kerjasama dalam pengelolaan sentralisasi obat.
2. Setiap ada resep dari dokter diserahkan dahulu kepada perawat yang bertugas saat itu.
3. Obat dari apotik diserahkan kepada perawat.
4. Nama obat, dosis, jumlah yang diterima akan dicatat dalam buku serah terima dan ditandatangani
oleh keluarga/pasien dan perawat yang menerima.
5. Obat akan disimpan dilemari obat di kantor perawatan.
6. Setiap hari perawat memberikan obat sesuai dengan program terapi dari dokter yang merawat.
7. Bila pasien pulang dan obat masih ada atau belum habis sisa obat akan diberikan kepada
pasien/keluarga.

Dengan demkian saya menyatakan bertanggung jawab atas pernyataan yang dibuat dan tidak akan
melakukan tuntutan/gugatan di kemudian hari atas tindakan tersebut.
Demikian persetujuan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk digunakan sebagaimana
mestinya.

Sidoarjo,....................
Perawat yang Menerangkan Menyetujui

(........................................) (...................................)

Saksi 1:.........................(............................)
Saksi 2:.........................(............................)

NB: harap diisi dengan nama jelas dan tanda tangan


*) Coret yang tidak perlu
DAFTAR PUSTAKA

Nancy & Patricia (2012) Dokumentasi Keperawatan Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta : EGC
Nursalam (2016) Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktek Keperawatan Profesional.
Jakarta : Salemba Medika
Nursalam (2016) Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Jakarta :
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai