Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL DESENTRALISASI OBAT

STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN


DI RUANG AR RAHMAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

OLEH :

1. SITI NURDIYANTI, S.Kep NPM :


2. SITI RUKMANA, S.Kep NPM :
3. SRI MUSTIKA INTANNIA, S.Kep NPM : 1714901110096
4. UMI KALSUM, S.Kep NPM :
5. YULI YANTI, S.Kep NPM : 1714901110134
6. YULIANITA, S.Kep NPM : 1714901110100
7. YULMA FADLIATUN NISA, S.Kep NPM :
8. ABDULLAH,S. Kep NPM :
9. ARI KURNIAWAN RAHMADANI, S.Kep NPM :
10. ARYA KARTA MANGGALA, S.Kep NPM : 1714901110039
11. MUHAMMAD HAFIZ NPM :

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S.1 PROFESI NERS
MARTAPURA, 2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang prima
dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus segera direspon oleh perawat.
Respon yang ada harus bersifat kondusif dengan mempelajari langkah-langkah
konkrit dalam pelaksanaannya (Nursalam, 2016).

Salah satunya adalah dalam pengelolaan obat pasien. Teknik pengelolaan obat
secara sentralisasi merupakan pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan pada pasien diserahkan sepenuhnya kepada perawat. Pengeluaran dan
pembagian obat juga sepenuhnya dilakukan oleh perawat.

Sentalisasi obat diharapkan dapat diberikannya terapi farmakologi (pengobatan)


secara tepat pasien, tepat waktu, tepat dosis, tepat cara pemberian sehingga akan
memperpendek waktu rawat inap. Sentralisasi obat dilaksanakan pada obat
injeksi yang disimpan oleh petugas ditempat khusus di ruang perawat dan
diberikan menurut jadwal pemberian. Resep dari dokter diberikan keluarga
pasien untuk dibelikan di apotek, setelah mendapatkan obatnya diserahkan ke
perawat untuk dicatat pada buku penerimaan obat. Karena hal tersebut diatas,
mahasiswa profesi Ners 2017 berencana akan mensosialisasikan dan
melaksanakan sentralisasi obat yang mencakup obat injeksi maupun oral karena
pengelolaan sentralisasi yang optimal merupakan salah satu usaha untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

Penggunaan obat yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai kerugian pada
pasien. Resistensi tubuh terhadap obat dan resiko resistensi kuman penyakit
dapat terjadi jika konsumsi obat oleh penderita tidak terkontrol dengan baik.
Kerugian lain yang bisa terjadi adalah terjadinya kerusakan organ tubuh atau
timbulnya efek samping obat yang tidak diharapkan. Selain itu penggunaan obat
yang tidak tepat dapat menimbulkan kerugian pasien secara ekonomi. Oleh
karena itu diperlukan suatu cara yang sistematis sehingga penggunaan obat
benar-benar dapat dikontrol oleh perawat dan pasien/keluarga serta resiko
kerugian baik secara materi maupun non material dapat dihindari, pada akhirnya
kepercayaan pasien perawat juga semakin meningkat. Berdasarkan hal
tersebut,kami akan melaksanakan sentralisasi obat sesuai dengan proposal agar
sistematis dan terarah.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan peran perawat dalam pengelolaan sentralisasi obat dan
mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat
2. Tujuan Khusus
1) Mampu meningkatkan pemahaman perawat dan mahasiswa dalam
menerapkan pemberian obat secara tepat dan benar sesuai dengan prinsip
6 6T dan 1W (tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara
pemberian, tepat dokumentasi dan waspadalah efek samping obat).
2) Mampu meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan
perawat primer dan perawat associate dalam mengelola sentralisasi obat
dengan prinsip 6T dan 1W.
3) Mampu meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat sesuai
dengan program terapi.
4) Mampu meningkatkan kepuasan dan pasien dan keluarga atas asuhan
keperawatan yang diberikan.
5) Meningkatkan kepercayaan pasien dan keluarga terhadap perawat dalam
pengelolaan sentralisasi obat.

1.3 Manfaat
1. Bagi Klien
1) Tercapainya kepuasan klien yang optimal terhadap pelayanan
keperawatan
2) Klien dapat terhindar dari resiko resistensi tubuh terhadap obat
3) Mencegah tertukarnya obat
2. Bagi perawat
1) Tercapainya kepuasan kerja yang optimal
2) Dapat mengontrol secara langsung obat-obatan yang dikonsumsi klien
3) Meningkatkan kepercayaan klien dan keluarga kepada perawat.
3. Bagi institusi
1) Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan sentralisasi obat
2) Terciptanya model asuhan keperawatan professional
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat
(Nursalam, 2016 ).
Sentralisasi obat (teknik pengelolaan obat penuh) adalah pengelolaan obat
dimana seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan sepenuhnya
kepada perawat, pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh
perawat.

2.2 Tujuan Pengelolaan Obat


Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan
menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat
terpenuhi
Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering mengapa
obat perlu disentralisasi.
1) Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien.
2) Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standart yang
lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektifitas dan keamanan
yang sama.
3) Meresapkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat.
4) Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang diperlukan
5) Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya, dan yang akan
membuang atau lupa untuk minum.
6) Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak yang
tersisa sesudah batas kadarluarsa.
7) Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak aktif.
8) Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya atau panas.
9) Mengeluarkan obat ( dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu
waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri ( Nursalam, 2016 ).

2.3 Teknik Pengelolaan Obat ( Sentralisasi )


Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
1. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara
oprasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
2. luarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat
3. Penerimaan obat.
1) Obat yang telah diresepkan ditunjukan kepada perawat dan obat yang telah
diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat dengan menerima lembar
terima obat
2) Perawat menuliskan nama pasien, regestrasi, jenis obat, jumlah dan
sediaan (bila perlu) dalam kartu control, dan diketahui (ditandatangani)
oleh keluarga atau pasien dalam buku masuk obat. Keluarga atau pasien
selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan atau bilamana obat tersebut
akan habis, serta penjelasan tentang 5T ( jenis, dosis, waktu, pasien, dan
cara pemberian).
4. Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang harus
diminum beserta kartu sediaan obat.
1) Obat yang telah diserahkan selnjutnya disimpan oleh perawat dalam kontak obat
( Nusalam 2016 )
5. Pembagaian obat
1) Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar
pemberian obat.
2) Obat yang telah disimpan untuk selnjutnya diberikan oleh perawat dengan
memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian obat:
dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi diinstruksi dokter dan
kartu obat yang ada pada pasien.
3) Ada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat, kegunaan
obat, jumlah obat, dan efek samping, usahakan tempat atau wadah obat
kembali keperawat setelah obat dikonsumsi, pantau efek samping pada
pasien.
4) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala
ruangan atau petugas yang ditujuk dan didokumentasikan dalam buku
masuk obat. Obat – obatan yang hampir habis akan diinformasikan
kepada keluarga dan kemudian dimintakan resep ( jika masih perlu
dilanjutkan ) kepada dokter penanggung jawab pasien ( Nurussalam,
2016)
6. Penambahan obat baru
1) Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau perubahan
alur pemberian oabat, maka informasi ini akan dimasukan dalam buku
masuk obat sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu sedian obat.
2) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin ( sewaktu saja ) maka
dokumentasi hanya dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya
diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat ( Nursalam,
2016).
7. Obat Khusus
1) Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup
mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup sulit, memiliki efek
sampingyang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu /
sewaktu saja.
2) Pemberian obat khusus dilakukan menggunkan kartu khusus obat,
dilaksanakan oleh perawat primer.
3) Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga: nama obat,
kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab
pemberian, dan wadah obat sebaiknya diserahkan atau ditunjukan kepada
keluarga setelah pemberian,. Usahakan terdapat saksi dari keluarga saat
pemberian obat (Nursalam, 2016) .Seorang manajer keperawatan
kesehatan dapat mendidik staf mengenai obat dengan cara – cara berikut
ini:
a. Membuat catatan mengenai obat – obatan Yang sering dipakai, jelaskan
penggunaan dan efek samping, kemudian berikan salinan kepada semua
staf.
b. Tuliskan dosis yang tepat obat-obatan yang sering digunakan dan
gantungkan didinding.
c. Berikan kepada semua staf mengenai harga bermacam-macam obat
d. Aturlah kuliah atau program diskusi dan bahaslah mengenai satu jenis
obat setiap minggu pada waktu pertemuan staf
e. Sediakan satu atau lebih eksemplar buku farmakologi sederhana
diperpustakaan.
4) Menyimpan persediaan obat
a. Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat dan
menulis etiket dan alamat pesien. Penyimpanan stok ( persediaan ) yang
teratur dengan baik merupakan bagaian penting dari manajemen obat.
Obat yang diterima dicatat dalam buku besar persediaan atau dalam
kartu persedian.
b. System kartu persediaan
Sebuah kartu persediaan ( kartu stok ) kadang-kadang digunakan untuk
menggantikan buku besar persediaan, kartu ini berfungsi seperti buku
besar persediaan, yakni neraca diseimbangkan dengan menambahkan
barang yang diterima dan mengurangi dengan jumlah barang yang
dikeluarkan dalam buku besar persediaan, masing – masing barang
ditempatkan pada halaman yang terpisah. Tetapi dalam system kartu
persediaan, masing – masing barang dituliskan dalam kartu yang
terpisah.
5) Lemari obat
Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemari obat serta
lemari pendingin. Periksa persediaan obvat, pemisahan antara obat untuk
penggunaan oral ( untuk diminum) dan obat luar.

2.4 Alur Pelaksanaan Sentralisasi Obat ( Nursalam, 2007 )

DOKTER PERAWAT

PASIEN /
KELUARGA

Surat persetujuan
Pendekatan
sentralisasi obat
perawat
dari perawat
FARMASI /
APOTEK

PASIEN /
KELUARGA
Lembar serah terima
obat
Buku serah terima/
Masuk obat
PP / perawat
yang menerima

Pengaturan dan
pengelolaan oleh
perawat

Pasien / Keluarga

Keterangan :

:Garis Komando
: Garis Koordinasi

Bagan 2.1 Alur pelaksanaan sentralisasi obat


2.5 Peran/Tugas
2.5.1 Kepala Ruangan
1) Memberikan perlindungan pada pasien terhadap tindakan malpraktek.
2) Memotivasi klien untuk mematuhi program terapi.
3) Menilai kepatuhan klien terhadap program terapi.
2.5.2 Katim
1) Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat.
2) Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat.
3) Melakukan tindakan kolaborasi dalam pelaksanaan program terapi.
2.5.3 Perawat pelaksana
Melakukan pencatatan dan control terhadap pemakaian obat selama klien
dirawat.

2.6 Pelaksanaan
Kegiatan sentralisasi obat dilaksanakan pada minggu kedua selama mahasiswa
praktek di Ar Rahman. Ruangan yang digunakan dalam mengelola sentralisasi
obat adalah ruangan nurse station.

2.7 Instrument
1. Surat persetujuan pengelolaan sentralisasi obat
2. Lemari/kotak sentralisasi obat, tempat obat
3. Lembar/ buku serah terima obat
4. Format pemberian obat oral dan injeksi
BAB 3

RENCANA KEGIATAN

1. Rencana pelaksanaan
Pelaksanaan sentralisasi obat
Hari/ tanggal : Kamis, 24 Mei 2018
Jam : 09.00 s/d selesai WIB
Tempat : Ruangan Ar Rahman RSUD Ratu Zalecha Martapura
Topik : Sentralisasi obat

2. Pengorganisasian
Penanggung Jawab : Asmawati, S.Kep., Ns
Kepala ruangan : Muhammad Hafiz, S.Kep
Katim 1 : Ari Kurniawan Rahmadani,.S.Kep
PA : Yulianita, S.Kep
Pasien : An. Siti Aisyah
Keluarga pasien : Ny. Dewi Yanti
Observer : Pembimbing Klinik dan Perawat berdinas di ruangan
Tujuan :Setelah dilakukan praktik manajemen keperawatan,
diharapkan di Ruang Ar Rahman mampu menerapkan
sentralisasi obat secara optimal.

3. Mekanisme Kegiatan (Sentralisasi Obat)


Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana
Persiapan 1. Katim mendatangi Karu & menyatakan mau 10 menit Nurse Katim
mengadakan sentralisasi obat oral dan injeksi Station
2. Karu menanyakan persiapan SO
3. Katim menyebutkan hal-hal yang sudah
disiapkan
4. Karu memeriksa kelengkapan administrasi
sentralisasi obat (meliputi: informed consent, Karu
formulir pemberian obat oral dan injeksi,
lembar serah terima obat)

Pelaksanaan 1. Karu mendatangi bed pasien yang akan di 30 menit Bed Karu
adakan sentralisasi obat pasien
2. Katim meminta satu/dua orang keluarga pasien Katim
untuk dijelaskan tentang sentralisasi obat secara Nurse
umum di nurse station Station
3. Katim menjelaskan bagaimana
pensentralisasian obat Katim
4. PP memberikan informed consent pada

42
keluarga pasien Perawat
5. Katim bersama keluarga mencatat jumlah obat Pelaksana
dan menyimpan obat
6. Katim & perawat pelaksana bersama sama Katim
melakukan pendokumentasian pemberian obat
Katim &
Perawat
pelaksana
Penutup 1. Katim melaporkan kepada Karu dengan 15 menit Nurse Karu
membawa semua kelengkapan SO Station
2. Karu mengecek informed concent dan lembar
serah terima obat
3. Karu mengevaluasi pada Katim tentang
pelaksanaan sentralisasi obat

4. Instrumen
1) Alat tulis
2) Rekam medik

5. Kriteria evaluasi
1) Struktur (input) :
 Pelaksanaan sentralisasi obat dilaksanakan di ruang ners station
 Persiapan dilakukan sebelumnya.
 Perawat yang betugas.
2) Proses
 Pelaksanaan sentralisasi obat dilakukan sesuai dengan ruangan yang telah
ditentukan dan pasien yang menyetujui informe consent untuk dilakukan
sentralisasi obat.
 Pelaksanaan sentralisasi obat sesuai dengan alur yang telah ditentukan.
3) Hasil
 Pasien puas dengan hasil pelaksanaan sentralisasi obat.
 Mencegah terjadinya Medication Error.
 Perawat mudah mengontrol pemberian obat.
 Pendokumentasian pemberian obat dapat dilakukan dengan benar.
SURAT PERSETUJUAN
DILAKUKAN SENTRALISASI OBAT

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : L/P *)
Umur/Kelamin:
Alamat :

Adalah isteri / suami / anak / orang tua *) dari pasien :


Nama :
Umur/kelamin :
Alamat :
Ruang :
No RM :

Menyatakan setuju/tidak setuju *) Untuk dilakukan sentralisasi obat,


setelah mendapatkan penjelasan tentang sentralisasi obat yaitu pengaturan pemakaian
obat yang di atur atau dikoordinator dosis yang diberikan dokter
Sentralisasi obat ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
1. Pasien/keluarga pasien mengisi surat persetujuan untuk kerjasama dalam
pengelolaan sentralisasi obat
2. Setiap ada resep dari dokter di serahkan dahulu kepada perawat yang bertugas
saat itu
3. Setelah pencatatan resep akan di serahkan kembali pada klien/keluarga
kemudian diserahkan pada petugas farmasi
4. Obat akan di simpan di kantor perawat
5. Setiap hari perawat akan memberikan obat sesuai dengan advice dokter
6. Bila pasien pulang obat masih ada/belum habis akan diserahkan kembali pada
keluarga
Demikian persetujuan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk digunakan
sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, (2016), Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktek


Keperawatan Profesional edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai