Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL TIMBANG TERIMA

PRAKTIK PROFESI NERS DI RUANG KEPERAWATAN PROGRAM


STUDI PROFESI NERS DI RUANG PAMENANG LANTAI 2
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GAMBIRAN KEDIRI

Disusun Oleh :

Bayu Viki Andika, S.Kep


Choirunnisa, S.Kep
Deby Yasma Anggara, S.Kep
Delvina Kezia Anggraini, S.Kep
Dewi Prahara, S.Kep
Duwi Susanti, S.Kep
Eka Surya Dianda Wirantika P, S.Kep
Eko Porwanto, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS S1 KEPERAWATAN


STIKes GANESHA HUSADA KEDIRI
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang prima
dirasakan sebagai suatu fenomena yang segera harus direspon oleh perawat.
Respon yang ada harus bersifat kondusif dengan mempelajari masalah-masalah
kongkrit dalam pelaksanaannya (Nursalam, 2011). Praktik keperawatan adalah
tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama berbentuk kolaborasi
dengan klien dan tanaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan lingkungan, wewenang dan tanggung jawabnya. Salah satu
tindakan mandiri perawat adalah pada sentralisasi obat. Sentralisasi obat
merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif melibatkan
klien dan keluarga, dimana sangat mempengaruhi mutu kualitas pelayanan
(Nursalam, 2011) Di Ruang Rawat Inap Lantai 2 Rumah Sakit Umum Daerah
Gambiran Kediri, teknik sentralisasi obat sudah cukup baik yaitu menggunakan
One Day Dose Dispending (ODDD), namun masih terdapat ketidak lengkapan
administrasi seperti tanda tangan perawat pemeriksa/cross check dan tanda tangan
keluarga.
Dewasa ini harga obat/ alat kesehatan sangatlah tinggi/mahal dan diluar
jangkauan masyarakat utamanya bagi klien dirumah sakit yang mayoritas
menggunakan berbagai merek obat patent bagi setiap pasien. Penggunaan
berbagai jenis merek obat dengan harga yang sangat tinggi tersebut tentu saja
tidak hanya berpengaruh secara ekonomi semata, namun lebih dari itu resiko
penyimpangan penggunaan obat diluar hal semestinya juga mampu menimbulkan
kerugian klien itu sendiri. Resiko resistensi tubuh terhadap obat dan resiko
resistensi kuman penyakit dapat terjadi manakala konsumsi obat oleh penderita
tidak terkontrol dengan baik.
Kontroling terhadap penggunaan dan konsumsi obat sebagai salah satu
peran perawat, perlu dilakukan dalam pola/alur yang sistematis sehingga
penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol oleh perawat sehingga resiko
kerugian baik secara materiil maupun non materiil dapat minimalkan. Upaya
sistemik meliputi uraian terinci tentang pengelolaan ketat obat oleh perawat
diperlukan sebagai bentuk tanggung jawab perawat dalam menyelenggarakan
kegiatan keperawatan.
Namun dalam kenyataannya dirumah sakit tidak jarang ditemui adanya
jumlah tenaga yang tidak sesuai dengan kebutuhan sehingga beberapa tugas dan
peran perawat harus “diserahkan” pada keluarga dan klien sendiri, termasuk
didalamnya penggunaan adalah obat. Untuk itu perlu diupayakan langkah
pengontrolan keluarga dalam menciptakan suatu bentuk “pendelegasian” peran
dari perawat kepada keluarga khususnya dalam pengelolaan obat sehingga resiko
penyimpangan dapat diminimalkan.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum :
Meningkatkan mutu pelayanan kepada klien,terutama dalam
pemberian obat
2. Tujuan Khusus :
1. Menyeragamkan pengelolaan obat.
2. Mengamankan obat-obat yang dikelola.
3. Sebagai pertanggung jawaban secara hukum maupun secara moral
4. Mempermudah pengelolaan obat secara efektif dan efisien.
1.3 Manfaat
1. Pemberian sesuai dengan 6T dan 1W yaitu tepat obat, tepat penderita,
tepat dosis, tepat waktu dan tepat cara pemberian, tepat dokumentasi,
serta waspada.
2. Pemantauan obat lebih efektif
3. Dapat dipertanggung jawabkan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat
(Nursalam, 2007).
Sentralisasi obat meliputi obat oral, injeksi, maupun cairan diserahkan
sepenuhnya kepada perawat. Pengeluaran dan pembagian obat tersebut dilakukan
oleh perawat dimana pasien atau keluarga wajib mengetahui dan ikut serta dalam
mengontrol penggunaan obat tersebut.
2.2 Tujuan Sentralisasi Obat
Menurut Nursalam (2012) sentralisasi obat bertujuan untuk menggunakan
secara bijaksana dan menghindari pemborosan sehingga kebutuhan asuhan
keperawatan terpenuhi.
Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering mengapa
obat perlu disentralisasi:
a. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien.
b. Menggunakan obat yang mahal dan bermerk, padahal obat standart yang
lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektifitas dan
keamanan yang sama.
c. Meresepkan obat sebelum diagnostik “hanya untuk mencoba”
d. Menggunakan dosis yang lebih besar daripada yang diperlukan.
e. Memberikan obat pada pasien yang tidak mempercayainya dan yang akan
membuang atau lupa untuk diminum.
f. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan sehingga banyak yang
tersisa sesudah batas kadaluarsa.
g. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak
efektif.
h. Meletakkan obat yang lembab, terkena cahaya atau panas.
i. Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu
waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri (Mc Mahon, 1999)
2.3 Penerimaan Obat
a. Obat yang telah diresepkan oleh dokter akan diserahkan kepada perawat
dan perawat akan menunjukkan resep tersebut kepada pasien atau keluarga
pasien untuk mendapatkan persetujuan pasien atau keluarga terkait dengan
harga obat jika pasien merupakan pasien umum.
b. Perawat memberikan resep kepada farmasi untuk dipersiapkan oleh tenaga
farmasi dalam bentuk one day dose dispensing (ODDD).
c. Perawat mengambil sediaan obat pasien ke depo farmasi dengan menerima
lembar terima obat.
d. Obat yang telah diterima selanjutnya disimpan oleh perawat dalam kotak
obat.
e. Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang harus
diminum.
2.4 Pembagian Obat
a. Obat yang telah diterima oleh perawat kemudian ditulis dan dibuatkan
jadwal pemberian dalam medication chart.
b. Sebelum obat diberikan pada pasien, perawat harus melakukan cross check
untuk meminimalkan kesalahan dalam pemberian obat. Perawat yang
mempersiapkan obat untuk diberikan kepada pasien harus menuliskan
paraf (checker system). Sehingga tidak menutup kemungkinan perawat
pada sift lain dapat menyiapkan obat untuk sift lain.
c. Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat, manfaat
obat, dosis obat, cara pemberian obat, jumlah obat, dan efek samping
obatpada pasien/ keluarga. Observasi adanya efek samping setelah minum
obat. Kemudian perawat yang memberikan obat meminta pasien/ keluarga
menandatangani pada format pemberian obat sebagai bukti obat tela
diberikan/ diinjeksikan.
d. Obat yang hampir habis akan diinformasikan kepada pasien/ keluarga dan
kemudian dimintakan resep kepada dokter penanggung jawab klien
disertai dengan keterangan berapa lama pasien mendapatkan obat tersebut.
2.5 Penambahan Obat Baru
a. Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau jadwal
pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukan dalam format
pemberian obat orali/ injeksi dan diinformasikan pada depo farmasi.
b. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja), maka
dokumentasi dilakukan pada format pemberian obat khusus dan
selanjutnya diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat.
(Nursalam, 2007)
2.6 Obat Khusus
a. Obat disebut khusus apabila sediaan yang memiliki harga yang cukup
mahal, memiliki jadwal pemberian yang cukup sulit, memiliki efek
samping yang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu atau
sewaktu saja.
b. Pemberian obat khusus dilakukan dengan menggunakan format pemberian
obat khusus untuk obat tersebut dilakukan oleh perawat primer.
c. Informasi yang diberikan kepada klien/ keluarga meliputi nama obat,
kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab
pemberian dan tempat obat, sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan kepada
keluarga setelah pemberian obat. Usahakan terdapat saksi dari keluarga
pada saat pemberian obat. (Nursalam, 2007)
2.7 Pengembalian Obat
Pada pasien (umum) pulang atau pindah ruangan dan obat masih sisa maka
obat dikembalikan kepada depo farmasi untuk diganti dengan uang sesuai harga
obat.
2.8 One Day Dose Dispensing (ODDD)
One Day Dose Dispensing ( ODDD) adalah suatu cara penyerahan obat
dimana obat-obatan yang diminta, disiapkan dan digunakan serta dibayar dalam
dosis perhari yang berisi obat untuk pemakaian satu hari.
Keuntungan system ini adalah:
a. Pasien hanya membayar obat yang dipakai
b. Tidak ada kelebihan obat atau alat yang tidak dipakai di ruangan perawat
c. Menciptakan pengawasan ganda oleh apoteker dan perawat
d. Kerusakan dankehilangan obat hampir tidak ada
e. Obat yang tidak digunakan dikembalikan ke instalasi farmasi
Sistem penyaluran/ distribusi pembekalan farmasi dapat dilakukan secara:
a. Sentralisasi
Semua pelayanan pembekalan farmasi diatur oleh instalasi farmasi
sentral dan tidak ada cabang IFRS di daerah perawatan penderita.
b. Desentralisasi
Pelayanan pembekalan farmasi terbagi-bagi di daerah perawatan
farmasi sehingga lebih cepat menjangkau penderita.
2.9 Alur Sentralisasi Obat

Dokter

Resep

Perawat

Farmasi
Tanda Terima
Perawat

Sentralisasi Obat
One Day Dose Dispending

Medication Chart Salinan Obat

Persiapan Obat Pasien

Obat diberikan Ke Pindah/Pulang/Meninggal


Pasien
Sisa Obat

Pengembalian oleh farmasi

Gambar 2.1 Bagan Alur Sentralisasi Obat (Nursalam, 2011)


BAB 3
PERENCANAAN

3.1 Rencana Pelaksanaan Sentralisasi Obat


Hari : Kamis
Tanggal : 13 Agustus 2015
Waktu : 09.00-10.00 WIB
Pelaksana : PJ Unit, Perawat Primer, Perawat Associete
Tempat : Ruang Rawat Inap Lantai 2 RSUD Gambiran Kediri
Pembimbing Institusi : , S.Kep.,Ns
Pembimbing Klinik : , S.Kep.,Ns
3.2 Struktur Pengorganisasian
PJ Unit : , S.Kep
Perawat Primer : , S.Kep
Perawat Associete : , S.Kep
3.3 Metode
1. Pengawasan nama obat, jumlah, rencana pemakaian, penerima, dan
pemberi obat sesuai dengan identitas pasien dan dicatat dalam lembar
serah terima obat.
2. Pengawasan dan perencanaan nama obat, dosis, frekuensi, jadwal, dan jam
pemberian obat, cara pemberian,sesuai dengan identitas pasien pada
format kontrol dan pemakaian obat
3.4 Rencana kegiatan
a. Persiapan
1. Membuat informed consent
2. Membuat format daftar pemberian terapi (medication chart).
3. Membuat petunjuk tehnis penulisan sentralisasi obat.
4. Melakukan sosialisasi dikelompok untuk menyamakan persepsi antara
petugas.
5. Mensosialisasikan jadwal pemberian obat dan tehnik penulisan Untuk
obat oral jenis antibiotika disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.
Obat Injeksi disesuaikan dengan jenis obatnya, jika merupakan obat
antibiotika maka dibuatkan jadwal sesuai dengan teknik pemberian
obat antibiotika.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan sentralisasi obat dimulai tanggal 27 Maret 2014, oleh
perawat shift pagi. Dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Memberikan informed consent pada klien atau keluarganya.
2. Melakukan pencatatan pada format sentralisasi obat meliputi :
a. Identitas pasien
b. Hari dan tanggal penerimaan obat sesuai yang diresepkan
c. Nama dan jumlah obat yang diresepkan.
d. Tanda tangan yang menerima obat dan yang menyerahkan obat.
e. Menuliskan dosis dan cara pemberian obat.
f. Menuliskan jam pemberian
3. Melaksanakan pemberian obat sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
perawat pelaksana tanda tangan.
4. Melakukan timbang terima obat setiap pergantian shift sesuai dengan sisa
obat yang telah diberikan kepada pasien.
5. Memintakan resep bila obat klien habis yang dilakukan oleh perawat
primer.
6. Setelah klien diperbolehkan pulang, obat sisa dikembalikan kepada klien
atau keluarga dengan menandatangani pada bagian bawah lembar
sentralisasi obat.
3.5 Media
1. Lembar serah terima obat
2. Lembar salianan obat
3. Medication chart
4. Lemari/ kotak sentralisasi obat dan tempat obat
5. Lembar tata tertib pasien IRNA Pamenang Lantai 2 RSUD Gambiran
3.6 Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan pasien
b. Persiapan format dan kelengkapan sentralisasi obat
c. Pelaksanaan sentralisasi obat dilaksanakan di Ruang Rawat Inap Lantai
4 Rumah Sakit Universitas Airlangga
d. Perawat yang bertugas dalam pelaksanaan sentralisasi obat
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan sentralisasi obat dilakukan sesuai dengan ruangan yang
telah ditentukan dan pasien telah menyetujui informed concent untuk
dilakukan sentralisasi obat
b. Pelaksanaan sentralisasi obat sesuai dengan rencana dan alur yang
sudah ditentukan
c. Perawat yang bertugas sesuai dengan perannya
3. Evaluasi Hasil
a. Klien dan keluarga puas dengan hasil pelaksanaan sentralisasi obat
b. Perawat mudah mengontrol pemberian obat
c. Pendokumentasian pemberian obat dapat dilakukan dengan benar
d. Klien dapat mempercayakan pengaturan dan pemberian obat kepada
petugas
e. Meningkatkan kepatuhan klien terhadap program terapi

Kediri, … April 2022


Penanggung Jawab Program

(Duwi Susanti, S.Kep)


DAFTAR PUSTAKA

Gillies, 1989. Manajemen Keperawatan Suatu Pendekatan Sistem. Alih Bahasa:


Dika Sukmana. Jakarta.

Nursalam, 2011. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktek Keperawatan


Profesional. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

______, 2011. Kumpulan Materi Kuliah Manajemen Keperawatan: Disampaikan


pada perkuliahan Program Studi S1 Keperawatan STIKes Ganesha Husada
Kediri (tidak dipublikasikan).

Anda mungkin juga menyukai