Disusun Oleh :
2.1 Pengertian
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat
(Nursalam, 2007).
Sentralisasi obat meliputi obat oral, injeksi, maupun cairan diserahkan
sepenuhnya kepada perawat. Pengeluaran dan pembagian obat tersebut dilakukan
oleh perawat dimana pasien atau keluarga wajib mengetahui dan ikut serta dalam
mengontrol penggunaan obat tersebut.
2.2 Tujuan Sentralisasi Obat
Menurut Nursalam (2012) sentralisasi obat bertujuan untuk menggunakan
secara bijaksana dan menghindari pemborosan sehingga kebutuhan asuhan
keperawatan terpenuhi.
Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering mengapa
obat perlu disentralisasi:
a. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien.
b. Menggunakan obat yang mahal dan bermerk, padahal obat standart yang
lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektifitas dan
keamanan yang sama.
c. Meresepkan obat sebelum diagnostik “hanya untuk mencoba”
d. Menggunakan dosis yang lebih besar daripada yang diperlukan.
e. Memberikan obat pada pasien yang tidak mempercayainya dan yang akan
membuang atau lupa untuk diminum.
f. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan sehingga banyak yang
tersisa sesudah batas kadaluarsa.
g. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak
efektif.
h. Meletakkan obat yang lembab, terkena cahaya atau panas.
i. Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu
waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri (Mc Mahon, 1999)
2.3 Penerimaan Obat
a. Obat yang telah diresepkan oleh dokter akan diserahkan kepada perawat
dan perawat akan menunjukkan resep tersebut kepada pasien atau keluarga
pasien untuk mendapatkan persetujuan pasien atau keluarga terkait dengan
harga obat jika pasien merupakan pasien umum.
b. Perawat memberikan resep kepada farmasi untuk dipersiapkan oleh tenaga
farmasi dalam bentuk one day dose dispensing (ODDD).
c. Perawat mengambil sediaan obat pasien ke depo farmasi dengan menerima
lembar terima obat.
d. Obat yang telah diterima selanjutnya disimpan oleh perawat dalam kotak
obat.
e. Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang harus
diminum.
2.4 Pembagian Obat
a. Obat yang telah diterima oleh perawat kemudian ditulis dan dibuatkan
jadwal pemberian dalam medication chart.
b. Sebelum obat diberikan pada pasien, perawat harus melakukan cross check
untuk meminimalkan kesalahan dalam pemberian obat. Perawat yang
mempersiapkan obat untuk diberikan kepada pasien harus menuliskan
paraf (checker system). Sehingga tidak menutup kemungkinan perawat
pada sift lain dapat menyiapkan obat untuk sift lain.
c. Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat, manfaat
obat, dosis obat, cara pemberian obat, jumlah obat, dan efek samping
obatpada pasien/ keluarga. Observasi adanya efek samping setelah minum
obat. Kemudian perawat yang memberikan obat meminta pasien/ keluarga
menandatangani pada format pemberian obat sebagai bukti obat tela
diberikan/ diinjeksikan.
d. Obat yang hampir habis akan diinformasikan kepada pasien/ keluarga dan
kemudian dimintakan resep kepada dokter penanggung jawab klien
disertai dengan keterangan berapa lama pasien mendapatkan obat tersebut.
2.5 Penambahan Obat Baru
a. Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau jadwal
pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukan dalam format
pemberian obat orali/ injeksi dan diinformasikan pada depo farmasi.
b. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja), maka
dokumentasi dilakukan pada format pemberian obat khusus dan
selanjutnya diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat.
(Nursalam, 2007)
2.6 Obat Khusus
a. Obat disebut khusus apabila sediaan yang memiliki harga yang cukup
mahal, memiliki jadwal pemberian yang cukup sulit, memiliki efek
samping yang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu atau
sewaktu saja.
b. Pemberian obat khusus dilakukan dengan menggunakan format pemberian
obat khusus untuk obat tersebut dilakukan oleh perawat primer.
c. Informasi yang diberikan kepada klien/ keluarga meliputi nama obat,
kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab
pemberian dan tempat obat, sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan kepada
keluarga setelah pemberian obat. Usahakan terdapat saksi dari keluarga
pada saat pemberian obat. (Nursalam, 2007)
2.7 Pengembalian Obat
Pada pasien (umum) pulang atau pindah ruangan dan obat masih sisa maka
obat dikembalikan kepada depo farmasi untuk diganti dengan uang sesuai harga
obat.
2.8 One Day Dose Dispensing (ODDD)
One Day Dose Dispensing ( ODDD) adalah suatu cara penyerahan obat
dimana obat-obatan yang diminta, disiapkan dan digunakan serta dibayar dalam
dosis perhari yang berisi obat untuk pemakaian satu hari.
Keuntungan system ini adalah:
a. Pasien hanya membayar obat yang dipakai
b. Tidak ada kelebihan obat atau alat yang tidak dipakai di ruangan perawat
c. Menciptakan pengawasan ganda oleh apoteker dan perawat
d. Kerusakan dankehilangan obat hampir tidak ada
e. Obat yang tidak digunakan dikembalikan ke instalasi farmasi
Sistem penyaluran/ distribusi pembekalan farmasi dapat dilakukan secara:
a. Sentralisasi
Semua pelayanan pembekalan farmasi diatur oleh instalasi farmasi
sentral dan tidak ada cabang IFRS di daerah perawatan penderita.
b. Desentralisasi
Pelayanan pembekalan farmasi terbagi-bagi di daerah perawatan
farmasi sehingga lebih cepat menjangkau penderita.
2.9 Alur Sentralisasi Obat
Dokter
Resep
Perawat
Farmasi
Tanda Terima
Perawat
Sentralisasi Obat
One Day Dose Dispending