Anda di halaman 1dari 13

UJIAN STASE MANAJEMEN RUANGAN PERAWATAN JANTUNG

RSU HAJI SURABAYA

KASUS 1

Nama : Faridatul Umroh, S. Kep. (191104018)


Di Ruang Perawatan Penyakit Dalam dewasa, dengan kapasitas 50 tempat tidur. BOR
(tingkat Hunian) dalam 3 bulan terakhir 80%; sebaran tingkat ketergantungan sebagai
berikut : Tingkat ketergantungan mandiri 30%, ketergantungan sebagian 50% dan
ketergantungan total 20% dari BOR. Untuk meningkatkan kualitas pelayanannya ruang rawat
berencana mengaplikasikan model asuhan keperawatan professional.

Pertanyaan soal:

Jelaskan analisis yang anda gunakan untuk dapat mengetahui kondisi internal ruang rawat
yang akan dijadikan dasar penentuan jenis model?

Jawaban :

Analisa Yang di gunakan yaitu dilihat dari tingkat ketergantungan pasien Dan jumlah pasien
dengan berbagai macam kasus penyakit dalam yang banyak. Jika sudah menentukan tinggkat
ketergantungan Dan macam kasus kita bisa menentukan jenis MAKP apa Yang cocok untuk
digunakan.

Jenis model Yang digunakan yakni model Tim yang memungkinkan pelayanan keperawatan
yang menyeluruh karna perawat akan dibagi menjadi beberapa kelompok dengan setiap
kelompok akan mempunyai anggota yang berbeda-beda yang memiliki 1 penanggung jawab
sebagai ketua tim.

Perawat ruangan akan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri dari tenaga profesional,
teknikal, dan pembantu dalam satu tim/grup kecil yang saling membantu dalam memberikan
asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat profesional dan perawat associate
bekerja sebagai tim yang disupervisi oleh ketua tim.

KASUS 2

Nama : Dia Fitriana, S. Kep (191104012)


Seorang kepala ruangan rawat inap RS A, sedang menjelaskan tentang tugas- tugas pokok
pelaksana perawat dan menginformasikan hal- hal yang dianggap penting yang berkaitan
dengan asuhan keperawatan pasien kepada para perawat baru  

Pertanyaan soal:
Bagaimanakah langkah-langkah kepala ruangan untuk menjalankan fungsi manajemen
diatas?

JAWABAN:
Kepala Ruangan harus menjalankan fungsi manajemen yang sudah ditetapkan yaitu “POAC”.
P (Planning) : Dengan cara membuat program kerja yang akan dilakukan
O (Organizing) : Menghimpun semua sumberdaya yang dimiliki organisasi dan
memanfaatkannya secara efisien untuk tujuan organisasi
A (Activating) : Memberikan bimbingan kepada staf agar mampu bekerja secara optimal
C (Controling) : Mengamati secara terus-menerus pelaksanaan kerja yang sudah disusun
KASUS 3

Nama : Fadhila Khusma, S. Kep. (191104015)


Seorang kepala ruang  melihat langsung bahwa proses timbang terima berjalan tidak efektif
dan berdampak pada kinerja anggota perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada
shift berikutnya. Perawat cenderung melaporkan hal yang sama setiap waktu dan tidak
memenuhi aspek proses keperawatan.

 Pertanyaan soal

Bagaimanakah langkah-langkah yang harus dilakukan oleh kepala ruangan dalam


memperbaiki proses timbang terima?

Jawaban : karu seharusnya melakukan supervisi / penilaian terhadap timbang terima sesuai
dengan prosedur atau SOP. Karu juga bisa memberikan riword pada staf / perawat jika
Timbang terima dilakukan dengan baik, agar perawat dapat bekerja lebih baik.

KASUS 4

Nama : Lulut Ardiansyah, S. Kep. (191104027)


Pada Sebuah ruangan mempunyai karateristik pasien dengan diagnose penyakit terminal,
penyakit kronik, kritis dan penyakit yang memerlukan perawatan lama. Ruangan tersebut
mempunyai cukup perawat yang profesional

 Pertanyaan soal

Bagaimanakah langkah-langkah yang dilakukan perawat untuk menentukan MAKP yang


sesuai dengan kondisi ruangan tersebut? Dan MAKP apa yang cocok untuk rungan tersebut?

Jawaban : Menentukan MAKP dilihat dari : jumlah ketergantungan pasien, jumlah perawat
yg teersedia dan dilihat dari BOR yg ditemukan BOR yg tinggi maka jumlah tenaga perawat
yg dibutuhkan juga banyak karena ketergantungan pasien yg tinggi MAKP yg cocok MAKP
TIM

KASUS 5

Nama : Faridatul Ilmia, S. Kep.(191104017)


pada sebuah ruang di rumah sakit menerapkan SentralisasiObat (SO) yang bekerjasama
dengan petugas farmasi melalui system Unit Dose Dispensing (UDD) yang merupakan sistem
menyiapkan dan pendistribusian obat serta alat kesehatan kepada pasien rawat inap dimana
obat dikemas dalam bentuk dosis tunggal pemakaian

Pertanyaan soal

Bagaimanakah prosedur UDD di ruangan tersebut?

Jawaban : UDD merupakan salah satu satu metode dispensing dan pengendalian obat oleh
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS), di mana obat disiapkan dalam kemasan unit tunggal
siap konsumsi, dan untuk penggunaan tidak lebih dari 24 jam. Obat-obat tersebut
didistribusikan atau tersedia pada ruang perawatan pasien setiap waktu (Siregar, 2003). 

Teknik pengelolaan sentralisasi obat UDD adalah pengelolaan obat dimana obat
diberikan langsung oleh farmasi kepada pasien , kecuali obat injeksi yang diserahkan kepada
perawat, sesuai dengan jam pemberian pada setiap pasien. Penanggung jawab pengelolaan
obat langsung di handle oleh depo farmasi. Tugas perawat dalam hal ini adalah mengawasi
kepatuhan pasien dalam minum obat oral dan memberikan terapi IV sesuai dengan kebutuhan
pasien

1. Penerimaan obat
a. Setiap visite dokter, obat dicatat oleh perawat pada resep dan billing
b. Kemudian perawat menyerahkan resep obat pada petugas farmasi
c. Petugas farmasi akan mengantarkan obat oral langsung kepada pasien setiap
kali minum. Sedangkan obat berupa injeksi diberikan kepada perawat sesuai
kebutuhan pasien,
2. Pembagian obat
a. Obat yang telah diterima untuk
selanjutnya disalin dalam buku daftar pemberian obat.
b. Obat yang telah disimpan untuk
selanjutnya diberikan oleh perawat dengan memerhatikan alur yang tercantum
dalam buku daftar penerimaan obat: dengan terlebih dahulu dicocokan dengan
terapi yang diinstruksikan dokter dan kartu obat yang ada pada pasien.
c. Pada saat pemberian obat,
perawat menjelaskan macam obat, kegunaan obat, jumlah obat, dan efek
samping. Usahakan tempat atau wadah obat kembali ke perawat setelah obat
dikonsumsi. Pantau efek samping pada pasien.
d. Sediaan obat yang ada
selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala ruang atau petugas yang
ditujukan dan didokumentasikan dalam buku masuk obat. Obat-obatan yang
hampir habis akan diinformasikan kepada keluarga dan kemudian dimintakan
resep kepada dokter penganggung jawab pasien

3. Penambahan Obat Baru


Bila terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau perubahan alur
pemberian obat, maka informasi ini akan dokumentasi pada buku obat dan
billing, selanjutnya di konfirmasikan kepada depo farmasi.
4. Obat Khusus
a. Obat disebut khusus apabila
sediaan yang memiliki harga yang cukup mahal, memiliki jadwal pemberian
yang cukup sulit, memiliki efek samping yang cukup besar atau hanya
diberikan dalam waktu tertentu atau sewaktu saja.
b. Pemberian obat khusus dilakukan
dengan menggunakan format pemberian obat oral/injeksi khusus untuk obat
tersebut dan dilakukan oleh perawat primer.
c. Informasi yang diberikan kepada
klien/keluarga meliputi nama obat, kegunaan obat, waktu pemberian, efek
samping, penanggung jawab pemberian. Tempat obat, sebaiknya diserahkan
atau ditunjukkan kepada keluarga setelah pemberian obat. Usahakan terdapat
saksi dari keluarga pada saat pemberian obat. Alur pelaksanaan sentralisasi
obat berdasarkan menurut Nursalam 2011.

Alur Sentralisai Obat

Dokter Resep Perawat

Farmasi

Kroscek

Sesuai Tidak Sesuai

Pengaturan dan Dikembalikan Ke ruangan


pengelolaan oleh
petugas farmasi
Obat Habis
Penerimaan dan pendistribusian
oleh farmasi ke perawat
Obat sisa

Dikembalikan Ke Farmasi
Persetujuan
keluarga

Pasien
Gambar 2.5 Alur Sentralisasi Obat

KASUS 6

Nama : Uswatun Khasanah, S. Kep. (191104054)


Di ruang ICU RS terdapat pasien dengan diagnosis kanker otak. Pasien sudah dilakukan
Operasi Craniotomy. Ketua tim dan perawat pelaksana sudah melakukan tindak perawatan
selama 6 hari perawatan. Namun selam perawatan tersebut kondisi pasien tetap sama, belum
menunjukkan perbaikan dan kemajuan sembuh. Karu ingin melakukan penilaian standard
perawatan post op

Pertanyaan soal

Bagaimanakah langkah-langkah Karu melakukan supervise pada kasus tersebut?

Jawaban :

1) Menyusun konsep supervisi keperawatan.

- Konsep yang akan di gunakan supervisi langsung.

2) Menetapkan materi supervisi keperawatan.

- Materi yang di supervisikan melihat dokumen catatan asuhan keperawatan yang


telah di lakukan Ketua Tim dan perawat pelaksana selama 6 hari keperawatan

3) Melaksanakan supervisi keperawatan bersama – sama dengan kepala Ruangan dan


staf keperawatan
4) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan
Untuk langkah langkah supervisi
a. Tahap I
Di Nurse Station (Pra-Supervisi): supervisor (Kepala Ruangan) memberitahu
PP (Perawat Primer) bahwa akan dilakukan supervisi pada prosedur dokumentasi.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai pengetahuan, kinerja, sikap
perawat dalam melaksanakan dokumentasi pada semua tindakan yang dilakukan
pada pasien sehingga dapat meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan.

b. Tahap II
Di Ruang perawat (Pra-Supervisi): PP bersama PA (perawat assosiate)
menyiapkan peralatan. Setelah siap PP mengkonfirmasi kepada Kepala Ruangan.

c.Tahap III
Di Bed Pasien (Supervisi): PP bersama PA melakukan dokumentasi. Karu
menilai kinerja perawat berdasarkan instrumen yang telah disiapkan, menilai
kognitif, afektif dan psikomotor saat melakukan tindakan di depan pasien. Bila
memungkinkan dilakukan follow up saat itu juga. Misal cara cuci tangan,
komunikasi yang terlewatkan atau pemasangan perlak. Pelaksananan supervisi
dengan inspeksi, wawancara, dan validasi data.
d. Tahap IV
Di Ruang Karu (Pos-Supervisi) :
• Supervisor (Karu) mengklarifikasi permasalahan yang ada
• ”Fair” (Karu menyampaikan kepada PP tentang hal-hal yang belum
sesuai dengan standar prosedur tindakan)
• “Feedback” (Karu mengadakan klarifikasi dan validasi data sekunder
kepada PP)
• “Follow-Up” (Karu bersama PP merencanakan tindakan tersebut
secara bersama untuk melakukan perbaikan)
• “Reinforcement” (Karu memberikan reward dan dukungan pada PP
dan PA)
Bila mana asuhan keperawatan dan intervensi keperawatan yang telah dilakukan sudah sesuai
SOP dan kondisi pasien masih belum ada perubahan, maka perlu dilakukan nya ronde
keperawatan untuk pasien tersebut.

KASUS 7

Nama : Novita Anggun, S. Kep. (191104039)


Perawat pelaksana melakukan kunjungan ruangan kepada seorang pasien yang menderita
Diabetes Mellitus dengan luka gangrene di dorsalis pedis sinistra. Perawat melakukan
perawatan luka pada pasien tersebut. Didapatkan jaringan Nekrosis sehingga perawat
melakukan Nekrotomi pada jaringan yang mati. Sebelumnya perawat menjelaskan informed
consent rawat luka

Pertanyaan soal

Bagaimanakah langkah-langkah perawat tersebut dalam melaksanakan prinsip etik pada


kasus tersebut? Dan prinsip etik apakah yang dilakukan pada kasus tersebutu!

Jawaban :

Langkah-langkah perawat dalam melaksanakan prinsip etik ialah

1. Melakukan klarifikasi dilema etik

Yaitu dengan menjelaskan tentang tindakan nekrotomi yg akan di lakukan, serta menjelaskan
manfaat, dampak dan prosedur dari tindakan tersebut selain itu berikan waktu untuk
pasien/keluarga bertanya apabila ada yg belum jelas.

2. Mengumpulkan data tambahan

Yakni perawat perlu mengetahui informasi dari riwayat medis pasien terkait dengan
penyakitnya, selain itu perawat juga memastikan apakah pasien/keluarga perbag di berikan
informasi yg di perlukan sebelumnya mengenai tindakan sehingga memungkinkan untuk
pengambilan keputusan.

3. Identifikasi pilihan

Disini perawat mengidentifikasi pilihan lain yang di ambil pasie.

4. Membuat keputusan

Mempersilahkan untuk keluarga/pasien mengambil keputusan. selanjutnya, di berikan inform


consent.

5. Implementasi
Setelah keputusan di buat, selanjutnya adalah mengimplementasikan tindakan yang tadi
sudah di setujui.

6. Evaluasi tahap ini merupakan tahap penting yaitu mengevaluasi tindakan yg telah
dilakukan oleh perawat

Prinsip etik yg di gunakan adalah AUTONOMY

Yaitu keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan memutuskan. Autonomy memiliki
karakteristik 1. Sesuai dengan nilai-nilai

2. Informasi yg cukup

3. Bebas dari coercion

4. Berdasarkan alasan dan kebebasan

KASUS 8

Nama : Paramitha Susanti, S.Kep (191104043)

Seorang ketua tim diruangan rawat bedah mendapatkan informasi dari dokter bahwa pasien
yang dirawat diruang perawatannya, dengan diagnosis medis Benigma Prostat Hipertrofi
(BPH) dan pasien belum menujukkan perubahan signifikan setelah perawatan 6 hari

Pertanyaan soal

Bagaimanakah langkah-langkah seorang PP dalam mengatasi masalah tersebut?

Jawaban :

PP memutuskan untuk melakukan ronde keperawatan untuk membahas masalah pasien


tersebut.
Berikut langkah-langkah kegiatan Ronde Keperawatan :
1. Tahap pra ronde
a. Menentukan kasus dan topik,
b. Menetukan tim ronde
c. Mencari sumber atau literatur
d. Membuat proposal
e. Mempersiapkan pasien : membuat informed consent dan pengkajian
f. Mendiskusikan : Apa diagnosis keperawata ? Apa data yang mendukung ? Bagaimana
intervensi yang sudah dilakukan ? Apa hambatan yang ditemukan selama perawatan ?.
Setelah itu, PP melaporkan rencana ronde pada karu. Pada tahap pelaksanaan
dilakukan :
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pembukaan : salam pembukaan, memperkenalkan tim ronde dan menyampaikan tujuan
ronde.
b. Penyajian masalah : penyajian riwayat penyakit dan masalah klien, menyampaikan
masalah keperawatan yang belum terselesaikan dan di diskusikan antar KARU, PP dan
PA tentang masalah keperawatan.
c. Validasi data di Bed pasien : memberi salam dan memperkenalkan tim ronde kepada
klien dan keluarga, validasi data yang telah disampaikan dengan melibatkan keluarga,
Perawat primer 2 menanyakan dan memberi masukan, konselor menguatkan validasi
masalah dan intervensi keperawatan serta tindakan
Diskusi/tanya jawab antar anggota tim : diskusi antar Perawat Associate tentang
masalah keperawatan, menentukan tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang
telah ditetapkan, evaluasi dan rekomendasi intervensi keperawatan.
3. Tahap Pasca Ronde
a. Melanjutkan diskusi dan masukan dari tim tentang masalah yang belum terselesaikan
dari validasi data antar tim ronde
b. Menyimpulkan untuk menentukan tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang
telah ditetapkan dan merekomendasikan solusi yang dilakukan dalam mengatasi
masalah
c. Kepala ruangan menutup ronde keperawatan

KASUS 9

Nama : Widya Pangestu, S.Kep: (191104057)

Seorang perawat baru saja dipindahkan ke ruang IGD yang sebelumnya bekerja di ruang poli
jiwa. Perawat tersebut merasa tidak mampu bekerja dengan alasan tidak menguasai asuhan
keperawatan pasien kegawatdaruratan. Kepala ruangan memahami situasi ini dan kepada
keluarga ingin membantu menyelesaikan konflik yang terjadi pada perawat baru tersebut.
Pertanyaan soal

Bagaimanakah langkah-langkah KAru dalam menyelesaikan konflik tersebut dan jenis


strategi konflik apakah yang digunakan oleh Karu tersebut?

Jawaban :
 Langkah penyelesaian konflik:

1. Mengkaji masalah apa yang dihadapi


Perawat merasa tidak mampu bekerja di ruang UGD dengan alas an tidak menguasi
asuhan keperawatan pasien kegawatdaruratan.
2. Mengidentifikasi perasaan (hindari respon emosional : marah)
Menciptakan suasana yang hangat supaya perawat bias menceritakan masalahnya
kenapa tidak mampu bekerja di UGD
3. Intervensi
Menyelesaikan konflik dengan strategi yang efektif

 Strategi konflik yang digunakan KARU :


Negosiasi Dan Smooting
1. Negosiasi atau kompromi
Strategi penyelesaian konflik dimana semua yang terlibat saling menyadari dan
sepakat pada keinginan bersama
2. SMOOTING
Penyelesaian konflik dengan cara mengurangi komponen emosional dalam konflik.

KASUS 10

Nama : Dewi Prastika, S.Kep (191104011)

Disuatu ruangan interna terdapat 5 orang perawat dengan jumlah pasien 20 orang. Sehingga
beban kerja yang dillimpahkan kepada perawat kurang maksimal. Seorang kepala ruangan
tersebut akhirnya memutuskan untuk melakukan supervisi dan sosialisasi SOP kepada
perawat dan menghilangkan wasting time saat kerja

Pertanyaan soal

Apakah langkah yang harus dilakukan Karu pada kasus tersebut?


Jawaban : Langkah pertama yang dilakukan adalah menghitung kebutuhan tenaga perawat
berdasarkan jumlah pasien di ruangan

Langkah kedua yaitu meminta kepada atasan untuk penambahan tenaga dengan membawa
data ruangan. Jika tidak di acc maka :

1. Karu mengkaji pasien ( total, minimal dan parsial)

2. Karu membuat jadwal untuk tiap shift dengan metode tim nanti akan di bagi untuk
perawatan total, minimal dan parsial.

3. Karu melakukan 4 tugas yaitu POAC.

* P : Planning

* O : Organizing

* A : Actuating

* C : Coordinating

Planning dan organizing kan sudah di lakukan. Actuating melakukan pelatihan kepada
perawat untuk melakukan tindakan sesuai SOP setelah di beri pelatihan kemudian di
supervisi. Dari hasil supervisi di evaluasi dan di berikan kepada perawat.

Jika dirasa kurang efektif maka ada hal hal yang perlu dilakukan modifikasi seperti dalam 1
trolly sudah tersedia alat yang lengkap untuk melakukan perawatan dan modifikasi ruangan
dalam arti ners station di letakkan di tengah tengah ruangan sehingga mempermudah perawat.

KASUS 11

Nama : Nisha’ul Ilmi, S. Kep. (191104038)

Hasil survey kepuasan pasien diruang interna RS pada bulan Maret diketahui 75% pasien
mengeluhkan komunikasi perawat yang tidak ramah dan cuek. Kepala ruangan berencana
untuk mengadakan rapat dengan sosialisasi tupoksi dan memberlakukan reward dan
punishment. Staf diberikan sebuah kebebasan dalam produktifitas kerja

Pertanyaan soal

Bagaimanakah langkah-langkah yang dilakukan oleh kepala ruangan untuk mengatasi


masalah tersebut?

Jawaban :

1. Berusaha keras untuk memberikan layanan sesuai jadwal pasien, bukan hanya jadwal yang
nyaman untuk institusi sendiri

2.Penanganan tindakan keperawatan yang Baik dan Benar

3.Gunakan Bahasa yang Baik, Verbal dan Non-verbal


4.Beri lingkungan yang nyaman bagi pasien

KASUS 12

Dalam ruangan rawat inap dalam terdapat pasien perempuan berusia 56 tahun, mengalami
penurunan kesadaran. Jam 02.00 pasien jatuh dari tempat tidur, karena perawat lupa menutup
pagar tempat tidur setelah selesai memberikan injeksi. Keluarga saat itu juga sedang tidur.
Pertanyaan soal

Bagaimanakah langkah yanag harus dilakukan oleh Karu dalam mengatasi masalah tersebut ?

Anda mungkin juga menyukai