Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN ANSIETAS


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
Dosen Pengampu : Bapak Ns. Bisepta Prayogi, S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh :
Adiktia Yuni Saputra P07120118043
Aswida Anggeriani P07120118051
Devita Rahmayanti P07120118056
Hesti Nor Asia Ningrum P07120118067
Muhammad Andreani P07120118086
Naziah An Nisaa P07120118096

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEPERAWATAN
BANJARBARU
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas segala kemampuan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah
Keperawatan Jiwa “Asuhan Keperawatan Pada Klien Ansietas” dengan lancar pada
mata kuliah Keperawatan Jiwa.
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan
karunia-Nya, serta tak lupa sholawat dan salam kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW atas petunjuk dan risalah-Nya, yang telah membawa zaman
kegelapan kezaman terang benderang, dan atas doa restu dan dorongan dari berbagai
pihak-pihak yang telah membantu penulis memberikan referensi dalam pembuatan
makalah ini.
Penulis dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun khususnya dari dosen penanggung jawab mata kuliah agar dalam
pembuatan makalah berikutnya bisa lebih sempurna. Demikian yang dapat kami
sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat memberikan manfaat dan wawasan bagi
kita semua.

Banjarbaru, 6 Agustus 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3. Tujuan..................................................................................................... 2
1.4. Manfaat................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 4
2.1. Definisi Ansietas..................................................................................... 4
2.2. Faktor Predisposisi dan Presipitasi......................................................... 5
2.3. Tingkatan Ansietas.................................................................................. 6
2.4. Tanda dan Gejala Ansietas...................................................................... 8
2.5. Mekanisme Koping................................................................................... 8
2.6. Faktor yang Mempengaruhi Ansietas....................................................... 11
2.7. Penatalaksanaan....................................................................................... 11
2.8. Asuhan Keperawatan Ansietas................................................................ 12
BAB III PENUTUP........................................................................................... 20
3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 20
3.2. Saran....................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ansietas merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang
subjektif, dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus
penyebabnya. Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan
sehari-hari yang menggambarkan keadaan khawatir, Gelisah, takut, tidak
tentramdisertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi atau
menyertai kondisi situasi kehidupan dan berbagai gangguan kesehatan. Ansietas
berbeda dengan takut. Takut merupakan penilaian intelektual terhadap stimulus
yang mengancam dan objeknya jelas.
Rasa khawatir, gelisah, waswas, tidak tentram merupakan gejala umum
akibat ansietas. Namun sebatas mana situasi jiwa berupa ansietas itu dapat
ditoleransi oleh seorang individu sebagai kesatuan utuh. Karena sering kali ansietas
menimbulkan keluahan fisik berupa berdebar-debar, berkeringat, sakit kepala,
bahkan gangguan fungsi seksual dan beragam lainnya.
Globalisasi telah membuat perubahan diberbagai bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi. Persaingan kelompok dan individu semakin ketat, dampak dari
perubahan tersebut merupakan salah satu stressor bagi individu, apabila seseorang
tidak bisa bertahan dengan perubahan yang terjadi. Hal tersebut akan dirasakan
sebagai stressor yang berkepanjangan, koping individu yang tidak efektif
menjadikan seseorang mengalami gangguan secara psikologis. Menurut Organisasi
kesehatan dunia (WHO), bahwa 10% dari populasi mengalami gangguan jiwa,
hal ini didukung oleh laporan dari hasil studi bank dunia dan hasil survei Badan
Pusat Statistik yang melaporkan bahwa penyakit yang merupakan akibat
masalah kesehatan jiwa mencapai 8,1% yang merupakan angka tertinggi
dibanding prosentase penyakit lain.
Data 0, 48% populasi mengalami gangguan jiwa berat atau psikosis
(Depkes, 2012). Gangguan ansietas lebih sering di alami oleh wanita individu
berusia kurang dari 45 tahun, bercerai atau berpisah, dan individu yang
berasal dari status sosial ekonomi rendah (Videbeck, 2008)

1
Perkiraan prevalensi gangguan ansietas di masyarakat (per-1000 orang)
adalah: gangguan ansietas menyeluruh 30, gangguan panik 15,agoraphobia 20,
fobia sosial 30, fobia sederhana 45, dan gangguan obsesif-kompulsif(yang
tidak berkomorbid dengan gangguan ansietas lain. Di pelayanan kesehatan primer
prevalensinya adalah: gangguan ansietas menyeluruh 7,9%, dan gangguan
panik/agoraphobia 2,6% (Maramis, 2009).
Terlihat jelas bahwa ansietas ini mempunyai dampak terhadap kehidupan
seseorang, baik dampak positif maupun dampak negatif. Apalagi bila ansietas ini
dialami oleh klien di rumah sakit. Berbagai situasi dan kondisi akan membuatnya
semakin cemas. Oleh karenanya perawat sebagai tenaga kesehatan professional
tidak boleh mengabaikan aspek emosi ini dalam memberikas asuhan keperawatan.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengangkat masalah tersebut
dalam suatu makalah tentang Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Ansietas.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan asietas?
2. Apa saja Faktor Predisposisi dan Presipitasi dari ansietas?
3. Apa saja tingkatan dari ansietas?
4. Apa saja tanda dan gejala dari ansietas?
5. Bagaimana mekanisme koping dari ansietas?
6. Apa saja faktor yang mempengaruhi ansietas?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari ansietas?
8. Bagaimana asuhan keperawatan dari ansietas?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan asietas
2. Untuk mengetahui faktor predisposisi dan presipitasi dari ansietas
3. Untuk mengetahui tingkatan dari ansietas
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari ansietas
5. Untuk mengetahui mekanisme koping dari ansietas
6. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi ansietas
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari ansietas

2
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari ansietas

1.4. Manfaat
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Untuk menambah wacana baru khususnya pada ilmu asuhan keperawatan
dengan pasien ansietas.
2. Bagi Akademik
Dapat menjadi referensi bagi institusi pendidikan keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan masalah ansietas.
3. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang proses asuhan
keperawatan dengan masalah ansietas dan dapat menerapkan ilmu yang di
peroleh selama perkuliahan serta meningkatkan keterampilan dalam memberikan
asuhan keperawatan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Ansietas


Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan penglaman subjektif dari
seseorang. Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat seseorng
tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi, cemas berkaitan dengan
persaan tidak pasti dan tidak berdaya. (Kususmawati, 2010).
Banyak ahli mendefinisikan mengenai ansietas. Berikut ini adalah salah satu
definisi dari ansietas seperti pengertian ansietas dari Stuart dan Laraia (2005) yang
mengatakan bahwa ansietas memiliki nilai yang positif. Karenadengan ansisetas
maka aspek positif individu berkembang karena adanya sikap konfrontasi
(pertentangan), antisipasi yang tinggi, penggunaan pengetahuan serta sikap
terhadap pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi pada keadaan lanjut perasaan
cemas dapat mengganggu kehidupan seseorang.
Herdman (2012, dalam NANDA 2012) mendefinisikan ansietas sebagai
perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonom
(sumber seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut
yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman.
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh
situasi, ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau
mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti
mengapa emosi yang mengancam itu dapat terjadi (Videbeck, 2008).
Definisi lain tentang ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-
samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons.
Seringkali sumber perasaan tidak santai tersebut tidak spesifik atau tidak diketahui
oleh individu. Ansietas dapat pula diterjemahkan sebagai suatu perasaan takut akan
terjadi sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. Ansietas merupakan sinyal
yang menyadarkan/memperingatkan akan adanya bahaya yang akan datang dan
membantu individu untuk bersiap mengambil tindakan untuk menghadapi ancaman.

4
2.2 Faktor Predisposisi dan Presipitasi
Adapun faktor predisposisi dan presipitasi dari ansietas adalah (Stuart &
Laraia, 2005 dalam SAKP FIK UI, 2008):
1) Faktor Predisposisi
Beberapa teori yang menjelaskan terjadinya ansietas:
a) Teori psikoanalitik.
Ansietas merupakan konflik emosional antara id dan super ego yang
berfungsi untuk memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu
diatasi.
b) Teori interpersonal.
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga
dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan,
perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya. Individu
yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami
ansietas berat.
c) Teori perilaku.
Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli
perilaku mengangap ansietas merupakan suatu dorongan yang dipelajari
berdasarkan keinginan untuk menghindarkan rasa sakit. Teori ini meyakini
bahwa manusia yang pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut
yang berlebihan akan menunjukkan kemungkinan ansietas yang berat pada
kehidupan masa dewasanya.
d) Kondisi keluarga
Ansietas dapat timbul secara nyata dalam keluarga. Ada tumpang tindih
dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
e) Kajian Biologis
Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor ini
membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA (gammaaminobutyric acid)
juga berperan utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas
sebagaimana halnya dengan endorfin. Ansietas mungkin disertai dengan

5
gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk
mengatasi stressor.
2) Faktor Presipitasi
Ansietas adalah keadaan yang tidak dapat dielakkan pada kehidupan
manusia dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman ansietas seseorang tidak
sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal. Namun demikian secara
umum ada 2 (dua) ancaman besar yang dapat menimbulkan ansietas, yaitu:
a) Ancaman integritas diri: meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan
terhadap kebutuhan dasar
b) Ancaman sistem diri, antara lain ancaman terhadap identitas diri, harga diri,
dan hubungan interpersonal, kehilangan serta perubahan status/ peran
2.3 Tingkatan Ansietas

Respon adaptif Respon maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Tingkatan Ansietas Stuart dan Laraia (2005), membagi ansietas terbagi dalam
beberapa tingkatan. yaitu :
a. Ansietas ringan.
Ansietas ringan sering kali berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
memperluas pandangan persepsi. Ansietas ringan memiliki aspek positif yaitu
memotivasi individu untuk belajar dan menghasilkan serta meningkatkan
pertumbuhan dan kreativitas. Respon dari ansietas ringan adalah
1) Respon fisiologis meliputi sesekali nafas pendek, mampu menerima rangsang
yang pendek, muka berkerut dan bibir bergetar. Pasien mengalami
ketegangan otot ringan

6
2) Respon kognitif meliputi koping persepsi luas, mampu menerima rangsang
yang kompleks, konsentrasi pada masalah, dan menyelesaikan masalah.
3) Respon perilaku dan emosi meliputi tidak dapat duduk tenang, tremor halus
pada lengan, dan suara kadang meninggi.
b. Ansietas sedang.
Pada ansietas tingkat ini, memungkinkan seseorang untuk memusatkan
pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang
mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih
terarah. Manifestasi yang muncul pada ansietas sedang antara lain:
1) Respon fisiologis Sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut
kering, diare atau konstipasi, tidak nafsu makan, mual, dan berkeringat
setempat.
2) Respon kognitif Respon pandang menyempit, rangsangan luas mampu
diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatian dan bingung.
3) Respon perilaku dan emosi bicara banyak, lebih cepat, susah tidur dan tidak
aman.
c. Ansietas Berat.
Pada ansietas berat pasien lapangan persepsi pasien menyempit. Seseorang
cendrung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci, spesifik dan tidak dapat
berfikir tentang hal lain. Semua perilaku pasien hanya ditujukan untuk
mengurangi ketegangan. Pasien tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk
dapat memusatkan pada suatu area lain. Manifestasi yang muncul pada ansietas
berat antara lain:
1) Respon fisiologis Napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat
dan sakit kepala, penglihatan kabur, dan ketegangan.
2) Respon kognitif Lapang persepsi sangat sempit, dan tidak mampu
menyelesaikan masalah.
3) Respon perilaku dan emosi Perasaan terancam meningkat, verbalisasi cepat,
dan menarik diri dari hubungan interpersonal.
d. Tingkat Panik.
Perilaku yang tampak pada pasien dengan ansietas tingkat panik adalah
pasien tampak ketakutan dan mengatakan mengalami teror, tidak mampu

7
melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan serta disorganisasi
kepribadian. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan
berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang, kehilangan pemikiran
rasional. Manifestasi yang muncul terdiri dari:
1) Respon fisiologis Napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat,
hipotensi, dan koordinasi motorik rendah.
2) Lapang kognitif Lapang persepsi sangat sempit, dan tidak dapat berfikir logis.
3) Respon perilaku dan emosi Mengamuk- amuk dan marah- marah, ketakutan,
berteriak- teriak, menarik diri dari hubungan interpersonal, kehilangan
kendali atau kontrol diri dan persepsi kacau.
2.4 Tanda dan Gejala Ansietas
1) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri serta mudah
tersinggung
2) Pasien merasa tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah terkejut
3) Pasien mengatakan takut bila sendiri, atau pada keramaian dan banyak orang
4) Mengalami gangguan pola tidur dan disertai mimpi yang menegangkan
5) Gangguan konsensstrasi dan daya ingat
6) Adanya keluhan somatik, misal rasa sakit pada otot dan tulang belakang,
pendengaran yang berdenging atau berdebar-debar, sesak napas, mengalami
gangguan pencernaan berkemih atau sakit kepala
2.5 Mekanisme Koping
Pada pasien yang mengalami ansietas sedang dan berat mekanisme koping
yang digunakan terbagi atas dua jenis mekanisme koping yaitu ;
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi
pada tindakan realistik yang bertujuan untuk menurunkan situasi stres, misalnya
1) Perilaku menyerang (agresif). Digunakan individu untuk mengatasi rintangan
agar terpenuhinya kebutuhan.
2) Perilaku menarik diri. Dipergunakan untuk menghilangkan sumber ancaman
baik secara fisik maupun secara psikologis.
3) Perilaku kompromi. Dipergunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan
dilakukan atau mengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
b. Mekanisme pertahanan ego.

8
Bertujuan untuk membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang.
Mekanisme ini berlangsung secara tidak sadar, melibatkan penipuan diri, distorsi
realitas dan bersifat maladaptif. Mekanisme pertahanan Ego yang digunakan
adalah:
1) Kompensasi.
Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri
dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
2) Penyangkalan (Denial).
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari
realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitif.
3) Pemindahan (Displacemen).
Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang/benda tertentu
yang biasanya netral atau kurang mengancam terhadap dirinya.
4) Disosiasi.
Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau
identitasnya.
5) Identifikasi (Identification).
Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi dengan
mengambil/menirukan pikiran-pikiran, prilaku dan selera orang tersebut.
6) Intelektualisasi (Intelektualization).
Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari
pengalaman yang mengganggu perasaannya.
7) Introjeksi (Intrijection).
Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi terganggu oleh
ancaman dari luar (pembentukan superego)
8) Fiksasi.
Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi
atau tingkah laku atau pikiran) sehingga perkembangan selanjutnya
terhalang.
9) Proyeksi.

9
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain
terutama keinginan. Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat
ditoleransi.
10) Rasionalisasi.
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang
seolah-olah rasional, sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
11) Reaksi formasi.
Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan dengan
keinginan-keinginan, perasaan yang sebenarnya.
12) Regressi.
Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang primitif),
contoh; bila keinginan terhambat menjadi marah, merusak, melempar
barang, meraung, dsb.
13) Represi.
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau ingatan yang
menyakitkan atau bertentangan, merupakan pertahanan ego yang primer
yang cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.
14) Acting Out.
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang.
15) Sublimasi.
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam
penyalurannya secara normal.
16) Supresi.
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi
sebetulnya merupakan analog represi yang disadari; pengesampingan yang
disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang; kadang-kadang
dapat mengarah pada represif berikutnya.
17) Undoing.
Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari
tindakan/perilaku atau komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme
pertahanan primitive

10
2.6 Faktor yang Mempengaruhi Ansietas
Ansietas dapat disebabkan karena individu terpapar zat bebahaya/racun
(toksin), konflik tidak disadari tentang tujuan hidup, hambatan hubungan dengan
kekeluargaan/ keturunan, adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi, gangguan dalam
hubungan interpersonal, krisis situasional/ maturasi, ancaman kematian, ancaman
terhadap konsep diri, stress, penyalahgunaan zat, perubahan dalam status peran,
status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, perubahan lingkungan dan perubahan
status ekonomi. (NANDA 2005).

2.7 Penatalaksanaan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahan dan
terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencakup
fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial atau psikoreligius.
Selengkapnya seperti pada uraian berikut:
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara:
1) Makan makanan yang bergizi dan seimbang
2) Tidur yang cukup
3) Cukup olahraga
4) Tidak merokok
5) Tidak minum minuman keras.
b. Terapi psikofarmaka
Merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-obatan yang
berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neurotransmitter (sinyal penghantar
saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang
sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,
clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate, dan
alprazolam.
c. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala atau akibat
dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan
somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh
yang bersangkutan.

11
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain:
1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan
agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan
serta percaya diri.
2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai
bahwa ketidakmampuan mengatasi kecemasan.
3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudan memperbaiki kembali
(rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihakan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
5) Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu
menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
6) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat
dijadikan sebagai faktor pendukung.
e. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan yang
merupakan stressor psikososial.

2.8 Asuhan Keperawatan Ansietas


1. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji untuk pasien dengan ansietas adalah (NANDA,
2012):
1) Perilaku
Penurunan produktivitas, gerakan yang irelevan, gelisah, melihat
sepintas, insomnia, kontak mata yang buruk, mengekspresikan kekhawatiran
karena perubahan dalam peristiwa hidup, agitasi, mengintai, dan tampak
waspada. Individu akan berperilaku menghindar seperti menghindari orang-

12
orang, tempat, dan peristiwa yang berkaitan dengan timbulnya ansietas
sebelumnya (Videbeck, 2008).
2) Afektif
Gelisah, kesedihan yang mendalam, distress, ketakutan, perasaan tidak
adekuat, berfokus pada diri sendiri, peningkatan kewaspadaan, iritabilitas,
gugup, senang berlebihan, rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan,
peningkatan rasa ketidakberdayaan yang persisten, bingung, menyesal, ragu/
tidak percaya diri, dan khawatir.
3) Fisiologis
Wajah tampak tegang, tremor tangan, peningkatan keringat,
peningkatan ketegangan, gemetar, tremor, dan suara bergetar.
4) Simpatik
Anoreksia, eksitasi kardiovaskular, diare, mulut kering, wajah merah,
jantung berdebar-debar, peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut nadi,
peningkatan refleks, peningkatan frekuensi pernapasan, pupil melebar,
kesulitan bernapas, vasokonstriksi superfisial, kedutan pada otot, dan
kelemahan.
5) Parasimpatik
Nyeri abdomen, penurunan tekanan darah, penurunan denyut nadi,
diare, vertigo, letih, mual, gangguan tidur, kesemutan pada ekstremitas, sering
berkemih, dan dorongan segera berkemih.
6) Kognitif
Menyadari gejala fisiologis, blocking pikiran, konfusi, penurunan
lapang persepsi, kesulitan berkonsentrasi, penurunan kemampuan untuk
belajar, penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah, ketakutan
terhadap konsekuensi yang tidak spesifik, lupa, gangguan perhatian, khawatir,
melamun, dan cenderung menyalahkan orang lain.

13
Format Analisa data dan Masalah
No Data Masalah
.
1. Subjektif : - Pasien merasa tegang dalam melakukan Kecemasan
aktivitas seharihari ringan
Objektif : - Tampak motivasi dan kreatifitas
meningkat
- Tampak terpacu untuk menyelesaikan masalah
2. Subjektif : - Pasien merasa tidak dapat memikirkan hal Kecemasan
lain, selain dirinya Berat
Objektif :- Pasien mengatakan minta tolong untuk
menyelesaikan masalahnya.
- Perlu pengarahan untuk melakukan tugas yang lain

2. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas
2. Koping individu tidak efektif
3. Gangguan harga diri rendah

3. Pohon Masalah
Setelah Anda melakukan pengkajian dan mengelompokkan data pada
pasien ansietas selanjutnya buatlah pohon masalah. Pohon masalah akan
membantu dan mempermudah Anda untuk menegakkan diagnosa keperawatan.
Pohon Masalah pada Pasien Ansietas
Harga Diri Rendah

Gangguan Citra Tubuh

Ansietas (Core problem)

Koping Individu Tak Efektif

Kurang Pengetahuan Perubahan fisik/Operasi/Stressor Fisik

14
4. Tindakan Keperawatan
a. Tujuan Tindakan Keperawatan :
1) Klien dapat mengenal ansietas
2) Klien dapat mengatasi ansietas melalui latihan relaksasi
3) Klien dapat memperagakan dan menggunakan latihan relaksasi untuk
mengatasi ansietas.
4) Melibatkan Keluarga dalam latihan yang telah disusun
b. Tindakan Keperawatan :
1) Membina hubungan saling percaya
2) Membantu klien mengenal ansietas
3) Mengajarkan teknik nafas dalam
a) Pengertian
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu tindakan keperawatan
dengan menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat
menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah juga
dapat menurunkan tingkat kecemasan (Smeltzer & Bare, 2002).
b) Tujuan
Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi napas
untuk mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu
menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.
c) Prosedur teknik relaksasi napas dalam
1. Ciptakan lingkungan yang tenang
2. Usahakan tetap rileks dan tenang
3. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan
udara melalui hitungan 1,2,3
4. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan
ekstrimitas atas dan bawah rileks
5. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
6. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui
mulut secara perlahan-lahan
7. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks

15
8. Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam
9. Pada saat konsentrasi pusatkan pada hal-hal yang nyaman
10. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga ansietas terasa
berkurang
4) Mengajarkan relaksasi otot
a) Identifikasi tingkat cemas
b) Kaji kesiapan pasien, perasaan pasien.
c) Ruang yang sejuk, tidak gaduh dan alami
d) Siapkan tempat tidur atau kursi yang dapat menopang bahu pasien
1. Jelaskan kembali tujuan terapi dan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien berbaring atau duduk bersandar (ada sandaran untuk kaki dan
bahu)
3. Lakukan latihan nafas dalam dengan manarik nafas melalui hidung
dan dihembuskan melalui mulut
4. Bersama pasien mengidentifikasi (pasien dianjurkan dan dibimbing
untuk mengidentifikasi) daerah-daerah ototyang sering tegang
misalnya dahi, tengkuk, leher, bahu, pinggang, lengan, betis
5. Bimbing pasien untuk mengencangkan otot tersebut selama 5 sampai
7 detik, kemudian bimbing pasien untuk merelaksasikan otot 20
sampai 30 detik.
6. Kencangkan dahi (kerutkan dahi keatas) selama 5-7 detik, kemudian
relakskan 20-30 detik. Pasien disuruh merasakan rileksnya.
7. Kencangkan bahu, tarik ke atas selama 5-7 detik, kemudian
relakskan 20-30 detik. Pasien disuruh merasakan rileksnya dan
rasakan aliran darah mengalir secara lancar.
8. Kepalkan telapak tangan dan kencangkan otot bisep selama 5-7
detik, kemudian relakskan 20-30 detik. Pasien disuruh merasakan
rileksnya dan rasakan aliran darah mengalir secara lancar.
9. Kencangkan betis, ibu jari tarik kebelakang bisep selama 5-7 detik,
kemudian relakskan 20-30 detik. Minta Pasien untuk merasakan
rileksnya dan rasakan aliran darah mengalir secara lancar.

16
10. Selama kontraksi pasien dianjurkan merasakan kencangnya otot dan
selama relaksasi anjurkan pasien konsentrasi merasakan rilaksnya
otot.
5) Melatih pasien prosedure hipnosis 5 jari
1. Atur posisi klien senyaman mungkin
2. Pejamkan mata dan lakukan teknik napas dalam secara perlahan
sebanyak 3 kali. Minta pasien untuk relaks
3. Minta pasien untuk menautkan ibu jari dengan jari telunjuk, dan minta
pasien untuk membayangkan kondisi dirinya ketika kondisi begitu sehat
4. Tautkan ibu jari dengan jari tengah minta pasien membayangkan ketika
mendapatkan hadiah atau barang yang sangat disukai
5. Tautkan ibu jari kepada jari manis, bayangkan ketika Anda berada di
tempat yang paling nyaman, tempat yang membuat pasien merasa
sangat bahagia
6. Tautkan ibu jari dengan jari kelingking, bayangkan ketika Anda
mendapat suatu penghargaan
7. Tarik nafas, lakukan perlahan, lakukan selama 3 kali
8. Buka mata kembali.
6) Memasukan kejadwal kegiatan harian klien

5. Evaluasi
a. Pasien dapat mengenal ansietas
b. Pasien dapat mengatasi ansietas melalui latihan relaksasi: tarik nafas dalam
dan distraksi lima jari
c. Pasien dapat memperagakan dan menggunakan latihan relaksasi untuk
mengatasi ansietas.
d. Melibatkan Keluarga dalam latihan yang telah disusun

6. Pendokumentasian
Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses
keperawatan yang meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosis keperawatan,

17
perencanaan, implementasi tindakan keperawatan, dan evaluasi. Berikut contoh
pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan ansietas.
Contoh Pendokumentasian pada Pasien Ansietas
Implementasi Evaluasi
Tgl ..........bulan..... tahun.....pukul....... S :Pasien
• Pasien melatih tarik napas dalam 3
Data: kali sehari
Data pasien dan kemampuan • Membiasakan berdoa dan cara
• Pasien mengatakan tidak bisa tidur spiritual lain
dan sering terbangun pada malam hari • Mengajak anggota keluarga yang
serta sering mimpi buruk lain untuk bercakap-cakap bila
• Pasien mengatakan sering berdebar- pasien sendirian
debar, sesak napas tangan dan kaki S : keluarga
dingin bila memikirkan masalahnya • Keluarga mengatakan anaknya
Kemampuan pasien sudah tneang dan dapat melakukan
• Pasien mengatakan bila berdebar- kegiatan sesuai jadwal
debar tarik napas panjang dan berdoa • Keluarga mengatakan senang
• Bila sulit tidur pasien mengatakan dapat membimbing dan merawat
membayangkan hal-hal yang indah anaknya
dan mambaca buku • Keluarga mengatakan akan terus
• Pasien mampu mendemonstrasikan memotivasi anaknya untuk
cara tarik napas dalam dengan benar melakukan sesuai jadwal
Data keluarga dan kemampuan O: Pasien
• Keluarga mengatakan sudah • Pasien koopertif, tampak tenang,
mengetahui menurunkan atau ansietas berkurang.
menghilangkan ansietas O: keluarga
• Keluarga telah mengetahui cara • Keluarga tampak melatih dan
merawat pasien dengan ansietas membimbing pasien dalam
• Kelurga memantau pasien minum menurunkan tingkat ansietas
obat • Keluarga kooperatif
DK: A:
ansietas Berdoa, tarik napas dalam dan
Intervensi: bercakap-cakap mampu menurunkan

18
Tindakan ke pasien ansietas.
1. Evaluasi kegiatan pasien dalam P:
menurunkan ansietas dengan tarik P untuk pasien
napas dalam dan berdoa. Pasien berlatih menurunkan tingkat
2. Beri pujian ansietas dengan tarik napas, secara
3. Latih satu cara untuk yaitu bercakap- spiritual dan afirmasi (3 kali per hari)
cakap dengan orang lain seperti P . Keluarga
keluarga Memotivasi dan membimbing sesuai
4. Memasukkan pada jadwal kegiatan dengan jadwal dan minum obat.
untuk latihan bercakap-cakap dengan
orang lain/keluarga
5. Mengevaluasi tanda dan gejala (Tanda Tangan)
ansietas
Tindakan ke keluarga
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
membantu menurunkan tingkat
ansietas

BAB III
PENUTUP

19
3.1. Kesimpulan
Masalah kesehatan jiwa mempengaruhi produkfitas dan kualitas kesehatan
perorangan maupun masyarakat. Mutu sumber daya manusia tidak dapat diperbaiki
hanya dengan pemberian makanan ataupun gizi seimbang, namun juga perlu
memerhatikan aspek-aspek dasar berupa aspek fisik/jasmani, mental-
emosional/jiwa, dam sosial budaya/lingkungan.
Gangguan mental berupa depresi, kecemasan, dan keluhan somatik
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Sebagai contoh kecemasan
atau ansietas masih menjadi salah satu masalah kesehatan jiwa yang masih banyak
terjadi kasus baik di negara maju maupun negara berkembang.
Kecemasan merupakan hal yang normal terjadi pada setiap individi, reaksi
umum terhadap stress kadang dengan disertai kemunculan kecemasan. Namun
kecemasan itu dikatakan menyimpang bila individu tidak dapat meredam rasa
cemas tersebut dalam situasi dimana kebanyakan orang mampu menanganinya
tanpa adanya kesulitan berarti.
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahan dan terapi memerlukan
suatu pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencakup fisik (somatik), psikologik
atau psikiatrik, psikososial, dan psikoreligius.

3.2. Saran
Bagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti baik secara
teoritis maupun praktek tentang hospitalisasi agar dapat menerapkan dan
memberikan pelayanan yang efektif kepada pasien dan keluarga yang mungkin
mengalami stress, cemas, takut, sedih dan bahkan marah.

DAFTAR PUSTAKA

20
Hawari, D. 2008. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Kususmawati, F. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Prabowo, E. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika
Nurhalimah. 2016. Praktikum Keperawatan Jiwa. Tersedia:
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/08/Praktiku
m-Keperawatan-Jiwa-Komprehensif.pdf. Diakses: 5 Agustus 2020 Pukul 20.00
WITA
Videbeck, S.J., 2008, Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

21

Anda mungkin juga menyukai