Anda di halaman 1dari 31

Farmasi Forensik

Nikita Surya Dharma, M.Farm,


Apt
PENGANTAR ILMU FORENSIK
Forensik biasanya selalu dikaitkan dengan
tindak pidana (tindak melawan hukum).
Pada umumnya ilmu forensik diartikan
sebagai penerapan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan tertentu untuk kepentingan
penegakan hukum dan keadilan.
Dalam penyidikan suatu kasus kejahatan,
observasi terhadap bukti fisik dan
interpretasi dari hasil analisis (pengujian)
barang bukti merupakan alat utama dalam
penyidikan tersebut.
Pada abad ke 19 di Perancis,Josep
Bonaventura Orfilapada suatu
pengadilan dengan percobaan
keracunan pada hewan dan
dengan buku toksikologinya dapat
meyakinkan hakim, sehingga
menghilangkan anggapan bahwa
kematian akibat keracunan
disebabkan oleh mistik.
Francis Galton (1822-1911)pertama kali
meneliti sidik jari dan mengembangkan
metode klasifikasi dari sidik jari. Hasil
penelitiannya sekarang ini digunakan
sebagai metode dasar dalam personal
identifikasi.
Dalam perkembangan selanjutnya semakin
banyak bidang ilmu yang dilibatkan atau
dimanfaatkan dalam penyidikan suatu
kasus kriminal untuk kepentingan hukum
dan keadilan. Ilmu pengetahuan tersebut
sering dikenal denganIlmu Forensik.
Ilmu Forensik dikatagorikan ke dalam ilmu
pengetahuan alam dan dibangun berdasarkan
metode ilmu alam.
Dimana sesuatu itu dianggap ilmiah jika:
1. Berdasarkan fakta atau pengalaman (empirisme)
2. Kebenaran ilmiah harus dapat dibuktikan oleh
setiap orang melalui indranya (positivesme)
3. Analisis dan hasilnya mampu dituangkan secara
masuk akal, baik deduktif maupun induktif
dalam struktur bahasa tertentu yang mempunyai
makna (logika)
4. Hasilnya dapat dikomunikasikan ke masyarakat
luas dengan tidak mudah atau tanpa
tergoyahkan (kritik ilmu)
Keputusan Menteri Kehakiman
No.M.01.PW.07.03 tahun 1983 yaitu:
Untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-
tidaknya mendekati kebanaran materiil, ialah
kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari
sutau perkara pidana dengan menerapkan
ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan
tepat dengan tujuan untuk mencari siapakah
pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu
pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta
pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna
menemukan apakah terbukti bahwa suatu tindak
pidana telah dilakukan dan apakah orang yang
didakwa itu dapat dipersalahkan.
Ruang Lingkup Ilmu Forensik

Kedokteran
Farmasi forensik
forensik

Odontologi Psikiatri Toksikologi


forensik Forensik forensik

Antrofologi
Balistik Forensik
Forensik

Fotografi Serologi
Forensik Forensik
Kedokteran Forensikadalah
penerapan atau pemanfaatan
ilmu kedokteran untuk
kepentingan penegakan hukum
dan pengadilan. Kedokteran
forensik mempelajari hal ikhwal
manusia atau organ manusia
dengan kaitannya peristiwa
kejahatan.
Dalam perkembangannya bidang kedokteran forensik
tidak hanya berhadapan dengan mayat (atau bedah
mayat), tetapi juga berhubungan dengan orang hidup.
Dalam hal ini peran kedokteran forensik meliputi:
Melakukan otopsi medikolegal dalam pemeriksaan
menyenai sebab-sebab kematian, apakah mati wajar
atau tidak wajar, penyidikan ini juga bertujuan
untuk mencari peristiwa apa sebenarnya yang telah
terjadi
Identifikasi mayat,
Meneliti waktu kapan kematian itu berlansung time
of death
Penyidikan pada tindak kekerasan seperti kekerasan
seksual, kekerasan terhadap anak dibawah umur,
kekerasan dalam rumah tangga
Pelayanan penelusuran keturunan
Forensik Farmasi,dapat diartikan sebagai
penerapan ilmu farmasi pada issu-issu
legal (hukum).Farmasis forensik adalah
seorang farmasis yang profesinya
berhubungan dengan proses peradilan,
proses regulasi, atau pada lembaga
penegakan hukum (criminal justice
system). Domain dari forensik farmasi
adalah meliputi, farmasi klinik, aspek
administratif dari farmasi, dan ilmu
farmaseutika dasar.
Seorang forensik farmasis adalah mereka
yang memiliki spesialisasi berkaitan dengan
pengetahuan praktek kefarmasian. Keahlian
praktis yang dimaksud adalah farmakologi
klinik, menegemen pengobatan, reaksi efek
samping (reaksi berbahaya) dari obat,
review/evaluasi(assessment)terhadap
pasien,patient counseling,patient
monitoring, sistem distribusi sediaan
farmasi dan alat kesehatan, dan lain-lainnya.
Seorang forensik farmasis harus sangat
terlatih dan berpengalaman dalam
mereview dan menganalisa bukti-bukti
dokumen kesehatan (seperti
rekaman/catatan medis) kasus-
kasustersebut, serta menuangkan hasil
analisanya sebagai suatu penjelasan
terhadap efek samping pengobatan,
kesalahan pengobatan atau kasus lain
yang dikeluhkan (diperkarakan) oleh
pasien, atau pihak lainya.
Apoteker yang bekerja sebagai
karyawan ahli farmasi forensik yang
bekerja pada pemerintah (misalnya
FDA, DEA, polisi dsb) atau bekerja
sebagai ahli toksikologi forensik.
Apoteker yang bekerja sebagi
farmasi forensik biasanya dapat
menjadi konsultan bagi hakim,
penegak keadilan, atau melayani uji
residu obat untuk para atlit.
Pekerjaan Aspek Forensik Tanpa
Disadari
Melakukan Pekerjaan Kefarmasian di Apotek
Seorang tenaga kefarmasian (Apoteker/ AA) dalam
melayani resep: dimana apoteker akan melakukan
penelitian atas keabsahan dari lembar resep yang
diterimanya.
Penyediaan Obat di Apotek : seorang farmasis akan
membeli obat dari sumber yang sah / jalur resmi, untuk
menjamin keaslian (originalitas) dari produk obatnya,
sehingga tujuan pengobatan kepada pasien dapat tercapai.
Dalam hal ini apoteker akan mengedepankan aspek
kesembuhan pasien, mencegah peredaran obat palsu
dimana tidak terdapat jaminan akan keberhasilan
dan tujuan pengobatan yang diharapkan.
Pekerjaan Aspek Forensik Tanpa
Disadari
Farmasis komunitas perlu meneliti
kebenaran resep yang diterima sebelum
dilayani, apakah ada pemalsuan dari
resep tersebut atau tidak.
Farmasis rumah sakit berusaha
menciptakan sistem untuk mendeteksi
secara dini suatu penyimpangan
distribusi obat.
Farmasis klinik memonitor pasiennya
terhadap tanda penyalahgunaan obat
(substance abuse).
Pekerjaan Aspek Forensik Tanpa
Disadari
Farmasis pediatrik mengawasi pasiennya terhadap
child abuse.
Apoteker yang bertugas sebagai reviewer sediaan
farmasis dalam pengobatan bertanggungjawab
terhadap deteksi penipuan (baik berkaitan dengan
asuransi maupun tidak secara langsung).
Tugas farmasis forensik pada pusat informasi obat:
Informasi tentang indikasi dan efek samping dari obat
Pengarahan kepada siswa-siswa SMP mapun SMA
tentang bahaya dan pencegahan pengalahgunaan
narkoba.
Beri informasi mengenai obat-obat yang berpontensial
digunakan dalam tindak pidana pemerkosaan
Bekerja dibidang Toksikologi
Forensik
Farmasis dengan latar belakang
keilmuannya:
kimia farmasi analisis, kimia intrumentasi,
farmakologi, farmakokinetik dan toksikologi
yang merupakan basis keilmuan
penunjang.
Banyak farmasis bekerja di institut
kedokteran kehakiman dikenal sangat
eksis dalam bidang toksikologi forensik.
Bekerja dibidang Toksikologi
Forensik
Farmasis bekerja pada laboratorium
toksikologi forensik/klinik akan:
Lebih profesional dalam mengintrepetasikan
efek-efek yang mungkin muncul oleh
senyawa obat dalam kasus keracunan
Melakukan analisis dalam menentukan
toksikan yang bertanggung jawab dalam
suatu kasus keracuanan
Ilmu Farmakokinetik yang dikuasainya dapat
digunakan untuk memprediksi konsentrasi
toksikan pada saat kejadian dan juga time
intake dari toksikan tersebut
Farmasis bekerja Pemerintahan

Banyak farmasis telah berkarir di


lembaga yang melakukan pengawasan
terhadap sediaan farmasis.
Laboratorium pemerintah dalam
pemeriksaan penyalahgunaan obat-
obatan (test Narkoba, test dooping,
dll).
Dengan latarbelakang keahliannya
mereka mengerjakan hal-hal yang
berkaitan dengan aspek forensik.
Hal yang berhubungan dengan
farmasi forensik
Pemalsuan resep
Farmakologi euthanasia
Seleksi dan uji penyalahgunaan obat
Malpraktek profesi
Kesalahan pengobatan
Terjadinya kelainan reaksi obat (termasuk interaksi
obat)
Ketidak mampuan mengemudi karena pengaruh obat
Timbulnya tindakan kekerasan karena pengaruh obat
Praktek perdukunan, penipuan dalam perawatan
kesehatan dan penipuan secara ilmiah
Kerahasiaan pasien
Keracunan
Pengaruh psikoaktif pengobatan
pada perlakuan pengobatan
Pemberian obat penenang
(mengukur derajat kesakitan dengan
manganalisis obat analgesik)
Pengaruh psikofarmakologi sebagai
faktor peredaan tindak kriminal
Managemen resiko
Aktivitas Ahli Farmasi Forensik
Menganalisis reaksi obat yang menyebabkan
terjadinya gangguan
Memberi petunjuk pada polisi untuk mengenali
jenis obat
Melayani sebagai tim ahli untuk kontingen
olahraga
Saksi utama pada peristiwa pembunuhan atau
tindak kekerasan karena pengaruh obat
Melayani demi keamanan konsumen pengguna
obat untuk FDA
Sebagai agen spesial DEA
Sebagai penyelidik antinarkotik atau
penyalahgunaan obat
Sebagai tenaga ahli kriminal pada kepolisian
Sebagai manager suatu pabrik obat dan
sirkulasi obat
Pelayanan kebutuhan obat disuatu lembaga
pemasyarakatan (LP/penjara)
Sebagai ahli toksikologi pada klinik
kesehatan
Sebagai agen spesial untuk FBI
Sebagai peninjau adanya klaim kompensasi
yang berhubungan dengan farmakoterapi
Melakukukan interpretasi mengenai tingkat
kandungan obat.
Dari beberapa tugas ahli forensik,
hampir sebagian besar difokuskan
pada tindakan perilaku kejahatan.
Disamping itu analisis kimia dari
penyebab kejadian tersebut
menjadi hal yang penting dan juga
sifat-sifat obat/bahan kimia yang
menyebabkan tindak kejahatan
tersebut.
Malpraktek Kefarmasian dan profesi
kesehatan lainnya

Farmasis dapat digugat terhadap


kasus:
kesalahan pengobatan dispensing
kesalahan peracikan obat
kegagalan dalam mendeteksi
interaksi obat,
kegagalan atau kelalaian pemberian
informasi efek samping (berbahaya)
obat pada pasien.
Kelalaian dalam memilih obat
dapat menyebabkan terjadinya
malpraktek terhadap pasien.
Sebagai contoh, seorang pasien
mendapat resiko insufisiensi ginjal
akibat penyakit diabetes atau
hipertensi. Apabila apoteker tidak
memperhatikan efek samping dari
obat yang dikonsumsi, akan
menyebabkan kerusakan pada
ginjal pasien.
Untuk mencegah kelalaian tersebut,
farmasis dapat memberikan pendapat
tentang pengobatan, guna mencegah
timbulnya efek samping pengobatan,
atau komplikasi yang ditimbulkan oleh
efek samping obat. Salah satu caranya
yaitu farmasis dapat bersama dokter
berdiskusi dalam pemilihan obat, guna
mencegah terjadinya penyakit lain
akibat dari pemilihan obat yang salah
Seorang farmasis klinik
bertanggung jawab terhadap
Pemantauan terapi obat diklinik
(rumah sakit), kelalaian dalam
penyelenggaraan pemantauan atau
pemantauan yang tidak mengikuti
standar (kurang tepat) oleh
farmasis klinik dapat dikatagorikan
dalam kegiatan malpraktek
kefarmasian.
Majelis Pembina Etika Apoteker

Kasus malpraktek terhadap farmasis harus


dihadiri oleh saksi yang juga ahli farmasis.
Pada umumnya pengacara tidak
berkompeten dalam membela kliens
(korban malpraktek farmasi), kecuali
didampingi oleh seorang farmasis, yang
memberikan pendapat atau pandangan
bahwa memang benar kejadian tersebut
dapat digolongkan sebagai kasus
malpraktek kefarmasian.
Tujuan Pembentukan MPEA ISFI

Tujuan Umum
Tegaknya Etika Apoteker dalam kehidupan
profesi farmasi.
Tujuan Khusus
Meminimalisir terjadinya kasus mal-
practice dan misconduct dalam pelayanan
kefarmasian.
Meningkatnya kesadaran dan kehadiran
Apoteker ditempat pengabdiannya sebagai
panggilan profesi.
Terbinanya rasa solidaritas profesi.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai