secara in silico. Tujuannya yaitu untuk memprediksi senyawa yang memiliki aktivitas
farmakologi, sehingga dapat diketahui struktur senyawa yang paling baik untuk dapat
berikatan dengan reseptor (Adnyani et al., 2019). Pada penelitian ini sampel yang
ekstrak daun tersebut telah dilaporkan memiliki aktivitas anti kanker secara in vitro
(Listiyana et al., 2019). Program atau aplikasi yang digunakan untuk skrining
analisis maupun pemilihan senyawa inklusi. Selain itu, aplikasi ini juga menampilkan
prediksi kemampuan senyawa dalam terabsorpsi hingga dapat menembus sawar darah
otak (Blood Brain Barrier). Selain itu, tampilan tersebut juga secara mudah untuk
mengetahui sifat P-glikoprotein (P-gp) dari senyawa tersebut (Daina et al., 2016).
Parameter yang digunakan untuk skrining senyawa pada penelitian ini yaitu
tidak menembus sawar otak, P-gp non-substrat, dan memenuhi Hukum Lima
Lipinski. Sebelum dilakukan skrining secara in silico, setiap senyawa hasil dari
Ultra 12.0. Setelah itu, masing-masing Code SMILES senyawa tersebut disalin (copy)
pada program SwissADME. Code SMILES (Simplified Molecular Input Line Entry
System) sendiri merupakan konversi senyawa kimia dalam bentuk notasi baris
senyawa kimia (Witanto et al., 2019). Hasil skrining senyawa melalui Boiled-Egg
(A) (B)
Gambar 5.1 Hasil skrining senyawa dengan SwissADME (A) dan hasil senyawa yang lulus skrining
dengan SwissADME (B)
Keterangan:
Putih : probabilitas tinggi pada penyerapan saluran pencernaan
Kuning : probabilitas tinggi pada penetrasi otak
Coding biru (P-gp +) : P-gp substrat
Cding merah (P-gp -) : P-gp non-substrat
Berdasarkan gambar 5.1 menunjukkan bahwa dari 35 senyawa yang lulus
skrining dengan parameter tidak menembus sawar darah otak, P-gp non-substrat, dan
membantu mengurangi efek samping dan toksisitas atau untuk meningkatkan khasiat
obat yang aktivitas farmakologisnya ada di dalam otak (Pires et al., 2015). Pada
untuk menghambat ERα sehingga dipilihlah senyawa yang tidak dapat menembus
sawar darah otak. Parameter ini pada program SwissADME ditunjukkan dengan hasil
“No” pada BBB Permeant, sedangkan pada Bolied Egg (gambar 5.1) ditunjukkan
dengan letak senyawanya di luar bundaran kuning telur (Daina et al., 2016).
Parameter yang dapat diprediksi terkait distribusi obat selain penetrasi pada
sawar darah otak yaitu P-glikoprotein (P-gp). P-gp sendiri merupakan anggota dari
penyerapan dan penembusan obat (Jeong and Chiou, 2006; Finch A, 2014). Dalam
sistem organ, P-gp berpengaruh terhadap absorbsi, distribusi, dan eliminasi obat
(Matheny, et al., 2001). Aktivitas P-gp sangat bergantung oleh ATP melalui
memegang peranan penting dalam keberhasilan terapi kanker (Zhou, et al., 2006).
domain dan penghambatan hidrolisis ATP oleh ATP-ase melalui ikatan substrat
dengan ATP (Kitagawa, 2006). Substrat dari P-gp sendiri dapat menyebabkan MDR
(Multidrug Resistant) pada kanker (Cui et al., 2019). Substrat pada transportasi P-gp
gp inhibitor sendiri juga gagal untuk disetujui oleh FDA karena efek yang sangat
merugikan (Cui et al., 2019). Oleh karena itu, skrining pada penelitian menggunakan
parameter P-gp non substrat (Muhammad dan Malik, 2018). Pada program
SwissADME parameter ini ditunjukkan dengan hasil “No” pada P-gp substrate,
sedangkan pada Boiled Egg (gambar 5.1) ditunjukkan coding berwarna merah
Sedangkan obat pembanding pada penelitian ini yaitu tamoxifen dengan nama
tersebut sering digunakan sebagai inhibitor ERα pada kanker payudara. Tamoxifen
sendiri merupakan senyawa yang dikenal sebagai modulator reseptor estrogen selektif
yang bertindak sebagai agonis reseptor estrogen di beberapa jaringan dan sebagai
payudara. Obat ini digunakan secara klinis sebagai agen pilihan untuk mengobati dan
mencegah kanker payudara (Seong et al., 2010). Hasil tamoxifen pada SwissADME
yang rendah terhadap gastrointestinal dan bersifat P-gp substrat. Hal ini dikarenakan
tamoxifen yang diberikan secara oral mengalami metabolisme hati yang luas dan
sebagian besar oleh enzim sitokrom P450 (CYP450), khususnya enzim 3A4 (Seong
et al., 2010). Biotransformasi yang dimediasi oleh CYP3A4 dan eflux aktif obat
terserap oleh P-gp merupakan penentu utama bioavaibilitas obat oral. Hal ini karena
terhadap obat yang diberikan secara oral (Vishal R. Tandon et al., 2006). Penyebab
metabolism di usus atau di hati dan efluks yang dimediasi P-gp di usus (Seong et al.
2010). Nama dan code SMILES senyawa yang lulus skrining serta senyawa
H
N
Molekul 1
C12=C(NCC2)C=CC=C1
Indoline
(2,3-dihydro-1H-indole)
NH3+ O
H
N
O-
Molekul 2 CCC(C)C([NH3+])C(NC(C)C([O-])=O)=O
O
Isoleucine-Alanine dipeptide
(2-[(2-amino-3-methylpentanoyl)amino]propanoic acid)
O O
NH2
Molekul 3 N N
H O=C(C1CN(C(C)=O)CCC1)NN
1-Acetyl-3-piperidinecarbohydrazide
OH
HO O
OC1=C(C2=CC=C(O)C=C2)OC3=C(C(O)=
Molekul 4 CC
OH
(O)=C3)C1=O
OH O
Kaempferol
(3,5,7-trihydroxy-2-(4-hydroxyphenyl)chromen-4-one)
OH
OH O
OC1=C(C2=CC(OC)=C(O)C=C2)OC3=CC
O
Molekul 5
OH (O)=CC(O)=C3C1=O
OH O
Isorhamnetin
(3,5,7-trihydroxy-2-(4-hydroxy-3methoxyphenyl)chromen-4-one )
HO O
O=C1C(C2=CC=C(O)C=C2)=COC3=C1C
Molekul 6
OH O
(O)=CC(O)=C3
OH
Genistein
(5,7-dihydroxy-3-(4-hydroxyphenyl)chromen-4-one)
S N
N
N CC(N(CC1=C(Cl)SN=N1)C)C2=C(C)N=C
Molekul 7
N S (C(C)C)S2
Cl
N-[(5-Chloro-1,2,3-thiadiazol-4-yl)methyl]-1-(2-isopropyl-4-
methyl-1,3-thiazol-5-yl)-Nmethylethanamine
O O
O O
N
CC1N(C(C2=CC(OC)=C(OC)C(OC)=C2)=
Molekul 8 O
N
O
O)CCN
O O (C(C3=CC(OC)=C(OC)C(OC)=C3)=O)C1
(2-Methyl-1,4-piperazinediyl)bis[(3,4,5-
trimethoxyphenyl)methanone]
O
O O
O O
CO/C=C(C(OC)=O)\C1=CC=CC=C1OC2=
NC=NC
Molekul 9 N N
(OC3=CC=CC=C3C#N)=C2
N
Azoxystrobin
(methyl (E)-2-[2-[6-(2-cyanophenoxy)pyrimidin-4-yl]oxyphenyl]-
3-methoxyprop-2-enoate)
NH2
O
Molekul 10 HS S O=C[C@@H](N)CSSS
S
(2R)-2-Amino-3-Trisulfanylpropanal
Obat
CC\C(=C(/C1=CC=CC=C1)C1=CC=C(OC
Pemban-
N CN(C)C)C=C1)C1=CC=CC=C1
ding O
Tamoxifen
(2-{4-[(1Z)-1,2-diphenylbut-1-en-1-yl]phenoxy}-
ethyl)dimethylamine)
fisikokimia dari suatu senyawa, dimana prediksi tersebut berdasarkan Hukum Lima
Lipinski (Hardjono, 2013). Hukum ini memprediksi kemiripan obat dari senyawa
kimia dengan aktivitas biologis tertentu yang dirancang untuk pemberian dengan rute
oral (Daina et al., 2016). Menurut hukum ini, senyawa obat harus memiliki berat
molekul kurang dari 500 g/mol, nilai log P kurang dari 5, nilai Hydrogen Bond
Donors (HBD) tidak lebih dari 5, dan nilai Hydrogen Bond Acceptors (HBA) tidak
lebih dari 10. Penelitian lebih lanjut telah menambahkan dua kriteria lagi untuk
membuat biovaibilitas oral suatu obat menjadi lebih baik. Kriteria tersebut antara
lain: Topological Polar Surface Area (TPSA) dengan nilai ≤140 Å dan ikatan
hidrogen yang berotasi (Torsion) dengan nilai ≤10 (Manto et al., 2018). Pada
program SwissADME senyawa yang memenuhi hukum ini ditunjukkan dengan hasil
“Yes; 0 violation” pada Lipinski (Daina et al., 2016). Hasil prediksi sifat fisikokimia
Tabel 5.2 Hasil penentuan sifat fisikokimia berdasarkan Hukum Lima Lipinski
terhadap senyawa yang lulus skrining dan tamoxifen dengan aplikasi SwissADME
Penerapan
Hukum
Parameter Hukum Lima Lipinski
Lima
Senyawa Lipinski
BM TPSA
Log P HBA HBD Torsion
(g/mol) (Å)
Indoline
119.16 1.73 0 1 12.03 0 Ya
(2,3-dihydro-1H-indole)
Isoleucine-Alanine dipeptide
(2-[(2-amino-3-methyl-
202.25 -1.53 3 2 96.87 6 Ya
pentanoyl)amino]propanoic
acid)
1-Acetyl-3-
185.22 -0.47 3 2 75.43 3 Ya
piperidinecarbohydrazide
Kaempferol
111.1
(3,5,7-trihydroxy-2-(4- 286.24 1.58 6 4
3
1 Ya
hydroxyphenyl)chromen-4-one)
Isorhamnetin
(3,5,7-trihydroxy-2-(4-hydroxy- 120.3
316.26 1.65 7 4 2 Ya
3-methoxyphenyl)-chromen-4- 6
one )
Genistein
(5,7-dihydroxy-3-(4- 270.24 2.04 5 3 90.90 1 Ya
hydroxyphenyl)chromen-4-one)
N-[(5-Chloro-1,2,3-thiadiazol-4-
yl)methyl]-1-(2-isopropyl-4-
330.90 3.59 4 0 98.39 5 Ya
methyl-1,3-thiazol-5-yl)-
Nmethylethanamine
(2-Methyl-1,4-
piperazinediyl)bis[(3,4,5- 488.53 2.41 8 0 96.00 10 Ya
trimethoxyphenyl)methanone]
Azoxystrobin
(methyl (E)-2-[2-[6-(2-
103.5
cyanophenoxy)pyrimidin-4- 403.39 2.97 8 0
6
8 Ya
yl]oxyphenyl]-3-methoxyprop-2-
enoate)
(2R)-2-Amino-3- 132.4
169.29 0.34 2 1 4 Ya
Trisulfanylpropanal 9
Tamoxifen
(2-{4-[(1Z)-1,2-diphenylbut-1-
371.51 5.77 2 0 12.47 8 Tidak
en-1-yl]phenoxy}ethyl)-
dimethylamine)
Keterangan:
BM : Berat Molekul <500 Σ HBD : Jumlah atom OH dan NH <5
Log P : Koefisien Partisi <5 Σ HBA : Jumlah atom O dan N <10
Torsion : Ikatan H yang dapat berotasi ≤10 TPSA : Topological Polar Surface Area ≤140Å
: tidak masuk parameter
Hasil yang dipaparkan pada tabel 5.2 diatas, senyawa yang lulus skrining
memiliki berat molekul ≤500, log P ≤5, jumlah ikatan-H donor ≤5, ikatan-H aseptor
≤10, nilai torsion ≤10 dan nilai TPSA ≤140Å. Sehingga senyawa-senyawa tersebut
memenuhi Hukum Lima Lipinski dan dapat diprediksi bahwa senyawa tersebut
Nilai berat molekul berkaitan dengan proses distribusi obat. Proses distribusi
obat terjadi dengan cara menembus membran biologis. Obat atau senyawa yang
biologis, dan begitu juga sebaliknya (Narko et al., 2017). Dari 10 senyawa tersebut
nilai berat molekulnya yang paling kecil yaitu Indoline. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa berat molekul suatu senyawa tergantung pada jumlah atom yang
al., 2017). Nilai Log P yang lebih besar dari 5 akan menyebabkan senyawa obat akan
cenderung memiliki tingkat toksisitas yang tinggi karena akan tertahan lebih lama
pada lipid bilayer dan terdistribusi lebih luas di dalam tubuh sehingga selektifitas
ikatan terhadap enzim target menjadi berkurang. Nilai Log P yang terlalu negatif juga
tidak baik karena molekul tersebut tidak dapat melewati membran lipid bilayer (La
Kilo et al., 2019). Dari 10 senyawa tersebut nilai Log P-nya kurang dari 5, namun
terdapat dua senyawa yang nilai Log P-nya negatif yaitu Isoleucine-Alanine
biologis dari suatu molekul obat. Ikatan hidrogen dapat mempengaruhi sifat-sifat
kimia-fisika senyawa, seperti titik didih, titik lebur, dan kelarutan dalam air.
(Narko et al., 2017). Jumlah donor dan akseptor ikatan hidrogen mendeskripsikan
semakin tinggi kapasitas ikatan hidrogen, maka semakin tinggi energi yang
dibutuhkan agar proses absorpsi dapat terjadi (La Kilo et al., 2019). Jumlah donor
ligan untuk mengikat dengan enzim target atau protein (Jamuna et al., 2018).
dari luas permukaan ikatan hidrogen antara atom O dan N (Jamuna et al., 2018).
Sedangkan jumlah ikatan yang dapat diputar (torsion) juga penting untuk
rotatable lebih banyak menjadi lebih fleksibel dan memiliki ikatan yang baik dengan
senyawa tersebut tidak memenuhi Hukum Lima Lipinski, karena Log P pada senyawa
tersebut lebih dari 5. Nilai Log P ini berhubungan dengan hidrofobisitas molekul
obat, semakin besar nilai log P maka semakin hidrofobik senyawa tersebut. Molekul
obat yang terlalu hidrofobik cenderung memiliki toksisitas yang lebih besar karena
akan tertahan lebih lama di lipid bilayer dan terdistribusi lebih luas di dalam tubuh
2011). Namun, sebagian besar obat kanker tidak memenuhi standar Hukum Lima
diterbitkan (Manto et al., 2018). Menurut Chander et al. (2017) menyatakan bahwa
95% obat yang telah disetujui secara klinis mempunyai nilai rata-rata sifat fisikokimia
sebagai berikut: Berat Molekul (130–725), HBD (0–6), HBA (2–20), Log P (-2
sampai 6.5), dan jumlah Torsion (0–15). Nilai Log P pada tamoxifen sebesar 5.77
sehingga obat tersebut dapat digunakan sebagai terapi antikanker payudara sampai
saat ini.
mengetahui interaksi senyawa yang lulus skrining dengan protein reseptor. Interaksi
ligan (senyawa) dengan reseptor dapat divisualisasikan dengan metode komputasi dan
dapat digunakan untuk mengetahui farmakofor dari suatu senyawa (Ekins et al.,
2007).
Virtual Docker (MVD) versi 6.0. Sebelum dilakukan simulasi Docking, terlebih
untuk memperoleh hasil analisis yang optimal (Muchtaridi et al., 2018). Proses
preparasi yang dilakukan dalam metode in silico adalah dengan melakukan preparasi
terhadap ligan maupun protein target yang akan digunakan dalam metode in silico
(Sliwoski et al., 2014). Sampel yang dipreparasi dalam penelitian ini adalah senyawa
yang lulus skrining dengan parameter-parameter tertentu serta protein ERα (5W9C)
penelitian ini menggunakan program Avogadro. Pada langkah ini, dilakukan juga
optimasi geometri tujuannya untuk memperbaiki struktur ligan dan posisi atom
hidrogen. Minimasi energi ligan dilakukan dengan menggunakan medan gaya Merck
senyawa terbaik atau yang paling stabil untuk dilakukan docking dengan reseptor
target (Adelina, 2014). Hasil struktur tiga dimensi (3D) dan minimalisasi energi
Tabel 5.3 Struktur 3D dan energi minimal senyawa lulus skrining dengan MMFF94
pada aplikasi Avogadro
Rerata (Kkal/mol)
Energi Minimal (Kkal/mol)
± SD
Senyawa Struktur 3D
Replikasi Replikasi Replikasi
I II III
H
N
NH3+ O
H
N
O-
O O
NH2
N N
H
30.3958 30.3958 30.3936 30.3951 ± 0,0013
1-Acetyl-3-
piperidinecarbohydrazide
OH
HO O
OH
OH O
O
OH
OH O
68.8827 68.8827 68.8827 68.8827 ± 0.0000
Isorhamnetin
(3,5,7-trihydroxy-2-(4-
hydroxy-3-
methoxyphenyl)chromen-
4-one )
HO O
OH O
Genistein
(5,7-dihydroxy-3-(4-
hydroxyphenyl)chromen-4-
one)
S N
N
N
N S
Cl
O O
O O
N
N
O O
O O
O O
O O
N N
NH2
HS S O
S 26.1367 26.1362 26.1362 26.1364 ± 0,0003
(2R)-2-Amino-3-
Trisulfanylpropanal
N
O
Keterangan :
SD : standar devisiasi
ruang untuk senyawa sehingga gaya inter-atom dan energi sterik setiap atom
mendekati nol dan posisi pada permukaan energi potensial adalah titik stasioner.
Konfirmasi struktur akan mempengaruhi sifat fisikokimia yang nyata dari suatu
senyawa. Selain itu, juga mempengaruhi skor docking yang menunjukkan afinitas
Preparasi protein diunduh dari data file PDB (Protein Data Bank) melalui
(www.rcsb.org). Protein yang diunduh adalah protein ERα dengan kode 5W9C
menggunakan program Molegro Virtual Docker (MVD) versi 6.0 (Gambar 5.3).
(5W9C)
berinteraksi antara ligan dan reseptor pada reseptor 5W9C. Cavity yang terdapat pada
reseptor ditunjukkan dengan warna hijau. Hasil penentuan cavity ditunjukkan pada
gambar 5.4.
1 7 7
6
6
3
2
4 8
5 8
9 5
(A) (B)
Gambar 5.4 Hasil deteksi lubang (cavity) pada reseptor 5W9C (A) dan Cavity dan ligand
native (B)
Keterangan:
Cavity 1 Vol= 592.384 Surface 1896.96
Cavity 2 Vol= 557.568 Surface 1939.20
Cavity 3 Vol= 152.576 Surface 527.36
Cavity 4 Vol= 146.432 Surface 550.40
Cavity 5 Vol= 145.920 Surface 371.20 (ligand native D)
Cavity 6 Vol= 143.872 Surface 334.08 (ligand native C)
Cavity 7 Vol= 128.000 Surface 280.32 (ligand native A)
Cavity 8 Vol= 123.904 Surface 279.04 (ligand native B)
Cavity 9 Vol= 117.248 Surface 436.48
Molegro Virtual Docker versi 6.0. Caranya dengan melakukan docking ulang native
ligand pada lubang reseptor. Hasil validasi ditunjukkan dengan nilai Root Mean
Square Deviation (RMSD). Nilai RMSD sendiri merupakan pengukuran dua pose
yang didockingkan pada protein (Susanti et al., 2018). Reseptor dinyatakan valid dan
dapat dilakukan simulasi docking selanjutnya jika memiliki nilai RMSD ≤ 2 (Hevener
merupakan protein yang digunakan untuk proses docking karena memiliki nilai rata-
rata RMSD paling rendah yaitu 0.7835 ± 0.0298. Semakin kecil nilai RMSD yang
diperoleh menunjukkan bahwa pose ligand yang diprediksi semakin baik karena
semakin mendekati konformasi native ligand (Susanti et al., 2018). Sehingga lubang
(cavity) yang digunakan yaitu cavity 6 dengan volume 143.872 dan luas permukaan
334.08. Lubang tersebut digunakan karena mempunyai native ligand yang berikatan
dengan reseptor dan mempunya nilai RMSD paling kecil diantara lainnya, sehingga
Hasil simulasi docking dapat dilihat dari rerata nilai scoring yang didapatkan.
Digunakan tiga paramater yaitu MolDock Score, Rerank Score, dan Ikatan
Hidrogennya. Nilai dari ketiga parameter tersebut merupakan skor yang dapat
mengukur kekuatan ikatan obat-reseptor (CLCbio, 2013). Energi ikatan juga dapat
digunakan sebagai prediksi aktivitas senyawa. Energi ikatan antara ligan dan reseptor
dapat dilihat melalui Rerank Score (Nugroho, 2014). Hasil docking score yang
Tabel 5.5 Hasil Docking score senyawa yang lulus skrining dan Tamoxifen terhadap
reseptor 5W9C
Docking Score
Parameter Rerata
Reseptor Senyawa
Score Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 (Kkal/mol) ± SD
(Kkal/mol) (Kkal/mol) (Kkal/mol)
MolDock
-55.0174 -55.0441 -55.0324 -55.0313 ± 0.0134
Indoline Score
(2,3-dihydro-1H-indole) Rerank Score -47.0328 -46.9624 -46.9532 -46.9828 ± 0.0435
H-Bond 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Isoleucine-Alanine dipeptide MolDock
-95.4765 -95.3436 -92.0734 -94.29783 ± 1.9276
(2-[(2-amino-3-methyl- Score
pentanoyl)amino]propanoic Rerank Score -72.2991 -71.8585 -71.9138 -72.0238 ± 0.2400
acid) H-Bond -0.0821 -0.1376 -1.3387 -0.51945 ± 0.7100
MolDock
-69.9966 -69.9670 -69.9632 -69.9756 ± 0.0183
1-Acetyl-3- Score
5W9C piperidinecarbohydrazide Rerank Score -59.9596 -59.5168 -59.4989 -59.6584 ± 0.2610
(C) H-Bond 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Kaempferol MolDock
-98.7382 -98.8634 -98.9896 -98.8640 ± 0.1257
(3,5,7-trihydroxy-2-(4- Score
hydroxyphenyl)chromen-4- Rerank Score -77.2111 -77.4862 -77.3265 -77.3413 ± 0.1381
one) H-Bond -6.4419 -6.5636 -6.5742 -6.5265 ± 0.0735
Isorhamnetin MolDock
-116.2240 -116.3650 -116.2970 -116.2953 ± 0.0705
(3,5,7-trihydroxy-2-(4- Score
hydroxy-3-methoxyphenyl)- Rerank Score -88.5642 -88.7046 -88.6143 -88.6277 ± 0.0712
chromen-4-one ) H-Bond -6.5401 -6.6227 -6.5799 -6.5809 ± 0.0413
Genistein MolDock -90.2977 -90.3762 -90.2730 -90.3156 ± 0.0539
(5,7-dihydroxy-3-(4- Score
hydroxyphenyl)chromen-4- Rerank Score -74.2174 -74.1646 -74.1180 -74.1667 ± 0.0497
one) H-Bond -10.3815 -10.4388 -10.4153 -10.4119 ± 0.0288
N-[(5-Chloro-1,2,3- MolDock
-116.0640 -116.9280 -116.9090 -116.6337 ± 0.4934
thiadiazol-4-yl)methyl]-1-(2- Score
isopropyl-4-methyl-1,3- Rerank Score -90.7658 -92.3319 -92.4695 -91.8557 ± 0.9464
thiazol-5-yl)-
Nmethylethanamine H-Bond 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
(2-Methyl-1,4- MolDock
-130.6140 -137.9930 -129.5570 -132.7213 ± 4.5959
piperazinediyl)bis[(3,4,5- Score
trimethoxyphenyl)methanone Rerank Score -107.2360 -105.6720 -109.5410 -107.4830 ± 1.9463
] H-Bond 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Azoxystrobin MolDock
-143.2550 -140.9110 -139.0820 -141.0827 ± 2.0918
(methyl (E)-2-[2-[6-(2- Score
cyanophenoxy)pyrimidin-4- Rerank Score -99.1936 -97.6804 -93.6864 -96.8537 ± 2.8452
yl]oxyphenyl]-3-
methoxyprop-2-enoate) H-Bond -1.4902 -0.5150 -0.7170 -0.9074 ± 0.5147
MolDock
-61.5633 -61.5541 -61.5379 -61.5518 ± 0.0129
(2R)-2-Amino-3- Score
Trisulfanylpropanal Rerank Score -50.0094 -50.0439 -50.1939 -50.0824 ± 0.0981
H-Bond -6.9982 -6.9571 -7.0070 -6.98741 ± 0.0266
Tamoxifen MolDock
-138.0060 -137.5150 -137.8670 -137.7960 ± 0.2531
(2-{4-[(1Z)-1,2-diphenylbut- Score
1-en-1-yl]phenoxy}- Rerank Score -94.8686 -93.1508 -94.5917 -94.2037 ± 0.9223
ethyl)dimethylamine) H-Bond 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
MolDock
-144.2720 -144.2040 -140.0480 -142.8413 ± 2.4193
Ligand Native Score
(4-Hydroxytamoxifen) Rerank Score -112.6900 -112.6410 -110.2130 -111.8480 ± 1.4162
H-Bond -3.9340 -3.7668 -3.3895 -3.6968 ± 0,2789
Keterangan:
: Moldock Score (Kkal/mol)
: H-Bond (Kkal/mol)
Fungsi skor docking dari Moldock yaitu perluasan dari Piecewise Linier
dimana posisi hidrogennya tetap (tidak dapat diputar). Untuk lebih meningkatkan
yang diperoleh pada algoritma docking (Thomsen dan Christensen, 2006). Rerank
Score atau energi ikatan sendiri merupakan perhitungan total dari semua ikatan yang
ada. Energi ikatan menyatakan jumlah energi yang diperlukan untuk mengadakan
interaksi antara ligan-reseptor (Nugroho, 2014). Nilai Rerank Score yang diperoleh
yang relevan dengan melihat nilai terendah, dan dapat juga memprediksikan
Berdasarkan hasil Rerank Score sepuluh senyawa yang terdapat pada tabel
5.5, senyawa yang memiliki nilai rerank score yang paling kecil yaitu (2-Methyl-1,4-
tersebut mempunyai afinitas lebih tinggi dibandingkan senyawa yang lain. Menurut
Hardjono (2016) Rerank Score merupakan energi ikatan yang ditunjukkan melalui
adanya jumlah energi yang dibutuhkan untuk membentuk ikatan antara ligan dan
reseptor. Semakin kecil nilai energi ikatan yang didapatkan maka ikatan tersebut
semakin stabil, dan jika semakin stabil ikatan ligan dengan reseptor maka bisa
merupakan energi ikatan hidrogen antara protein dan ligan (dihitung dengan PLP).
atomnya (baik di ligan maupun protein). Ikatan dianggap sebagai ikatan hidrogen jika
salah satu atom dapat menyumbangkan atom hidrogen dan atom lainnya dapat
5W9C. Salah satu sifat dari reseptor yaitu terdiri dari asam amino yang akan
berinteraksi dengan ligan sehingga dapat menentukan interaksi yang terjadi pada
ikatan ligan dengan asam amino (Yahalom et al., 2011; Khazanov dan karlson, 2013).
Hasil docking native ligand 4-Hydroxytamoxifen, ligan uji senyawa yang lulus
skrining dan ikatan dengan asam amino ditunjukkan pada gambar 5.5 dan gambar 5.6
(A) (B)
Gambar 5.5 Hasil docking senyawa (2-Methyl-1,4-piperazinediyl)bis[(3,4,5-trimethoxyphenyl)-
methanone] (putih), Azoxyatrobin (biru), Kaempferol (hijau tua), Genestein (kuning kecoklatan), 1-
Acetyl-3-piperidinecarbohydrazide (biru muda), (2R)-2-Amino-3-Trisulfanylpropanal (merah muda),
Isoleucine-Alanine dipeptide (hijau), Indoline (putih), N-[(5-Chloro-1,2,3-thiadiazol-4-yl)methyl]-1-
(2-isopropyl-4-methyl-1,3-thiazol-5-yl)-N-methylethanamine (ungu), Isorhamnetin (coklat kemerahan),
Tamoxifen (merah), dan native ligand (biru nyala) terhadap reseptor 5W9C(C) (A). Hasil docking 10
senyawa yang lulus skrining, Tamoxifen dan native ligand terhadap reseptor 5W9C(C) dengan residu
asam amino ditunjukkan stick style dan ligan dengan Wireframe style with colour by chain (B)
Tabel 5.6 Profil asam amino dan gugus fungsi yang terlibat dalam ikatan hidrogen
dan interaksi sterik pada reseptor 5W9C (C)
Interaksi Hidrogen Interaksi Sterik Interaksi Elektrostatik
Senyawa
Asam Jarak Gugus Asam Jarak Gugus Asam Jarak Gugus
Amino (Å) Ligan Amino (Å) Ligan Amino (Å) Ligan
Indoline Leu Atom N
- - - - - -
(2,3-dihydro-1H-indole) 387(C) Nomor 0
Isoleucine-Alanine Glu 2.67 Atom N Ala Atom C Glu 2.67 & Atom N
3.18
dipeptide 353(C) Nomor 7 350(C) Nomor 11 353(C) 4.32 Nomor 7
(2-[(2-amino-3-methyl- Leu Atom O
3.16
pentanoyl)amino]propanoi 349(C) Nomor 12
c acid) Glu - Atom N
353(C) Nomor 7
Leu Atom O
-
346(C) Nomor 13
Val Atom C
3.09
533(C) Nomor 5
Asp Atom C
3.15
1-Acetyl-3- 351(C) Nomor 5
piperidinecarbohydrazide - - - Trp Atom C - - -
3.17
383(C) Nomor 12
Atom N
Leu
- Nomor 9
346(C)
Leu Atom O
3.12
Glu Atom O 391(C) Nomor 7
2.60
353(C) Nomor 10 Leu Atom O
2.98
384(C) Nomor 2
Thr Atom C
3.08
Kaempferol Arg Atom O 347(C) Nomor 19
2.62
(3,5,7-trihydroxy-2-(4- 394(C) Nomor 10 Ala Atom O
3.03 - - -
hydroxyphenyl)chromen-4- 350(C) Nomor 13
one) Arg Atom O
-
394(C) Nomor 10
Thr Atom O Glu Atom O
3.03 -
347(C) Nomor 18 353(C) Nomor 10
Leu Atom O
-
387(C) Nomor 7
Thr Atom C
Thr 3.07
2.97 Atom O 347(C) Nomor 14
347(C)
Nomor 19 Leu Atom O
3.11
384(C) Nomor 16
Leu Atom O
Isorhamnetin 3.01
Glu Atom O 391(C) Nomor 17
(3,5,7-trihydroxy-2-(4- 2.60
353(C) Nomor 18 Ala Atom O
hydroxy-3- 3.14 - - -
350(C) Nomor 9
methoxyphenyl)-chromen-
Leu Atom O
4-one ) -
387(C) Nomor 17
Arg Atom O Glu Atom O
2.61 -
394(C) Nomor 18 353(C) Nomor 18
Arg Atom O
-
394(C) Nomor 18
Glu Atom O Leu Atom C
3.10 2.98
353(C) Nomor 9 387(C) Nomor 10
Arg Atom O
-
Arg Atom O 394(C) Nomor 9
2.58
394(C) Nomor 9 Glu Atom O
-
Genistein 353(C) Nomor 9
(5,7-dihydroxy-3-(4- Ala Atom O
- - - -
hydroxyphenyl)chromen-4- Gly Atom O 350(C) Nomor 6
3.10
one) 521(C) Nomor 17 Leu Atom O
-
346(C) Nomor 6
Gly Atom O
-
His Atom O 521(C) Nomor 17
3.10
524(C) Nomor 17 His Atom O
-
524(C) Nomor 17
Leu Atom S
N-[(5-Chloro-1,2,3- 3.08
349(C) Nomor 14
thiadiazol-4-yl)methyl]-1-
Thr Atom N Leu Atom N
(2-isopropyl-4-methyl-1,3- 3.32 3.19 - - -
347(C) Nomor 4 346(C) Nomor 15
thiazol-5-yl)-
Thr Atom N
Nmethylethanamine -
347(C) Nomor 4
(2-Methyl-1,4- Thr 3.35 Atom O Asp 3.04 & Atom C - - -
piperazinediyl)bis[(3,4,5- 347(C) Nomor 22 351(C) 3.15 Nomor 28
Atom C
3.00
Nomor 27
Atom O
3.00
Leu Nomor 31
354(C) Atom C
3.06
Nomor 32
Atom C
2.99
Nomor 23
Val Atom C
3.02
533(C) Nomor 27
Atom C
2.67
Nomor 28
Trp Atom O
2.90
383(C) Nomor 33
trimethoxyphenyl)methano Atom O
3.12
ne] Ala Nomor 33
350(C) Atom C
2.98
Nomor 2
Atom C
2.81
Thr Nomor 4
347(C) Atom O
3.01
Nomor 22
Leu Atom C
3.18
525(C) Nomor 5
Asn Atom O
2.69
532(C) Nomor 29
Leu Atom C
3.16
346(C) Nomor 10
Leu Atom C
2.94
387(C) Nomor 18
Ile Atom O
2.94
424(C) Nomor 24
Phe 2.67 & Atom N
404(C) 3.19 Nomor 16
Azoxystrobin
Leu Atom O
(methyl (E)-2-[2-[6-(2- 3.11
Arg Atom O 346(C) Nomor 14
cyanophenoxy)pyrimidin- 3.11 - - -
394(C) Nomor 11 Met Atom O
4-yl]oxyphenyl]-3- 3.18
388(C) Nomor 9
methoxyprop-2-enoate)
Arg Atom O
-
394(C) Nomor 13
His Atom N
-
524(C) Nomor 29
Leu Atom S Leu Atom S
3.10 -
346(C) Nomor 4 346(C) Nomor 4
(2R)-2-Amino-3- Arg Atom O Glu Atom N
2.62 - - - -
Trisulfanylpropanal 394(C) Nomor 3 353(C) Nomor 7
Glu Atom N Arg Atom O
2.60 -
353(C) Nomor 7 394(C) Nomor 3
Tamoxifen
(2-{4-[(1Z)-1,2-
Asp Atom N Asp Atom N
diphenylbut-1-en-1- - - - 2.88 2.88
351(C) Nomor 0 351(C) Nomor 0
yl]phenoxy}-
ethyl)dimethylamine)
4-Hydroxytamoxifen Atom C Asp 2.55 & Atom N
3.07
(Ligand Native) Glu Atom O Asp Nomor 26 351(C) 3.70 Nomor
3.10
353(C) Nomor 14 351(C) Atom N 24
2.55
Nomor 24
Arg 2.59 Atom O Val Atom C
2.75
394(C) Nomor 14 533(C) Nomor 26
Glu Atom O
-
353(C) Nomor 14
Arg - Atom O
394(C) Nomor 14
Keterangan:
: Asam amino yang sama dengan ligand native reseptor estrogen alfa 5W9C (C)
Asam amino merupakan nutrisi dalam semua sel hidup dan penting untuk
proliferasi serta pemeliharaan sel tumor. Sel-sel tumor memiliki permintaan asam
amino yang lebih besar dari pada sel-sel normal karena mereka berkembang biak
lebih cepat (Jin et al., 2018). Pada docking ini diperoleh tiga interaksi antara lain
interaksi hidrogen, interaksi sterik, dan interaksi elektrostatik. Ikatan hidrogen sendiri
merupakan salah satu ikatan nonkovalen yang banyak terdapat dalam sistem biologis,
misalnya protein dan asam nukleat. Ikatan ini penting untuk dipertimbangkan karena
pada umumnya interaksi molekuler yang terjadi di dalam tubuh berupa interaksi
nonkovalen, yaitu interaksi antar atom yang tidak terikat secara kovalen satu sama
lain. Dengan adanya ikatan hidrogen dapat mempengaruhi aktivitas sifat kimia fisika
seperti titik didih, titik lebur, kelarutan dalam air, dan kemampuan pembentukan
kecilnya nilai binding affinity yang dihasilkan dari proses docking karena memiliki
energi yang tinggi dari pada ikatan sterik dan ikatan elektrostatik (Fitriah, 2013).
Ikatan hidrogen terjadi antara atom H yang melekat pada atom elektronegatif dengan
atom elektronegatif dengan jarak ikatan 1,72 - 2,85 Å (Mustarichie et al., 2014).
Menurut Shiau dkk (1998) dan Anita dkk (2012) menyebutkan bahwa ikatan
hidrogen berperan penting dalam menentukan kekuatan interaksi ligan dengan ERα
apabila berikatan pada residu asam amino Glu 353, Arg 394, Thr 347, dan Asp 351.
Diduga ke-empat residu tersebut merupakan residu kunci agar interaksi ligan dan
reseptor estrogen menjadi lebih stabil. Berdasarkan hasil visualisasi, pada native
ligand 4-Hydroxytamoxifen mengikat dua residu kunci, yaitu Glu 353(C) dan Arg
394(C). Senyawa yang mengikat asam amino sama seperti native ligand pada
untuk obat pembanding (Tamoxifen) tidak mengikat asam amino Glu 353(C) dan Arg
Glutamin adalah asam amino non-esensial untuk sel normal. Namun, sel
sumber energi, serta untuk pembentukan nukleotida, lipid, dan protein. Glutamin
mendukung proliferasi dan perkembangan sel kanker (Jin et al., 2018). Sedangkan
interkasi molekul pada Arg394 diasumsikan sebagai ikatan yang bertanggung jawab
aktivitas farmakologi sebagai inhibitor kanker payudara ERα+ (Zein et al., 2016).
Ikatan sterik disebut juga sebagai ikatan Van der Waals. Asam amino pada
ikatan sterik lebih dapat menstabilkan suatu ikatan, karena ikatan sterik (Van der
Waals) ketika terdapat dua atom yang saling berdekatan akan membentuk gaya tarik
yang lemah dan non spesifik. Interaksi ini kekuatanya akan berkurang derastis ketika
jarak molekul meningkat. Ikatan sterik dapat memberikan tempat bagi interaksi
hidrogen dengan asam amino yang aktif. Suatu ikatan sterik sangat mempengaruhi
ikatan hidrogen yang terjadi (Muchtaridi et al, 2018). Ikatan sterik yang terdapat pada
native ligand yaitu Asp 351(C), Val 533(C), Glu 353(C) dan Arg 394(C). Senyawa
yang mengikat asam amino sama seperti native ligand pada interaksi sterik antara
Untuk interaksi sterik pada tamoxifen hanya mengikat asam amino Asp 351(C).
perbedaan kepolarannya. Interaksi ini termasuk interaksi yang lemah dan bersifat non
kovalen sehingga mudah lepas, tetapi karena jumlahnya yang banyak, interaksi
yang stabil (Arwansyah dan Hasrianti, 2014). Asam amino yang diikat oleh native
ligand dan obat pembanding hanyalah Asp 351(C) sedangkan pada ligan yang diuji
Adanya kesamaan asam amino pada ligan uji, obat pembanding dan native
ligand didapatkan bahwa asam amino tersebut merupakan sisi aktif pada reseptor
5W9C(C), sehingga dapat diprediksi senyawa tersebut memiliki aktivitas yang sama
disebut sebagai penghambat ER-α kuat yang dapat memperlambat tingkat proliferasi
sel-sel kanker pada kanker payudara ER-α-positif (Rizki dan Sutomo, 2018).
Sehingga senyawa uji yang mengikat asam amino yang sama dengan ligand native
Selain itu, gugus fungsi ligan dan jarak ikatan dari ligan-reseptor juga
berperan penting dalam pengikatan terhadap residu reseptor ERα sehingga dapat
2014). Jarak ikatan ligan dengan asam amino reseptor akan mempengaruhi afinitas
ikatan antara ligan dengan reseptor (Mumpuni et al., 2015). Semakin besar jarak
ikatan tersebut, maka ikatan akan semakin mudah terputus, sebaliknya jika jarak
ikatan semakin kecil, maka ikatan tersebut akan semakin kuat dan semakin besar
menggunakan ambang batas LD50 dari 5, 50, 300, 2000 dan 5000 mg/kg berat badan
(Drwal et al, 2014). Prediksi toksisitas menggunakan parameter LD50, uji mutagenik
AMES, hepatotoxicity, skin sensitization dan kelas toksisitas dengan aplikasi Protox
II online tool dan pkCSM online tool hasil ditunjukkan pada tabel 5.7.
Tabel 5.7 Prediksi toksisitas menggunakan Protox II online dan pkCSM online tool
Senyawa Toksisitas
LD50 Kelas Uji Toksik Sensitivitas
(mg/kg)* Toksisitas* Mutagenik terhada Kulit**
AMES** p
Hepar**
Indoline
1250 4 Tidak Tidak Iya
(2,3-dihydro-1H-indole)
Isoleucine-Alanine dipeptide
(2-[(2-amino-3-methyl- 3750 5 Tidak Tidak Tidak
pentanoyl)amino]propanoic acid)
1-Acetyl-3-
650 4 Iya Iya Tidak
piperidinecarbohydrazide
Kaempferol
(3,5,7-trihydroxy-2-(4-
3919 5 Tidak Tidak Tidak
hydroxyphenyl)chromen-4-one)
Isorhamnetin
(3,5,7-trihydroxy-2-(4-hydroxy-3- 5000 5 Tidak Tidak Tidak
methoxyphenyl)-chromen-4-one )
Genistein
(5,7-dihydroxy-3-(4- 2500 5 Tidak Tidak Tidak
hydroxyphenyl)chromen-4-one)
N-[(5-Chloro-1,2,3-thiadiazol-4-
yl)methyl]-1-(2-isopropyl-4-
200 3 Tidak Iya Tidak
methyl-1,3-thiazol-5-yl)-
Nmethylethanamine
(2-Methyl-1,4-
piperazinediyl)bis[(3,4,5- 1000 4 Tidak Tidak Tidak
trimethoxyphenyl)methanone]
Azoxystrobin
(methyl (E)-2-[2-[6-(2-
cyanophenoxy)pyrimidin-4- 500 4 Tidak Iya Tidak
yl]oxyphenyl]-3-methoxyprop-2-
enoate)
(2R)-2-Amino-3-
156 3 Tidak Tidak Iya
Trisulfanylpropanal
Tamoxifen (2-{4-[(1Z)-1,2-
diphenylbut-1-en-1-yl]phenoxy}- 1190 4 Iya Tidak Tidak
ethyl)dimethylamine)
Keterangan :
* Menggunakan Protox II Online Tool
** Menggunakan pkCSM Online Tool
kematian 50% kelompok hewan coba. Untuk menentukan toksisitas senyawa dapat
dilakukan dengan uji Ames Toxicity, metode yang digunakan secara luas untuk
menilai potensi mutagenik senyawa dengan menggunakan bakteri. Hasil uji positif
menunjukkan bahwa senyawa tersebut bersifat mutagenik dan oleh karena itu dapat
bertindak sebagai karsinogen (Kesuma et al., 2018). Untuk mengetahui obat tersebut
Berdasarkan tabel 5.7, senyawa yang tergolong kelas toksisitas 5 (2000 < LD50
≤ 5000) dimana menururt klasifikasi GHS tergolong obat yang toksisitasnya rendah,
tidak toksik terhadap hepar, tidak menimbulkan toksisitas pada bakteri, dan tidak
disebutkan bahwa di atas dosis 2.000 mg/kgBB termasuk dalam kategori toksisitas
yang rendah dan sudah tidak terdapat simbol atau tanda peringatan keamanan dalam
Sedangkan nilai LD50 dari obat pembanding (tamoxifen) pada penelitian ini
sebesar 1190 mg/kg hal ini dapat dikategorika kelas 4 pada toksisitas. Menurut Hodge
dan Sterner (1949) pada dosis tersebut termasuk kelas toksisitas 4 pada GHS, yang
tamoxifen memiliki toksisitas yang relatif rendah dan kurang berbahaya dari pada
kemoterapi lainnya. Selain itu, uji Ames Toxicity pada tamoxifen positif yang berarti
senyawa tersebut bersifat mutagenik dan dapat juga bersifat karsinogenik. Hal ini
sesuai dengan efek samping utama dari tamoxifen pada manusia, diantaranya
kemungkinan ada peningkatan risiko kanker endometrium dan penyakit
Senyawa yang tergolong kelas toksisitas 4 (300 < LD50 ≤ 2000) yaitu (2-
Methyl-1,4-piperazinediyl)bis[(3,4,5-trimethoxyphenyl)methanone], 1-Acetyl-3-
1000 mg/kg, tidak toksik terhadap hepar, tidak mutagenik, dan tidak mengakibatkan
sensitivitas terhadap kulit. Senyawa Indoline memiliki nilai LD50 sebesar 1250 mg/kg
sebesar 650 mg/kg, senyawa tersebut tidak menimbulkan sensitivitas pada kulit tapi
bersifat mutagenik dan toksik pada hepar. Senyawa Azoxystrobin memiliki nilai LD50
pada hewan coba (rodent) sebesar 500 mg/kg, senyawa tersebut menimbulkan
toksisitas pada hepar namun tidak menimbulkan sensitivitas pada kulit dan tidak
mutagenik.
Senyawa yang tergolong kelas 3 dimana resiko toksisitasnya lebih tinggi dari
(rodent) sebesar 200 mg/kg, senyawa tersebut tidak menimbulkan sensitivitas pada
kulit dan tidak mutagenic, namun toksik pada hepar. Senyawa (2R)-2-Amino-3-
Trisulfanylpropanal memiliki nilai LD50 sebesar 156 mg/kg, senyawa tersebut
mengakibatkan sensitivitas terhadap kulit serta tidak mutagenik dan tidak toksik pada
hepar.
SPSS 22,0 for windows. Untuk menentukan suatu senyawa aktif atau inaktif dapat
dilakukan dengan cara uji banding antar dan inter kelompok menggunakan uji
statistik ANOVA. Dengan menggunakan nilai Rerank Score yang telah dilakukan
replikasi tiga kali sehingga dapat dilakuan uji statistika ANOVA. Uji ini digunakan
untuk mengetahui ligan uji yang lebih baik dibandingkan dengan native ligand. Hasil
Berdasarkan table 5.8 menunjukkan hasil analisis uji beda dengan masing-
masing ligan uji terhadap obat pembanding (tamoxifen) dan native ligand. Hasil
pengolahan data statistik ANOVA yang didapat nilai p-value pada reseptor 5W9C (C)
kurang dari 0.05 namun ada dua senyawa yang nilai p-value nya lebih dari 0.05, yaitu
N-[(5-Chloro-1,2,3thiadiazol-4-yl)methyl]-1-(2isopropyl-4-methyl-1,3thiazol-5-yl)N-
terhadap native ligand menunjukkan nilai signifikan kurang dari 0,05 namun terdapat
satu senyawa yang nilai p-value nya lebih dari 0.05, yaitu (2-Methyl-
kurang dari 0,05 yang berarti ligan uji pada masing masing reseptor berbeda
aktivitasnya dengan native ligand maupun obat pembanding (tamoxifen) atau dapat
dinyatakan tidak memiliki efek yang sama dengan native ligand maupun tamoxifen.
Sedangkan apabila didapatkan p-value lebih dari 0,05 maka dapat dinyatakan skor
ligan uji tidak berbeda dengan native ligand maupun tamoxifen, atau dapat