Anda di halaman 1dari 19

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER

(ALKALOID, FLAVONOID, TERPENOID/STEROID, FENOLIK DAN


SAPONIN) DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga Linn.),
RIMPANG KUNYIT PUTIH (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe) DAN
BIJI MAHONI (Swietenia mahagoni (L) Jacq.)

Evi Roviati

ABSTRAK

Rimpang kencur (Kaempferia galanga Linn.), rimpang kunyit putih (Curcuma


zedoaria (Berg.) Roscoe) dan biji mahoni (Swietenia mahagoni (L) Jacq.) sudah
lam digunakan sebagai tanaman obat/jamu. Namun kandungan kimianya belum
diketahui dengan pasti. Praktikum ini bertujuan untuk menguji kandungan
fitokimia (senyawa-senyawa alkaloid, flavonoid, terpenoid/steroid, fenolik dan
saponin) dari rimpang kencur,rimpang kunyit putih dan biji mahoni. Pengujian
untuk Identifikasi Alkaloid menggunakan Metode Culvenor Fitzgerald)
sedangkan pengujian untuk identifikasi senyawa flavonoid, terpenoid/steroid,
fenolik dan saponin menggunakan metode Liberman Buchard Test. Hasil
praktikum menunjukkan bahwa rimpang kencur mengandung senyawa alkaloid
dan terpenoid/steroid. Demikian pula untuk hasil pengujian pada rimpang kunyit
putih dan biji mahoni.
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, disamping
kebutuhan akan sandang, pangan, papan dan pendidikan, karena hanya dengan
kondisi kesehatan yang baik serta tubuh yang prima manusia dapat melaksanakan
proses kehidupan untuk tumbuh dan berkembang menjalankan segala aktivitas
hidupnya. Bertolak dari hal itu maka upaya kesehatan terpadu (sehat jasmani,
rohani dan sosial) mutlak diperlukan baik secara pribadi maupun kelompok
masyarakat untuk mewujudkan Indonesia sehat 2010. Keterpaduan upaya
kesehatan tersebut meliputi pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
(kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) serta peningkatan kesehatan
(promotif). Berbagai cara bisa dilakukan dalam rangka memperoleh derajat
kesehatan yang optimal, salah satunya dengan memanfaatkan tanaman obat yang
dikemas dalam bentuk jamu atau obat tradisional.
Penggunaan tanaman obat sebagai obat tradisional memang belum dapat
menggantikan obat-obatan berbahan kimia sintetis secara keseluruhan, namun
pemanfaatannya semakin meluas seiring program back to nature yang sedang
digalakkan di seluruh dunia. Selain itu krisis ekonomi berkepanjangan yang
menyebabkan daya beli masyarakat semakin menurun ditambah lagi dengan harga
obat-obatan yang jauh lebih mahal dari yang semestinya, masyarakat menengah
ke bawah cenderung tetap memilih obat tradisional yang harganya relatif murah
dan mudah ditemukan di tengah masyarakat.
Obat tradisional diakui memang memiliki efek samping yang relatif kecil,
namun penggunaan yang tidak tepat karena kurangnya informasi maupun
anggapan yang keliru di masyarakat dapat menyebabkan hasil yang tidak
diinginkan. Oleh sebab itu, informasi yang benar mengenai kandungan bahan
obat tradisional dan khasiat atau kegunaannya perlu diketahui dan disebarluaskan
pada masyarakat.
Dari ratusan jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai tanaman obat,
rimpang kencur (Kaempferia galanga Linn.), rimpang kunyit putih (Curcuma

2
zedoaria (Berg.) Roscoe) dan biji mahoni (Swietenia mahagoni (L) Jacq.) cukup
banyak digunakan. Rimpang kencur banyak digunakan dalam ramuan yang
digunakan untuk mengobati batuk, masuk angin, penurun panas, menambah nafsu
makan dan masih banyak lagi dalam ramuan lainnya. Sementara rimpang kunyit
putih dipercaya dapat melawan kanker, immunomodulator, peluruh kentut
(karminatif) dan anti radang. Biji mahoni kini banyak digunakan sebagai obat
rematik, darah tinggi, demam bahkan diabetes mellitus. Namun tidak seluruh
khasiat tanaman obat ini diketahui dan dibuktikan secara ilmiah, diantaranya
hanya berpatokan pada pengalaman empiris pengguna sebelumnya saja.

B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk menguji kandungan fitokimia dari rimpang
kencur (Kaempferia galanga Linn.), rimpang kunyit putih (Curcuma zedoaria
(Berg.) Roscoe) dan biji mahoni (Swietenia mahagoni (L) Jacq.). Pengujian
meliputi uji kualitatif terdapatnya senyawa-senyawa alkaloid, flavonoid,
terpenoid/steroid, fenolik dan saponin.

3
II. LANDASAN TEORI

A. Tanaman Obat
Obat tradisional adalah obat jadi atau ramuan bahan alam yang berasal
dari tumbuhan, hewan, bahan mineral ataupun campuran bahan-bahan tersebut
yang secara tradisional dipercaya dan telah digunakan untuk pengobatan penyakit
tertentu berdasarkan pengalaman (Katno dan Pramono 2006). Pada kenyataannya
penggunaan bahan obat tradisional yang berasal dari tumbuhan lebih banyak bila
dibandingkan dengan yang berasal dari hewan dan bahan mineral sehingga obat
tradisional identik dengan tanaman obat atau disebut juga fitofarmaka.
Dibandingkan obat-obat modern, memang obat tradisional memiliki
beberapa kelebihan, antara lain efek sampingnya relatif rendah, dalam suatu
ramuan dengan komponen berbeda memiliki efek saling mendukung dan pada
satu tanaman memiliki lebih dari satu efek farmakologi serta lebih sesuai untuk
penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif. Obat tradisional diakui meiliki efek
samping yang relatif kecil bila dibandingkan dengan obat-obatan konvensional.
Namun demikian bila penggunaannya, baik waktu, takaran, cara penggunaan
maupun pemilihan bahan-bahan ramuan yang tidak tepat dapat mengakibatkan
efek samping yang tidak diinginkan.
Tanaman obat yang akan dijadikan obat tradisional atau fitofarmaka harus
melalui tahap-tahap pengujian terstandarisasi apabila ingin diproduksi secara
massal dan dipasarkan dengan sertifikasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan
(Badan POM). Pengujian ini meliputi tiga tahap pengujian penting, yaitu uji
praklinis, uji teknologi farmasi dan uji klinis. Uji praklinis meliputi uji khasiat
dan uji toksisitas. Uji teknologi farmasi yang menentukan identitas atau bahan
berkhasiat secara seksama sampai dapat dibuat produk yang terstandarisasi. Serta
uji klinik, yaitu uji pada pasien di rumah sakit. Setelah melewati tiga uji tadi,
obat-obatan bersertifikat fitofarmaka bukan lagi sekadar jamu-jamuan biasa,
derajatnya sama dengan obat konvensional yang sering diresepkan dokter.
Di samping fitofarmaka, pada barisan obat-obatan herbal masih ada dua
kategori lain. Ada kategori herbal terstandar, yaitu obat yang hanya dilakukan uji

4
praklinik. Ada pula kategori jamu, yaitu sediaan alami dengan bahan baku
tanaman obat dalam bentuk sederhana, seperti rajangan, serbuk, cair/sari, pil, pilis,
atau kapsul. Khasiat jamu hanya didasarkan pada data empiris saja (Niken, 2006).

B. Kencur (Kaempferia galanga Linn.)


Kencur (Kaempferia galanga Linn.) adalah salah satu jenis empon-empon
atau tanaman obat yang tergolong dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae).
Rimpang atau rizoma tanaman ini mengandung minyak atsiri dan alkaloid yang
dikenal manfaatnya selain sebagai bumbu dapur dan fitofarmaka. Selain itu,
kencur juga banyak digunakan dalam industri kosmetika, yaitu dapat digunakan
sebagai bahan pembuat krim tabir surya, juga sebagai penyedap makanan dan
minuman, rempah, serta bahan campuran saus rokok pada industri rokok kretek.
Secara empirik kencur digunakan sebagai penambah nafsu makan, infeksi bakteri,
obat batuk, disentri, tonikum, ekspektoran, masuk angin, sakit perut. (Rostiana et al.,
2005 dan Soeratri et al., 2005)

Gambar 1. Tanaman dengan bunga dan rimpang segar kencur

Kencur merupakan terna tahunan kecil yang tumbuh subur dalam rumpun
di daerah dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu
banyak air. Jumlah helaian daun kencur tidak lebih dari 2-3 lembar berwarna hijau
dengan pinggir merah kecoklatan bergelombang dengan susunan berhadapan dan
berbatang basal. Bunganya tersusun setengah duduk dengan mahkota bunga

5
berjumlah antara 4 sampai 12 buah, bibir bunga berwarna lembayung dengan
warna putih lebih dominan.
Klasifikasi tanaman kencur secara lengkap menurut Tjitrosoepomo (2004)
adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Kaempferia
Jenis : Kaempferia galanga Linn.

C. Kunyit Putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe)


Walaupun tidak sepopuler kerabatnya, kunyit (Curcuma domestica),
namun kunyit putih sudah lama dikenal sebagai salah satu ramuan jamu
tradisional oleh nenek moyang kita. Rimpang kunyit putih memiliki aroma yang
lebih kuat dan khas karena memiliki kandungan minyak atsiri yang lebih besar.
Penelitian mengenai khasiat kunyit putih telah banyak dilakukan, namun yang
sudah terbukti secara klinis adalah khasiatnya dalam mengatasi gangguan
pencernaan, seperti perut kembung, mual dan diare. Namun kunyit putih
diketahui memiliki kandungan minyak atsiri curdione dan curcuminol yang
memiliki aktivitas antioksidan, immunomodulator dan antiinflamasi sehingga
banyak digunakan untuk membantu penderita kanker (Laksmono, 1993 dan surya,
2006).
Tanaman kunyit putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe) berupa semak
dari suku jahe-jahean (Zingiberaceae), berbatang semu berupa kumpulan pelepah
daun yang berpadu, tumbuh tegak lurus dan bisa tumbuh hingga 2 m. Daunnya
panjang antara 31-75 cm dan lebar 7-15 cm, berbentuk seperti mata lembing
sampai lanset adalah daun tunggal berjumlah 6-8 helai pada setiap tanaman.
Permukaan atas daun berwarna hijau muda sampai hijau tua, bagian bawah daun
warnanya lebih pudar dan mengilat.

6
Bunga majemuk bertipe bulir muncul langsung dari umbi. Bentuknya
bulat panjang dengan ukuran panjang antara 9-23 cm dan lebar 4-6 cm. Bunga
memiliki banyak daun pelindung yang panjangnya sama atau lebih panjang dari
mahkota bunga. Mahkota bunga berwarna merah, ungu, atau putih. Sebagian
ujungnya berwarna ungu atau merah, bagian bawah berwarna hijau muda atau
hijau keputihan. Panjang mahkota bunga 3cm - 8cm, lebar 1,5cm - 3,5cm.
Rimpang kunyit putih bercabang dari rimpang utama atau rimpang induk
yang berbentuk jorong atau gelondong, muncul cabang berupa akar yang
menggelembung pada bagian ujungnya membentuk umbi. Pada ujung-ujung akar
itu ada bulatan-bulatan yang menjadi cadangan atau simpanan air.

Gambar 2. Bunga tanaman dan rimpang segar kunyit putih

Klasifikasi tanaman kunyit putih secara lengkap menurut Tjitrosoepomo


(2004) adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Curcuma
Jenis : Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe

7
D. Mahoni (Swietenia mahagoni (L) Jacq.)
Mahoni merupakan pohon berkayu bulat dan bercabang-cabang.
Tingginya berkisar antara 5-30 meter. Mahoni merupakan tanaman yang berasal
dari Hindia Barat dan Afrika dapat tumbuh subur bila tumbuh di pasir payau dekat
dengan pantai. Mahoni dikelompokkan menjadi dua, mahoni berdaun kecil
(Swietenia mahagoni (L) Jacg.) dan mahoni berdaun besar (Swietenia
macrophylla King). Keduanya termasuk dalam keluarga Meliaceae.
Pohon mahoni selama ini dikenal sebagai penyejuk jalanan atau sebagai
bahan untuk membuat furniture. Berdasarkan penelitian di laboratorium (Kunia,
2005) pohon mahoni, termasuk pohon yang bisa mengurangi polusi udara sekira
47% - 69%. Mahoni baru berbunga setelah berumur 7 tahun. Buahnya buah
kotak, bulat telur, berlekuk lima, warnanya cokelat. Bijinya berbentuk pipih dan
berwarna hitam atau cokelat. Biji Mahoni mengandung Flavonoid dan saponin,
digunakan untuk mengobati penyakit rematik dan darah tinggi.

Gambar 3. Pohon dan ilustrasi susunan biji dalam buah mahoni

Klasifikasi mahoni secara lengkap menurut Tjitrosoepomo (2004) adalah


sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta

8
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Rutales
Suku : Meliaceae
Marga : Swietenia
Jenis : Swietenia mahagoni (L.) Jacq.

E. Senyawa Metabolit Sekunder Tumbuhan (alkaloid, flavonoid, terpenoid/


steroid, fenolik dan saponin.)
Sel tumbuhan bagaikan pabrik kimia yang dapat menghasilkan berbagai
jenis zat yang utamanya diperlukan oleh tumbuhan itu sendiri agar tetap hidup.
Metabolit primer diproduksi untuk memberi energi dan membentuk organel sel
dan struktur lain yang terdapat di dalam organisme hidup. Sedangkan ribuan jenis
senyawa kompleks yang disebut metabolit sekunder dihasilkan untuk kegunaan
tertentu, misalnya untuk melindungi dari serangga, bakteri, cendawan dan patogen
lainnya (Salisburry dan Ross, 1992).
Banyak tumbuhan mengandung senyawa nitrogen aromatik yang
dinamakan alkaloid. Secara kimia alkaloid biasanya mengandung nitrogen di
cincin heterosiklik yang bentuknya bermacam-macam. Sebagian besar senyawa
alkaloid merupakan senyawa berbentuk kristal putih yang agak larut dalam air.
Lebih dari 3000 jenis alkaloid telah ditemukan dalam 4000 spesies tumbuhan.
Alkaloid pertama yang diisolasi dan dikristalkan adalah obat bius morfin pada
tahun 1805. Alkaloid terkenal lainnya adalah nikotin pada tembakau, kuinin pada
kina, kafein pada kopi dan teh. Peranan alkaloid pada tumbuhan yang
menghasilkannya hanya sedikit yang diketahui, diantaranya adalah untuk
melindungi tanaman dari hama tertentu (Salisburry dan Ross, 1992).
Steroid merupakan senyawa lipid yang terdiri atas 3 cincin sikoheksana
terpadu dan sebuah cincin siklopentana yang tergabung pada ujung cincin.
Steroid banyak terdapat pada sel hewan dan manusia diantaranya adalag
kolesterol, asam-asam empedu dan hormon-hormon kelamin. Pada tumbuhan
biasanya terdapat dalam bentuk alkohol steroid atau sterol yaitu berupa

9
triterpenoid. Sedangkan terpenoid sendiri merupakan senyawa isoprenoid yang
dibangun dengan satuan lima karbon (Pujiadi, 1994).
Flavonoid merupakan senyawa 15-karbon yang umumnya tersebar pada
berbagai jenis tumbuhan. Lebih dari 2000 jenis flavonoid yang berasal dari
tumbuhan telah diidentifikasi. Ada tiga kelompok flavonoid yang menarik
perhatian, yaitu antosianin, flavonol dan flavon. Antosianin adalah pigmen
berwarna yang umumnya terdapat pada bunga berwarna merah, ungu dan biru.
Flavonol dan flavon masih berhubungan dekat dengan antosianin yang merupakan
pigmen berwarna kekuningan atau gading dan memberi warna pada bunga
(Salisburry dan Ross, 1992).

Gambar 4. Senyawa flavonoid

10
III. METODOLOGI

A. Bahan
1. Sampel serbuk kering rimpang kencur, rimpang kunyit putih dan biji
mahoni.
2. Kloroform(CHCl3) 9. Anhidrida asam asetat
3. H2SO4 2 N 10. H2SO4 pekat
4. Reagen Mayer 11. Pasir bersih
5. Reagen Dragendorf 12. HCl pekat
6. CHCl3 Amoniak 0,05 N 13. FeCl3
7. Etanol 14. Serbuk Mg
8. Aquades

B. Alat
1. Tabung reaksi 6. Kaki tiga
2. Lumpang dan penggerus 7. Kassa
3. Plat tetes 8. Kertas saring
4. Pipet 9. Beker Glass
5. Pemanas spirtus 10. Erlenmeyer

C. Cara Kerja
1. Identifikasi Alkaloid (Metode Culvenor Fitzgerald)
a) Disiapkan 2 g sampel kering yang telah dibuat serbuk
b) Sampel dimasukkan ke dalam lumpang, kemudian ditambahkan sedikit
pasir bersih dan 10 ml kloroform.
c) Dilakukan penggerusan dengan hati-hati hingga halus.
d) Ditambahkan 5 ml kloroform-amoniak 0,05 N ke dalam lumpang dan
dilakukan penggerusan kembali.
e) Hasil penggerusan disaring ke dalam tabung reaksi besar.
f) Kemudian ditambahkan 10-20 tetes H2SO4 2N lalu dikocok perlahan
selama 2-3 menit.
g) Campuran dibiarkan hingga terjadi pemisahan di dalam tabung reaksi.

11
h) Lapisan atas (asam sulfat) dipisahkan untuk dianalisis.
i) 2 tabung reaksi bersih disiapkan (diberi label tabung A dan B), masing-
masing diisi dengan sedikit fraksi asam sulfat yang diperoleh dari
langkah sebelumnya.
j) Pengujian dilakukan pada tabung A dengan menambahkan reagen
Mayer. Diamati endapan/ kabut putih yang terbentuk.
k) Pada tabung B ditambahkan reagen Dragendorf dan diamati
terbentuknya endapan jingga-merah.
2. Tahap persiapan untuk uji steroid, terpenoid, flavonoid, fenolik dan
saponin.
a) Disiapkan 2 g sampel kering berbentuk serbuk, dan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi yang kering dan bersih.
b) Sampel dididihkan dengan etanol 25 ml selama 25 menit.
c) Campuran disaring dalam keadaan panas kemudian pelarut diuapkan
sampai kering.
d) Ekstrak kering yang diperoleh dimasukkan ke dalam lumpang lalu
ditambahkan dengan sedikit pasir dan kloroform. Campuran digerus
beberapa saat.
e) Campuran disaring ke dalam tabung reaksi besar, lalu ditambahkan 5-
10 ml akuades dan dikocok selama 2-3 menit.
f) Campuran dibiarkan hingga terbentuk 2 lapisan yang terpisah,
kemudian diambil fraksi kloroform yang terbentuk untuk dilakukan uji
terhadap steroid, terpenoid, flavonoid, fenolik dan saponin.
A. Identifikasi steroid dan terpenoid (Liberman Buchard Test)
1. Serbuk norit ditambahkan secukupnya ke dalam fraksi
kloroform yang diperoleh, lalu dikocok sebentar dan dibiarkan
hingga serbuk norit mengendap.
2. Fraksi kloroform diambil dengan menggunakan pipet tetes, dan
diteteskan ke dalap pelat tetes kemudian dibiarkan hingga
pelarut menguap.

12
3. Ditambahkan beberapa tetes anhidrida asetat dan asam sulfat
pekat ke dalam pelat tetes.
4. Sebagai pembanding ditambahkan H2SO4 pekat tanpa
penambahan anhidrida asetat.
5. Diamati warna yang terjadi pada pelat tetes. Warna
merah/merah ungu adalah terpenoid dan warna hijau/hijau biru
adalah steroid.
B. Identifikasi Flavonoid
1. Fraksi air dari tahap persiapan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi.
2. Ditambahkan serbuk logam Magnesium (Mg) dan beberapa
tetes HCl pekat.
3. Diamati terbentuknya warna pink sampai merah (kecuali untuk
isoflavon).
C. Identifikasi Fenolik
1. Fraksi air dari tahap persiapan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi.
2. Ditambahkan dengan FeCl3.
3. Diamati terbnetuknya warna biru atau biru ungu yang
menunjukkan positif terhadap fenolik.
D. Identifikasi Saponin
1. 1 ml fraksi air dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2. Tabung rekasi dikocok selama 1-2 menit.
3. Diamati tebentuknya busa yang cukup permanen (tidak hilang
selama 5 menit) menunjukkan positif saponin.

13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Sampel
Jenis Rimpang kunyit
No. Rimpang kencur Biji mahoni
pengujian putih
reaksi hasil reaksi hasil reaksi hasil
1. Alkaloid:
Pereaksi Endapan Kabut Endapan
+ + +
Mayer putih putih putih
Pereaksi Jingga- Endapan
+ jingga + +
Dragendorf merah jingga
2. Flavonoid bening - bening - bening -
3. Terpenoid/ Merah Merah Merah
+ + +
steroid ungu ungu ungu
4. Fenolik Kuning - kuning - kuning -
5. Saponin Tidak Tidak Tidak
- - -
berbusa berbusa berbusa

Hasil pengukuran dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) masing


masing sampel menunjukkan jarak sebagai berikut:
Rf kencur 0,86 cm
Rf kunyit putih 0,81 cm
Rf mahoni 0,86 cm.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap uji-uji pada praktikum ini dapat
kita ketahui bahwa tidak seluruh pengujian menunjukkan hasil yang positif.
Pengujian terhadap rimpang kencur menunjukkan hasil yang positif mengandung
alkaloid dan terpenoid/steroid. Sedangkan pengujian kandungan flavonoid,
fenolik dan saponin menunjukkan hasil yang negatif. Menurut Rahayu (2002),
rimpang kencur mengandung saponin, flavonoida dan senyawa-senyawa
polifenol, di samping minyak atsiri (2,4 - 3,9 %) yang mengandung sineol,
borneol, kamfer, etil alkohol, asam metil- kaneelat dan senyawa-senyawa
pentadekan. Perbedaan hasil praktikum ini dengan hasil penelitian terdahulu

14
dimungkinkan terjadi karena kekurangtelitian praktikan saat melakukan ekstraksi
maupun melakukan langkah-langkah pengujian.
Menurut Ratnasari (1991) rimpang kencur mengandung komponen
kimia etil p-metoksisinamat. Zat kimia ini berperan penting dalam industri
kosmetik sebagai tabir surya untuk kulit. Manfaat lain yang sudah dikenal adalah
untuk obat gosok pada bengkak yang disebabkan oleh terkilir (keseleo) atau
terpukul benda tumpul, serta untuk encok atau rematik. Selain itu juga digunakan
untuk mengobati masuk angin (sebagai flatulens), radang lambung, kejang perut,
mual, diare, penawar racun, serta sebagai obat batuk. Juga dipakai untuk
mengobati infeksi telinga, sakit kulit, bisul, dan sebagai roboransia. Kencur
kadang-kadang juga dipakai sebagai bioinsektisida(Rahayu 2002).
Rimpang kunyit putih menunjukkan hasil yang positif terhadap uji
alkaloid dan terpenoid/steroid. Sedangkan uji terhadap flavonoid, fenolik dan
saponin menunjukkan hasil yang negatif. Hal ini menunjukkan bahwa kunyit
putih mengandung senyawa alkaloid yang biasanya ditandai dengan rasanya yang
pahit atau getir. Menurut Pusat Penelitian Tanaman Obat (2005), kunyit putih
mengandung senyawa kurkuminoid, minyak atsiri, zat pati, damar, mineral,
lemak, saponin, dan flavonoid. Perbedaan hasil praktikum ini dengan hasil
penelitian terdahulu dimungkinkan terjadi karena kekurangtelitian praktikan saat
melakukan ekstraksi maupun melakukan langkah-langkah pengujian.
Namun menurut Solikhah (2006), di dalam rimpang kunyit putih ada
Riboisme Inactivating Protein (RIP) yaitu protein toksis dan kurkumin. Senyawa
protein inilah yang menghambat laju pengembangbiakan sel kanker. Jadi efek
terapinya bersifat tidak langsung dan memerlukan waktu lama karena harus
menunggu sel kanker itu mati sendiri. Proses penyembuhan menjadi lama
sehingga perlu kesabaran. Senyawa aktif itu juga berkhasiat sebagai zat
antioksidan dan antiinflamasi.
Selain digunakan menghambat laju perkembangan sel kanker, rimpang
kunyit putih biasa digunakan sebagai bahan baku makanan dan minuman yang
diberikan kepada perempuan dalam masa nifas. Kunyit putih berfungsi
membersihkan organ-organ yang berhubungan dengan persalinan.

15
Hasil pengujian terhadap biji mahoni juga menunjukkan hasil yang
positif mengandung alkaloid dan terpenoid/steroid sedangkan uji kandungan
flavonoid, fenolik dan saponin menunjukkan hasil yang negatif. Menurut Kunia
(2005), kandungan kimia mahoni ada dua macam, masing-masing saponin dan
flavonoida yang sangat baik untuk mengobati tekanan darah tinggi, kencing
manis, rematik, deman, masuk angin dan menambah nafsu makan. Perbedaan
hasil praktikum ini dengan hasil penelitian terdahulu dimungkinkan terjadi karena
kekurangtelitian praktikan saat melakukan ekstraksi maupun melakukan langkah-
langkah pengujian.
Penemuan buah mahoni sebagai vitamin dan obat-obatan pertama kali
oleh Doktor Larry Brookes, ahli biokimia pada tahun 1990-an. Lalu buah mahoni
yang mengandung flavonoida dan saponin dibuat dalam bentuk ekstrak.
Kandungan flavonoida pada mahoni berguna untuk melancarkan peredaran darah,
terutama untuk mencegahnya tersumbatnya saluran darah, mengurangi tingkat
kolesterol, mengurangi penimbunan lemak pada dinding saluran darah, membantu
mengurangi rasa sakit, pendarahan dan lebam, bertindak sebagai anti oksidan dan
berfungsi menyingkirkan radikal bebas. Sedangkan saponin berguna mencegah
penyakit sampar, mengurangi lemak badan, meningkatkan sistem kekebalan,
mencegah pembekuan darah dan tingkat gula dalam darah, serta menguatkan
fungsi hati dan memperlambat proses pembekuan darah.

16
V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai


berikut:
1. Rimpang kencur (Kaempferia galanga Linn.) mengandung alkaloid dan
terpenoid/steroid.
2. Rimpang kunyit putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe) memiliki
kandungan senyawa alkaloid dan terpenoid/steroid.
3. Biji mahoni (Swietenia mahagoni (L) Jacq.) mengandung senyawa alkaloid
dan terpenoid/steroid.

17
DAFTAR PUSTAKA

Solikhah, A. 2006. Mengenal Kunyit Putih Berkhasiat Menghambat Laju


Perkembangan Sel Kanker. Artikel.

http://www.uni-graz.at/~katzer/engl/Curc_zed.html

Katno, dan S. Pramono. 2006. Tingkat Manfaat Dan Keamanan Tanaman


Obat Dan Obat Tradisional. Balai Penelitian Tanaman Obat
Tawangmangu dan Fakultas farmasi Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.

Kunia, K. 2005. Mahoni, Pohon Pelindung Dan Fitofarmaka. Artikel.


http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0805/04/cakrawala/lain02.htm

Laksmono, D.L., 1993. Pengaruh minyak atsiri serta pengaruh ekstrak eter
minyak bumi dan eksrak etanol bebas minyak atsiri rimpang temu
putih (Curcuma zedoaria (Berg) Roscoe, Zingiberaceae) terhadap
bersihan karbon pada mencit. Jurusan Farmasi ITS, Surabaya.

Niken. 2006. Fitofarmaka Jamu Yang Naik Kelas. Artikel.


www.dokterniken.com

Pujiadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta, Penerbit UI Press.

Pusat Penelitian Tanaman Obat. 2005. Abstrak Hasil Penelitian Bidang Analisa
Bahan Kimia Alam. http://www.lppm.wima.ac.id/ppot/ABSTRAK-PEN-
PPOT-WEB-analisa.html

Rahayu, S.E. 2002. Kaempferia galanga L. Kencur. Pusat Penelitian dan


Pengembangan Tumbuhan Obat (P3TO) UNAS.

Ratnasari. 1991. Studi penentuan struktur komponen kimia rimpang kencur


(Kaempferia galanga Linn.) asal Ujung Pandang. Makasar. Jurusan
Farmasi FMIPA UNHAS.

Rostiana, O, SMD Rosita, M Rahardjo dan Taryono. 2005. Budidaya Tanaman


Kencur. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai
Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika. http://www.balittro.go.id

Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid II. Biokimia
Tumbuhan. Diterjemahkan oleh DR Lukman dan Sumaryono. Bandung.
Penerbit ITB.

18
Soeratri, W., N. Ifansyah dan D. Fitrianingrum. 2005. Penentuan Stabilitas
Sediaan Krim Tabir Surya Dari Bahan Ekstrak Rimpang Kencur
(Kaempferia Galanga L.). Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
Surabaya. Berk. Penel. Hayati: 10 (103–105), 2005

Surya, 2007. Kunyit Putih, Bebaskan Diare dan Kembung.


http://www.surya.co.id/web/index.php/Wanita_Kesehatan/Kunyit_Putih_
Bebaskan_Diare_dan_Kembung.html?font=dec

Tjitrosoepomo, G. 2004. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta.


Gadjah Mada University Press.

19

Anda mungkin juga menyukai