BAB 3
SPEKTROSKOPI ULTRA
VIOLET
Tujuan pembahasan:
Detektor
Intensitas
Intensitas cahaya absorpsi
yang
ditransmisikan
Maksimum absorpsi
Spektrum UV
Sebagaimana yang telah Anda pelajari dalam Bab I atau dari mata kuliah
yang lain, cahaya pada panjang-gelombang yang pendek pada daerah spektrum
elektromagnetik mempunyai energi yang cukup untuk dapat menyebabkan
terjadinya promosi (eksitasi) transisi elektronik dalam molekul organik. Besarnya
absorpsi untuk cahaya UV adalah 200–400 nm atau 595–299 kJ/mol, sedangkan
untuk cahaya Vis pada 400–800 nm atau 299–149 kJ/mol. Energi ini mampu
menyebabkan promosi dan menghasilkan terjadinya transisi elektron pada kulit
terluar dari satu tingkat energi elektronik ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Perbedaan antara tingkat energi elektron lebih besar daripada perbedaan
antara berbagai tingkat energi molecular, dan transisi ini memerlukan energi lebih
tinggi pada radiasi panjang-gelombang pendek. Promosi antara tingkat-tingkat
energi lainnya, misalnya vibrasional atau rotasional, hanya memerlukan energi
infrared (vibrasional) atau gelombang mikro (rotasional) yang relatif lebih rendah
energinya (lihat Gambar 3.2)
Tingkat-tingkat
energi
vibrasional
E2
Energi
Transisi
elektronik
Tingkat-tingkat
energi rotasional
E1
dm3.mol-1.cm-1. Satuan ini memberikan nilai yang berbeda oleh suatu faktor 10
dari nilainya dalam satuan 100 cm2. mol-1. Absorptivitas molar adalah suatu
ukuran intensitas absorpsi dan biasanya mempunyai rentang nilai 0 sampai 106.
Pita absorpsi
UV
yang ditransmisikan
Intensitas cahaya
Io
A = log10 Io/I
maks
(nm)
A= Cl (2.2)
dalam bentuk log10( ); di mana nilai ini dapat digunakan untuk memperoleh
makna yang lebih mudah untuk dipahami. Namun demikian, juga harus dipahami
bahwa adanya ketidakmurnian (impurity) dari zat yang dianalisis akan
mempengaruhi secara nyata sifat absorpsi sehingga mengakibatkan kesalahan
dalam interpretasinya.
maks ke arah yang lebih besar. Penyebab terjadinya peristiwa ini adalah
adanya perubahan struktur, misalnya adanya auksokrom.
3. Geseran hipsokromat (Hypsochromic shift), yakni geseran atau perubahan
maks ke arah yang lebih kecil. Munculnya gejala ini juga sering
disebabkan oleh adanya auksokrom.
Jadi suatu auksokrom dapat menimbulkan geseran batokromat dan
hipsokromat.
ikatan biasanya diberi notasi atau tanda asterisk atau bintang ( ) pada setiap orbital
yang sesuai. Untuk orbital ikatan maka orbital anti-ikatannya adalah
sedangkan orbital ikatan maka orbital anti-ikatannya adalah Transisi
elektronik terjadi dari orbital ikatan ke orbital anti-ikatan atau dari orbital non-
ikatan (nonbonding orbital) ke orbital anti-ikatan.
Pada setiap jenis transisi elektronik yang terjadi, terdapat karakter dan
melibatkan energi yang berbeda. Suatu kromofor dengan pasangan elektron bebas
dapat menjalani transisi dari orbital non-ikatan ke orbital anti-ikatan, baik pada
obital sigma maupun phi. Sedangkan, kromofor dengan elektron ikatan rangap
(menghuni orbital phi) akan menjalani transisi dari orbital ke orbital .
Demikian seterusnya untuk jenis transisi yang lain.
Berdasarkan jenis orbital tersebut maka, jenis-jenis transisi elektronik
dibedakan menjadi empat macam, yakni:
1. Transisi
2. Transisi
3. Transisi n
4. Transisi n
(Notasi n menyatakan orbital non-ikatan).
*
E2
E1
Energi
n
E3
E4
Suatu molekul dapat mempunyai lebih dari satu puncak atau satu pita
dalam suatu spektrum UV-nya, hal ini dimungkinkan, karena molekul tersebut
mempunyai lebih dari satu kromofor atau karena menjalani lebih dari satu jenis
transisi pada kromofor tunggal yang teramati. Untuk dapat membantu pemahaman
ini dapat dicermati pola absorpsi UV dari asetofenon seperti yang tercantum
dalam Tabel 3.1.
Transisi
Transisi n
log
O
CH3
CH3 C C C
CH3
(nm)
Suatu pita absorpsi dengan maks > 210 nm menunjukkan adanya sistem
terkonjugasi, panjang-gelombang lebih yang besar, dan sekaligus kromofor yang
lebih panjang. Uraian berikut menjelaskan pengaruh perpanjangan konjugasi
terhadap pita absorpsi pada spektra UV.
LUMO HOMO
h
nm
HOMO
165 nm 217 nm
C=C
C=C–C=C
Makin panjang konjugasi makin tidak “aktif” daerah UV, tetapi makin
aktif pada daerah Visible. Misalnya, untuk delapan atau lebih ikatan rangkap
terkonjugasi, maka absorpsi maksimum pada poliena yang demikian
mengabsorpsi secara kuat di daerah spektrum visible. Senyawa yang mempunyai
< 4 ikatan rangkap C=C terkonjugasi, Aturan Woodwards-Fieser sangat baik
untuk memprediksi nilai panjang-gelombang maksimum ( maks.)-nya.
setiap tipe atau kategori 1,3-butadiena tersebut, sehingga terdapat tiga nilai maks.
dan Ketiga tipe 1,3-butadiena beserta harga dasar maks. nya dapat dilihat pada
Tabel 3.3.
maks. untuk ketiga tipe 1,3-butadiena tersebut. Tabel 3.4 merangkum pengaruh-
pengaruh ini terhadap nilai maks. sebagaimana yang diprediksi menurut aturan
Woodwards–Fieser.
Contoh:
Contoh 1. 3,5-Kolestadiena
Harga dasar sebagai diena heteroanular = 214
3 (tiga) residu cincin (1, 2, dan 3) = 3 x 5 = 15
1 2 1 (satu) ikatan C=C eksosiklik = 1 x 5= 5
3
Hitungan maks. (Hit. maks.) = 234 nm
Contoh 2. 2,4-Kolestadiena
Harga dasar sebagai diena heteroanular = 253
3 (tiga) residu cincin (1, 2, dan 3) = 3 x 5 = 15
1
2 1 (satu) ikatan C=C eksosiklik = 1 x 5 =5
Penambahan untuk:
Perpanjangan ikatan C=C terkonjugasi + 30
Substituen alkil dan/atau residu cincin +5
Adanya ikatan C=C eksosiklik +5
Adanya gugus polar:
– OAc (– OAsetil dan – OAsil) +0
– OR (– OAlkil) +6
– SR + 30
– Cl, – Br, dst. +5
– N(Alkil)2 + 60
Koreksi terhadap pelarut 0
2-Sikloheksenon
247; 292; dan 12.600; 1.000; 4,1; 3,0;
O O
363 dan 250 dan 2,4
Benzoquinon
O O
R R
Contoh 3. 1-Asetilsikloheksena
Harga dasar = 215 nm
O
Substituen- = 10 nm
CH3 Substituen- = 12 nm
Hitungan maks. (EtOH) = 237 nm
Pengamatan maks. (EtOH) = 232 nm
Contoh 4. 1,4-Kolestadiena-3-on
4,5
Harga dasar (sistem ) = 215 nm
1
' 2 (dua) Substituen- = 24 nm
2
3 1 (satu) Ikatan C=C eksosiklik = 5 nm
O 4 Hitungan maks. (EtOH) = 244 nm
Pengamatan maks. (EtOH) = 245 nm
_ _
Contoh 5. 6-Metoksitetralen
Contoh 6. 1,4-Kolestadiena-3-on
h + .. _ dan
_ .. +
C C C C C C
3.7.2. Pengaruh pH
Perubahan kepolaran pelarut dapat menyebabkan perubahan karakter pita
absorpsi UV. Hal ini tentunya spektra UV akan terjadi perubahan yang relatif
lebih dramatik jika absorpsi terjadi oleh adanya perubahan pH dari pelarut. Hal
yang lebih nyata dan mudah sebagai dasar untuk menjelaskan terjadi pada spektra
senyawa-senyawa aromatik tersubstitusi (turunan benzena).
Fenol dan fenol–tersubstitusi merupakan senyawa-senyawa yang bersifat
asam, hal ini tentunya akan terjadi perubahan spektra UV-nya bergantung pada
derajat penambahan basa. Penghilangan karakter keasaman proton pada fenolat
akan meningkatkan konjugasi pasangan elektron bebas oksigen dengan sistem-
cincin aromatik, –lihat skema pada Gambar 2.7–, menyebabkan penurunan
perbedaan energi antara orbital HOMO dan LUMO dan terjadi geseran merah atau
batokromat (ke panjang-gelombang lebih tinggi) yang dibarengi dengan
peningkatan intensitas absorpsi (lihat Gambar 3.10).
Untuk fenol dalam pelarut air (Gambar 3.11), pada kondisi netral (spesies
ini bersifat asam), pita absorpsi UV pada 210 nm ( maks. 6.000) dan 270 nm ( maks.
1.500), apabila ditambahkan basa maka akan terjadi ionisasi fenol membentuk ion
fenoksida. Dalam air, ion fenoksida mengabsorpsi pada panjang-gelombang 235
nm ( maks. 6.000) dan 287 nm ( maks. 6.000). Jadi, terjadi geseran merah atau
batokromat (ke panjang-gelombang lebih tinggi).
.. .. _ .. .. ..
: OH : O: :O :O :O
_
..
fenol anion fenoksida
Pada sisi lain, percobaan pada amina aromatik dengan asam, menghasilkan
gugus aminonya terprotonasi, (lihat Gambar 3.12), dan hal ini menyebabkan
hilangnya overlap (tumpang-suh) antara pasangan elektron bebas amina dan
sistem- aromatik. Akibatnya, terjadi geseran biru atau hipsokromat (ke panjang-
gelombang lebih rendah) dengan penurunan intensitas.
parameter kinetika (KM = tetapan Michaelis, kcat = tetapan laju reaksi enzimatik)
dan analisis farmasi.
RANGKUMAN
3.1 Spektroskopi UV melibatkan promosi elektron dari orbital ikatan
atau non-ikatan ke orbital anti-ikatan
3.7 Nilai maks untuk diena (triena, tetraena); karbonil (aldehida dan
keton) tidak jenuh (enon); dan senyawa karbonil aromatik
dapat dihitung dan diprediksi menggunakan Aturan Woodward-
Fieser.
Daftar Pustaka
Anderson, R. J., D. J. Bendell, P. W. Groundwater. (2004). Organic Spectroscopic
Analysis. Cambridge: The Royal Society of Chemistry.
Field, L.D., S. Sternhell, J. R. Kalman. (2003). Organic Structure from Spectra.
Chichester: John Wiley & Sons, LTD.
Sutrisno. (2001). Penentuan Struktur Senyawa Organik. Malang: Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Malang.
Williams, D., I. Fleming. (1995). Spectroscopic Methods in Organic Chemistry 5th
edition. New York: McGraw Hill.
Silverstein, R. M., G. C. Bassler, T. C. Morril. (1995). Spectrometric
Identification of Organic Chemistry 5th Edition. Singapore: John
Wiley & Sons Inc.
3.1 Berikan suatu uraian singkat tetapi jelas mengapa radiasi gelombang ultra
violet (UV) dapat digunakan para kimiawan organik untuk membantu
penetapan struktur suatu senyawa organik.
O O
dan
O
O O
O
(I) (II)
3.3 Berikan suatu uraian singkat tetapi jelas tentang bagaimanakah pola
spektrum UV untuk senyawa-senyawa dengan struktur sebagai berikut:
O O O
A B C
CH3
(A)
OH
A
Senyawa (A) diperlakukan dengan asam sulfat pekat dengan tujuan untuk
terjadi reaksi eliminasi. Dari hasil pemisahan dan pemurnian terhadap hasil
reaksi tersebut diperoleh tiga senyawa dengan sifat sebagai berikut:
a. Senyawa P: bereaksi positif dengan pereaksi Lucas, melenyapkan
warna brom/CCl4 dan menghasilkan spektrum UV pada maks.265 nm
b. Senyawa Q: bereaksi positif dengan pereaksi Lucas, melenyapkan
warna brom/CCl4 dan menghasilkan spektrum UV pada maks.256 nm
(pita benzenoid)
c. Senyawa R: bereaksi negatif dengan pereaksi Lucas, melenyapkan
warna brom/CCl4 dan menghasilkan spektrum UV pada maks.204 nm
(pita E2)
Berdasarkan data-data tersebut turunkan struktur untuk senyawa P, Q dan R.
3.6 Berikan suatu uraian singkat tetapi jelas mengapa transisi ke * yang
bersifat individual atau terisolasi mempunyai maks yang lebih rendah
daripada transisi ke * yang terkonjugasi?
3.9 Dua buah (P) dan (Q) dasenyawa dianalisis secara spektrofotometri UV
dengan spektrum teridentifikasi sebagai berikut:
3.10 Perhatikan dengan cermat 3 buah senyawa dengan struktur berikut, apa yang
dapat Anda prediksikan pola sepktrum UV nya?
O
O
O
O O O
O
(1) (2) (3)
3.11 Hasil oksidasi terhadap senyawa (4) berikut selanjutnya dianalisis dan roleh
data sebagai berikut:
(4)
3.12 Berikan suatu uraian singkat tetapi jelas tentang bagaimanakah pola
spektrum UV untuk senyawa-senyawa dengan struktur sebagai berikut:
O O O
A B C