Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul Hakikat Manusia Menurut Islam ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Penulisan makalah ini merupakan
salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Pendidikan Agama Islam di
Universitas Neger Jenderal Soedirman. Dan juga kami berterima kasih kepada
Bapak Fatoni Achmad selaku dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang
telah membimbing kami untuk dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Agama Islam dan bagai mana
kewajiban seorang manusia menurut Islam. Dalam Penulisan makalah ini kami
menyadari masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan dari semua pihak demi perbaikan makalah yang
telah kami buat ini. Mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa adanya
saran yang membangun.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Semoga
makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan
dapatberguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kuran berkenan.
Purwokerto,

Maret 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG
Islam adalah agama tauhid. Secara bahasa tauhid berarti mengesakan,

maksudnya mengesakan Allah. Laa ilaaha illallah, tidak ada ilah kecuali Allah.
Kalimat laa ilaaha illallah merupakan kalimat pengikat antara makhluk dengan
Khaliknya, sebagai realisasi rasa hormat dan syukur kepada-Nya. Pada dasarnya
seluruh ciptaan Allah selalu tunduk, taat dan patuh kepada Sunnatullah (ketentuan
Allah). Langit, bintang, bumi, awan, air, tumbuh-tumbuhan, dan makhluk lainnya
selalu menyerah secara penuh kepada Allah, yaitu tunduk pada aturan dan sistem
yang Allah tentukan. Kecuali, manusia dan jin yang keduanya merupakan
makhluk Allah yang mempunyai karakteristik khusus. Manusia dan jin sama-sama
memiliki kesempatan untuk berbuat taqwa, yaitu turut dan patuh kepada aturanaturan Allah, dan juga memiliki kesempatan untuk berbuat fujur yaitu menolak
atau melanggar aturan-aturan-Nya.
Pemikiran tentang hakikat manusia sejak zaman dahulu kala sampai
sekarang belum juga berakhir dan memiliki kemungkinan hal tersebut tidak akan
pernah berakhir. Manusia adalah salah satu ciptaan Allah yang paling sempurna.
Diciptakan dari saripati tanah yang kemudian menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah
hingga akhirnya menjadi wujud yang sekarang ini.
Salah satu kesempurnaan manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain
ialah adanya akal dan nafsu. Dua hal inilah yang membuat manusia dapat berpikir,
bertanggung jawab, serta memilih jalan hidup. Selain itu ada kelebihan lain yang
dimiliki oleh manusia sehingga membuat manusia berbeda dari sesama manusia,
yaitu hati. Jika hati manusia kotor, derajatnya tentu akan sangat rendah di mata
Allah SWT. Namun sebaliknya jika hatinya bersih dari segala perbuatan yang
kotor maka tentu derajatnya akan ditinggikan oleh Allah SWT.

Sebagai makhluk Tuhan tentu manusia selain memiliki hak juga memiliki
kewajiban. Kewajiban yang utama adalah beribadah kepadaAllah SWT yang
merupakan tugas pokok dalam kehidupan manusia hingga apapun yang dilakukan
manusia harus sesuai dengan perintah Allah SWT. Adapun tanggung jawab
manusia diciptakan oleh Allah SWT di dunia ini adalah sebagai khalifatullah dan
sebagai abdi/hamba Allah.
B.
1.
2.
3.

RUMUSAN MASALAH
Apa pengertian hakikat manusia?
Bagaimana tipologi manusia menurut Islam?
Apa tanggung jawab manusia sebagai khalifah dan hamba Allah?

BAB II
PEMBAHASAN
A. HAKIKAT MANUSIA
Hakikat manusia adalah makhluk yang kuat, ada juga yang menyebut hakikat
manusia adalah makhluk yang sempurna, ada juga yang menyebutnya makhluk
paling cerdas dari semua itu menunjukan bahwa hakikat manusia adalah mahkluk
yang positif. Manusia dengan segala sifat dan karakternya, diciptakan dengan
sebegitu sempurnanya. Hakikat manusia adalah sebagai berikut:
1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah
laku intelektual dan sosial.
3. Mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan
mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang
tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
5. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih
baik untuk ditempati.
6. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan
ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas.
7. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung
kemungkinan baik dan jahat.
8. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan
sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat
kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.

1. Pengertian Manusia Menurut Pandangan Ilmu Pengetahuan

Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat


bergantung metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.
Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens
(makhluk berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang
memiliki perilaku interaksi antara komponen biologis, psikologis, dan social. Di
dalam diri manusia terdapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral
(nilai).
Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo
mehanibcus

(manusia

mesin).

Behavior

lahir

sebagai

reaksi

terhadap

introspeksionisme (aliran yang menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan


subjektif dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang alam bawah sadar yang
tidak nampak). Behavior yang menganalisis perilaku yang nampak saja. Menurut
aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran
terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek.
Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens
(manusia berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai
makhluk yang bereaksi secara pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu
berfikir. Penganut

teori

kognitif

mengecam

pendapat

yang

cenderung

menganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak mempengaruhi peristiwa.
Padahal berpikir , memutuskan, menyatakan, memahami, dan sebagainya adalah
fakta kehidupan manusia.
2. Pengertian Manusia Menurut Islam
Saat Allah Swt. merencanakan penciptaan manusia, ketika Allah mulai
membuat cerita tentang asal-usul manusia, Malaikat Jibril seolah khawatir
karena takut manusia akan berbuat kerusakan di muka bumi. Di dalam Al-Quran,
kejadian itu diabadikan.
"...Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,
'Sesungguhnya, Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering
(yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah

menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud" (QS. Al Hijr: 28-29).
Firman inilah yang membuat malaikat bersujud kepada manusia, sementara
iblis tetap dalam kesombongannya dengan tidak melaksanakan firman Allah.
Inilah dosa yang pertama kali dilakukan oleh makhluk Allah yaitu kesombongan.
Karena kesombongan tersebut Iblis menjadi makhluk paling celaka dan sudah
dipastikan masuk neraka. Kemudian Allah menciptakan Hawa sebagi teman hidup
Adam. Allah berpesan pada Adam dan Hawa untuk tidak mendekati salah satu
buah di surga, namun Iblis menggoda mereka sehingga terjebaklah Adam dan
Hawa dalam kondisi yang menakutkan. Allah menghukum Adam dan Hawa
sehingga diturunkan ke bumi dan pada akhirnya Adam dan Hawa bertaubat.
Taubat mereka diterima oleh Allah, namun Adam dan Hawa menetap dibumi.
Baca Surat Al-Baqarah Ayat 33-39.
Adam adalah ciptaan Allah yang memiliki akal sehingga memiliki
kecerdasan, bisa menerima ilmu pengetahuan dan bisa mengatur kehidupan
sendiri. Inilah keunikan manusia yang Allah ciptakan untuk menjadi penguasa
didunia, untuk menghuni dan memelihara bumi yang Allah ciptakan. Dari Adam
inilah cikal bakal manusia diseluruh permukaan bumi. Melalui pernikahannya
dengan Hawa, Adam melahirkan keturunan yang menyebar ke berbagai benua
diseluruh penjuru bumi; menempati lembah, gunung, gurun pasir dan wilayah
lainnya diseluruh penjuru bumi. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT yang
berbunyi:

"...Dan sesungguhnya Kami muliakan anak-anak Adam; Kami angkut mereka


didaratan dan di lautan; Kami berikan mereka rezeki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyak makhluk
yang telah Kami ciptakan." (QS. al-Isra' [17]: 70)
Demikianlah dua pendapat tentang asal mula manusia. Tentang siapa
sebenarnya manusia pertama di bumi, mugkin kami lebih memilih bahwa Adam

a.s adalah manusia pertama sesuai dengan apa yang ada dalam Al-Quran. Apakah
kalian setuju bahwa Nabi Adam a.s adalah nenek moyang manusia? Tergantung
pada kepercayaan kalian masing-masing.
B. TIPOLOGI MANUSIA MENURURT ISLAM
Kepribadian merupakan keniscayaan, suatu bagian dalam (interior) dari
diri kita yang masih perlu digali dan ditemukan agar sampai kepada keyakinan
siapakah diri kita yang sesungguhnya. Dalam Al-Quran Allah telah menerangkan
model kepribadian manusia yang memiliki keistimewaan dibanding model
kepribadian lainnya. Di antaranya adalah Surah al-Baqarah ayat 1-20. Rangkaian
ayat ini menggambarkan tiga model kepribadian manusia, yakni kepribadian
orang beriman, kepribadian orang kafir, dan kepribadian orang munafik.
Pada dasarnya manusia diberikan fitrah oleh Allah berupa memeluk Agama
Isalam dan bertauhid, namun ketika manusia itu dilahirkan ke dunia, manusia
dipengaruhi oleh lingkungan, sehingga tingkahlakunya berubah. Firman Allah
dalam QS Ar-Rum ayat 30. Yang artinya : maka hadapkanlah wajahmu dengan
lurus kepada agama (islam) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan
manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (itulah)
agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri
beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka
hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara
pengaruh lingkungan.
Dalam memandang konsep dan filsafat tentang manusia, maka tidak lepas
dari pandangan Islam itu sendiri. Dalam Islam, manusia memang makhluk yang
memiliki dimensi-dimensi yang kompleks. Manusia dimanpun dan beragama
apapun tidak terlepas dari yang dinamakan jasad dan roh. Oleh karena itu manusia
harus mengetahui eksistensi dia sebagai manusia agar hidupnya baik.
Berikut ini adalah sifat-sifat atau ciri-ciri dari masing-masing tipe
kepribadian berdasarkan kategori kelompok manusia didalam Al-Quran terhadap
sikap mereka dalam menerima ajaran yang dibawa oleh Rosulluloh SAW yaitu :

1.

Kepribadian Orang Beriman (Muminun)

Mereka ini adalah golongan manusia yang meyakini tentang keberadaan


Allah dengan seyakin-yakinnya. Tidak cukup itu saja, untuk membuktikan
keimanan yang bersemayam di dalam hati tersebut, merekapun mengikrarkannya
dengan lisan, kemudian mewujudkannya dengan paraktek-praktek ibadah yang
mereka lakukan setiap harinya.
Itulah ciri iman (attashdiqu bilqalbi wattaqriru billisani walamalu
biljawarih/arkani). Keimanan seseorang akan sempurna ketika ketiga unsur ini
benar-benar diaplikasikan. Begitupun sebaliknya, ketika salah satunya tidak
terlaksana, maka dia belum termasuk al-mukminu al-haqiqiyyu (mukmin yang
sejati).
Untuk golongan pertama ini, Allah menjamin bahwa tempat mereka
diakhirat kelak adalah surga. Firman-Nya : Sungguh, orang-orang yang beriman
dan mengerjakan kebajikan, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan
mereka di sisi Tuhan mereka ialah SurgaAdn yang mengalir di bawahnya sungaisungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka
dan merekapun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang
yang takut kepada Tuhannya. (Al-Bayyinah: 7-8)
Dikatakan beriman bila ia percaya pada rukun iman yang terdiri atas iman
kepada Allah swt., iman kepada para malaikat-Nya, iman kepada Kitab-kitab-Nya,
iman kepada para rasul-Nya, percaya pada Hari Akhir, dan percaya pada
ketentuan Allah (qadar/takdir). Rasa percaya yang kuat terhadap rukun iman
tersebut akan membentuk nilai-nilai yang melandasi seluruh aktivitasnya. Dengan
nilai-nilai itu, setiap individu seyogianya memiliki kepribadian yang lurus atau
kepribadian yang sehat. Orang yang memiliki kepribadian lurus dan sehat ini
memiliki ciri-ciri antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.

Akan bersikap moderat dalam segala aspek kehidupan,


Rendah hati di hadapan Allah dan juga terhadap sesama manusia,
Senang menuntut ilmu,
Sabar,
Jujur, dan lain-lain.

Gambaran manusia mukmin dengan segenap ciri yang terdapat dalam AlQuran ini merupakan gambaran manusia paripurna (insan kamil) dalam
kehidupan ini, dalam batas yang mungkin dicapai oleh manusia. Allah
menghendaki kita untuk dapat berusaha mewujudkannya dalam diri kita.
Rasulullah saw. telah membina generasi pertama kaum mukminin atas dasar ciriciri tersebut. Beliau berhasil mengubah kepribadian mereka secara total serta
membentuk mereka sebagai mukmin sejati yang mampu mengubah wajah sejarah
dengan kekuatan pribadi dan kemuliaan akhlak mereka. Singkatnya, kepribadian
orang beriman dapat menjadi teladan bagi orang lain.
2.

Kepribadian Orang Kafir (Kafirun)

Kelompok yang kedua adalah orang-orang kafir, yaitu orang-orang yang


ingkar akan keberadaan Allah. Jangankan untuk menjalankan perintah-perintahNya, sekedar untuk mempercayai-Nya saja, mereka enggan. Mereka justru
mengejek orang-orang yang beriman, dan mengatakan bahwa mereka adalah
orang-orang yang bodoh, yang tidak berilmu. Demikianlah predikat yang
diberikan oleh mereka kepada orang-orang yang beriman. Namun ingatlah,
tuduhan-tuduhan tersebut telah dibantah Allah melalui firman-Nya:
dengan karunia Tuhanmu engkau (Muhammad) bukan orang gila (AlQalam: 2).
Untuk golongan ini, tiadalah tempat kembali mereka di akhirat kelak,
kecuali neraka jahannam. Itu sesuai dengan keterangan Allah dalam Al-Quran:
sesungguhnya, orang-orang kafir dari golongan ahli kitab dan orangorang musrik (akan masuk) ke neraka jahannam; mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Mereka itu adalah sejahat-jahat makhluk. (Al-Bayyinah: 6)
Ciri-ciri orang kafir yang diungkapkan dalam Al-Quran antara lain:
a. Suka putus asa,
b. Tidak menikmati kedamaian dan ketenteraman dalam kehidupannya,
c. Tidak percaya pada rukun iman yang selama ini menjadi pedoman
keyakinan umat Islam,
d. Mereka tidak mau mendengar dan berpikir tentang kebenaran yang diyakini
kaum Muslim,

e. Mereka sering tidak setia pada janji, bersikap sombong, suka dengki,
cenderung memusuhi orang-orang beriman,
f. Mereka suka kehidupan hedonis, kehidupan yang serba berlandaskan hal-hal
yang bersifat material. Tujuan hidup mereka hanya kesuksesan duniawi,
sehingga sering kali berakibat ketidakseimbangan pada kepribadian,
g. Mereka pun tertutup pada pengetahuan ketauhidan, dan lain-lain.
Ciri-ciri orang kafir sebagaimana yang tergambar dalam Al-Quran tersebut
menyebabkan mereka kehilangan keseimbangan kepribadian, yang akibatnya
mereka mengalami penyimpangan ke arah pemuasan syahwat serta kesenangan
lahiriah dan duniawi. Hal ini membuat mereka kehilangan satu tujuan tertentu
dalam kehidupan, yaitu beribadah kepada Allah dan mengharap rida-Nya untuk
mengharap magfirah serta pahala-Nya di dunia dan akhirat.
3.

Kepribadian Orang Munafik (Munafiqun)


Adapun golongan ketiga, adalah golongan orang-orang munafik, yaitu

mereka yang secara dzahir menampakkan keimanan mereka di hadapan orangorang mukmin, namun, batin mereka, hati mereka sebenarnya mengingkari hal
tersebut.
Karena perilaku mereka ini mencerminkan orang-orang beriman, maka
untuk mendeteksi keberadaan mereka ini relatif sulit. Kitapun dilarang untuk
menjastifikasi seseorang sebagai orang munafik, sebab manusia hanya
diperbolehkan untuk menghukumi sesuatu sesuai dengan apa yang nampak
(dzahir). Adapun di luar itu (bathin) adalah urusan Allah.
Al-Quran dan As-Sunnah hanya memberikan cirri-ciri tentang mereka. Dan
salah satu dari pada ciri orang munafik ialah ketika mereka mengerjakan shalat,
maka mereka mengerjakanya dengan malas-malasan. Sedang di dalam hadits,
Rasulullah SAW menerangkan, bahwa cirri-ciri mereka itu ada tiga, pertama,
ketika ia berjanji, ia mengingkari. Ketika berbicara, ia berduasta. Dan yang
terakhir, ketika ia dipercaya, maka ia berhianat.
Untuk golongan yang terakhir ini, tempat kembali mereka di akhirat kelak,
sama dengan kelompok yang kedua, yaitu neraka, karena kalau ditinjau dari segi
keimanan, mereka masih termasuk orang-orang kafir. Firman Allah, (bujukan
orang-orang munafik itu) seperti (bujukan) setan ketika ia berkata pada manusia

kifirlah kamu! kemudian ketika manusia itu menjadi kafir ia berkata,


sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut
kepada Allah, Tuhan semesta alam. Maka kesudahan bagi keduanya, bahwa
keduanya masuk ke dalam neraka, kekal di dalamnya. Demikianlah balasan bagi
orang-orang dzolim (Al-Hasyr: 16-17)
Dari ketiga golongan di atas, jelas, bahwa golongan pertama adalah
golongan yang terbaik, golongan yang akan membawa kita kepada kebahagian di
dunia dan di akhirat. Tidak ada jalan lain untuk meraih itu semua, selain dengan
membuktikan keimanan kita kepada-Nya.
Akhirnya, marilah kita senantiasa berdoa kepada Allah, mudah-mudahan
kita senantiasa dimasukkan ke dalam golongan ini sampai akhir hayat kita.
Sehingga, kelak ketika kita menghadap-Nya, kita menghadap dengan jiwa yang
tenang, jiwa yang telah dijanjikan dengan syurga.
Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang
ridha dan diridhainya. Maka masuklah kedalam golongan hamba-hamba-Ku.
Dan masuklah ke dalam syurga-Ku. (Al-Fajr: 27-30).
Munafik adalah segolongan orang yang berkepribadian sangat lemah dan
bimbang. Di antara sifat atau watak orang munafik yang tergambar dalam AlQuran antara lain:
a. Mereka lupa dan menuhankan sesuatu atau seseorang selain Allah swt.,
b. Dalam berbicara mereka suka berdusta,
c. Mereka menutup pendengaran, penglihatan, dan perasaannya dari
kebenaran,
d. Orang-orang munafik ialah kelompok manusia dengan kepribadian yang
lemah, peragu, dan tidak mempunyai sikap yang tegas dalam masalah
keimanan.
e. Mereka bersifat hipokrit, yakni sombong, angkuh, dan cepat berputus asa.
Ciri

kepribadian

orang

munafik

yang

paling

mendasar

adalah

kebimbangannya antara keimanan dan kekafiran serta ketidakmampuannya


membuat sikap yang tegas dan jelas berkaitan dengan keyakinan bertauhid.

C.

TANGGUNG

JAWAB

MANUSIA

SEBAGAI

HAMBA

DAN

KHALIFAH ALLAH
Allah SWT. tidak semata-mata menciptakan manusia hanya untuk
bersenang-senang di dunia saja. Melainkan Allah SWT. memiliki tujuan
tersendiri, salah satu tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah kepada
penciptanya (Al-Kholiq) yaitu Allah. Pengertian penyembahan kepada Allah
SWT. tidak hanya diartikan dengan aspek ritual yang hanya tercermin dalam
shalat saja. Pengertian penyembahan berarti ketundukan manusia kepada Allah
dalam menjalankan kehidupan di muka bumi ini, baik yang menyangkut
hubungan dengan Allah SWT. (hablun minal llahi) maupun hubungan dengan
sesama manusia (hablun minan naasi). Allah SWT. tentunya telah menetapkan
hukum untuk memuat berbagai macam peraturan yang mengatur kehidupan
manusia, dengan tujuan terciptanya kehidupan yang adil, damai dan tentram.
Dalam Al-Quran surat Al-Dzariyat ayat 56-58 Allah berfirman, yang
artinya:
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya ia
menyembahku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan aku
tidak menghendaki supaya mereka memberi aku makan. Sesungguhnya Allah,
Dialah Maha Pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi Sangat Kokoh.
Ayat diatas sebagai bukti tentang keberadaan manusia di dunia yaitu untuk
menyembah dan beribadah kepada Allah SWT. Bentuk ibadah tersebut bermacammacam, yang paling mendasar ialah beriman atau mengakui atas keberadaan Allah
SWT. dengan menjalankan perintah Allah SWT. dan menjahui larangan-Nya.
Selain itu dalam melakukan penyembahan kepada Allah harus dilakukan dengan
hati yang ikhlas, karena Allah tidak membutuhkan sedikitpun sesuatu dari
manusia. Bila kita melakukan ibadah dengan tidak didasari rasa ikhlas, maka kita
telah termasuk orang yang menyekutukan Allah SWT. Karena riya (lawan kata
ikhlas) termasuk syirik kecil.

Keberadaan manusia di dunia merupakan tanda kebesaran, kekuasaan Allah


kepada hamba-hamba-Nya. Dialah Tuhan yang menciptakan, menghidupkan dan
menjaga kehidupan manusia. Dengan demikian manusia diciptakan untuk
mengimani Allah SWT. Selain itu, penciptaan manusia sendiri memiliki arti
bahwa dalam beribadah kepada Allah SWT., manusia tentunya mengetahui peran
dan tanggung jawabnya di bumi ini. Peran dan tanggung jawab yang paling
mendasar bagi seorang manusia adalah manusia sebagai khalifah dan sebagai
hamba Allah SWT. di bumi ini.
1. Manusia Sebagai Khalifah
Khalifah secara bahasa artinya wakil atau pengganti atau orang yang
menggantikan orang yang sebelumnya. Khalifah dinyatakan dalam arti
bahasa, yakni pengganti yang menggantikan umat atau pemimpin terdahulu,
menggantikan malaikat untuk mengurus bumi, atau mendapat amanah dari Allah
untuk mengelola bumi.
Menurut istilah yang lebih khusus lagi pada kekuasaan, berarti orang yang
dipilih oleh jama'ah menjadi pemimpin mereka. Khalifah menurut sejarah ialah
kepala pemerintahan islam pada zaman sahabat, yaitu dengan bai'at sebagai
pernyataan setia dari penduduknya dengan jalan pilihan. Sesudah masa sahabat,
sebutan khalifah di pergunakan untuk sebutan kepala pemerintahan tetapi tidak
melalui pilihan (kerajaan). Dulu pada saat Abu Bakar As-Shiddiq menjadi
pemimpin umat islam, beliau disebut khalifah (pengganti) dari Rasulillah. Lalu
ketika Umar r.a menggantikan, beliau disebut khalifat-khalifat Rasulillah
(pengganti dari pengganti Rasulullah).
Karena gelar ini terlalu panjang, akhirnya Umar ra berinisiatif mengganti
gelar itu menjadi Amirul Mukminin (Pemimpin orang-orang mukmin). Semua
manusia yang diciptakan Allah di muka bumi ini adalah khalifah Allah atau
pengganti makhluk Tuhan untuk melaksanakan amanah Tuhan sebagai pengelola
bumi ini. Allah memberikan amanah kepada semua manusia (khulafa) untuk
membangun bumi ini, bukan kepada Malaikat, Jin, Hewan, Gunung, Langit dan

lain sebagainya walaupun mereka juga ciptaan Allah. "(QS.33:72). Manusialah


yang sanggup memegang amanah itu karena potensi yang dimiliki oleh manusia.
Antara anugrah Allah kepada manusia ialah pemilihan manusia menjadi
khalifah atau wakilnya dibumi. Dengan dipilihnya manusia menjadi khalifah, ia
mempunyai kewajiban yang harus ditegakan diantaranya kewajiban menegakan
kebenaran, kebaikan, mewujudkan perdamaian, menghapus kemungkaran serta
penyelewengan dan penyimpangan dari jalan Allah. Kewajiban-kewajiban
tersebut akan dimintai tanggung jawabnya kelak oleh Allah. Apabila pengakuan
terhadap kenyataan dan hakikat wujudnya hari pembalasan telah dibuat maka
tugas yang diwajibkan keatas dirinya perlu dilaksanakan.
Dikalangan makhluk ciptaan Allah, manusia telah dipilih oleh Allah
melaksanakan tanggung jawab tersebut. Ini sudah tentu karena manusia
merupakan makhluk yang paling istimewa. Firman Allah yang artinya :
"Sesungguhnya kami telah kemukakan tanggung jawab amanah (kami)
kepada langit dan bumi serta gunung-gunung (untuk memikulnya), maka mereka
enggan memikulnya dan bimbang tidak dapat menyempurnakan (karena tidak
ada pada mereka persediaan untuk memikulnya), dan (pada ketika itu) manusia
(dengan persediaan yang ada padanya) sanggup memikulnya.(Ingatlah)
sesungguhnya tabiat kebanyakan manusia adalah suka melakukan kezaliman dan
suka pula membuat perkara-perkara yang tidak patut dikerjakan." (Al-Ahzab:72)
Allah SWT dengan kehendak kebijaksanaan-Nya telah menciptakan
makhluk-makhluk yang ditempatkan di alam penciptaan-Nya. Sebagai khalifah,
tanggung jawab manusia adalah sangat luas didalam kehidupannya, meliputi
semua keadaan dan tugas yang ditentukan kepadanya.
Di zaman serba modern ini tanggung jawab manusia khususnya sebagai
khalifah hampir semua orang meninggalkannya. Manusia melupakan tugas dan
tanggung jawab dari aslinya dengan membengkokon kearah-arah yang negatif.
Manusia dalam melakukan kerja kebudayaan memiliki kebebasan untuk memilih
dan menentukan diantara berbagai macam kemungkinan. Tetapi kebebasan itu
tidak bebas begitu saja, dalam artian bebas dalam batas tertentu terhadap hak
orang lain. Kondisi ini digambarkan pada masa lalu, terdapat rebutan lahan

diantara dua penguasa. Mereka mempermasalahkan batas wilayah yang tidak


henti-hentinya. Thomas Hobbes menyebutnya sebagai homo homini lopus, artinya
manusia adalah serigala bagi manusai yang lain. Persoalan rebutan wilayah itu
mungkin kalau sekarang seperti persoalan antara Israel dan Palestina yang selalu
bermusuhan karena berebutan wilayah.
Hal tersebut dapat terjadi karena tanggung jawa manusia sebagai
khalifah/pemimpin telah musnah. Mereka hanya mementingkan kepentingan
pribadi, tidak peduli lagi akan tanggung jawab sebagai seorang khalifah, tidak
peduli

akan

kebenaran,

kebaikan,

mewujudkan

kedamaian,

menghapus

kemungkaran, dan penyimpangan dari jalan Allah.


Pemanfaatan teknologi sekarangpun telah banyak membelok dari fungsi
aslinya, yakni dari fungsi aslinya teknologi itu dipergunakan untuk memecahkan
masalah yang lahir dalam kehidupan, sebagai sarana atau aktifitas yang denganya
manusia berusaha mengubah atau menangani lingkungan, sebagai sarana untuk
mencapai tujuan-tujuan praktis yang bersifat positif. Sebagai sarana untuk
mempermudah manusia melakukan tugasnya, misalnya:
1.

Dengan teknologi modern, dari teknik mengendalikan aliran air sungai


petani mendapatkan kemudahan dalam memperoleh air. Bendungan dapat
dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik. Alat rumah tangga elektronik
mempermudah ibu-ibu rumah tangga dalam melaksanakan tugasnya.

2.

Dengan

teknik

modern,

dapat

dibuat

bermacam-macam

media

pendidikan, seperti, slide, film setrip, TV, dan lain-lain yang dapat
mempermudah para pendidik dalam melaksanakan tugasnya.
Pengetahuan dan tekhnologi memungkinkan terjadinya perkembangan
ketrampilan dan kecerdasan manusia. Hal ini karena dangan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi memungkinkan:
1.

Tersedianya sarana dan prasarana penunjang kegiatan ilmiah.

2.

Meningkatnya kemakmuran materi dan kesehatan masyarakat.

Fungsi hakekat teknologi tersebut telah banyak yang pensiun, meski banyak
pula yang berjalan sesuai mestinya. Teknologi yang pensiun atau berubah dari
hakekat fungsinya, misalnya adalah pembuatan nuklir, meledaknya bom atom di
Hirosima dan Nagasaki pada tanggal 6 dan 8 Agustus 1945 mengakhiri perang
dunia ll. Akibat bom atom korban manusia sipil yang cacat seumur hidup dan
hangus menjadi abu, dalam sekejap lingkungan alam hancur. Sampai saat ini,
jatuhnya bom atom di Hirosima dan Nagasaki selalu diperingati sebagai
peringatan akan bahaya teknologi atom bagi umat manusia. Itulah akibat dari
melalaikan tanggung jawab manusia.
Saat masa reformasi, munculnya berbagai kerusuhan sosial selama masa
transisi akibat tindakan yang tidak bertanggung jawab mengecilkan harapan akan
berlangsungnya proses demokratisasi dapat berjalan dengan lancar. Proses
peralihan kekuasaan dari Soeharto ke Habibie mengakibatkan terjadinya
konsolidasi politik yang sangat kuat diantara berbagai kelompok kepentingan
yang ada dalam masyarakat. Hal ini menimbulkan rejuvenasi politik aliran yang
sangat menonjol. Banyak pendirian partai yang didasarkan pada aliran dan
kepercayaan agama tertentu, sehingga hal ini berimplikasi pada lahirnya kekuatan
politik yang tidak mampu membentuk eksekutif yang dapat merumuskan dan
mengimplementasikan sejumlah kebijakan publik.
Sesuatu yang tidak mustahil kalau kemudian masyarakat indonesia melewati
masa transisi ini menghadapi kesulitan menciptakan sebuah demokrasi yang stabil
disebabkan begitu meluasnya konsolidasi kekuasaan yang ada, termasuk dari
kekuatan lama Orde Baru. Salah satu variabel yang sangat menentukan dalam
uraian ini adalah adanya pemilihan sosial yang cenderung bersifat kumulatif atau
konsolidatif (commulative or consolidated social cleavages). Hal ini terlihat pada
adanya kecenderungan yang sangat tinggi untuk melakukan mobilisasi massa
dengan menggunakan politik aliran. Agama merupakan sumber mobilisasi sosisl
dan politik yang sangat strategis dan efektif.
Dalam konteks masyarakat indonesia, isu agama menyentuh sentimen
paling mendasar, sehingga agama mudah dipergunakan sebagai modal partai
politik untuk memperoleh simpati masa pendukung. Hal tersebut sangat

bertentangan dengan prinsip seorang khalifah yang selalu mengemban tanggung


jawab dengan ikhlas, tidak memperjual belikan agama dan memanfaatkannya
untuk kepentingan partai politik.
Walaupun Al-Quranul Karim telah memberitahu tugas dan tanggung jawab
manusia di bumi ini dan diberitahukan mereka yang menunaikan tanggung jawab
akan masuk surga, manakala yang tidak bertanggung jawab akan masuk neraka,
namun tidak semua manusia percaya semua ini serta beriman dengannya. Bahkan
yang percaya dan beriman dengannyapun karena tidak mampu melawan nafsu
serta mempunyai kepentingan, kepentingan pribadi, ramai yang tidak dapat benarbenar memperhambakan diri kepada Allah dan gagal menjadi khalifah-Nya yang
mengelola dan mengurus dunia ini dengan syarat-Nya. Karena itulah Allah ta'ala
berfirman dalam surat Al-Mulk: 23 yang artinya;
Sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang bersyukur
Keoptimalan manusia sebagai khalifah akan tercapai dibumi dengan
sempurna apabila manusia dapat memanfaatkan segala pikiran hebatnya yang
dianugrahkan oleh Allah SWT., dengan menciptakan teknologi yang canggih yang
berdasar nilai-nilai keillahian (sifat-sifat Allah yaitu Asmaul Husna) dan
keislaman dengan kemampuan seni, mengatur keseimbangan potensi alam dan
lainnya dengan dipimpin oleh seorang khalifah yang robbani yang memerintah
berdasar syariat islam. Apabila hal-hal tersebut tidak tercapai seluruhnya maka
tidak tercapai keoptimalisasian peran kekhalifahan manusia. Walaupun terjadi,
maka hal tersebut belum dan tidak maksimal. Jadi pada dasarnya setiap umat
manusia mengemban tugas yang maha penting untuk memerintahkan kekhalifan
di bumi.
2. Manusia Sebagai Hamba Allah
Makna yang esensial dari kata abd (hamba) adalah ketaatan, ketundukan,
dan kepatuhan. Ketaatan dan ketundukan seorang manusia sebagai hamba hanya
ditujukan, diberikan kepada Allah. Sebagai hamba, tugas utama manusia adalah
mengabdi (beribadah) kepada Sang Khaliq, yaitu dengan menaati perintah-Nya
dan menjauhi larang-Nya.

Sebagai hamba Allah maka manusia harus menuruti kemauan Allah, tidak
boleh membangkang pada-Nya. Jika kita membangkang maka kita akan terkena
konsekwensi yang sangat berat. Kita adalah budak Allah, karenanya setiap
perilaku kita harus direstui oleh-Nya, harus menyenangkan-Nya, harus
mengagungkan-Nya.
Dengan kedudukan ini, maka manusia mempunyai dua tugas. Pertama, ia
harus beribadah kepada Allah baik dalam pengertian sempit maupun luas.
Beribadah dalam arti sempit artinya mengerjakan ibadah secara ritual saja, seperti,
sholat, puasa, haji, dan sebagainya. Sedangkan ibadah dalam arti luas adalah
melaksanakan semua aktifitas baik dalam hubungan secara vertikal kepada Allah
SWT maupun secara horizontal dengan sesama manusia untuk memperoleh
keridoan Allah sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT dan Hadist. Dan
tentunya dari makna ibadah dalam arti luas ini akan terpancarkan pribadi seorang
muslim sejati dimana seorang muslim yang mengerjakan kelima rukun Islam
maka akan bisa memberikan warna yang baik dalam bermuamalah dengan sesama
manusia dan banyak memberikan manfaat selama bermuamalah itu. Disamping
itu segala aktifitas yang kita lakukan baik itu aktifitas ibadah maupun aktifitas
keseharian kita dimanapun berada di rumah, di kampus, di jalan, dan dimanapun,
haruslah hanya dengan niat yang baik dan lillahi ta'ala, tanpa ada motivasi lain
selain Allah. Di dalam Surat Adz-Dzariyat ayat 56: "Dan Aku tidak menciptakan
jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku".
Seorang hamba Allah juga mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga.
Tanggung jawab terhadap keluarga merupakan lanjutan tanggung jawab dari diri
sendiri yang dalam al-Quran dinyatakan dengan quu anfusakum waahlikum
naaran (jagalah dirimu dan keluargamu, dengan iman, dan api neraka).
Tanggung jawab manusia secara umum digambarkan oleh Rasulullah Saw
di dalam sebuah hadist Abdullah bin Umar RA, bahwasannya Rasulullah Saw
bersabda: Semua orang dari engkau sekalian adalah pengembala yang akan
dipertanggung jawabkan terhadap apa yang di gembalanya. Seorang lelaki adalah
pengembala dalam keluarganya dan akan di tanya tentang pengembalanya.
Seorang isteri adalah pengembala di rumah suaminya dan akan ditanya tentang

pengembalanya. Seorang khadam juga pengembalanya dalam harta tuannya dan


akan di tanya tentang pengembalanya. Maka semua dari kamu sekalian adalah
pengembala dan akan di tanya tentang pengembalanya.
Dalam sejarah Riyadhus Sholihin, dijelaskan bahwa seseorang wajib
menegakkan keadilan dalam diri dan keluarganya, dan orang-orang yang menjadi
tanggung jawabnya. Adil dalam diri dengan tidak memberatkan pada sesuatu yang
tidak diperintahkan Allah, dia harus memperhatikan hingga kepada masalah
kebaikan, jangan memberatkan dan membebankannya

terhadap sesuatu yang

tidak mampu dilakukannya. Demikian juga wajib bersikap adil bagi seorang
suami terhadap keluarganya. Seperti seorang suami yang memiliki dua istri, ia
wajib bersikap adil diantara keduanya. Dan wajib pula bersikap adil kepada anakanaknya. Begitu pula bagi seorang istri yang juga seorang pemimpin dalam rumah
suaminya, baik dalam menjaga harta suaminya dan tidak menghamburhamburkannya.
Allah menciptakan manusia ada tujuan-tujuannya yang tertentu. Manusia di
ciptakan untuk di kembalikan semula kepada Allah dan setiap manusia akan di
tanya atas setiap usaha dan amal yang di lakukan selama hidup di dunia. Apabila
pengakuan terhadap kenyataan dan hakikat wujudnya hari pembalasan telah di
buat maka tugas yang diwajibkan ke atas dirinya perlu dilaksanakan.
Kita beribadah kepada Allah bukan berarti Allah butuh kepada kita, Allah
sama sekali tidak membutuhkan kita. Bagi Allah walaupun semua orang di dunia
ini menyembah-Nya, melakukan sujud pada-Nya, taat pada-Nya, tidaklah hal
tersebut semakin menyebabkan meningkatnya kekuasaan Allah. Demikian juga
sebaliknya, jika semua orang menentang Allah, maka hal ini tak akan mengurangi
sedikitpun kekuasaan Allah. Jadi, sebenarnya yang membutuhkan Allah ini adalah
kita, yang tergantung kepada Allah ini adalah kita, yang seharusnya mengemis
minta belas kasihan Allah ini adalah kita. Yang seharusnya menjadi hamba yang
baik ini adalah kita. Allah memerintahkan supaya kita beribadah ini sebenarnya
adalah untuk kepentingan kita sendiri, sebagai tanda terimakasih kepada-Nya, atas
nikmat yang diberikan-Nya, agar kita menjadi orang yang bertaqwa, Allah SWT

berfirman: Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan


orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa [2 : 21]

Anda mungkin juga menyukai