TINJAUAN PUSTAKA
Pada ekstraksi cair-cair merupakan zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran
yang berbentuk cair. Ekstraksi cair-cair sering juga disebut ekstraksi pelarut, banyak
dilakukan untuk memisahkan zat seperti iod, atau logam-logam tertentu dalam larutan
air (Yazid, 2005).
Hubungan zat terlarut yang terdistribusi diantara dua pelarut yang tidak saling
bercampur dinyatakan pertama kali oleh “Walter nernst ” (1981) yang dikenal dengan
hukum distribusi atau partisi “jika solut dilarutkan sekaligus ke dalam dua pelarut yang
tidak saling bercampur, maka solut akan terdistribusi diantara kedua pelarut. Pada saat
setimbang perbandingan konsentrasi solut berharga tetap pada suhu tetap (Yazid, 2005).
Menurut hukum distribusi Nernst bila dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur
dimasukkan solute yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut, maka akan terjadi
pembagian kelarutan. Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organik dan air (Yazid,
2005).
Perbandingan kosentrasi solute di dalam kedua pelarut tersebut tetap dan merupakan
suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut dikenal dengan tetapan distribusi atau
koefisien distribusi. Koefisien distribusi (KD) dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
C2 C
KD atau K D o ……………………………….. (2.1)
C3 Ca
C1 atau Ca adalah kosentrasi solute dalam pelarut pertama atau pelarut air
C2 atau Co adalah kosentrasi solute dalam pelarut dua atau pelarut organik
(Yazid, 2005).
Dimana KD adalah sebuah tetapan yang dikenal dengan koefisien distribusi atau partisi.
Harga KD tidak bergantung pada konsentrasi total solut pada kedua fase, tetapan
bergantung pada suhu, jenis kedua pelarut dan solut. Hukum Nernst dalam bentuknya
yang sederhana hanya berlaku untuk larutan encer dan keadaan solut sama atau tidak
mengalami perubahan kedua dalam pelarut. Hukum ini tidak berlaku jika solut yang
terdistribusi mengalami asosiasi atau disosiasi pada fase pelarut (Yazid, 2005).
Titrasi adalah suatu metode penentuan kadar (konsentrasi) suatu larutan dengan larutan
lain yang telah diketahui konsentrasinya. Titrasi merupakan suatu metode untuk
menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui
konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di
dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut
sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi
oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi
kompleks dan lain sebagainya. Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai
titer ataupun titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam
ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titran ditambahkan titer
sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri
titran dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”. Pada
saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume
titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data
volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titran
(Brown, 1978).
Larutan baku atau larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui.
Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang
sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan
ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan pipet
volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer. Larutan dapat dobagi menjadi larutan baku
primer dan sekunder (McCabe,1993).
Perhitungan operasi multi tahap dengan aliran cross-current berdasarkan pada prinsip
neraca massa sebagai berikut :
a. Neraca massa total : Rn-1 + Sn = En + Rn
b. Neraca massa zat terlarut : Rn-1 Xn-1 + Sn Ys = En Yn + Rn Xn
(McCabe,1993).
MSDS (Material Safety Data Sheet) atau yang dalam Indonesia dikenal dengan nama
LDKB (Lembar Data Keselamatan Bahan) merupakan sebuah dokumen yang wajib
disertakan pada setiap bahan kimia, apapun jenisnya (Mc. Cabe, 1989).
Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan nama
sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa digambarkan
dengan rumus HOOC-COOH. Merupakan asam organik yang relatif kuat, 10.000 kali
lebih kuat daripada asam asetat. Dianionnya, dikenal sebagai oksalat, juga agen
pereduktor.Banyak ion logam yang membentuk endapan tak larut dengan asam oksalat,
contoh terbaik adalah kalsium oksalat (CaOOC-COOCa), penyusun utama jenis yang
sering ditemukan. Asam oksalat dalam keadaan murni berupa senyawa kristal, larut
dalam air (8% pada 10o C) dan larut dalam alkohol. Asam oksalat membentuk garam
netral dengan logam alkali, yang larut dalam air (5-25 %), sementara itu dengan logam
dari alkali tanah, termasuk Mg atau dengan logam berat, mempunyai kelarutan yang
sangat kecil dalam air. Jadi kalsium oksalat secara praktis tidak larut dalam air.
Berdasarkan sifat tersebut asam oksalat digunakan untuk menentukan jumlah kalsium.
Asam oksalat ini terionisasi dalam media asam kuat. Asam oksalat mempunyai massa
molar 90.03 g/mol (anhidrat) dan 126.07 g/mol (dihidrat), rupa putih, kepadatan dalam
fase 1,90 g/cm³ (anhidrat) dan 1.653 g/cm³ (dihidrat), kelarutan dalam air 9,5 g/100 mL
(15°C), 14,3 g /100 mL (25°C?), dan 120 g/100 mL (100°C), dan titik didih sebesar 101-
102°C (dihidrat) (Svehla, 1985).
Asam asetat (CH3COOH) berbahaya jika terkena kulit, mata, terelan, terhirup. Jika
terkena gas tersebut dapat mengakibatkan kerusakan jaringan terutama pada selaput
lendir mata, mulut dan saluran pernapasan. Tersentuh dengan kulit dapat menghasilkan
luka bakar. Terhirup gas tersebut akan menghasilkan iritasi pada saluran pernapasan,
yang ditandai dengan batuk, tersedak, atau sesak napas. Radang pada mata ditandai
dengan mata kemerahan, penyiraman, dan gatal. Radang kulit yang ditandai dengan
gatal, merah pada kulit. Asam asetat memiliki sifat-sifat fisika dan kimia diantaranya
memiliki bentuk cair, tidak berwarna, titik didih 118,1°C (244,6°F), dan mudah larut
dalam air dingin, air panas. Larut dalam dietil eter, aseton, larut dengan Gliserol,
alkohol, karbon benzene, tetraklorida, praktis tidak larut dalam disulfida karbon
(Svehla, 1985).
Senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 atau dengan nama lain asam oksalat.
Asam oksalat paling sederhana ini biasa digambarkan dengan rumus HOOC-COOH.
Merupakan asam organik yang relatif kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat.
Di anionnya, dikenal sebagai oksalat, juga agen pereduktor. Banyak ion logam yang
membentuk endapan tak larut dengan asam oksalat, contoh terbaik adalah kalsium
oksalat (CaOOC-COOCa), penyusun utama jenis batu ginjal yang sering ditemukan.
Asam oksalat dalam keadaan murni berupa senyawa kristal, larut dalam air (8% pada
10o C) dan larut dalam alkohol. Asam oksalat membentuk garam netral dengan logam
alkali yang larut dalam air , sementara itu dengan logam dari alkali tanah, termasuk Mg
atau dengan logam berat, mempunyai kelarutan yang sangat kecil dalam air. Jadi
kalsium oksalat secara praktis tidak larut dalam air. Berdasarkan sifat tersebut asam
oksalat digunakan untuk menentukan jumlah kalsium. Asam oksalat ini terionisasi
dalam media asam kuat. Asam oksalat mempunyai massa molar 90.03 g/mol (anhidrat)
dan 126.07 g/mol (dihidrat), rupa putih, kepadatan dalam fase 1,90 g/cm³ (anhidrat) dan
1.653 g/cm³ (dihidrat), kelarutan dalam air 9,5 g/100 mL (15 °C), 14,3 g /100 mL (25
°C), dan 120 g/100 mL (100 °C), dan titik didih sebesar 102 °C (dihidrat) (Brown,
1978).