PEMBAHASAN
A. Pengertian Ekstraksi
memisahkan zat terlarut melalui dua buah pelarut (biasanya air) yang dapat
melarutkan zat tersebut namun kedua pelarut ini tidak dapat saling melarutkan
(immiscible). Sampel dilarutkan dalam rafinat yang berada dalam kontak dengan
kelarutan di dalam kedua jenis pelarut. Dengan demikian, pemisahan cara kimia
terjadi secara alami dalam dua pelarut cari-cair. Pada pembahasan teoritis mengenai
ekstraksi, biasanya zat terlarut diekstrak oleh pelarut organic dari fase cair. Dapat
1. Distribusi dari senyawa-senyawa yang dapat larut dalam dua jenis pelarut yang
tidak dapat bercampur. Jika interaksi zat terlarut berjalan normal dan tidak ada
banyaknya kemungkinan interaksi antara pelaurt dan zat terlarut. Proses ini terjadi
2. Interaksi kimia pada fase cair. Dalam pelarut polar seperti air kemungkinan
senyawa organic yang polar untuk bermuatan dalam pelarut air sangat besar.
Dengan demikian, interaksi yang terjadi di fase cair harus diperhitungkan karena
3. Interaksi kimia pada fase organic. Biasanya senyawa yang diambil lebih larut
dimerisasi adalah gejala utama yang sering terjadi pada solute yang berupa
merupakan dasar dari metode ini. Perbedaan kelarutan dari bermacam-macam bahan
merupakan dasar dari klasifikasi metode ekstraksi. Penggunaan metode ini juga
didasarkan pada kelarutan ini. Hukum distribusi dalam hal ini adalah perbandingan
kelarutan suatu senyawa dalam dua pelarut yang berbeda yang dapat dirumuskan
dalam rasionya.
dalam dua pelarut yang tidak bercampur sering dinyatakan dalam persamaan berikut
ini. Jika terdapat dua atau lebih zat terlarut yang mempunyai harga konstanta
distribusi yang pasti berbeda dalam sebuah sistem dua buah pelarut, kedua zat
terlarut ini pasti dapat dipisahkan. Mudah atau sukarnya kedua komponen campuran
[ A ] raf
KD =
[ A ] ekst
Dalam persamaan ini konsentrasi zat terlarut di pelarut pertama
dibandingkan dengan konsentrasi senyawa yang sama di pelarut kedua. Adapun fase
kedua pelarut ini bisa cair padat maupun gas. Rancangan sistem kebanyakan lebih
bergantung pada kedua fase pelarutnya. Kelarutan, dengan hukum “like dissolves
like” merupakan konsekuensi dari interaksi gaya-gaya van der Waals dan gaya-gaya
pada kedua jenis pelarut, konstanta distribusi juga dipengaruhi oleh temperatur dan
maupun pelarut akan bertambah dan hal ini pasti mengubah harga konstanta karena
berubahnya kelarutan.
1. Isoterm Distribusi
isoterm normal yang membentuk garis lurus pada grafik yang menandakan proses
pemisahan pada temperatur dan tekanan tetap. Ada larutan yang terbentuk dengan
sangat cepat di awal atau malah di akhir yang menandakan adanya ketidakidealan
dalam sistem. Adanya interaksi tambahan antarmolekul pelarut dan zat terlarut dapat
pembagian zat terlarut dalam dua buah pealrut cair. Sering kali yang digunakan
adalah pelarut organik dan pelarut anorganik yang merupakan pelarut polar, biasanya
adalah air. Dengan demikian, hukum distribusi sering dirumuskan kembali sebagai
[ A ] org
KD = . Adapun harga KD tidak tetap karena beberapa zat terlarut mengalami
[ A ] aq
perubahan kelarutan dengan mudah jika kondisi sistem berubah. Dalam pelarut
organik seperti eter asam benzoat akan larut dengan baik, namun dalam pelarut
Perbandingan konsentrasi asam benzoat dalam air asam (dengan penambahan HCl)
[ HB ] et
KD =
[ HB ] aq
Di mana [HB]et adalah konsentrasi asam benzoat dalam eter dan [HB]aq
adalah konsentrasi asam benzoat dalam air. Jika air tidak diasamkan maka asam
benzoat yang merupakan asam organik (asam lemah) akan terdisosiasi menurut
berikut:
−¿
B
Ka = [ H ]+¿+[ HB ] ¿ ¿
Karena adanya ionisasi ini maka harga konsentrasi HB dalam air akan
3. Fraksi Terekstraksi
suatu proses ekstraksi. Fraksi terekstraksi diartikan sebagai bagian yang terambil dari
tempat asalnya (bisa jadi fase cair, oleh pelarut organik atau ekstraksi dari matriks
adalah mol Aorg/(mol Aorg + mol Aaq). Karena jumlah mol A adalah (CAVA) maka fraksi
ini mempunyai hubungan dengan angka banding distribusi seperti diekspresikan pada
Corg V org DV
θ= =
Corg V org +C aq V aq 1+ DV
di mana D adalah angka banding distribusi yang telah dibahas sebelumnya dan V
adalah rasio volume tiap fase, Vorg /Vaq . Persamaan ini menunjukkan jika rasio volume
dinaikkan maka jumlah fraksi terekstraksi juga dapat dinaikkan. Dalam hal ini
tunggal.
volatilitas relatif pada pemisahan dengan metode distilasi. Faktor pemisah bisa
pelarut. Jika ada dua (misalnya A dan B) atau lebih senyawa yang hendak
terambil sebagai fase terekstraksi. Senyawa A dan B biasanya berada dalam fase cair
dengan melihat faktor pemisahnya. Jika konstanta distribusi atau angka banding
distribusi sangat besar bedanya, maka didapat faktor pemisah besar pula. Dengan