Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekstraksi

Proses ekstraksi untuk untuk definisi pemisahan kimia merupakan cara

memisahkan zat terlarut melalui dua buah pelarut (biasanya air) yang dapat

melarutkan zat tersebut namun kedua pelarut ini tidak dapat saling melarutkan

(immiscible). Sampel dilarutkan dalam rafinat yang berada dalam kontak dengan

ekstraktan sehingga terjadi perpindahan molekul zat terlarut karena perbedaan

kelarutan di dalam kedua jenis pelarut. Dengan demikian, pemisahan cara kimia

terjadi secara alami dalam dua pelarut cari-cair. Pada pembahasan teoritis mengenai

ekstraksi, biasanya zat terlarut diekstrak oleh pelarut organic dari fase cair. Dapat

juga terjadi sebaliknya namun jarang dibicarakan.

Dalam proses ekstraksi ada beberapa peristiwa yang dapat

menggambarkan terjadinya peristiwa mikro yang mungkin ada dalam sistem.

Beberapa peristiwa berikut adalah:

1. Distribusi dari senyawa-senyawa yang dapat larut dalam dua jenis pelarut yang

tidak dapat bercampur. Jika interaksi zat terlarut berjalan normal dan tidak ada

penyimpangan maka distribusi solute akan mengikuti harga konstanta

distribusinya. Namun yang sering terjadi adalah perubahan distribusi karena

banyaknya kemungkinan interaksi antara pelaurt dan zat terlarut. Proses ini terjadi

secara spontan dalam waktu yang tidak terlalu lama.

2. Interaksi kimia pada fase cair. Dalam pelarut polar seperti air kemungkinan

senyawa organic yang polar untuk bermuatan dalam pelarut air sangat besar.
Dengan demikian, interaksi yang terjadi di fase cair harus diperhitungkan karena

jumlah komponen akan berkurang karena adanya interaksi.

3. Interaksi kimia pada fase organic. Biasanya senyawa yang diambil lebih larut

dalam pelarut organik dibandingkan dengan pelarut air. Dalam kenyataannya,

dimerisasi adalah gejala utama yang sering terjadi pada solute yang berupa

senyawa organik polar seperti asam-asam organik dalam pelarut organik.

B. Hukum Distribusi dan Parameter Ekstraksi

Dalam proses ekstraksi, baik ekstraksi modern dan terutama yang

konvensional, kelarutan dalam pelarut tertentu merupakan konsep kunci yang

merupakan dasar dari metode ini. Perbedaan kelarutan dari bermacam-macam bahan

merupakan dasar dari klasifikasi metode ekstraksi. Penggunaan metode ini juga

didasarkan pada kelarutan ini. Hukum distribusi dalam hal ini adalah perbandingan

kelarutan suatu senyawa dalam dua pelarut yang berbeda yang dapat dirumuskan

dalam rasionya.

Rumusan paling umum untuk menggambarkan distribusi zat terlarut

dalam dua pelarut yang tidak bercampur sering dinyatakan dalam persamaan berikut

ini. Jika terdapat dua atau lebih zat terlarut yang mempunyai harga konstanta

distribusi yang pasti berbeda dalam sebuah sistem dua buah pelarut, kedua zat

terlarut ini pasti dapat dipisahkan. Mudah atau sukarnya kedua komponen campuran

tersebut terpisah akan bergantung pada banyak hal.

[ A ] raf
KD =
[ A ] ekst
Dalam persamaan ini konsentrasi zat terlarut di pelarut pertama

dibandingkan dengan konsentrasi senyawa yang sama di pelarut kedua. Adapun fase

kedua pelarut ini bisa cair padat maupun gas. Rancangan sistem kebanyakan lebih

bergantung pada kedua fase pelarutnya. Kelarutan, dengan hukum “like dissolves

like” merupakan konsekuensi dari interaksi gaya-gaya van der Waals dan gaya-gaya

London dari zat terlarut dan pelarutnya.

Konstanta distribusi sangat bergantung pada keadaan. Selain bergantung

pada kedua jenis pelarut, konstanta distribusi juga dipengaruhi oleh temperatur dan

tekanan udara. Jika temperatur dinaikkan biasanya mobilitas molekuler senyawa

maupun pelarut akan bertambah dan hal ini pasti mengubah harga konstanta karena

berubahnya kelarutan.

1. Isoterm Distribusi

Konsentrasi senyawa yang larut dalam pelarut idealnya mempunyai

isoterm normal yang membentuk garis lurus pada grafik yang menandakan proses

pemisahan pada temperatur dan tekanan tetap. Ada larutan yang terbentuk dengan

sangat cepat di awal atau malah di akhir yang menandakan adanya ketidakidealan

dalam sistem. Adanya interaksi tambahan antarmolekul pelarut dan zat terlarut dapat

dipastikan mempengaruhi kesetimbangan pemisahan.

2. Angka Banding Distribusi

Kenyataannya, deviasi hukum distribusi sering dilakukan untuk

pembagian zat terlarut dalam dua buah pealrut cair. Sering kali yang digunakan

adalah pelarut organik dan pelarut anorganik yang merupakan pelarut polar, biasanya

adalah air. Dengan demikian, hukum distribusi sering dirumuskan kembali sebagai
[ A ] org
KD = . Adapun harga KD tidak tetap karena beberapa zat terlarut mengalami
[ A ] aq

perubahan kelarutan dengan mudah jika kondisi sistem berubah. Dalam pelarut

organik seperti eter asam benzoat akan larut dengan baik, namun dalam pelarut

benzena asam benzoat akan berinteraksi secara molekuler membentuk dimernya.

Perbandingan konsentrasi asam benzoat dalam air asam (dengan penambahan HCl)

dan dalam pelarut organik eter dapat dituliskan sebagai

[ HB ] et
KD =
[ HB ] aq

Di mana [HB]et adalah konsentrasi asam benzoat dalam eter dan [HB]aq

adalah konsentrasi asam benzoat dalam air. Jika air tidak diasamkan maka asam

benzoat yang merupakan asam organik (asam lemah) akan terdisosiasi menurut

persamaan HB ↔ H++ B- yang mempunyai harga konstanta ionisasi asam sebagai

berikut:
−¿
B
Ka = [ H ]+¿+[ HB ] ¿ ¿

Karena adanya ionisasi ini maka harga konsentrasi HB dalam air akan

berkurang karena molekul asam benzoat akan terurai sebagian.

3. Fraksi Terekstraksi

Fraksi terekstraksi sering kali dijadikan ungkapan yang lebih sederhana:

persen terekstraksi adalah besaran penting untuk menyatakan tingkat keberhasilan

suatu proses ekstraksi. Fraksi terekstraksi diartikan sebagai bagian yang terambil dari

tempat asalnya (bisa jadi fase cair, oleh pelarut organik atau ekstraksi dari matriks

asalnya) dibandingkan dengan jumlah zat yang dimaksud awalnya.


Jika fraksi terekstraksi dilambangkan dengan θ maka harga θ sebenarnya

adalah mol Aorg/(mol Aorg + mol Aaq). Karena jumlah mol A adalah (CAVA) maka fraksi

ini mempunyai hubungan dengan angka banding distribusi seperti diekspresikan pada

persamaan di bawah ini:

Corg V org DV
θ= =
Corg V org +C aq V aq 1+ DV

di mana D adalah angka banding distribusi yang telah dibahas sebelumnya dan V

adalah rasio volume tiap fase, Vorg /Vaq . Persamaan ini menunjukkan jika rasio volume

dinaikkan maka jumlah fraksi terekstraksi juga dapat dinaikkan. Dalam hal ini

ekstraksi berulang-ulang akan memberikan hasil lebih baik daripada ekstraksi

tunggal.

4. Faktor Pemisah/ Separation Factor

Parameter faktor pemisah digunakan seperti halnya perbandingan

volatilitas relatif pada pemisahan dengan metode distilasi. Faktor pemisah bisa

disederhanakan sebagai kelarutan relatif dua buah senyawa dalam masing-masing

pelarut. Jika ada dua (misalnya A dan B) atau lebih senyawa yang hendak

diekstraksi, bilangan ini menyatakan perbandingan relatif antar-keduanya untuk

terambil sebagai fase terekstraksi. Senyawa A dan B biasanya berada dalam fase cair

dan diekstrak oleh fase organik

Dua senyawa yang akan dipisahkan bias diprediksi keterpisahannya

dengan melihat faktor pemisahnya. Jika konstanta distribusi atau angka banding

distribusi sangat besar bedanya, maka didapat faktor pemisah besar pula. Dengan

demikian, pengethauan ini dapat digunakan untuk merencanakan sebuah proses

pemisahan dalam skala lebih besar dari skala industri.

Anda mungkin juga menyukai