Anda di halaman 1dari 5

Menurut hukum distribusi Nernst bila dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur dimasukkan solute yang

dapat larut dalam kedua pelarut tersebut, maka akan terjadi pembagian kelarutan. Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organik dan air. Dalam campuran solute akan terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut, setelah di kocok kocok, kemudian dibiarkan maka akan terjadi 2 fasa yang terpisah. Perbandingan kosentrasi solute di dalam kedua pelarut tersebut tetap dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut dikenal dengan tetapan distrbusi atau koefisien distribusi. Koefisien distribusi (KD) dinyatakan dengan rumus sebagai berikut: KD = C2/C3 atau KD = Co/Ca C1 atau Ca adalah kosentrasi solute dalam pelarut pertama atau pelarut air C2 atau Co adalah kosentrasi solute dalam pelarut dua atau pelarut organik Sesuai dengan kesepakatan, kosentrasi solute dalam pelarut organik dituliskan di bawah. Dari rumus diatas apabila harga KD besar, solut secara kuantitatif akan cenderung terdistribusi lebih banyak dalam pelarut organik demikian sebaliknya. Rumus diatas dapat berlaku jika Solute tidak ter ionisasi dalam salah satu pelarut Solut tidak berasosiasi dalam salah satu pelarut Zat terlarut tidak dapat bereaksi dengan salah satu pelarut atau adanya reaksi reaksi lain.

Ekstraksi campuran-campuran merupakan suatu teknik dimana suatu larutan (biasanya dalam air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (biasanya organik), yang pada hakikatnya tidak tercampurkan dengan yang pertama, dan menimbulkan perpindahan satu atau lebih zat terlarut (solut) ke dalam pelarut kedua itu. Untuk suatu zat terlarut A yang didistribusikan antara dua fasa tidak tercampurkan a dan b, hukum distribusi (atau partisi) Nernst menyatakan bahwa asal keadaan molekulnya sama dalam kedua cairan dan temperatur adalah konstan :

Dimana KD adalah sebuah tetapan, yang dikenal sebagai koefisien distribusi (atau koefisien partisi) (Basset, 1994). Hukum distribusi atau partisi dapat dirumuskan: bila suatu zat terlarut terdistribusi antara dua pelarut yang tidak dapat campur, maka pada suatu temperatur yang konstan untuk setiap spesi molekul terdapat angka banding distribusi yang konstan antara kedua pelarut itu, dan angka banding distribusi ini tidak tergantung pada spesi molekul lain apapun yang mungkin ada. Harga angka banding berubah dengan sifat dasar pelarut, sifat dasar zat terlarut, dan temperatur (Svehla, 1990). Hukum ini dalam bentuk yang sederhana, tidak berlaku bila spesi yang didistribusikan itu mengalami disosiasi atau asosiasi dalam salah satu fasa tersebut. Pada penerapan praktis ekstraksi pelarut ini, terutama kalau kita perhatikan fraksi zat terlarut total dalam fasa yang satu atau yang lainnya, tidak peduli bagaimanapun cara-cara disosiasi, asosiasi atau interaksinya dengan spesi-spesi lain yang terlarut. Untuk memudahkan, diperkenalkan istilah angka banding distribusi D (atau koefisien ekstraksi E).

Dimana lambang CA menyatakan konsentrasi A dalam semua bentuknya seperti yang ditetapkan secara analitis (Basset, 1994). Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak dapat campur menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analitis. Bila suatu zat terlarut membagi diri antara dua cairan yang tidak dapat campur, ada suatu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat terlarut dalam dua fasa pada kesetimbangan. Suatu zat terlarut akan membagi dirinya antara dua zairan yang tidak dapat campur. Sedemikian rupa sehingga angka banding konsentrasai pada kesetimbangan adalah konstanta pada temperatur tertentu.

Disini aA1 menyatakan aktivitas zat terlarut A dalam fasa 1. tetapan sejati KDA disebut koefisien distribusi dari spesies A (Underwood, 1998). Ekstraksi meliputi distribusi zat terlarut diantara dua pelarut yang tidak dapat campur. Pelarut umum dipakai adalah air dan pelarut organik lain seperti CHCl3, eter atau pentana. Garam anorganik, asam-asam dan basa-basa yang dapat larut dalam air bisa dipisahkan dengan baik melalui ekstraksi ke dalam air dari pelarut yang kurang polar. Ekstraksi lebih efisien bila dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut yang lebih kecil daripada jumlah pelarutnya banyak tetapi ekstraksinya hanya sekali (Arsyad, 2001). Tiga metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap, ekstraksi kontinyu, dan ekstraksi counter current. Ekstraksi bertahap merupakan cara yang paling sederhana. Caranya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi yang akan diekstraksi pada kedua lapisan, setelah ini tercapai lapisan didiamkan dan dipisahkan (Khopkar, 1990).

Arsyad, M. N. 1997. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Gramedia. Jakarta. Basset, J. dkk. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Mikro dan Semimikro. PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta. Underwood, A. L dan Day A. R. 1990. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Satu jenis kesetimbangan heterogen yang penting m e l i b a t k a n pembagian suatu spesies terlarut antara dua fase pelarut yang tidak

dapat b e r c a m p u r . M i s a l k a n d u a l a r u t a n t a k t e r c a m p u r s e p e r t i a i r d a n karbontetraklorida dimasukkan kedalam bejana. Larutan -larutan ini t e r p i s a h menjadi dua fase dengan zat cair yang kerapatannya lebih rendah, dalam hali n i a i r b e r a d a d i b a g i a n a t a s l a r u t a n s a t u n y a . C o n t o h p e n g g u n a a n h u k u m distribusi dalam kimia yaitu dalam proses ekstraksi dan proses kromatografi. (Oxtoby, Gillis, Prinsip-prinsip kimia modern edisi 4 jilid 1 , hal : 339-340) Persamaan hukum distribusi :G A= GAo + RTlnaA

GB= GBo+RTlnaB Dalam kesetimbangan maka,GA= GB GAo+ RT ln aA= GBo+RTlnb RTIn aA/aB=GoB-Goa In aA/aB=GoA-GoB/RT=K=> aA/aB=K Dimana :GA dan GB= Tenaga bebas zat terlarut dalam pelarut A dan BG Ao dan GBo= Tenaga bebas Gibbs A dan B R = k o n s t a n t a T = s u h u aA dan aB= konsentrasi A dan B Bila larutan encer atau zat terlarut bersifat ideal maka aktifasi (a) dapatdiganti C, hingga : CA/CA=K Dimana : K= koefisien distribusi CA= konsentrasi zat terlarut pada pelarut organik CB= konsentrasi zat terlarut pada pelarut anorganik (Sukardjo ,Kimia Fisika hal. 242).
Jika kelebihan cairan atau zat pelarut ditambahkan ke dalam campuran dari dua cairan tidak bercampur, zat itu akan mendistribusi diri diantara kedua fase sehingga masing-masing menjadi jenuh. Jika zat itu ditambahkan ke dalam pelarut tidak tercampur dalam jumlah yang tidak cukup untuk menjenuhkan larutan, maka zat tersebut tetap berdistribusi di antara kedua lapisan dengan perbandingan konsentrasi tertentu. Jika C1 dan C2 adalah konsentrasi kesetimbangan zat dalam pelarut1 dan pelarut2, persamaan kesetimbangan menjadi B: C1/C2 = K Tetapan kesetimbangan K dikenal sebgai perbandingan distribusi, koefisien distribusi atau koefisien partisi. Persamaan yang dikenal dengan hukum distribusi, jelas hanya dapat dapakai dalam larutan encer dimana koefisien keaktifan dapat diabaikan. Hukum distribusi adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan aktivitas zat terlarut dalam satu pelarut jika aktivitas zat terlarut dalam pelarut lain diketahui, asalkan kedua pelarut tidak tercampur sempurna satu sama lain. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi distribusi zat dalam larutan: 1. Temperatur yang digunakan; semakin tinggi suhu maka reaksi semakin cepat sehingga volume

titrasi menjadi kecil, akibatnya berpengaruh terhadap nilai k. 2. Jenis zat pelarut; bila pelarut yang digunakan mudah menguap maka akan sangat mempengaruhi volume titrasi, dan berpengaruh pada nilai k. 3. Jenis zat terlarut; bila zat yang akan dilarutkan adalah zat yang mudah menguap, akan mempengaruhi normalitas, akibatnya mempengaruhi harga k. 4. Konsentrasi; makin besar konsentrasi zat terlarut makin besar pula harga k.

Anda mungkin juga menyukai