Anda di halaman 1dari 14

DISTRIBUSI ZAT TERLARUT DI ANTARA PELARUT YANG TIDAK BERCAMPUR

Jika kelebihan cairan atau zat padat ditambahkan ke dalam campuran dari dua cairan tidak
bercampur, zat itu akan mendistribusi diri di antara kedua fase sehingga masing masing menjadi
jenuh. Jika zat itu ditambahkan ke dalam pelarut tidak tercampur dalam jumlah yang tidak cukup
untuk menjenuhkan larutan, maka zat tersebut tetap berdistribusi di antara kedua lapisan dengan
perbandingan konsentrasi tertentu.

Jika C₁ dan C₂ adalah konsentrasi kesetimbangan zat dalam pelarut₁ dan pelarut₂, persamaan
kesetimbanga menjadi
𝐶1
=𝐾 (1)
𝐶2

Tetapan kesetimbangan K dikenal sebagai perbandingan distribusi, koefisien distribusi atau


koefisien partisi. Persamaan (1) yang dikenal dengan hokum distribusi, jelas hanya dapat dipakai
dalam larutan encer di mana koefisien keaktifan dapat diabaikan.

Contoh 1. Jika asam borat didistribusikan di antara air dan amil alcohol pada 25°C, konsentrasi
dalam air ternyata 0, 0510 mol/liter dan dalam amil alkohol adalah 0,0155 mol/liter. Berapakah
koefisien distribusi?

𝐶𝐻2 𝑂 0,0510
𝐾= = = 3,29
𝐶𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 0,0155

Belum ada kesepakatan untuk menetapkan apakah konsentrasi dalam fase air atau dalam fase
organik yang akan diletakkan dalam pembilang atau penyebut. Oleh karena itu, hasilnya dapat
dinyatakan sebagai :

𝐶𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 0,0155
𝐾= = = 0,304
𝐶𝐻2 𝑂 0,0510

Maka dari itu kita harus dapat membedakan dengan cara mana tetapan distribusi tersebut
dinyatakan.

Pengetahuan tentang partisi penting untuk ahli farmasi, karena prinsip ini melibatkan beberapa
bidang ilmu farmasetik. Termasuk disini pengawetan sintem minyak air, kerja obat pada tempat
yang tidak spesifik, absorpsi dan distribusi obat keseluruh tubuh. Aspek aspek tertentu dari topik
ini akan dibicarakan dalam bagian berikut.

Pengaruh Disosiasi Ionik dan Asosiasi Molekuler pada Partisi.


Zat terlarut dapat berada sebagian atau keseluruhan sebagai molekul terasosiasi dalam salah satu
fase atau dapat terdisosiasi dalam ion-ion pada salah satu dari fase tersebut. Hokum distribusi
digunakan hanya untuk konsentrasi zat yang umum pada kedua fase, yaitu monomer atau
molekul sederhana dari zat terlarut.
Misalkan ada distribusi asam benzoat di antara fase minyak dan fase air. Apabila asam benzoat
tidak berasosiasi dalam fase minyak dan tidak juga terdisosiasi menjadi menjadi ion-ionnya
dalam air, persamaan (1) dapat digunakan untuk menghitung tetapan distribusi. Tetapi apabila
terjadi asosiasi dan disosiasi keadaan akan menjadi lebih rumit. Kasus umum dimana asam
benzoat berasosiasi dalam fase minyak dan terdisosiasi dalam fase cair diperlihatkan secara
sistematik dalam gambar (1).

Gambar 1.

Gambar diatas menggambarkan skematis distribusi asam benzoat diantara fase air dan fase
minyak. (Fase minyak digambarkan sebagai tetes minyak yang diperbesar dalam emulsi minyak
dalam air)

Dua kasus akan dibicarakan. Pertama, menurut Garret dan Woods, asam benzoat dianggap
terdistribusi antara kedua fase, minyak kacang dan air. Walaupun asam benzoat mengalami di
merisasi (asosiasi menjadi 2 molekul) dalam banyak zat pelarut non polar, tetapi akan terasosiasi
dalam minyak kacang. Tetapi ia akan terionisasi dalam air pada suatu derajat bergantung

Untuk hal yang dalam pembicaraan C₀, konsentrasi total asam benzoat dalam fase minyak, sama
dengan [HA]₀, konsentrasi monomer dalam fase minyak, karena asosiasi tidak akan terjadi
dalam minyak kacang.

Bentuk umum untuk kedua fase minyak dan fase air adalah molekul asam benzoat tidak
terionisasi dan tidak terdisosiasi. Distribusi dinyatakan sebagai :

[𝐻𝐴]0 𝐶₀
K = [𝐻𝐴]𝑤 = [𝐻𝐴]𝑤 (2)

Dimana K adalah koefisien distribusi sejati, [HA]₀ = C₀ adalah konsentrasi molar molekul asam
benzoat sederhana dalam fase minyak dan [HA]w adalah konsentrasi molar asam tidak
terdisosiasi dalam fase air.
Konsentrasi asam total diperoleh dari analisis fase air yaitu

Cw = [HA] + [A ̄ ]w (3)
Dan pengamatan secara percobaan atau koefisien distribusi nyata adalah

[𝐻𝐴]0 𝐶₀
K’ = [𝐻𝐴]𝑊+[ 𝐴 ̄ ]𝑤 = 𝐶𝑤 (4)

Seperti terlihat pada Gambar 1,Koefisien distribusi yang di amati bergantung pada dua
kesetimbangan, kesetimbangan asam yang tidak terdisiosiasi antara fase tidak bercampur seperti
dinyatakan dalam persamaan (2) dan distribusi asam dalam fase air, yang bergantung pada
konsentrasi ion hydrogen [ H3O ⁺] dan tetapan disosiasi Ka dari asam.

[𝐻3𝑂 + ] [𝐴 ]̄ 𝑤
Ka = [𝐻𝐴]𝑤
(5)

Asosiasi asam benzoat dalam minyak kacang terjadi dan Kd (tetapan kesetimbangan untuk
disosiasi dari asam benzoate yang bersosiasi menjadi monomer dalam fase minyak) dapat
diabaikan dalam hal ini.

Dengan memberikan persamaan ini dan kenyataan bahwa konsentrasi C asam dalam fase air
sebelum distribusi, dengan menganggap volume kedua fase adalah sama, maka
C = C₀ + CW (6)
Gabungannya
(7)

Persamaan (7) adalah persamaan garis dari bentuk y = a + bx, dan karena itu plot dari (Ka +
[H3O+]) /Cw terhadap [H3O+] menghasilkan suatu garis lurus dengan kemiringan b= (K + 1) /C
dan intersep a= Ka / C. Koefisien distribusi nyata K kemudian dapat diperoleh untuk seluruh
konsentrasi ion hydrogen yang dimisalkan. Atau , konstanta distribusi nyata dapat diperoleh
menurut persamaan 2 dengan analisis fase minyak dan fase air pada pH yang cukup rendah
(≌2,0) pada pH mana asam dapat berada secara sempurna dalam bentuk tidak terionisasi. Salah
satu keuntungan persamaan (7) yaitu fase minyak tidak perlu dianalisis, hanya konsentrasi ion
hydrogen dan Cw, konsentrasi total yang tertinggal dalam fase air pada kesetimbangan, yang
perlu ditentukan.
Persamaan (7) diperoleh sebagai berikut. Substitusi [A-]w dari persamaan (5) ke dalam
persamaan (4) memberikan
Maka [HA]w dari persamaan (2) disubstitusi ke dalam a untuk mengeliminasi [HA]o dari

persamaan:

Tetapan distribusi nyata dieliminasi dengan mensubstitusi persamaan b ke dalam persamaan (4)
dan memberikan

(c)

CO dieliminasi dengan mensubstitusikan persamaan c ke dalam persamaan (6)

Dengan menyusun kembali persamaan d memberikan hasil akhir

Contoh 2. Menurut Garrett dan Woods,48 plot (Ka + [H3O+])/Cw terhadap [H3O+] untuk asam
benzoate yang terdistribusi di antara minyak kacang dengan volume yang sama dengan larutan
air yang didapar menghasilkan suatu kemiringan b= 4,16 dan intersep a = 4,22 x 10-5 . Ka asam
benzoate adalah 6,4 x 10-5 . Hitung koefisien partisi K, dan bendingkan dengan harga K= 5,33
yang diperoleh pengarang.

Persamaan menjadi

Kedua, anggaplah suatu kasus di mana zat terlarut terasosiasi dalam fase organic dan berada
sebagai molekul sederhana dalam fase cair. Jika asam benzoat didistribusikan di antara benzene
dan air yang berasam, asam tersebut akan berada sebagai molekul terasosiasi dalam lapisan
benzena dan sebagai molekul tidak terdisosiasi dalam lapisan air.

Kesetimbangan antara molekul sederhana HA dan molekul terasosiasi (HA)n dalam benzena
adalah ss

dan kesetimbangan yang menyatakan disosiasi dari molekul terasosiasi ke dalam molekul
sederhana dalam pelarut ini adalah

(8)

Atau [HA]0 = 𝑛√𝐾𝑑 𝑛√[(HA)𝑤 ] (9)


Karena asam benzoat sebagian besar berada dalam bentuk molekul ganda dalam benzena, C₀
dapat menggantikan [(HA)₂] C₀ adalah konsentrasi molar total zat terlarut dalam lapisan organik.
Kemudian persamaan ( 9 ) dapat ditulis kira-kira sebagai berikut:

[HA]₀ ≡ tetapan x √C₀ (10)


Dalam penyesuaian dengan hukum distribusi seperti diberikan dalam persamaan (10), koefisien
distriusi sejati selalu dinyatakan dalam bentuk zat sederhana yang umu untuk kedua fase, yaitu
dalam bentuk [HA]𝑤 dan [HA]₀. Dalam sistem benzena-air , [HA]₀ diberikan oleh persamaan
(10) dan tetapan distribusi dimodifikasi menjadi:
[HA]₀ √C₀
𝐾 𝑤 = [HA] = [HA] (11)
𝑤 𝑤

Dari kedua kasus diatas, digambarkan dalam Contoh 5 yang membicarakan tentang kerja
pengawet (halaman 633). Berbagai kasus distribusi dibicarakan paling lengkap oleh Davies
dan Hallam
Ekstraksi
Untuk menentukan efisiensi terhadap pelarut yang dapat mengekstraksi senyawa dari pelarut
kedua akan mengikuti cara Glasstone. Dianggap w gram zat terlarut diekstraksi secara berulang
kali dari 𝑉1 ml pelarut berturut-turut dengan sejumlah 𝑉2 ml pelarut kedua, yang tidak bercampur
dengan pelarut pertama. Misalkan 𝑤1 gram adalah berat zat terlarut yang tersisa dalam pelarut
pertama sesudah diekstaksi dengan porsi pertama dari pelarut kedua. Kemudian konsentras zat
𝑤
terlarut yang tertinggal dalam pelarut pertama adalah 𝑉 1 gram/mol dan konsentrasi zat terlarut
1
(𝑤−𝑤1 )
dalam pelarut pengekstrasi adalah gram/mol. Koefisien distribusi terjadi:
𝑉2

𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑙𝑎


𝐾=
konsentrasi zat pelarut dalam pelarut pegekstrasi

𝑤1
𝑉1 𝐾𝑉
𝐾= (𝑤−𝑤1 ) (12) atau 𝑤1 = 𝑤 𝐾 𝑉 +1 𝑉 (12)
1 2
𝑉2

Proses ini dapat diulangi dan setelah n kali ekstraksi


𝐾𝑉 𝑛
𝑤𝑛 = 𝑤 (𝐾𝑉 +1 𝑉 ) (13)
1 2

Dengan penggunaan persamaan ini dapat terlihat bahwa ekstraksi yang paling efisien terjadi
apabila n adalah besar dan 𝑉2 kecil, yaitu apabila sejumlah besar ekstraksi dilakukan dengan
cairan pengekstraksi dalam jumlah kecil. Dengan anggapan kedua cairan tidak bercampur
sempurna. Apabila eter digunakan untuk mengekstraksi senyawa organik dari air, hal ini tidak
benar; tetapi persamaan memberikanhargaperkiraan yang memuaskan untuk tujuan praktis.
Adanya zat terlarut lain, seperti garam, dapat juga berakibat terbentuknya kompleks dengan zat
terlarut atau dengan pengusiran garam dari salah satu fase.
Contoh 3..Koefisien distribusi untuk iodium diantara air dan CCl₄ pada 25˚C adalah K =
𝐶𝐻 ₂ o/𝐶𝑐𝑐𝑙 ₄ = 0,012. Berapa gram iodium terekstraksi dari larutan dalam air yang mengandung
0,1 gram dalam 50 ml oleh satu kali ekstraksi dengan 10 ml CCl₄? Berapa gram iodium
terekstraksi oleh 5 ml CCl₄ ?

Jadi 0,0011 gram iodium tertinggal dalam fase air, dan dua porsi CCl₄ telah mengekstraksi
0,0989 gram.

Kelarutan dan koefisien partisi. Hansch et al. Mengamati hubungan antara kelarutan
dalam air zat nonelektrolit dan partisi. Yalkowsky dan valvani memperoleh suatu persamaan
untuk menentukan kelarutan dalam air dari cairan atau senyawa organic berbentuk Kristal

(15)

dimana S adalah kelarutan dalam air dalam mol/liter, K adalah koefisien partisi oktanol air, ∆𝑆𝑓
adalah entropi peleburan molar, dan mp adalah titik leleh senyawa padat pada skala derajat C.
untuk senyawa cair,mp mempunyai harga 25 sehingga bentuk sebelah kanan persamaan diatas
menjadi 0.

Entropi peleburan dan koefisien partisi dapat diperkirakan dari struktur kimia suatu
senyawa. Untuk molekul kasar, ∆𝑆𝑓 = 13,5 satuan entropi (entropi unit = eu). Untuk molekul
dengan n lebih besar dari lima atom non hidrogen dalam rantai yang luwes.
(16)

Leo et al memberikan koefisien partisi untuk sejumlah besar senyawa. Apabila harga percobaan
tidak tersedia, metode andil gugusan (Leo et al. Rekker ) tersedia untuk memperkirakan
koefisien partisi.

Contoh 4. perkiraan kelarutan molar dalam air dari heptil p-aminon-benzoat, titik leleh
75˚C pada 25˚C.

Mula mula harus menghitung ∆𝑆𝑓 dan log K.

Ada sembilan nonhidrogen dalam rantai luwes (C,O dan tujuh karbon). Dengan
menggunakan persamaan (16), diperoleh:

Untuk koefisien partisi, Leo et al memberikan harga log K asam benzoate adalah 1,87, andil dari
NH₂ = -1,16 dan CH₂ =0,5 atau 7 × 0,50= 3,50 untuk tujuh atom karbon dalam rantai. Log K =
1,87- 1,16 + 3,50 = 4,21. Harga ini disubstitusi dalam persamaan (15):
Kerja Pengawetan dari Asam Lemah dalam Sistem Air.
Larutan makanan, obat dan kosmetik merupakan sasaran kerusakan oleh enzim mikroorganisme,
yang bekerja sebagai katalis dalam reaksi penguraian. Enzim enzim ini dihasilkan oleh ragi,
kapang, dan bakteri dan organisme seperti ini harus dimatikan atau dihambat pertumbuhannya
untuk mencegah pengrusakan. Sterilisasi dan penambahan zat kimia pengawet adalah metode
umum yang digunakan dalam bidang farmasi untuk mengawetkan larutan obat terhadap serangan
dari berbagai mikroorganisme. Asam benzoate dalam bentuk garam larut yaitu natrium benzoate,
kadang kadang digunakan untuk tujuan ini karna natrium benzoate tidak memberikan efek yang
membahayakan bagi manusia apabila termakan dalam jumlah kecil.

Rahn dan Conn memperlihatkan bahwa kerja pengawet atau bakteristatis dari asam benzoat dan
asam-asam sejenis, disebabkan hampir seluruhnya oleh asam yang tidak terdisosiasi dan tidak
dalam bentuk ionik. Peneliti-peneliti menemukan bahwa ragi Saccharomyces ellipsoideus yang
tumbuh secara normal pada pH 2,5 sampai 7,0 dengan adanya asam atau garam anorganik kuat,
ditahan tumbuh dengan adanya asam benzoat tidak terdisosiasi apabila konsentrasi asam
mencapai 25 mg/ 100 ml. Kerja pengawetan dari asam benzoat tidak terdisosiasi apabila
dibanding dengan efektifitas dari ion benzoat diduga disebabkan oleh mudahnya molekul tidak
terionisasi relatif menembus membran hidup dan seblaiknya, sulitnya ion melakukan hal itu.
Molekul tidak terdisosiasi yang terdiri dari bagian nonpolar yang besar, larut dalam membran
lipoid dari mikroorganisme dan menembus membran tersebut dengan cepat.

Keunggulan asam lemah seperti asam benzoat sebagai pengawet untuk sistem minyak-air
merupakan akibat dari konsentrasi asam tidak terdisosiasi dalam fase air. Untuk menghitung
konsentrasi asam benzoat total yang harus ditambahkan untuk mengawetkan campuran minyak-
air, dapat dituliskan persamaan :

(17)

Dimana q = V0 / Vw , perbandingan volume dari kedua fase, dibutuhkan apabila volume tidak
sama. C adalah konsentrasi asam awal dalam fase air sebelum larutan air berkesetimbangan
dengan minyak. Co adalah konsentrasi molar asam benzoat dalam fase minyak dan sama dengan
[HA]0 , konsentrasi molekul tidak terdisosiasi sederhana dalam minyak, karena asam tidak
berdimerisasi atau disosiasi dalam fase organik. CW , konsentrasi molar asam benzoat dalam air,
sama dengan jumlah kedua bentuk [HA]w dan [A-]w , dalam pelarut yang terionisasi ini.

Distribusi asam benzoat dalam total di antara berbagai jenis dalam sistem ini bergantung
pada koefisien distribusi K, tetapan disosiasi Ka asam dalam fase air, perbandingan volume fase,
dan konsentrasi ion hidrogen dari fase air. Untuk menghitung pengaruh pertama, kita tampilkan
bentuk K = [HA]0 / [HA]W atau [HA]0 = K [HA]W ke dalam persamaan (106). Kita tulis tetapan
disosiasi, Ka = [H3O+] [A-]w / [HA]w , atau jenis ionik [A-]w = Ka [HA]W / [H3O+] untuk
memperhitungkan pengaruh Ka dan [H3O+] dan mensubstitusikannya juga ke dalam persamaan
(106), persamaan kemudian menjadi :

(18)

Bagi dengan [HA]w,didapat

(19)

(20)

Persamaan (19) dan (20) dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi C dari asam total yang
harus ditambahkan pada keseluruhan sistem dua fase untuk memperoleh konsentrasi akhir
[HA]W dari asam tidak terdisosiasi dalam fase air yang didapar pada pH tertentu atau
konsentrasi ion hidrogen tertentu.

Contoh 5.Jika asam benzoat didistribusi di antara minyak kacang dan air dalam volume yang
sama, berapa konsentrasi awal dalam fase air supaya 0,25 mg/ml asam tidak terdisosiasi
tertinggal dalam fase air yang didapat pada pH 4,0? koefisien partisi K = [HA]0 / [HA]W adalah
5,33 dan tetapan disosiasi asam dalam air adalah 6,4 x 10-5 . karena kedua fase berada dalam
jumlah yang sama, q = V0 / VW = 1. Persamaan (108) dipakai :
Dalam hal dimana asam benzoat berada sebagai dimer dalam fase minyak, koefisien
distribusi yang dimodifikasi adalah K’’ = √𝐶0/[HA]w , oleh karena itu persamaan (17) menjadi
:

(21)

Contoh 6 :
Berapa banyak asam benzoat tidak terdisosiasi (berat molekul 122 g/mol) tertinggal dalam fase
cair dari emulsi yang mengandung 100 ml benzene dan 200 ml air yang didapat pada pH 4,2?
Apakah jumlah ini cukup untuk mengawetkan emulsi?
Jumlah asam benzoat awal ditambahkan pada 200 ml fase air adalah 0,50 g. tetapan disosiasi
asam adalah 6,4 x 10−5 (p𝐾𝑎 = 4,2), konsentrasi ion hidrogen dari larutan juga 6,4 x 10−5 dan q
adalah 𝑉0 /𝑉𝑤 = 100/200 = 0,5. Koefisien distribusi 𝐾 ′′ = √𝐶0 l[𝐻𝐴]𝑤 = 3,85.

Penyelesaian :
6,4 x 10−5
C = { [ (3,85)2 x 0,5 x [𝐻𝐴]𝑤 ] + 1 + 6,4 x 10−5 } x [𝐻𝐴]𝑤

0,50 mol/liter
(122)(0,200)
= (741[𝐻𝐴]𝑤 + 2) [𝐻𝐴]𝑤

741[𝐻𝐴]𝑤 2 + 2[𝐻𝐴]𝑤 - 0,0205 = 0

−2+ √4+60,75
[𝐻𝐴]𝑤 = 1482

= 4,079 x 10−3 mol/liter

= 0,0996 g/200 ml fase air

Kerja Obat dan Koefisien Partisi


Meyer dan Overton mengajukan hipotesis bahwa kerja narkotik dari obat nonspesifik
adalah fungsi koefisien distribusi suatu senyawa antara medium lipoid dan air. Belakangan,
disimpulkan bahwa norkosis hanya merupakan fungsi dari konsentrasi obat dalam lemak dari sel.
Menurut Ferguson dan pada umumnya diterima saat ini, bahwa tingkat kerja narkotik
yang sama akan terjadi pada keaktifan termodinamika obat yang sama dalam larutan.
Keaktifan uap dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan :
𝑝𝑛𝑎𝑟
= 𝑎𝑛𝑎𝑟
𝑝0
Ket :
𝑝𝑛𝑎𝑟 = tekanan parsial dari narkotik dalam larutan
𝑝0 = tekanan uap cairan murni
𝑎𝑛𝑎𝑟 = kereaktifan termodinamika
Tingkat narkosis yang sama terjadi pada keaktifan termodinamik yang sama.

Konsentrasi Senyawa
dalam Air dalam
Koefisien Partisi Keaktifan kira-kira
mol/liter yang
dalam Fase Air atau
Diperlukan untuk
Fase Lemak
Aksi Narkotik dalam
ZAT 𝑪𝒐𝒆𝒍𝒚𝒍 𝑨𝒍𝒌𝒐𝒉𝒐𝒍
Tadpoles 𝑲=
𝑪𝒂𝒊𝒓

Etanol 0,33 0,10 0,033

n-Propanol 0,11 0,35 0,039

n-Butanol 0,03 0,65 0,020

Timol 0,000047 950 0,045

Dalam table tersebut terlihat etanol, n-propanol, dan n-butanol mempunyai koefisisen distribusi
dengan orde yang sama dan semua dapat diharapkan memperlihatkan narkosis yang sama. Di sisi
lain, Timol mempunyai koefisien partisi kira-kira 10.000 x dari alcohol rantai lurus walaupun
kerja narkosisnya sama dengan pada alcohol normal.
Koefisien partisi lipid, air suatu obat adalah perbandingan kadar obat dalam fase lipid dan fase
air setelah dicapai kesetimbangan.

Koefisien partisi menggambarkan pendistribusi obat ke dalam pelarut sistem dua fase,yaitu
pelarut organik dengan air. Koefisien partisi semakin besar dan difusi trans menjadi lebih mudah
disebabkan molekul semakin larut dalam lemak. Organisasi yang terdiri dari fase lemak dan air.
Sehingga bila koefisien partisi tinggi ataupun rendah, maka hal ini akan menjadi hambatan pada
proses difusi zat aktif. Penentuan koefisien secara eksperimendilakukan dengan cara distribusi
senyawa dalam jumlah tertentu ke dalam sistemkesetimbangan termodinamika dua pelarut yang
berbeda kepolaran yaitu h-optanol dan air.
Koefisien partisi adalah distribusi kesetimbangan dan analit dan keseimbangan
dari perbandingan kadar zat dalam dua fase. Koefisien partisi minyak air adalah suatu petunjuk
sifat lipofilik atau hidrofilik dari molekul obat.
L e w a t n y a o b a t m e l a l u i m e m b r a n l e m a k d a n interaksi dengan makro molekul pada
reseptor. Adanya pemahaman tentang koefisien partisidan pengaruh pH pada koefisien partisi
akan bermanfaat dalam hubungan dengan ekstrak dankormatograf obat.

Koefisien partisi dapat ditulis :

𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑓𝑎𝑠𝑒 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 𝑎0/ 𝛾0


K= =𝑎 (a)
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑓𝑎𝑠𝑒 𝑐𝑎𝑖𝑟 𝑤 /𝛾𝑤

Apabila sistem berada dalam kesetimbangan dengan senyawa yang terdistribusi diantara dua fase
maka keaktifan dalam fase – fase tersebut adalah sama atau 𝑎0 = 𝑎𝑤 , dapat ditulis :
𝑎 𝛾0 𝛾𝑤
K = 𝑎 0//𝛾 = (b)
𝑤 𝑤 𝛾0

Misalkan larutan organik ideal 𝛾𝑤 adalah 1, maka :

K ≅ 𝛾𝑤 (c)

Dapat disebut koefisien parsisi sama dengan koefisien keakfan senyawa dalam fase air. Apabila
konsentrasi narkotik dalam air dikalikan dengan koefisien keaktifannya maka diperoleh
persamaan c dalam bentuk koefisien partisi, untuk keaktifan termodinamik partikel sebagai
berikut:

(Konsentrasi narkotik dalam fase cair) x (koefisien partisi) = 𝑎𝑛 𝑎𝑟 (d)

Koefisien keaktifan obat dalam fase emak dikatakan kira-kira sama dengan l maka konsentrasi
dalam biofase secara kasar harus sama dengan keaktifan yang dihitung. Maka dari itu, modifikasi
aturan Meyer yang mengatakan bahwa kerja isonarkotik terjadi pada konsentrasi obat yang sama
dalam fase lemak dapat diterima. Koefisien partisi minyak-air menjadi suatu petunjuk sifat
lipofilik atau hidrofobik dari molekul obat.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. 1989.Kimia Farmasi. Jakarta : UI Press


Martin, A. 2009.Farmasi Fisika. Jakarta : UI Press
Moechtar. 2007.Kimia Farmasi Analisis.Jakarta : UI press
Nurhidayati. 2007.Spektofotometri Derivatif.Yogyakarta : UGM

Anda mungkin juga menyukai