logam
ini melebur pada 1445°C, dan bersifat sedikit magnetis. Asam klorida (encer maupun pekat) dan
asarn sulfat encer, melarutkan nikel dengan membentuk hidrogen:
Ni + 2 H +¿¿ ¿2 +¿¿ + H 2
¿2 +¿¿ + 2 Cl + H 2
−¿¿
Ni + 2HCl
Reaksi-reaksi ini dipercepat jika larutan dipanaskan. Asam sulfa t, panas, melarutkan nikel
dengan membentuk belerang dioksida:
Ni + H 2 SO 4 + 2H + ¿2 +¿¿ + SO 2 + 2H 2 O
Asam nitrat encer dan pekat melarutkan nikel dengan mudah dalam keadaan dingin:
Garam-garam nikel (II) yang stabil, diturunkan dari nikeI (I1) oksida, NiO, yang merupakan zat
berwarna hijau. Garam-garam nikel yang terlarut, berwarna hijau, disebabkan oleh warna dari
kompleks heksakuonikelat(II) , [Ni(H2O)6]2+. Tetapi untuk singkatnya, kita akan menganggapnya
sebagai ion nikel (II) ¿2 +¿¿ saja. Nikel (III) oksida, Ni 2 O 3 yang hitam kecoklatan juga ada, tetapi
zat ini melarut dalam asam dengan membentuk ion nikel (II). Dengan asam klorida encer reaksi
ini menghasilkan gas klor:
Endapan tak larut dalam reagensia berlebihan. Tak terjadi endapan jika ada serta tartrat atau
sitrat, karena terbentuk kompleks. Amonia melarutkan endapan; dengan adanya alkali hidroksida
berlebihan, garam-garam amonium akan juga melarutkan endapan:
Namun larutan hidrogen peroksida tidak mengoksidasikan nikel (II) hidroksida, tetapi endapan itu
mengkatalisis penguraian hidrogen peroksida menjadi oksigen dan air tanpa perubahan apa=apa
lainnya yang nampak.
3.Larutan amonium sulfida: endapan hitam nikel sulfida dari larutan netral atau sedikit
basa
Ni 2+ + S2- NiS
Jika reagensia ditambahkan berlebihan, terbentuk larutan koloid coklat tua. Jika larutan
koloid ini dididihkan atau jika ia dijadikan sedikit asam dengan asam asetat dan
dididihkan, larutan koloid (hidrosol) itu akan berkoagulasi dan bisa disaring. Nikel
sulfida praktis tak larut dalam asam klorida encer dingin dan dalam asam asetat, tetapi
larut dalam asam nitrat pekat panas dan dalam air raja disertai pemisahan belerang:
Dengan memanaskan lebih lama, belerang melarut dan larutan menjadi jenuh:
4. Hidrogen sulfida (gas atau larutan air jenuh): hanya sebagian dari nikel mengendap
perlahan-lahan sebagai nikel sulfida dari larutan netral; tak terjadi endapan dari larutan yang
mengandung asam mineral atau banyak asam asetat.
Endapan mudah larut dalam reagensia berlebihan, pada mana timbul larutan berwarna kuning
yang disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks tetrasianonikelat(II):
Asam klorida encer menguraikan kompleks ini dan endapan muncul 1ag i
Jika larutan tetrasianonikelat (II) dipanaskan dengan larutan natrium hipobromit, kompleks
itu terurai dan terbentuk endapan nikel (III) hidroksida hitam (perbedaan dari ion kobalt):
Kalium sianida berlebihan dan/atau air brom berlebihan harus dihindarkan karena bereaksi
membentuk sianogen bromide yang beracun menyebabkan mata berair:
CN - + Br 2 BrCN + Br -
6. Larutan kalium nitrit: tak dihasilkan endapan dengan adanya asam asetat.
7. Reagensia α-Nitroso- β-naftol: endapan coklat dengan komposisi Ni(C 10 H 8 O 2 N) 2 yang larut
dalam asam klorida.
8. Reagensin dimetilglioksima (C 4 H 8 O 2 N 2 ): endapan merah nikel dimetilglioksima dari larutan
yang tepat basa dengan amonia, atau larutan asam yang dibufferkan dengan natrium asetat :
Besi (II), bismuth, dan kobalt dalam jumlah-jumlah yang lebih banyak mengganggu dalam
larutan amoniakal.
KROMIUM (III)
Kromium adalah logam kristaIin yang putih, tak begitu liat dan tak dapat ditempa dengan
berarti. Ia melebur pada 1765°C. Logam ini larut dalam asam klorida encer atau pekat. Jika tak
terkena udara, akan terbentuk ion-ion kromium(II):
Cr + 2H7 Cr2+ + H2 r
Dengan adanya oksigen dari atmosfer, kromium sebagian atau seluruhnya menjadi teroksidasi ke
keadaan tervalen:
en. Dalam asam sulfat kat panas, kromium melarut dengan mudah, pada mana ion-ion
krornium(pe III) dan belerang dioksida terbentuk:
Asam nitrat, baik yang encer maupun yang pekat, membuat kromium menjadi pasif, begitu pula
asam sulfat pekat dingin dan air raja.
Dalam larutan-larutan air kromium membentuk tiga jenis ion: kation kation kromium(II) dan
kromium(III) dan anion kromat (dan dikromat), dalam mana keadaan oksidasi kromium adalah +6.
Ion krornium(II) (atau kromo, Cr 24") diturunkan dari kromiurn(II) oksida, CrO. Ion ini membentuk
larutan yang berwarna biru. Ion kromium(II) agak tidak stabil, karena merupakan zat pereduksi yang
kuat — ion ini bahkan menguraikan air perlahan-lahan dengan membentuk hidrogen. Oksigen dari
atmosfer dengan mudah mengoksidasikannya menjadi ion krornium(III). Karena ion ini jarang
ditemui dalam analisis kualitatif anorganik, kita tidak akan membahasnya di sini.
Ion kromium(III) (atau kromi, Cr 3+) adalah stabil, dan diturunkan dari dikromium trioksida (atau
kromium trioksida), Cr 203. Dalam larutan, ion-ion ini berwarna hijau atau lembayung. Dalam larutan
hijau, terdabat kompleks pen takuomonoklorokromat(III) [Cr(H20),C1]2+ atau tetrakuodiklorokromat
[Cr(H20),Cl 2r (klorida boleh diganti oleh anion monovalen lainnya), sedangkan dalam larutan
lembayung terdapat ion heksakuokrornat(III) [Cr(H20)613+. Kromium(III) sulfida, seperti aluminium
sulfida, hanya dapat dibuat dalam keadaan kering; dengan air ia mudah terhidrolisis dengan
membentuk kromium(III) hidroksida dan hidrogen sulfida.
heksavalen, dengan keadaan oksidasi +6. Ion-ion ini diturunkan dari kromium trioksida, Cr0 3.
Ion-ion kromat berwarna kuning, sedangkan dikromat berwarna jingga. Kromat mudah diubah
menjadi dikromat dengan penambahan asam:
larutan kromium(III) klorida, CrC1 3.61120 0,33M, atau larutan lu-omium(III) sulfat, C.4-2(SO4),15Hp
0,166M
I. Larulan agionia: endapan seperti gelatin, yang berwarna abu-abu hijau sampai abu-abu biru,ai
i'miu
m(III) hidroksida, Cr(OH) 3 , yang sedikit larut dala r n zat pengendap
Bila ada serta ion asetat dan tak ada ion-ion logam tervalen lainny a, kromium(III) hidroksida
tak diendapkan. Pengendapan kromium(III) tudrok.. sida juga dicegah olch tartrat dan sitrat.
Reaksi ini reversibel; dengan sedikit penambahan asam endapan melarut . Dalam reagensia
berlebihan, endapan melarut dengan rnudah, pada mana terbentuk ion tetrahidroksokromat(III)
(atau ion kromit):
Cr(OH), + OH - [Cr(OH)41-
Larutan berwarna hijau. Reaksi ini reversibel; dengan pengasaman (sedikit) dan juga dengan
mendidihkan_kromium(III) hidroksida mengendap lagi.
6. Larwan natrium fosfat: endapan hijau kromium(III) fosfat: Cr'` + HP0;- CrPO, + 11 4
Endapan larut datarn asans-asarn mineral,
(a) Menambahkan natrium hidr ks'd berlebihan kepada gararn kro ^- rnium(III) diikuti dengan
beber. a ° I id a ro n peroksida 6 persen (
volume.) (lihat reaksi 2). Kelebrh Pan mhidroge geperoksida dapat dthilangkan dengan mendidihkan
campuran seiama beber n apa menit.
Perhatian. Dahulu, natrium peroksidalah yang dipakai untuk rnenghasilkan oksidasi ini.
Natrium peroksida harus ditambahkan kepada larutan yang
dingin; daIarn larutan yang panas, natrium peroksida bereaks hamprr eksplosif. Pemakaian
natriurn peroksida tak dianjurkan.
(b) Hidrogen peroksida dapat diganti dengan sedikit natnum perborats padat NaB03.4H20
dalam eksperimen (a). Ion perborat, bila terhidrolis u ts
membentuk hidrogen peroksida. Dalam suasana basa reaksi ini dapat lis
sebagai:
(c) Oksidasi dapat dilakukan dengan air brom dalam larutan basa (misalnya dengan
hipobrornit):
Brom yang berlebihan dapat dihilangkan dengan menambahkan fenol, yang memberi
tribromofenol.
(d) Dalam larutan asam ion krornium(III) dapat dioksidasikan oleh kalium (atau amonium)
peroksodisulfat:
Satu tetes larutan perak nitrat encer harus ditambahkan untuk mernpercepat reaksi. lon perak
bertindak sebagai katalis; aksi katatitik ini disebabkan oleh pembentukan peralihan (transisi)
perak(III), Ag 3+. Halida-halida tidak boleh ada; mereka dapat dihilangkan dengan mudah dengan
menguapkan larutan dengan asam sulfat pekat sampai muncul uap sulfur trioksida. Setelah
didinginkan, larutan dapat diencerkan, dan pengujian dilakukan. Kelebihan peroksodisulfat dapat
diuraikan dengan mendidihkan:
8. Identifika.si kromium setelah oksidasi menjadi kromat. Setelah melangsungkan oksidasi dengan
salah satu metode yang diuraikan di bawah reaksi 7, ion kromat dapat diidentifikasi dengan salah
satu uji yang berikut:
Uji barium klorida. Setelah mengasamkan larutan dengan asam asetat dan menambahkan larutan
a.
m l e t e r a t a u
sedikit hidrogen peroksida, terbentuklah pewarnaan biru, yang dapat diekstraksi ke dalam
fase organik itu dengan mengocok perlahan-lahan. Selama reaksi, kromium pentoksida
terbentuk:
? Cr s ' 1 )
Karena kedua gugus peroksida itu, senyawa ini sering disebut kromium peroksida. Nama asam
peroksokromat kurang begitu sesuai, karena senyawa ini tak mengandung hidrogen sama sekali.
Dalarn larutan air, warna biru itu memudar dengan cepat, karena kromiuin pentoksida terurai
menjadi krornium(III) dan oksiger,
4CrO3 + 12H+4Cr" + 70 2 t + 6H 2 0
c. Uji difenilkarbazida. Dalam larutan asam mineral encer, difenilkarbazida menghasilkan warna
lembayung, yang merupakan uji khas terhadap kromium. Sewaktu reaksi, kromat direduksi
menjadi kromium(II), dan terbentuklah difenilkarbazon; hasil-hasil reaksi ini seterusnya
menghasilkari suatu kompleks dengan warna yang khas:
NH -NH- -C,H, NN
NH---NH N -N.-C,H,
2•
,N—N---C,H, N=N—C,H,
—
C.0+Cr' C-0 Cr
(HO,s OH
X \/
N—N—C,H,
OH
N.-N—C,H, _.
Reaksi ini bisa dipakai sebagai uji tetes untuk kromium; dalam hal ini oksidasi pendahuluan
menjadi kromat dapat juga dilakukan di atas lempeng bercak.
Taruh setetes larutan uji dalam asam mineral di atas lempeng bercak, tambahkan setetes air
brom jenuh, diteruskan dengan 2-3 tetes kalium hidroksida 2M (larutan harus basa terhadap
lakmus). Campur dengan baik, tambahkan sebutir kristal fenol, lalu setetes reagensia
difenilkarbazida itu, dan akhirnya asam sulfat M, setetes demi setetes, sampai warna merah (dari
reaksi antara difenilkarbazida dan alkali) hilang. Diperoleh pewarnaan lembayung biru.
Cara lain adalah, campurkan setetcs larutan uji yang diasamkan di atas lempeng bercak dengan 2
tetes larutan kalium peroksodisulfat O,1M, dan.
1 tetes larutan perak nitrat O,1M, dan diamkan selama 2-3 menit. Tambahka.
setetes reagensia difenilkarbazida. Terbentuk warna lembayung atau merah.
lon-ion mangan mengganggu (dioksidasi menjadi permanganat), begitu pula halnya dengan
garam-gararn merkurium(II), molibdat, dan vanadat, yang memberi senyawa-senyawa biru
sampai lembayung dengan reagensia dalam larutan asam. Pengaruh dari molibdat-molibdat
dapat dihilangkan dengan
menambahkan larutan asam oksalar jenuh, sehingga terbentuk kompleks H2[Mo0 3(C204)).
S0,14
memberi pewarnaan merah (dilihat dengan cahaya terusan) dengan alkali kromat dengan adanya
asam nitrat. Garam-garam kromium(III) dioksidasikan dengan hidrogen peroksida dan alkali
menjadi kromat, dan lalu diasamkan dengan asam nitrat sebelum menjalankan uji ini. ASam
nitrat gunanya untuk menghrlangkan pengaruh Fe, U, dan Ti, yang kalau ada akan mengganggu.
Taruh setetes larutan uji dalam tabung uji semimikro, tambahkan setetes reagensia, setetes asam
nitrat encer (1:1), dan encerkan menjadi kira-kira 2 ml. Kromat memberi pewarnaan merah: ini
paling baik dilihat dengan cahaya putih dar -i belakang tabung.
Reagensia terdiri dari larutan jenuh asam kromotropat dalam air. Batas konsentrasi: 1 dalam
5.000.
9. Uji kering. a. Uji pipa tiup. Semua senyawa-senyawa kromium bila dipanaskan dengan natrium
karbonat di atas arang, menghasilkan massa yang hijau dan tak dapat dileburkan, yaitu kromium(III)
oksida, Cr 203.
b. Uji manik boraks. Manik berwarna hijau, baik dalam nyala oksidasi maupun nyala reduksi, tetapi
tak terlalu khas.
c. Peleburan dengan natrium karbonat dan kalium nitrat dalam cincin kecil (loop) kawat platinum atau
di atas lembaran platinum atau di atas tutup krus nikel, mengakibatkan terbentuknya massa kromat
alkali yang kuning.