Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. PerhitunganJumlahBakteri

Berdasarkan hasil praktikum pada proses penghitungan jumlah bakteri yang telah

dilakukan, diperoleh data sebagai berikut : (Tabel 3)

Tabel 3. Hasil Perhitungan Koloni Bakteri


Pengenceran
Sampel Metode SPC
106 107 108 Keteranga
n
Surface 1 1 1
Tanaman 2 × 10−6 1 × 10−7 5 × 10−8
(namalati Plate -
n) 2 × 10 6
1 × 10 7
5 × 108
1 1 1
Tanaman 32 ×10−6 40 × 10−7 32 × 10−8
Pour
(namalati -
Plate
n) 32 × 10 6
40 × 10 7
32 × 10 8

Sumber: Data Primer Praktikum Mikrobiologi, 2019.

Metode perhitungan yang digunakan pada percobaan ini ada dua yaitu dengan cara pour

plate dan surface plate. Pada metode pour plate mikroorganisme dicampurkan dengan inokulum

sampel pada medium padat yang masih berbentuk cair sehingga kumpulan sel akan tersebar

merata ke seluruh media. Hal ini sesuai dengan pendapat Febriyanti dkk (2015) yang

menyatakan bahwa metode pour plate atau metode tuang adalah metode isolasi bakteri setelah

dilakukan pengenceran bertingkat. Teknik surface plate dilakukan dengan memasukkan sejumlah

inokulumdengan volume tertentu ke dalam cawan petri kosong steril. Hal ini sesuai dengan

pendapat Saputri dkk(2016) yang menyatakan bahwa surface plate merupakan metode dengan

cara kultur diratakan menggunakan ose.


Pemurnian bakteri digunakan untuk mendapatkan single colony pada bakteri yang akan

diindentifikasi. Jika koloni pada ujung goresan memiliki bentuk yang sama,maka koloni bakteri

tersebut dapat dikatakan murni .

Metode pour plate didapatkan hasil bahwa koloni bakteri yang terbentuk dapat dihitung

karena jumlahnya 30 lebih. Sedangkan pada metode surface plate jumlah koloni yang

didapatkan hanya terdapat 2 – 5 koloni saja. Hal ini sesuai dengan pendapat Ariyanti dkk (2016)

yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pengenceran maka jumlah bakteri yang

dihasilkan semakin sedikit. Mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan

merupakan tujuan pengenceran bertingkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Yunita (2015) yang

menyatakan bahwa ujuan dari pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi

jumlah mikroba yang terdapat dalam cairan, maka semakin banyak tingkat pengenceran akan

menghasilkan mikroba yang semakin sedikit dan sulit dihitung. Penentuan bwsarnya atau

banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel.

Dapus :

Ariyanti, V. N., Supriharyono, dan N. Widyorini. 2016. Hubungan kerapatan lamun dengan
kelimpahan bakteri heterotrof di perairan Pantai Kartini Kabupaten Jepara. Diponegoro
Journal of Maquares, 5(4): 142 – 149.

Febriyanti, L. E., M. Martosudiro, T. Hadiastono. 2015. Pengaruh plant growth promoting


rhizobacteria (PGR) terhadap infeksi peanut stripe virus (PStV), pertumbuhan dan
produksi tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.). J. Hama dan Penyakit
Tumbuhan, 3(1): 84 – 92.

Saputri, R. A., N. Widyorini, P. W. Purnomo. 2016. Identifikasi dan kelimpahan bakteri pada
jenis karang (Acropora sp.) di reef flat terumbu karang pulau Panjang, Jepara. J.
Fisheries Science and Technology, 12(1): 35 – 39.
Yunita, M., Y. Hendrawan, R. Yulianingsih. 2015. Analisis kuantitatif mikrobiologi pada
makanan penerbangan (Aerofood ACS) Garuda Indonesia berdasarkan TPC (Total Plate
Count) dengan metode pour plate. J. Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, 3(3) :
237-248.

Anda mungkin juga menyukai