Anda di halaman 1dari 7

Pembelajaran 3.

1 : Prosese ekstraksi

1. Capaian pembelajaran :
Setelah menyelesaikan proses pembelajaran 3.1 pada modul ini, mahasiswa diharap
kan memiliki kemampuan :
a. Menjelaskan prinsip dasar dari proses ekstraksi
b. Memahami tentang prinsip-prinsip berbagai proses ekstraksi
Untuk membantu Anda dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut, dalam modul ini akan
disajikan uraian, latihan (pengayaan) dan rambu-rambu jawaban serta soal evaluasi. Agar
anda dapat belajar dengan baik dalam mempelajari modul ini, lakukanlah hal-hal berikut :
a. Pelajarilah dengan cermat semua uraian yang tercantum dalam masing-masing proses
pembelajaran.
b. Kerjakanlah soal-soal latihan (pengayaan) yang terdapat dalam setiap proses pembelajaran
dengan berusaha tanpa melihat dahulu rambu-rambu jawabannya. Setelah Anda selesai
mengerjakan soal-soal tersebut, cocokkanlah pekerjaan anda dengan rambu-rambu
jawaban yang tersedia. Bila pekerjaan Anda masih jauh menyimpang dari rambu-rambu
jawaban, hendaknya Anda tidak berputus asa untuk mempelajarinya kembali.
c. Dalam setiap proses pembelajaran diakhiri dengan intisari (rangkuman) yang merupakan
sari pati dari uraian yang telah disajikan. Bacalah dengan seksama isi rangkuman tersebut
sehingga pengalaman belajar Anda benar-benar mantap.
d. Evaluasi (tes formatif) yang disusun setelah rangkuman merupakan tes yang diberikan
untuk mengukur penguasaan Anda dalam pokok bahasan yang telah dipaparkan dalam
proses pembelajaran. Hasil anda dalam tes formatif tersebut digunakan sebagai dasar
penentuan apakah Anda sudah dapat melanjutkan ke proses pembelajaran berikutnya
ataukah masih perlu mengulang. Seberapa jauh tingkat penguasaan Anda, dapat Anda
hitung sendiri dengan rumus sederhana yang dicantumkan pada setiap akhir tes formatif.

Selamat Belajar, Semoga Sukses !

1. Materi
Proses ekstraksi untuk definisi pemisahan kimia merupakan cara memisahkan
zat terlarut melalui dua buah pelarut (biasanya cair) yang dapat melarutkan zat
tersebut namun kedua pelarut ini tidak dapat saling melarutkan. Sampel dilarutkan
dalam ‘rafinat’ yang berada dalam kotak dengan ‘ekstraktan’ sehingga terjadi
perpindahan molekul zat terlarut karena perbedaan kelarutan di dalam kedua jenis
pelarut. Dengan demikian, pemisahan cara kimia terjadi secara alami dalam dua
pelarut cair-cair. Pada pembahasan teoretis mengenai ekstraksi, biasanya zat terlarut
diekstrak oleh pelarut organik dari fase air. Dengan demikian, penjelasan mengacu
pada fase organik sebagai ekstraktor utama.
Dalam proses ekstraksi ada beberapa peristiwa yang dapat menggambarkan
terjadinya peristiwa mikro yang mungkin ada dalam sistem. Beberapa peristiwa itu
adalah :
a. Distribusi dari senyawa-senyawa yang dapat larut dalam dua jenis pelarut yang
tidak dapat bercampur. Jika interaksi zat terlarut berjalan normal dan tidak ada
penyimpangan maka distribusi solute akan mengikuti harga konstanta
distribusinya. Namun yang sering terjadi adalah perubahan distribusi karena
banyaknya kemungkinan interaksi antara pelarut dan zat terlarut.
b. Interaksi kimia pada fase air. Dalam pelarut polar seperti air kemungkinan
senyawa organik yang polar untuk bermuatan dalam pelarut air sangat besar.
Dengan demikian, interaksi yang terjadi di fase air harus diperhitungkan karena
jumlah komponen akan berkurang karena adanya interaksi. Permainan pH
biasanya membantu mengatasi penyimpangan, namun dalam hal ini pH juga harus
diperhitungkan dalam perhitungan-perhitungan.
c. Interaksi kimia pada fase organik. Biasanya senyawa yang diambil lebih larut
dalam pelarut organik dibandingkan dengan pelarut air. Dalam kenyataanya,
dimerisiasi adalah gejala utama yang sering terjadi pada solute yang berupa
senyawa organik polar seperti asam-asam organik dalam pelarut organik.

Hukum Distribusi dan Parameter-parameter Ekstraksi


Dalam proses ekstraksi, baik ekstraksi modern dan terutama yang konvensional,
kelarutan dalam pelarut tertentu merupakan konsep kunci yang merupakan dasar dari
metode ini. Perbedaan kelarutan dari bermacam-macam bahan merupakan dasar dari
klasifikasi metode ekstraksi. Penggunaan metode ini juga didasarkan pada perbedaan
kelarutan. Hukum distribusi dalam hal ini adalah perbandingan kelarutan suatu
senyawa dalam dua pelarut yang berbeda yang dapat dirumuskan dalam rasionya.
Rumusan paling umum untuk menggambarkan distribusi zat terlarut dalam dua
pelarut yang tidak bercampur sering dinyatakan dalam persamaan berikut ini :
 
KD = A 1
 A2
Dalam persamaan ini konsentrasi zat terlarut di pelarut pertama dibandingkan
dengan konsentrasi senyawa yang sama di pelarut kedua. Adapun fase dari kedua pelarut
ini biasa cair, padat, maupun gas. Konstanta distribusi sangat bergantung pada keadaan.
Selain bergantung pada kedua jenis pelarut, konstanta distribusi juga dipengaruhi oleh
temperatur dan tekanan udara. Jika temperature dinaikkan biasanya mobilitas molekuler
senyawa maupun pelarut akan bertambah dan hal ini pasti mengubah harga konstanta
karena berubahnya kelarutan. Demikian pula jika terjadi interaksi molekular antara
pasangan pelarut atau antara pelarut-pelarut dan zat terlarut yang hendak dipisahkan. Hal
ini berhubungan dengan jumlah serta konsentrasi dari senyawa yang menjadi dasar
perhitungan konstanta distribusi.
1. Angka Banding Distribusi
Pada kenyataannya, derivasi hukum distribusi sering dilakukan untuk pembagian
zat terlarut dalam dua buah pelarut cair. Sering kali yang digunakan adalah pelarut
organik dan pelarut anorganik yang merupakan pelarut polar, biasanya adalah air.
Dengan demikian, hukum distribusi sering dirumuskan kembali sebagai :
  org
KD = A
 A aq
Adapun harga KD tidak tetap karena beberapa zat terlarut mengalami perubahan
kelarutan dengan mudah jika kondisi sistem berubah. Senyawa yang mudah terion
konsentrasinya akan berkurang jika dilarutkan dalam pelarut air, dan berkurangnya
konsentrasi ini merupakan fungsi konstanta ionisasinya. Di lain pihak, sebuah senyawa
organik dalam pelarut organik juga sering mengalami interaksi molekuler, berupa
kecenderungan untuk membentuk dimer atau trimer. Dengan demikian biasanya
terminologi konstanta distribusi diganti dengan angka banding distribusi, dan
dinotasikan dengan D saja. Selanjutnya dalam perhitungan-perhitungan kimia lebih
sering digunakan angka banding distribusi karena jarang sekali ada sistem yang
mempunyai konstanta distribusi tetap terus-menerus dalam tiap keadaan. Untuk tujuan
praktis sebagai ganti harga KD atau D lebih sering digunakan istilah persen ekstraksi
(%E) yaitu :
massa zat yang terekstraksi
%E= X 100
massa zat mula-mula
Contoh yang sering dignakan untuk melukiskan perubahan harga konstanta distribusi
menjadi angka banding distribusi ini adalah ekstraksi asam benzoat dengan
menggunakan pelarut benzena dan air. Contoh asam benzoat dipilih karena dapat
menjelaskan interaksi dengan pelarut yang dapat mengubah kelarutan dan dengan
demikian mengubah pula angka perbandingan konsentrasi dalam kedua jenis pelarut.
Dalam air asam benzoat merupakan asam lemah dan terion sebagian. Dengan
menambahkan asam klorida ionisasi dapat dikurangi. Dalam pelarut organik seperti eter
asam benzoat akan berinteraksi secara molekuler membentuk dimernya. Perbandingan
konsentrasi asam benzoat dalam air asam (dengan penambahan HCl) dan dalam pelarut
organik eter dapat dituliskan sebagai:
 HB et
K =
D  HB aq

Dimana  HB et adalah konsentrasi asam benzoat dalam eter dan  HB aq adalah

konsentrasi asam benzoat dalam air. jika air tidak diasamkan, maka asam benzoat yang
merupakan asam organik (asam lemah) akan terdisosiasi menurut persamaan

HB  H + + B − yang mempunyai harga konstanta ionisasi asam sebagai berikut :

 + + B −
K = H
a  HB 
Karena adanya ionisasi ini maka harga konsentrasi HB dalam air akan berkurang karena
molekul asam benzoat akan terurai sebagian. Konsekuensinya konstanta distribusi harus
dikoreksi dan faktor Ka harus dimasukkan. Di lain pihak, jika pelarut organik yang
tadinya adalah eter digantikan oleh pelarut organic lain yaitu benzena, partikel asam
benzoat akan mengalami dimerisasi, yakni dua molekul akan bergabung menjadi satu.
Hal ini adalah gejala normal untuk asam benzoat dalam pelarut benzena, namun
dimerisasi ini juga akan mengurangi konsentrasi asam benzoat dalam pelarut organik
tersebut. Asam benzoat akan membentuk dimer parsial 2HB  HB.HB dan
mempunyai harga konstanta dimerisasi seperti digambarkan dibawah ini :
 
K = HB.HB
d  HB 2
Jika semua keadaan tersebut diperhitungkan dalam menghitung konstanta distribusi,
maka didapat besaran baru yang diberi nama rasio distribusi D (perbandingan
distribusi), dan dapat ditulis sebagai berikut:
 as.benzoat tot ,org
D= atau :
 as.benzoat tot ,aq

 HB org + 2 HB.HB org


D=
 HB aq + B −aq

 
Karena  B − = K HB dan  HB.HB = K  HB2 maka dengan substitusi
a  + d
H 
semuanya dalam satu persamaan, akan didapatkan persamaan baru:

 HB org + 2 K d  HB 2org  HB org (1+ 2 K d  HB )


D= =
 HB aq  K 
 HB aq + K d  HB aq 1+ d 
 H +    H +  
aq 
K D (1+ 2 K d  HB )
D=
K
1+ a
 H + 

Dalam ekspresi baru untuk harga D ini dapat dilihat bahwa pH memainkan peranan
penting dalam menentukan harga D. Dan hal ini juga berarti rasio distribusi dapat
diubah dengan mengubah-ubah derajat keasaman sistem atau pH. Dalam larutan asam,
maka harga D besar, dan asam benzoat berada lebih banyak dalam pelarut organik,
dan sebaliknya. Dalam sistem-sistem ekstraksi harga D bisa sama dan identik dengan
harga Kd jika zat terlarutnya sama sekali tidak mempunyai interaksi secara fisik dan
kimia sama sekali. Walaupun demikian proses ekstraksi tidak pernah sederhana karena
tiap senyawa mempunyai kemungkinan berinteraksi dengan pelarut yang dipilih.

2. Faktor Pemisahan
Parameter faktor pemisahan digunakan seperti halnya perbandingan
volatilitas relatif pada pemisahan dengan metode destilasi. Faktor pemisahan bisa
disederhanakan sebagai kelarutan relative dua buah senyawa dalam masing-masing
pelarut. Jika ada dua (misalnya A dan B) atau lebih senyawa yang hendak diekstraksi,
bilangan ini menyatakan perbandingan relatif antar-keduanya untuk terambil sebagai
fase terekstraksi. Jika konsentrasi awal dari campuran dua buah senyawa dalam
sampel adalah A dan B dengan perbandingan awal CA/CB maka sesaat setelah proses
ekstraksi berlangsung maka perbandingan konsentrasi keduanya di fase organik
adalah CAϴA/CBϴB. Dalam hal ini ϴA dan ϴB fraksi terekstraksi untuk masing-masing
senyawa. Pemisahan akan diukur dari perbandingan fraksi terekstraksi ϴA/ϴB yang
terus akan berubah sesuai dengan beberapa kali ekstraksi dilakukan. Perbandingan ini
disebut dengan faktor pemisahan.

3. Inti Sari
Ekstraksi pelarut adalah proses pemisahan suatu kompoen dari suatu campuran
berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak saling bercampur.
Rumusan paling umum untuk menggambarkan distribusi zat terlarut dalam dua pelarut yang
 
KD = A 1
tidak bercampur sering dinyatakan dalam persamaan berikut ini :  A2

  org
Hukum distribusi dirumuskan sebagai : K D = A
 A aq

4. Latihan
Hitunglah persen ekstraksi, jika diketahui koefisien distribusi (KD) = 8,0 ; 1000 mg
Vitamin C yang terlarut dalam 100 mL air akan diekstraksi ke dalam 100 mL eter dengan 1X
ekstraksi ?

5. Evaluasi
1. Pada proses ekstraksi, maka ekstraksi yang paling besar % ekstraksinya adalah jika :
a. Ekstraksi 1X dengan pelarut 100 mL
b. Ekstraksi 2X dengan pelarut masing-masing 50 mL
c. Ekstraksi 3X dengan pelarut masing-masing 33,3 mL
d. Ekstraksi 4X dengan pelarut masing-masing 25 mL
e. Ekstraksi 5X dengan pelarut masing-masing 20 mL

2. Pada ekstraksi suatu logam sebagai senyawa kelat, maka angka banding distribusinya
(D) adalah :
a. Berbanding lurus dengan konstanta ekstraksi.
b. Berbanding terbalik dengan konstanta disosiasi
c. Berbanding lurus dengan konsentrasi H+
d. Berbanding terbalik dengan konsentrasi ligan kelat dalam fasa organic
e. Semua benar

3. Jika diketahui koefisien distribusi (KD) = 8,0 ; Vitamin C yang terlarut dalam 100 mL
air akan diekstraksi ke dalam 100 mL eter dengan 1X ekstraksi, maka persen
ekstraksinya adalah :
a. 98,7%
b. 11,1%
c. 80%
d. 88,9%
e. 1,3%

4. Limaratus mg asambenzoat yang terdapat dalam 250 mL air diekstraksi ke dalam


pelarut kloroform. Jika persen ekstraksinya 30%, maka jumlah asam benzoate yang
tersisa di dalam air adalah :
a. 150 mg
b. 30 mg
c. 70 mg
d. 350 mg
e. 75 mg

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus
berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑌𝑛𝑎𝑔 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟
Tingkat penguasaan: 𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑜𝑎𝑙

Arti tingkat penguasaan:


90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Anda mungkin juga menyukai