Karakterisasi Material
Kualitatif 2018
PENGANTAR
PRAKTIKUM KARAKTERISASI MATERIAL KUALITATIF
Kimia analisa merupakan cabang ilmu yang sangat memegang peranan penting dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena merupakan alat untuk melihat gejala
kimia dan fisika yang terjadi terhadap suatu objek yang sedang dikaji. Pemberian konsep
dasar kimia analisa haruslah disertai dengan prakteknya, yaitu berupapraktikum.
Praktikum kimia analisa anorganik kualitatif mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Mahasiswa diharapkan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang sifat – sifat dan
kelakuan radikal anorganik.
2. Mahasiswa diharapkan mengembangkan kemampuan analisanya agar berhasil dalam
percobaan, yang nantinya menjadi bekal berharga di masadepan.
Berikut gambaran singkat praktikum ini, secara kualitatif dua zat murni yang terpisah
dapat dibedakan berdasarkan sifat fisiknya seperti, warna, bau, dan rasa. Akan tetapi sering
dijumpai kesulitan dalam membedakan secara langsung, karena itu diperlukan pengujian sifat
fisik lainnya seperti bentuk kristal, titik leleh, kelarutan dalam air atau sifat kimianya dengan
penambahan pereaksi tertentu.
Untuk mengidentifikasi macam – macam komponen dalam campuran cukup sulit,
biasanya dilakukan pemisahan terlebih dahulu berdasakan perbedaan kelarutan dari berbagai
zat. Perbedaan ini dapat terjadi, karena kelarutan fisis, yakni kelarutan zat dalam pelarut
dengan penambahan zat yang mempengaruhinya seperti CaCO3 dalam larutan NH4OH.
Prosedur yang biasa dilakukan untuk menganalisa zat yang tak diketahui adalah dengan
melarutkannya dan mengidentifikasi ion – ion yang ada dalam larutan sampel tersebut. Hal itu
biasanya dilakukan dengan pemisahan ion – ion terlebih dahulu dengan pengendapan.
Terhadap ion – ion yang ada di dalam larutan dilakukan pengujian khusus dengan
penambahan pereaksi – pereaksi tertentu yang mungkin akan memberikan larutan berwarna,
endapan, gas, atau bautertentu.
Dalam praktikum ini digunakan percobaan dengan menggunakan teknik – teknik
analisis semimikro yang mempunyai banyak keuntungan dibandingkan teknik – teknik lain
yang menggunakan skala yang lebih besar. Selain analisis dilakukan dengan jumlah sampel
beberapa mg padatan atau beberapa tetes cairan, teknik pemisahan endapan dari larutannya
dan pencucian endapan dilakukan dengan tabung sentrifuge, sehingga kecepatan analisis
menjaditinggi.
Tim Penyusun
BAB I
DASAR – DASAR TEORI KIMIA ANALISA ANORGANIK KUALITATIF
A. KesetimbanganKimia
Reaksi kimia umumnya berlangsung secara reversible (dapat balik), sehingga
terbentuknya hasil reaksi menyebabkan berlangsungnya reaksi sebaliknya. Kesetimbangan
dinamis tercapai jika kecepatan pembentukan hasil reaksi sama dengan pembentukan kembali
zat – zat yang bereaksi. Pada reaksi tertentu, arah kesetimbangan ke pembentukan hasil reaksi
sangat besar, sehingga reaksi ini dapat dikatakan berlangsung sampai selesai atau
berkesudahan.
Pada keadaan kesetimbangan, konsentrasi zat – zat yang bereaksi dan hasil reaksi
tidak berubah lagi dan mempunyai perbandingan yang tetap. Untuk reaksi secara hipotetik di
bawah ini:
aA + bB cC + dD
laju reaksi antara A dan B sebanding dengan konsentrasi zat – zat tersebut dan dapat
dinyatakan sebagai :
V1 = k1 [A]a [B]b
V2 = k2 [C]c [D]d
k1 dan k2 adalah tetapan laju reaksi. Pada keadaan setimbang, kecepatan reaksi pembentukan
C dan D sama dengan kecepatan pembentukan kembali A dan B, sehingga persamaan –
persamaan di atas dapat digabungkan menjadi:
[C]c [D]d = k1 = K
[A]a[B]b k2
K merupakan tetapan kesetimbangan reaksi yang nilainya tidak dipengaruhi konsentrasi zat –
zat yang bereaksi, tetapi oleh suhu secara berbanding lurus. Dari persamaan di atas diperoleh
hubungan :
atau
H2O H+ + OH-
Berdasarkan hukum aksi massa, tetapan kesetimbangan air dapat dinyatakan sebagai :
[H+][OH-]
= 1,82 x 10-6 (25oC)
H2O
konsentrasi air ( MR = 18 , densitas= 1gr/mL pada 25ºC) akan tetap dan mempunyai harga :
1000
[H2O] = = 56,6 M
18
Hasil kali K dengan konsentrasi air menjadi tetapan baru, Kw, hasil kali ion air.
b. Larutan asam:
c. Larutan basa:
Harga hasil kali ion air dapat dianggap tetap, baik dalam keadaan air murni maupun sebagai
pelarut suatu larutan. Misalkan asam ditambah pada air sehingga konsentrasi ion hidrogen
menjadi 10 -3 M. Penambahan asam ini akan menekan kesetimbangan air ke arah kiri dan
menyebabkan konsentrasi ion hidroksida menjadi 10-11 M, karena hasil kali ion air berharga
pH = - log[H+]
berdasarkan persamaan di atas, disimpulkan bahwa larutan netral dengan pH 7, asam dengan
pH lebih kecil dari 7, dan basa dengan pH lebih besar dari 7.
CH3COOH CH3COO- + H+
[CH3COO-][H+]
Ka =
CH3COOH
Harga Ka yang rendah menunjukkan ion hidrogen yang dihasilkan relatif kecil.
Sehingga dapat disimpulkan, bahwa harga Ka berbanding lurus dengan tingkat keasaman
suatu asam lemah dan begitu pula denganKb.
Pada asam lemah bervalensi 2 seperti asam karbonat dan asam sulfida, mempunyai dua
tetapan kesetimbangan, Ka1 untuk disosiasi pertama dan Ka2 untuk disosiasi kedua.
Sedangkan pada asam bervalensi tiga seperti asam fosfat terdapat tiga tingkat disosiasi karena
mengandung tiga ion hidrogen yangdilepaskan.
Berikut ini ilustrasi singkat tentang asam sulfida yang digunakan dalam pemisahan
kation – kation sebagai endapan sulfida. Pengendapan selektif tak dapat berlangsung efektif
dalam larutan yang hanya mengandung regen H2S. Dalam bagan analisa kualitatif,
= 1,1 x 10-21
[H2S]
Berdasarkan persamaan di atas, jika dua dari tiga suku konsentrasi yang berhubungan
diketahui, maka suku ketiga dapat dihitung. Tetapi ingat, bahawa dalam larutan yang hanya
mengandung H2S, konsentrasi hidrogen jauh lebih besar daripada sulfida. Tidak hanya dua
kali lebih besar, sebagaimana tersirat dalam persamaan gabungan disosiasi di atas. Dalam
larutan ini, dapat dikatakan hampir semua ion hidrogen dihasilkan pada disosiasi pertama,
bersama dengan ion hidrogen sulfida. Hanya sedikit ion hidrogen sulfida yang berdisosiasi
menjadi ion sulfida. Hal tersebut terlihat dari harga tetapan kesetimbanganreaksinya.
Berikut salah satu contoh kasus pengendapan selektif dari sulfida logam. Dalam bagan
analisis kualitatif, sulfida logam yang paling tidak larut pada golongan 3 ialah ZnS, dan yang
paling larut dalan golongan 2 ialah CdS. Agar mencapai pemisahan yang paling efektif dari
kedua kation ini, pengendapan harus dilakukan dimana CdS mengendap dan ZnS larut. Untuk
itu, perhatikan contoh kasus berikut.
Berapa konsentrat ion hidrogen yang harus dipertahankan dalam larutan H2S jenuh 0,1
M untuk mengendapkan CdS bukan ZnS dari suatu sampel yang mengandung ion cadmium
dan seng masing – masing 0,1 M. Harga Ksp dari CdS dan ZnS berturut – turut adalah 8,0 x
10-27dan 1,0 x 10-21.
Penyelesaian :
Jika ZnS tidak akan mengendap, maka :
[Zn2+][S2-] < Ksp = 1,0 x 10-21
[0,1][S2-] < 1,0 x 10-21 M
[S2-] < 1,0 x 10-20 M
Maka konsentrasi ion hidrogen didapat 0,1 M. Bahwa CdS mengendap dalam kasus ini
dengan bukti :
Semua konsentrasi ion hidrogen yang lebih besar dari 0,1 M tidak akan mengendapkan ZnS.
Penambahan ion hidrogen pada suhu tetap terhadap asam asetat dalam kesetimbangan akan
menyebabkan perubahan konsentrasi ion asetat dan asam asetat. Kesetimbangan bergeser ke
kiri yang berarti menekan disosiasi asam asetat, sehingga konsentrasi ion hidrogen
(keasaman) diperkecil. Hal serupa terjadi pada penambahan ion sejenis ke dalam suatu larutan
basa lemah, yakni penurunankebasaan.
5. Larutan Buffer
Penambahan ion sejenis pada asam atau basa lemah selain menurunkan keasaman atau
kebasaan, juga menghasilkan larutan yang mampu mempertahankan keasaman dan
kebasaannya terhadap penambahan asam atau basa kuat.
Hal tersebut akan menjadi lebih jelas dengan memperhatikan contoh berikut. Misalnya
larutan yang mengandung CH3COOH dan CH3COONa yang masing – masing berkonsentrasi
0,1 M. Jika ke dalam larutan tersebut diberikan HCl, ternyata pengaruh HCl sebagai asam
kuat tidak terlihat. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar ion hidrogen akan ditarik CH3COO -
membentuk CH3COOH, sehingga konsentrasi ion hidrogen dapat dikatakan tidak mengalami
perubahan.
H+ + CH3COO- CH3COOH
HA H+ + A-
MA M+ + A-
Ka = [A-][H+]
HA
Ka Ca
+
[H ] =
Cg
Hasilnya, kesetimbangan air bergeser ke arah pembentukkan reaksi, sehingga konsentrasi ion
hidorksida meningkat dan menjadikan larutan bersifat basa. Sementara itu, tidak ada
kecenderungan ion natrium dan hidroksida bergabung membentuk NaOH, karena NaOH
merupakan elektrolit kuat.
Ammonium Klorida
Ion – ion yang ada di dalam larutan ammonium klorida adalah ion hidrogen, hidroksida
dari disosiasi air, dan ion ammonium. Kecenderungan ion hidrogen berikatan dengan ion
klorida membentuk asam klorida dapat dikatakan tidak ada, karena merupakan elektrolit kuat.
NH4OH
Ammonium Asetat
Ion – ion yang ada di dalam larutan ammonium asetat adalah ion hidrogen, hidroksida,
ammonium dan asetat. Hidrolisa garam ini tinggi (reaksi jauh di sebelah kanan) karena baik
asan asetat maupun ammonium hidroksida merupakan elektrolit lemah.
Bila dihasilkan asam dan basa yang sama – sama lemah, maka penentuan sifat larutan
dilihat dengan membandingkan harga Ka dan Kb dari masing – masing asam lemah dan basa
lemah. Jika harga Ka suatu asam lemah lebih besar daripada Kb suatu basa lemah, maka
larutan akan bersifat asam dan sebaliknya. Dalam kasus di atas, oleh karena harga tetapan
asam dan basa dari asam dan basa mendekati sama, maka sifat larutan dianggap netral.
Garam ini memberikan sifat asam pada larutannya, karena pengikatan ion hidroksida
mengakibatkan kesetimbangan air terganggu, sehingga ion hidrogen menjadi meningkat.
B. KesetimbanganKelarutan
1. Kelarutan Elektrolit danKsp
Reaksi pembentukkan endapan merupakan reaksi penting dalam analisis kimia
anorganik kualitatif, karena ion – ion tertentu dapat diidentifikasikan dan dipisahkandari
Secara fisika, banyaknya AgCl yang dapat terlarut hanya tergantung pada suhu. Hukum
aksi massa dapat diterapkan dalam sistem kesetimbangan padatan AgCl dengan ion – ionnya
dalam larutan. Dengan demikian persamaan tetapan kesetimbangan yang terjadi :
K = [ Ag+] [Cl-]
[AgCl]
Konsentrasi padatan AgCl relatif tidak berubah, karena itu dapat dimasukkan ke dalam
tetapan baru yang disebut hasil kali kelarutan (Ksp).
Secara umum, untuk zat dengan rumus hipotetik AxBy yang mengion adalah sebagai berikut.
Ksp (Konstanta Solubility Product) adalah tetapan kesetimbangan suatu zat yang
didapat dari hasil kali konsentrasi ion – ionnya dalam kesetimbangan larutan jenuh
dipangkatkan koefisienreaksinya.
Setiap konsentrasi [Cl-] yang lebih besar dari 1,21 x 10-3 M akan menghasilkan endapan
AgCl. Dari tersebut, terlihat bahwa kelarutan AgCl murni dalam air adalah 1,1 x 10-5 M,
sedangkan kelarutannya dalam larutan yang mengandung [Cl-] 1,21 x 10-3 M hanya sebesar 1
x 10 -7 M. Dengan kata lain, adanya ion Cl- berlebih menyebabkan kelarutan garam AgCl
menjadi berkurang hampir seperseratusnya. Hal ini merupakan salah satu faktor untuk
mengendalikan pengendapan suatu zat dalampelarut.
Berikut ini, contoh kasus yang berkaitan dengan hal di atas.
a. Berapakah kelarutan PbCl2 dan konsentrasi [Pb2+] dan [Cl-] dalam larutanPbCl2 ?
c. Suatu larutan yang mengandung MgCl2 0,1 M dan NH4OH 0,1 M. Apakahterbentuk
endapan? Bila terbentuk, berapa jumlah ion [Mg2+] yang masih ada dalam larutan?
Penyelesaian:
Kesetimbangan kimia yang terjadi mengacu pada harga Ksp zat yang terkecil, yakni
Mg(OH)2.
Karena [NH4+] = [OH-], maka [OH-] = (1,8 x 10-5 )1/2 = 1,34 x 10-3 M.
Pencampuran MgCl2 0,1 M dan NH4OH 0,1 M memberikan hasil kali konsentrasi ion –
ion yang lebih besar daripada KSp, pada sistem larutan terjadi endapan
C. Pergeseran KesetimbanganKelarutan
Sebagaimana kesetimbangan kimia pada umumnya, kesetimbangan kelarutan juga
mengalami pergeseran. Pada sistem kelarutan, perubahan volume dan tekanan tidak
mempengaruhi kesetimbangan. Faktor – faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kelarutan,
antara lain :
1. Efek IonSejenis
Adanya ion sejenis akan menurunkan kelarutan, sebab kesetimbangan akan bergeser
kearah padatan garam. Bila konsentrasi salah satu ion makin besar, maka konsentrasi ion yang
lain akan berkurang, sebab harga Ksp zat tetap. Sehingga kelarutan zat diwakili oleh
konsentrasi ion yang berkurang tadi.
2. EfekpH
Harga pH mempunyai pengaruh terhadap kesetimbangan kelarutan zat sebab ion
hidrogen atau hidroksida dapat bereaksi dengan garam atau ion lainnya membentuk garam
asam yang larut atau basa yang tidak larut. Contoh berikut untuk zat yang berupa garam
CaCO3 dan AlCl3 penambahan asam dan basa.
3. EfekKompleks
Garam yang berkation unsur transisi dapat membentuk senyawa koordinasi (kompleks).
Senyawa kompleks umumnya larut dalam air, sehingga menganggu kesetimbangan. Sehingga
adanya pembentukan senyawa kompleks menyebabkan kelarutan zat meningkat. Hal tersebut
secara jelas pada AgCl dalam larutan yang mengamdung ammoniak.
D. Aplikasi Prinsip Hasil Kali Kelarutan pada Pemisahan Kation Golongan II danIII
Pengontrolan konsentrasi ion sulfida adalah dasar pemisahan kation – kation golongan
II dan III (golongan dalam prosedur analisa kualitatif semimikro). Tetapan hasil kali kelarutan
garam – garam sulfida kedua golongan tersebut bervariasi dari harga 4,0 x 10-53 (untuk Hg)
sampai 1,4 x 10-15 (untuk MnS). Jelaslah di sini, untuk mengendapkan MnS diperlukan
konsentrasi ion sulfida jauh lebih besar daripada untuk mengendapkan HgS. Pengaliran gas
H2S ke dalam larutan yang mengandung kation – kation golongan II dan III seperti Hg2+,
Cu2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Mn2+ akan mengendapkan sulfide – sulfida dengan urutan sesuai
dengan kenaikan harga Ksp. Jadi, HgS akan mengendap terlebih dahulu, lalu CuS, CdS, dan
seterusnya. Jika konsentrasi ion sulfida dikontrol dengan baik, yakni dengan pengaturan
konsentrasi ion hidrogen sekitar 0,3 M, maka hanya sulfida – sulfida golongan II, seperti HgS,
CuS, CdS, PbS, yang akan mengendap. Pada konsentrasi ion hidrogen 0,3 M dan konsentrasi
H2S dalam larutan jenuhnya 0,1 M, maka jumlah konsentrasi ion sulfida:
Jika harga Ksp HgS sebesar 4,0 x 10-53, maka konsentrasi Hg2+ yang diperlukan untuk
menghasilkan larutan tepat jenuh HgS adalah :
Setiap konsentrasi [Hg2+] yang lebih besar dari nilai tersebut akan menyebabkan endapan
HgS. Karena kecilnya harga tersebut, HgS akan selalu mengendap bila ditambahkan gas H2S.
Timbal sulfida mempunyai harga Ksp terbesar pada golongan II. Untukmengendapkannya
sebagai PbS, konsentrasi [Pb2+] minimal yang diperlukan dalam larutan asam sulfida 0,3M
dapat dihitung. Jika Ksp PbS sebesar 4,2 x 10-28 dan konsentrasi ion sulfida 7,5 x 10-23, maka
konsentrasi timbal :
4,2 𝑥𝑥 1028
[Pb ] =
2+ = 5,6 𝑥𝑥 10−6 𝑀𝑀
7,5 𝑥𝑥 10−23
Untuk konsentrasi ini cukup kecil dibandingkan dengan konsentrasi timbal yang
digunakan dalam analisis, maka PbS akan mengendap bila ditambahkan gas H2S. Untuk ZnS
yang memiliki Ksp 1,2 x 10-23, suatu sulfida yang tidak dapat mengendap dalam golongan II
tetapi pada golongan III, dengan konsentrasi ion sulfida 7,5 x 10-23 M, memerlukan konsetrasi
Zn2+ sebesar :
1,2 𝑥𝑥 10−23
[Zn2+] = = 0,16 𝑀𝑀
7,5 𝑥𝑥 10−23
Konsentrasi ion seng dalam sampel yang dianalisis umumnya lebih rendah dari 0,16M, karena
itu ZnS tidak mengendap pada golongan II. Dengan mengatur konsentrasi ion hidrogen 0,3M
kation-kation golongan II dapat dipisahkan dari kation – kation golongan III, karena ion
sulfida cukup besar untuk melewati Ksp sulfida – sulfida golongan II, tetapi tidak untuk
golongan III. Karena konsentrasi ion sulfida dapat dikontrol melalui pengaturan konsentrasi
ion hidrogen, pengelompokan kation – kation dapat berubah dengan berubahnya pH dalam
larutan. Dapat disimpulkan bahwa pengontrolan pH larutan sangatlah penting.
1. Pertukaran Ganda
Reaksi ini paling umum terjadi pada skema analisis kualitatif. Reaksinya dapat
dinyatakan dalam persamaan reaksi molekul atau ion. Reaksi ini umumnya mengikutsertakan
penggabungan ion, dimana bilanagan oksidasi (valensi) spesi – spesi yang beraksi tidak
2. Reaksi Redoks
Pada reaksi ini terjadi perubahan bilangan oksidasi yang disertai dengan pertukaran atau
perpindahan elektron antara zat – zat yang bereaksi. Spesi yang mengalami oksidasi atau
menangkap elektron disebut reduktor (zat pereduksi), sedangkan spesi yang mengalami
reduksi atau melepas elektron disebut oksidator (zat pengoksidasi). Contoh dari hal ini
terdapat pada reaksi dibawah ini:
Hilangnya warna kuning Fe3+ (ciri Fe3+ dengan adanya HCl) menunjukkan bahwa Fe3+
direduksi menjadi Fe2+, sedangkan Sn2+ dioksidasi menjadi Sn4+.
BAB II
PERALATAN DAN TEKNIS ANALISIS SEMIMAKRO
A. Alat AnalisisSemimakro
Berikut merupakan peralatan yang digunakan untuk analisis kualitatif semimakro.
2. BatangPengaduk
Untuk mempermudah pencampuran larutan dalam tabung reaksi maupaun tabung
sentrifuge, gunakan batang pengaduk. Pengadukan perlu dilakukan dalam mencuci endapan
dengan air atau cairan lain agar kontak padatan dan cairan lebih baik.
3. PipetTetes
Untuk memindahkan larutan dari suatu tempat ke tempat lain digunakan pipet tetes.
Untuk mencegah terjadinya pengotoran pereaksi, gunakanlah satu pipet hanya untuk satu jenis
pereaksi. Kembalikan pipet pada tempatnya semula setelah digunakan.
Sebelum dipakai, pipet ini harus dikalibrasi untuk dapat mengetahui volume dari tetesan
yang keluar. Caranya adalah dengan memasukkan air suling pada pipet yang bersih dan
teteskan ke dalam gelas ukuran 5 mL. Hitunglah jumlah tetesan hingga meniskus berhimpit
pada tanda 5 mL. Ulangi kembali kalibrasi sampai hasil yang diperoleh tidak berbeda 2 tetes.
Hitung volume 1 tetes dan tandailah pipet tersebut.
4. Sentrifuge
Dalam analisis semimakro, endapan dipisahkan dari cairannya tidak dengan
menggunakan kertas saring, tetapi dengan bantuan sentrifuge (pemusing). Dengan adanya
gaya sentrifuge, endapan dan cairan dipisahkan atas dasar perbedaan kerapatan.Pemisahan
B. TeknikAnalisis
Berikut merupakan teknik analisis dalam kimia analisis kualitatif.
1. Pengambilan sampelanalisis
Berat sampel untuk analisis harus berada ± 5 – 30 mg. Umumnya sampel seberat ini
diperoleh dengan menggunakan ujung spatula semimikro yang cukup penuh dengan sampel
bubuk.
2. Pelarutansampel
Larutan untuk analisis dibuat dengan melarutkan kira – kira 30 mg zat dalam 3 ml
pelarut dalam gelas piala 5 mL atau tabung reaksi. Campurkanlah dengan baik hingga
diperoleh pelarutan yang sempurna. Selanjutnya diambil 1 mL larutan tersebut untuk analisis
dan sisanya untuk pengulangan bila perlu dilakukan.
Jika sampel tidak larut sempurna dalam pelarut tersebut, dapat dicoba dengan pelarut –
pelarut lain seperti diberikan pada petunjuk. Apabila sampel untuk analisis tetap tidak larut
3. Penambahanpereaksi
Semua pereaksi dalam analisis skala ini, sebaiknya ditempatkan dalambotol yang
dilengkapi dengan alat penetes. Apabila hendak meneteskan pereaksi kedalamtabung,
hindarkan kontak ujung pipet dengan bagian dalam tabung. Hal ini untukmencegahterjadinya
pengotoran pada pereaksi. Pengotoran pada pereaksi akan mempengarujikeseluruhananalisis.
Dalam analisis seringkali diperlukan larutan yang bersifat asam ataubasa.Untuktujuan tersebut
dapat digunakan kertas lakmus. Karena asam atau basa yangditambahkandapat memberikan
uap diataslarutan yang bersifat seperti pereaksi yang ditambahkan,pengujian
sifat keasaman atau kebasaan dilakukan terhadap larutannya.
4. PenambahanH2S
Untuk penambahan H2S ke dalam larutan, ada beberapa cara yang biasa digunakan,
yaitu dengan generator jenis Kipp, menambahkan senyawa organik yang terhidrolisis dengan
melepaskan gas H2S (misalnya thioasetamida), atau menggunakan larutan gas tersebut dalam
aseton. Karena H2S berbau busuk dan beracun, maka generator pada cara pertama diletakkan
di dalam lemari asam. Untuk mengendapkan garam – garam sulfida, cara kedua dan ketiga
lebihdisukai.
Kelarutan gas H2S dalam aseton pada temperatur ruang kurang lebih 20 gram tiap liter
aseton. Larutan ini yang dibuat menurut petunjuk dan stabil untuk waktu sekurang –
kurangnya 3 bulan. Karena larutan jenuh dalam aseton mengandung konsentrasi gas H2S yang
cukup tinggi, pereaksi yang diperlukan untuk mengendapkan golongan Cu, Sn, Zn hanya
beberapa tetes saja. Aseton dapat larut tanpa mengakibatkan gangguan dan dikeluarkan
denganpendidihan.
Hal yang perlu diperhatikan adalah hindari kontaminasi pereaksi H2S dalam aseton oleh
asam karena ion hidrogen akan mendorong pembentukan thioaseton dan berakibat hilangnya
6. Pemisahanendapan
Pengendapan biasanya dilakukan dalam tabung reaksi dengan penambahan tetes demi
tetes pereaksi. Selanjutnya endapan dipisahkan dari larutannya dengan menggunakan tabung
sentrifuge. Untuk endapan – enadapan yang sangat halus dan bersifat koloid memerlukan
waktu pemusingan yang lebih lama.
Pengendapan sempurna sangat penting, ini dapat diuji dengan penambahan satu tetes
pereaksi lagi pada filtrat (sentrifugal) di atas endapan setelah di-sentrifuge. Apabila tidak
terbentuk endapan lagi pada filtrat, pengendapan dapat dianggap sempurna. Cairan di atas
endapan ini dapat diambil tanpa menganggu endapan, dengan cara dekantasi atau
menggunakan pipet.
7. Pencucianendapan
Setelah endapan dipisahkan dari larutan, endapan dicuci dengan penambahan beberapa
tetes cairan pencuci yang umumnya air. Usahakan tercampur dengan baik, selanjutnya di-
sentrifuge lagi dan larutan pencuci dipisahkan dengan bantuan pipet atau dekantasi. Biasanya
diperlukan 2 – 3 kali pencucian.
9. Pelarutanendapan
Endapan dapat dilarutkan dengan penambahan pereaksi dan suspensi yang dihasilkan
diaduk dengan baik, bila perlu dipanaskan di atas penangas air hingga endapan larut. Jika
dipanaskan larut sebagian, suspensi harus di-sentrifuge.
Beberapa endapan bila dibiarkan terlalu lama akan mengalami proses pelapukan dan
menjadi lebih sukar larut dalam pelarut. Oleh karena itu, sebaiknya endapan dilarutkan
sesegera mungkin. Hindarilah penyimpanan endapan dalam waktu yang lama.
11. Ujinyala
Senyawa logam – logam tertentu jika diuapkan pada bagian nyala bunsen akan
memberikan warna khas pada nyala tersebut. Karena garam – garam klorida termasuk
senyawa yang mudah menguap, maka sebaiknya uji dilakukan setelah mencampurkan sampel
dengan sedikit HCl pekat. Uji nyala ini penting, terutama untuk penyelidikan logam – logam
alkali dan alkali tanah. Untuk dapat memahami kejadian serta teknik uji nyala, pelajarilah
kembali struktur atom dan struktur nyalabunsen.
Pada uji ini digunakan kawat Pt atau Ni-Cr yang telah dibersihkan dengan cara
mencelupkannya ke dalam HCl pekat dalam tabung reaksi atau kaca arloji, dan
memanaskannya dalam nyala yang menpunyai temperatur tinggi. Ulangi beberapa kali, kawat
yang sudah bersih tidak akan memberikan warna nyala lagi.
Pengujian sampel dilakukan dengan pencelupan kawat yang telah dibersihkan terlebih
dahulu dengan HCl pekat dan selanjutnya ke sampel yang akan diperiksa. Kemudian
dipanaskan pada temperatur tinggi dari nyala bunsen, dan amati warna nyala yang timbul.
Untuk sampel – sampel yang lebih mudah menguap dapat dipanaskan pada daerah nyala
bunsen dengan temperatur lebih rendah, sehingga perbedaan dalam kemampuan penguapan
dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi susunan campuran. Selain itu, logam dalam
campuran dapat pula dilihat spektrumnya dengan penggunaan filter yang dapat menyerap
pada daerah – daerah spektrum yang diinginkan. Misalnya, warna nyala K (ungu) yang
tercampur Na (kuning) dapat dilihat dengan kaca kobalt yang berwarnabiru.
12. Pembersihanalat
Semua alat gelas harus disimpan dalam keadaan bersih. Beberapa menit sebelum
praktikum berakhir, hendaklah digunakan untuk membersihkan peralatan. Endapan anorganik
yang menempel pada dinding tabung dan masih basah lebih mudah dicuci daripada yang
sudah kering. Sikat tabung digunakan untuk membersihkan tabung dan alat – alat gelas
lainnya, atau dapat pula dengan menggunakan pelarut yangsesuai.
BAB III
SISTEMATIKA ANALISIS ANORGANIK KUALITATIF
A. UjiPendahuluan
Uji pendahuluan dilakukan segera setelah sampel diterima dan ini dapat memberikan
informasi yang berharga terhadap hasil analisis. Sebaiknya sampel dibagi menjadi tiga
bagian untuk maksud uji pendahuluan, analisis sistematik kation, dan analisis sistematik
anion.
Uji pendahuluan untuk sampel yang berbentuk larutan biasanya dilakukan dengan
menguapkan larutan dengan hati – hati di atas penangas air sampai kering. Pengujian
dilakukan terhadap residu padat. Apabila tidak terdapat residu padat, berarti sampel
mengandung zat – zat yang mudah menguap seperti CO2, NH3, HCl, (NH4)2CO3, NH4Cl, H2S
yang selanjutnya akan diuji khusus. Contohnya pada pengujian sulfida seperti berikut.
Sampel dalam tabung reaksi ditambah HCl encer dipanaskan di atas penangas air, uap/gas
yang keluar ditampung dengan kertas Pb asetat, bila ada sulfida maka kertas Pb asetat akan
berwarna hitam karena membentuk H2S.
• UjiNyala
Masukkan 2 – 3 mg zat ke dalam tabung reaksi dan basahkan dengan beberapa tetes
HCl pekat. Masukkan kawat Ni-Cr/Pt ke dalamnya sehingga sebagian zat akan menempel
pada kawat, selanjutnya dilakukan uji nyala. Amati warna nyala yang terbentuk. Bila terlihat
warna kuning keemasan (Na) warna lain akan tertutup. Warna lain akan terlihat bila
pengamatan warna dilakukan menggunakan kacakobalt.
• Uji H2SO4Encer
Masukkan 5 – 10 mg zat ke dalam tabung reaksi dan tambahkan beberapa tetes H2SO4 1
M. Perhatikan reaksi – reaksi yang terjadi dalam reaksi dingin. Selanjutnya panaskan
campuran pada penangas air dan amati hasilnya. Uji H2SO4 pekat dapat dilakukan dengan
cara yangsama.
Hasil Pengamatan Uji H2SO4 encer
No Macam Gas Reaksi Gas Anion yang Mungkin
Tidak berwarna
1. Mengeruhkan air kapur CO2 Karbonat, bikarbonat
dan tidak berbau
Kertas iod-alkali hilang
Tidak berwarna warnanya atau kertas
2. dan bau saring yang dibasahkan SO2 Sulfit
menyesakkan dengan K2Cr2O7 menjadi
hijau warnanya
Kertas iod-alkali hilang
Bau
warnanya atau kertas
menyesakkandan
3. saring yang dibasahkan SO2 Thiosulfat
disertai
dengan K2Cr2O7 menjadi
pemisahanS
hijauwarnanya
Berbau telur Kertas Pb asetat menjadi
4. H2S Sulfida
busuk hitam
5. Berbau cuka - CH3COOH Asetat
Berwarna cokelat
Kertas KI kanji berwarna
6. dan bau NO2 Nitrit
biru
merangsang
• Uji IonAmonia
Campurkan 4 – 5 mg sampel semula atau beberapa tetes larutan untuk pengujian kation
dengan larutan NaOH sampai basa lalu panaskan dengan penangas air. Amati uap yang keluar
dengn kertas lakmus merah yang dibasahkan dengan air. Jika kertas lakmus berubah menjadi
biru maka menunjukkan adanya ion amonia.
• Uji IonAsetat
Tambahkan beberapa tetes H2SO4 pekat ke dalam beberapa mg sampel dan panaskan di
atas penanggas air. Bila ada ion asetat maka akan timbul bau cuka. Untuk lebih meyakinkan
dapat dilakukan dengan menambahkan sampel, H2SO4 pekat, dan etil alkohol. Panaskan di
atas penangas air. Bila ada ion asetat maka akan menghasilkan ester etil asetat yang berbau
seperti pisangambon.
• Uji IonKarbonat
Ambil beberapa mg sampel semula, tambahkan sedikit air dan beberapa tetes HCl 6 M
dan amati gas yang keluar. Jika gas yang keluar dapat mengeruhkan air barit [Ba(OH)2]
berarti di dalam sampel tersebut mengandung ion karbonat. Cara yang umum dipakai untuk
menguji gas CO2 yang keluar adalah dengan mencelupkan batang pengaduk ke dalam air barit
kemudian mendekatkan ke mulut tabung reaksi maka batang pengaduk akan menjadi keruh
karena terbentuk endapan putihBaCO3.
FILTRAT ENDAPAN
Ditambahkan HCl pekat yang sama banyaknya, dipanaskan, kemudian Golongan HCl
dialiri H2S. Setelah 5 menit tambahkan beberapa tetes NH4OH perlahan AgCl (putih)
Sampel awal
(Kation Golongan I, II, III, IV dan V)
+HCl
filtrat
endapan
Kation Golongan
Kation Golongan I II, III, IV dan V
+HCl, H2S
endapan
Kation Golongan
Kation Golongan II
III, IV dan V
endapan
Sampel awal
(Kation Golongan I,II,III,IVdan V)
+HCl
filtrat
endapan
Endapan
AgCl, Hg2 Cl2, PbCl2 Kation Golongan
II, III, IV dan V
+Air Panas filrat
endapan
Pb2+
AgCldanHg2Cl2
+H2 SO4pekat
+K2CrO4
+NH4OH
endapan filtrat PbCrO4 PbSO4
(kuning) (putih)
Ag(NH3)2Cl
Hg(NH2)Cl (putih)
dan Hg (hitam) +HNO3
Pb2+ (+)
Ag+ (+)
Golongan klorida dari Ag+, Hg2+, dan Pb2+ tidak larut dalam air, sehingga dapat
digunakan sebagai dasar pemisahan golongan I dari golongan II, III, IV, dan V. Karena
terdapat klorida – klorida golongan I yang tidak larut, penambahan HCl akan mengendapkan
AgCl, HgCl2, dan PbCl2, sesuai dengan persamaan reaksi :
Selanjutnya AgCl dapat dipisahkan dari HgCl2 dengan menambahkan NH4OH karena
AgCl larut dalam NH4OH dan membentuk ion kompleks Ag(NH3)2+ :
Ketika AgCl larut di dalam NH4OH, HgCl2 tidak akan larut. Endapan yang terjadi
adalah endapan hitam Hg dan Hg(NH2)Cl yang berwarna putih. Adanya endapan hitam
menunjukkan adanya Hg di dalam larutantersebut.
Kation Golongan
II, III, IV dan V
+HCl, H2S
filtrat
endapan
Kation Golongan II
KationGolongan
III, IV danV
+Na2S2
endapan
filtrat
PbS,CuS,Bi2S3,CdS
Hg2+(+) As5+(+)
Sn2+(+)
Apabila H2S dialirkan ke dalam larutan asam HCl 0,3 M yang mengandung kation –
kation golongan II, III, IV, dan V hanya sulfida – sulfida dari golonganIIsaja yang
Setelah mendapatkan kation – kation Cu2+, Bi3+, dan Cd2+, Bi3+ dapat dipisahkan dengan
menambahkan NH4OH karena Bi3+ akan membentuk endapan Bi(OH)3 sedangkan Cu2+ dan
Cd2+ akan larut di dalam NH4OH yang berlebih membentuk ion kompleks.
Warna biru yang jelas pada larutan kompleks Cu(NH3)42+ menunjukkan adanya Cu2+. Uji
spesifik dapat dilakukan dengan menambahkan ion ferrosianida dalam suasana asam yang
kemudian akan menghasilkan endapan merah cokelat cupri ferrosianida, persamaan reaksi
yang terjadi adalah :
Pemisahan Cu dari Cd dapat menggunakan perbedaan sifat – sifat ionnya. Tembaga (II)
akan membentuk kompleks tetra amina sedangkan kadmium akan membentuk kompleks
tetrasiano. Pada reaksi ini, ion tembaga (II) direduksi menjadi tembaga (I), warna biru tua,
dan NH3akan hilang sehingga larutan menjadi tidakberwarna.
Cd(CN)42-Cd2++4CN-
Ion Cu yang ada sebagai ion kompleks sianida monovalen sangat sedikit mengion karena
stabil. Jadi penambahan H2S tidak akan mengendapkan Cu dan yang ada hanya endapan
kuning CdS.
Pemisahan selanjutnya dilakukan dengan penambahan HCl pekat. Pada penambahan HCl
pekat ini SnS2 dan Sb2S5 akan larut sedangkan As2S5 tidak larut, sehingga As2S5 dapat
dipisahkan, persamaan reaksi yang terjadi adalah :
Jika di dalam larutan terdapat Sb, maka Sb akan mengendap sebagai endapan hitamdan
endapan dibuang terlebih dahulu. Setelah mendapatkan Sn2+, selanjutnya ditambahkan
HgCl2 yang akan menghasilkan endapan abu – abu yang terdiri dari endapan hitam Hg dan
endapan putih Hg2Cl2.
Warna endapan ini tergantung dengan jumlah dari SnCl2 dan HgCl2 yang berada di dalam
larutan.
Uji spesifik untuk As dilakukan dengan melarutkan As2S5 ke dalam NH4OH, sesuai
dengan persamaan reaksi :
Kemudian untuk menunjukkan adanya arsenik, ke dalam larutan tersebut ditambahkan HCl
sehingga As2S5 mengendap kembali, sesuai dengan persamaan :
Kation Golongan
III, IV dan V
+NH4OH,NH4Cl,H2S filtrat
endapan
Kation Golongan
Kation Golongan III
+HCl Encer IV dan V
+NaOH, Na2O2
endapan
filtrat
2+ 3+ 3+ 3+ 2+ 2+
CoSdanNiS Fe .Fe ,Al .Cr ,Mn danZn
2+
Fe(OH)3, AlO33-,CrO43-,ZnO22-
Co ,Ni2+ +NH4OH Mn(OH)2
Naphthol] 4
filtrat BaCl2
+[Dimetil endapan
+K4Fe(CN)6 MnO4- 2+
dibuang glioksin] Zn(NH3)4
Endapan (ungu) Al(OH)3 ,CrO2 -
4
merah (putih)
Endapan Larutan
merah biru tua endapan
filtrat
3+
Al (+)
Co2+ (+) BaCrO4
2+
Ni (+) (kuning) Zn2+
3+ 2+
Fe (+) Mn (+)
+H2S
3+
Cr (+)
ZnS (putih)
Zn2+ (+)
Dasar pemisahan golongan III dari golongan IV dan V adalah sulfida golongan III akan
mengendap dalam larutan amonikal sedangkan golongan IV dan Vakanlarut. Untuk
mencegah adanya endapan Mg(OH)2 maka ditambahkan NH4Cl untuk menekan ionisasi
NH4OHsehinggakonsentrasiOH-tidakcukupuntukmembentukMg(OH)2.Beberapaiondi
golongan ini berwarna sehingga akan memudahkan dalam mengidentifikasi ion – ion tersebut
Endapan sulfida dari Ni, Zn, dan Co baru terbentukdengan penambahan H2S sedangkan
ketiga endapan hidroksida tidak berubah.
Pemisahan logan Co dan Ni dari logam lain di golongan ini adalah dengan penambahan
HCl encer. CoS dan NiS akan sukar larut sedangkan sulfida dan hidroksida logam lainnya
akan mudah larut. Agar pemisahan Co dan Ni dapat berjalan dengan baik, usahakan kontak
antara Co dan Ni dengan HCl tidak terlalu lama.
Pemisahan Fe dan Mn dari Al, Cr, dan Zn dilakukan dengan penambahan NaOH.
Dengan penambahan ini, Al, Cr, dan Zn yang bersifat amfoter akan larut dalam NaOH
berlebih. Untuk uji Cr, dilakukan penambahan Na2O2 (natrium peroksida) ke dalam larutan
untuk mengubah Cr3+ menjadi CrO42-. Persamaan reaksi yang terjadi adalah :
Pada penambahan Na2O2, Mn(OH)2 juga mengalami oksidasi, menurut persamaan reaksi :
Pemisahan di atas menghasilkan tiga sub-golongan, yaitu sub-golongan nikel (Ni dan Co),
sub-golongan besi (Fe dan Mn), dan sub-golongan alumunium (Al, Cr, dan Zn).
Klor bebas segera bereaksi dengan sulfida – sulfida Co dan Ni menurut persamaan :
Uji untuk Co dan Ni dapat dilakukan dalam larutan yang sama tanpa saling
mengganggu, jadi tidak perlu melakukan pemisahan terlebih dahulu. Pereaksi organik yang
digunakan untuk mengecek kedua ion, antara lain dimetil glioksim jika direaksikan dengan Ni
akan menghasilkan endapan merah jingga dan α-nitroso β-naphthol jika direaksikan dengan
Co akan menghasilkan endapan merah gelap.
Uji spesifik Mn dapat dilakukan dengan menambahkan PbO2 atau NaBiO3 + HNO3 pada
oksida MnO2. Pada penambahan ini akan menghasilkan MnO4- yang berwarna ungu.
Persamaan reaksi yang terjadi adalah :
Endapan setelah dicuci dan dilarutkan dalam sedikit mungkin CH3COOH encer yang
panas. Diteteskan CH3COONH4 + K2CrO4 sampai tidak terjadi endapan kuning lagi, dikocok
dan campuran dipanaskan sebentar. Endapan dicuci dengan air dingin.
FILTRAT ENDAPAN
Ca(CH3COO)2 dan Sr(CH3COO)2 BaCrO4 kuning
Jika larutan berwarna jingga, dituangi NH4OH sampai Endapan dilarutkan
warna berubah menjadi kuning dan perlahan – lahan dalam HCl encer yang
dituangi alkohol 96% yang sama banyaknya. Maka panas dan diuapkan
endapan kuning akan terbentuk. sampai dingin.Ditambah
dari Ca(C2O4)
Ca Ba
Sr
+CH3 COOH
+HCl
+ H2SO4
Ba2+ (+) Uji nyala : m erah buang
Ca2+
Sr2+ (+)
Uji nyala : m erah bata
Ba2+ (+)
Pemisahan Ba2+ dari Sr2+ dan Ca2+ (lihat skema) didasarkan pada kenyataan bahwa
BaCrO4 tidak larut dalam asam asetat sedangkan SrCrO4 dan CaCrO4 larut. Jadi bila ion
kromat (K2CrO4) ditambahkan ke dalam larutan asetat yang mengandung Ba2+, Sr2+ dan Ca2+,
hanya Ba2+ saja yang mengendap sebagai BaCrO4.
Ba2+ + CrO42-BaCrO4
Ca2+ + C2O42-CaC2O4
Oleh sebab dalam melakukan prosedur sebelumnya telah dibubuhi garam – garam NH4
makacairan setalah prosedur E tidak dapat lagi digunakan untuk penyelidikan NH4.
NH4+ : Dari larutan semula ditambahkan NaOH dan dipanaskan didalam tabung reaksi,
bila mengandung NH4+ akan mengeluarkan gas NH3. Ini dapat dibuktikan dengan
mencium baunya atau dengan secarik kertas lakmus merah yang basahyang
diletakkan di atas tabung reaksi menjadi biru.
Mg2+ : Larutan bening yang didapat dari pemisahan golongan 4 ditambahkan dengan
NH4OH dan Na2HPO4 akan membentuk endapan putih dariMg(NH4)PO4.
K+/Na+ : Penyelidikan terhadap K+ dan Na+ tergantung dari hasil diatas dapat dilakukan
menurut 3 cara, yaitu :
a. Bila tidak ada kationlain
Dipakai langsung dari zat awal.
b. Bila hanya terdapatNH4+
Zat semula dipanaskan supaya NH4 hilang.Sisanya dilarutkan dalam air dan
disaring. Lalu cairannya digunakan untuk penyeidikan K+ dan Na+.
c. Bila terdapat kation dari golonganlain
Filtrat dari pemisahan golongan 4 diuapkan hingga kering kemudian
dipanaskan untuk menghilangkan NH4 kemudian dilarutkan dan
ditambahkan Ba(OH)2 sampai sifatnya basa, dan dipanaskan hingga MgOH
menguap. Kemudian ditambahkan (NH4)2CO3 untuk mengendapkan sisah
ion Ba2+ sebagai BaCO3, disaring dan cairannya diuapkan. Sisahnya
dipanaskan untuk menghilangkan (NH4)2CO3 kemudian dilarutkan dalam
air (paling banyak 5 mL) dan kalau perludisaring.
K+ : Diatas kaca arloji diambil beberapa tetes cairan tersebut lalu diteteskan
Na3[Co(NO2)6] akan terbentuk endapankuning.
Na+ : Ambil cairan tersebut untuk pengujian nyala, bila mengandung ion Na+ akan
berwarnakuning
+NH4OH,Na2HPO4 +Na3[Co(NO2)6]
+NaOH
Natrium dan kalium dapat diidentifikasi tanpa dipisahkan terlebih dahulu, ion kalium
akan membentuk endapat kuning dengan larutan Na3[Co(NO2)6].
Baik Na maupun K dapat dikomfirmasi dengan uji nyala.K memberi waena ungu
kemerah – merahan bila dilihat melalui kaca kobalt (untuk menyaring warna nyala kuning
dari Na). Na akan memberi warna kuning halus selama beberapa detik bila terdapat ion Na
didalamsampel.
Ion Amonium dapat dideteksi dari zat awal dengan keluarnya gas NH3 bila ditambahkan
basa kuat didalamnya.
Gas amonia dapat dideteksi dari bau dan dapat membirukan lakmus merah.
Soda Ekstrak
Garam Na, K, dan amonium pada umumnya dapat dilarutkan dalam air dan larutan ini
dapat digunakan langsung untuk penyelidikan anion. Kalau di samping kation tersebut
terdapat kation lain, maka zat asal perlu dimasak dengan Na2CO3 supaya sisa – sisa asamnya
membentuk garam Na yang mudah larut dalamair.
Cara pembuatan soda ekstrak antara lain : campurkan 200 mg zat sampel dengan 400
mg Na2CO3, ditambah dengan 2 – 5 mL aquades, dan panaskan selama 10 menit. Endapan
kemudian disaring dan dicuci. Filtrat dicampur dengan air cucian pertama dan ditambahkan
air sampai volumenya mencapai 25mL.
Soda ekstrak ini digunakan untuk uji anion. Endapan (residu) pada pembuatan soda
ekstrak ini mengandung kation – kation yang terikat sebagai karbonat. Endapan (residu)
tersebut kemudian dilarutkan secara berturut – turut dengan HNO3 2 N dan aqua regia. Kation
yang mungkin terkandung dalam endapan (residu) tersebut adalah :
• Silikat(SiO2) • CaF2
a. GolonganSulfat
Ambillah 5 tetes larutan SE, kemudian basakan dengan larutan amonia encer, lalu
tambahkan 2 tetes larutan BaCl2. Jika tidak segera membentuk endapan, tunggu beberapa
menit, karena biasanya barium borat memerlukan waktu agak lama untuk mengendap.
Terbentuknya endapan menunjukkan adanya anion golongan sulfat. Kalau endapan tidak larut
b. Golongan Halida
Ambillah 5 tetes larutan SE dan tambahkan 5 tetes HNO3 encer. Panaskan kemudian
tambahkan 1 tetes larutan AgNO3 0,1 M. Timbulnya endapan menunjukkan adanya anion
golongan halida. Selanjutnya uji masing – masing ion dengan prosedur tersendiri.
c. Golonganlainnya
Kalau pada pengujian anion sulfat dan halida tidak terbentuk endapan, mungkin sampel
mengandung ion yang tidak termasuk golongan di atas. Seperti nitrit, nitrat, dan asetat yang
mudah larut. Selanjutnya periksa dengan prosedur tersendiri.
Catatan :
1. Larutan harus netral atau basa karena golongan sebagian besar garam – garam dalam
golongan sulfat larut dalam larutan asam sehingga tidak terbentukendapan.
2. Tidak terbentuknya endapan belum memastikan tidak adanya borat. Lakukan uji
spesifik untukborat.
3. Jika larutan tidak dibuat asam dengan HNO3, sebagian anion golongan I dapat
mengendap sebagai asam perak. Pengujian ini dapat diganggu oleh adanya S2-, CN-,dan
SO32-. Jika salah satu anion ini terdeteksi dalam pengujian pendahuluan dengan
H2SO4encer maka harus dikeluarkan terlebih dahulu dari larutan dengan cara
memanaskan HNO3.
D. Uji PemastianAnion
Berikut merupakan langkah untuk melakukan uji pemastian anion.
1. Sulfat
Pada 5 tetes SE tambahkan 2 tetes HCl 6 M dan 2 – 3 tetes larutan BaCl2. Timbulnya
endapan putih yang tidak larut dalam HCl pekat menunjukkan adanya ion sulfat.
Satu – satunya garam barium yang tidak larut dalam HCl dari anion – anion golongan
ini adalah BaSO4, maka penambahan Ba2+ (BaCl2) dan HCl ke dalam larutan akan
menghasilkan endapan putih BaSO4 bila ada ionSO42-.
Uji spesifik untuk ASO43- bergantung pada terbentuknya endapan kristalin putih
MgNH4AsO4 bila larutan mengandung AsO43- direaksikan dengan campuran magnesia
(MgCl2, NH4Cl, NH4OH).
Karena ion PO 3-4juga memberikan endapan serupa bila direaksikan dengan campuran
magnesia, adanya AsO43- dipastikan dengan menambahkan pada endapan (baik MgNH4 AsO4
ataupun MgNH4PO4) dengan asam asetat dan larutan AgNO3. Bila ada ion arsenat akan
terjadi endapan coklat dariAg-arsenat.
Setelah arsenat dipisahkan, identifikasi ion arsenit dilakukan dengan pengendapan sebagai
As2S3 (kuning) dengan H2S.
3. Fosfat
Pada 5 tetes SE ditambahkan 5 tetes HCl encer dan larutan amonium molibdat.
Panaskan sampai mendidih dan tunggu beberapa menit. Timbulnya endapan kuning
((NH4)3PO4.12MoO3) menunjukkan adanya ion pospat (catatan : arsenat dan arsenit dapat
mengganggu pengujianini).
Karena ion arsenat membentuk endapan amonium arsenomolibdat yang berwarna kuning
juga, maka arsenat dihilangkan sebelum diadakan uji pospat. Ini dapat dilakukan dengan
mengendapkannya sebagai As2S5 denganH2S.
4. Borat
Untuk uji borat dilakukan dengan sampel semula. Pada kira – kira 100 mg sampel
tambahkan beberapa tetes H2SO4 pekat (lakukan percobaan ini pada cawan penguap), setelah
diaduk merata tambahkan 2 – 3 mL metanol, kemudian nyalakan korek api. Warna nyala
hijau menunjukkan adanyaborat.
Bila H2SO4 pekat dan metil alkohol ditambahkan ke dalam larutan borat maka akan
terbentuk metil borat yang apabila dibakar memberikan warna nyala hijau.
5. Kromat
Pada 5 tetes SE, tambahkan amonia encer sampai basa, kemudian tambahkan asam
asetat encer sampai asam. Tambahkan 2 tetes larutan BaCl2. Terbentuknya endapan warna
kuning (BaCrO4) menunjukkan adanya kromat. Untuk lebih meyakinkan, tambahkan 2 tetes
asam nitrat encer dan 10 tetes air. Kemudian tambahkan 4 – 5 tetes eter dan 1 tetes H2O2 2%.
Kocok baik – baik, timbulnya warna biru pada lapisan eter menunjukkan adanyakromat.
Bila terdapat ion Cr akan ditemukan dalam analisa kation. Kromat berwarna kuning,
sehingga adanya warna ini membantu memberi informasi. Uji spesifik untuk ion tersebut
tergantung pada pengendapan BaCrO4 dalam larutan asam asetat.
Bila ke dalam larutan asam kromat encer ditambahkan beberapa tetes H2O2 dan eter lalu
dikocok akan timbul warna biru di dalam eter. Warna ini kemungkinan karena terbentuknya
asam perklorat.
9. Oksalat danFluorida
Pada 1 mL larutan SE tambahkan kalsium asetat 2 M tetes demi tetes sampai endapan
sempurna. Sentrifugasi dan pisahkan endapan dari larutannya. Simpan larutan untuk
pemeriksaan ferosianida dan ferisianida.
Cuci endapan dengan air suling dan buang air cuciannya. Kemudian pada endapan
tambahkan beberapa tetes asetat 3 M, aduk baik – baik dan sentrifugasi. Ambil endapannya
dan ambil jadi dua bagian. Pada bagian pertama tambahkan 10 tetes H2SO4 1,5 M. Panaskan
dalam penangas air selama 1 menit. Kemudian tambahkan larutan KMnO4 0,01 M. Hilangkan
warna violet dari KMnO4, menunjukkan adanya ion oksalat.
Sedangkan bagian kedua pindahkan ke kaca arloji. Panaskan kaca arloji di atas
penangas air sampai endapannya mengering. Selanjutnya tambahkan 1 tetes H2SO4 pekat dan
teruskan pemanasan selama kira – kira 5 menit. Kemudian ditunggu sampai 20 menit dan cuci
baik – baik. Terkikisnya dasar kaca arloji menunjukkan adanya ionflorida.
11. Thiosianat
Kepada filtrat hasil dari prosedur 10 di atas, tambahkan tetes demi tetes larutan
AgNO3dan asamkan dengan asam asetat. Kalau terdapat thiosianat atau halida, maka
terbentuk endapan. Selanjutnya pisahkan endapan dan cuci dengan air yang mengandung
beberapa tetes HNO3 3 M sampai air cucian tidak memberikan endapan dengan HCl. Buang
air cucian dan cuci sekali lagi dengan air suling untuk menghilangkan kelebihan HNO3.
Ambil sebagian endapan tersebut di atas dan tambahkan 1 tetes HCl 8 M dan 1 tetes
FeCl3 1 M. Timbulnya warna merah darah menunjukkannadanya thiosianat.
1. PenyelidikanPendahuluan
Pada zat asal dituangkan H2SO4 encer, panaskan jika perlu.
Endapan Filtrat
+CH3COOHsampaiasam(kalauadaendapan,saringdanabaikanendapanini).TambahNi(NO3) 2,kalauadaendapanpanaskan
sedikit,kocok.Jikaendapansukardisaring,berikanpotongankecilkertassaringkedalamnya,sehinggamudahuntukdisaring.
endapan Filtrate
Endapan Filtrate
Ditambahairbrom,kocoksampaiwarnanyahilang.Saring.JikaadaHCNS,air
brom diganti denganlarutan iodium
endapan Filtrat
e
CdSkuningputih(asaldariNa2S2O3)
Endapan Filtrate
BAB IV
A. Tujuan :
1. Mengetahui prinsip kerja metode spektroskopi serapan atom (AAS)
2. Menentukan kadar Cu dalam sampel uji menggunakan metode spektroskopi serapan
atom (AAS)
B. Dasar Teori :
Spektometri absorbansi atom (AAS) merupakan suatu teknik analisis unsur yang
didasarkan pada absorbansi sinar oleh atom bebas. Dalam teknik ini, partikel logam akan
diubah kedalam bentuk atom-atomnya didalam nyala api (gas asetilen), yang selanjutnya
atom-atom tersebut akan menyerap radiasi elektromagnetik yang dipancarkan dari sumber
sinar berupa Hollow Cathode Lamp (HCl) yang merupakan cahaya UV atau VIS yang
penggunaannya hanya untuk analisis satu unsur saja.
Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap
cahaya tersebut pad panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Metode
serapan atom hanya tergantung pada perbandingan komposisi oksida dengan fuel dan
tidak tergantung pada temperatur.
Absorpsi atom dan spektra emisi memiliki pita yang sangat sempit di bandingkan
spektrometri molekuler. Emisi atom adalah proses di mana atom yang tereksitasi
kehilangan energi yang disebabkan oleh radiasi cahaya. Misalnya, garam-garam logam
akan memberikan warna di dalam nyala ketika energi dari nyala tersebut mengeksitasi
atom yang kemudian memancarkan spektrum yang spesifik. Sedangkan absorpsi atom
merupakan proses di mana atom dalam keadaan energi rendah menyerap radiasi dan
kemudian tereksitasi. Energi yang diabsorpsi oleh atom disebabkan oleh adanya interaksi
antara satu elektron dalam atom dan vektor listrik dari radiasi elektromagnetik. Ketika
menyerap radiasi, elektron mengalami transisi dari suatu keadaan energi tertentu ke
keadaan energi lainnya. Misalnya dari orbital 2s ke orbital 2p. Pada kondisi ini, atom-atom
di katakan berada dalam keadaan tereksitasi (pada tingkat energi tinggi) dan dapat kembali
pada keadaan dasar (energi terendah) dengan melepaskan foton pada energi yang sama.
Atom dapat mengadsorpsi atau melepas energi sebagai foton hanya jika energi foton (hν)
tepat sama dengan perbedaan energi antara keadaan tereksitasi (E) dan keadaan dasar (G).
Panjang gelombang yang diserap oleh atom dalam keadaan dasar akan sama
energi transisi kedua keadaan tersebut adalah sama tetapi dalam arah yang yang
berlawanan.
C. Alat dan Bahan :
1. Alat :
2. Bahan-bahan
• Padatan sampel
• HNO3 pekat
• HCl pekat
• Kertas Saring
• Larutan Stock Cu 1000 ppm
• Aquades
D. Cara Kerja :
a) Preparasi sampel
Sampel padatan
Disiapkan larutan uji sebagai berikut :Diambil ± 0.01 gram sampel dan dimasukkan ke
dalam cawan petri. Kemudian, dimasukkan ke dalam beaker glass 100 ml yang berisi
larutan aquaregia dengan perbandingan 1:3 antara HCl pekat dan HNO3pekat ditepatkan
pH antara 1-2. Larutkan padatan sampel dengan pelarut aquaregia menggunakan stirrer
dengan suhu 200°C selama kurang lebih 5-10 menit. Perhatikan sampel ketika pelarutan
karena pada saat pelarutan, pelarut mudah menguap ketika sampel belum larut sempurna
sedangkan jumlah pelarut berkurang tambahkan kembali aquaregia dan lalukan pemanasan
di dalam lemari asam. Dinginkan pada suhu kamar. Jadikan larutan hingga 100 ml dengan
menambahkan HNO3 2% ke dalam labu takar 100 ml.
Sampel Larutan :
Disiapkan larutan uji sebagai berikut : Diambil 50 mL sampel dan dimasukkan ke dalam
gelas kimia 250 mL, ditepatkan pH antara 1-2 dengan menambahkan larutan 2,5 mL
HNO3 16 M. Diaduk dan dipanaskan dalam lemari asam sampai volumenya lebih kurang
15mL. Lalu ditambahkan lagi 2,5 mL HNO3 16M. Didiamkan hingga suhu kamar.
Kemudian dimasukkan kedalam labu takar 50mL, ditambahkan aquades.
A. Tujuan
1. Praktikan mampu memahami prinsip kerja spectrometer FTIR
2. Praktikan mengetahui tujuan kalibrasi alat spectrometer FTIR sebagai dasar
menjamin keakuratan pembacaan frekuensi / panjang gelombang yang diukur atau
dihasilkan
B. Dasar Teori
Salah satu jenis spektroskopi adalah spektroskopi infra merah (IR). spektroskopi ini
didasarkan pada vibrasi suatu molekul. Spektroskopi inframerah merupakan suatu metode
yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada
daerah panjang gelombang 0.75 - 1.000 µm atau pada bilangan gelombang 13.000 - 10
cm-1.
Prinsip kerja spektrofotometer infra merah adalah sama dengan spektrofotometer
yang lainnya yakni interaksi energi dengan suatu materi. Spektroskopi inframerah
berfokus pada radiasi elektromagnetik pada rentang frekuensi 400-4000cm-1, di mana cm-
1
yang dikenal sebagai wavenumber (1/wavelength), yang merupakan ukuran unit untuk
frekuensi. Untuk menghasilkan spektrum inframerah, radiasi yang mengandung semua
frekuensi di wilayah IR dilewatkan melalui sampel. Mereka frekuensi yang diserap
muncul sebagai penurunan sinyal yang terdeteksi. Informasi ini ditampilkan sebagai
spektrum radiasi.
Spektroskopi inframerah sangat berguna untuk analisis kualitatif (identifikasi) dari
senyawa organik karena spektrum yang unik yang dihasilkan oleh setiap organik zat
dengan puncak struktural yang sesuai dengan fitur yang berbeda. Selain itu, masing-
masing kelompok fungsional menyerap sinar inframerah pada frekuensi yang unik.
Sebagai contoh, sebuah gugus karbonil, C = O, selalu menyerap sinar inframerah pada
1670-1780 cm-1, yang menyebabkan ikatan karbonil untuk meregangkan (Silverstein,
2002).
Atom-atom di dalam suatu molekul tidak diam melainkan bervibrasi (bergetar).
Ikatan kimia yang menghubungkan dua atom dapat dimisalkan sebagai dua bola yang
dihubungkan oleh suatu pegas. Bila radiasi inframerah dilewatkan melalui suatu cuplikan
D. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan sampel yang akan diuji berupa Etanol
3. Meletakkan sampel pada sampel holder dan menempatkannya pada lintasan sinar
alat FTIR.
4. Melakukan pengukuran dengan alat FTIR dan mengamati grafik yang terbentuk
1. PENDAHULUAN
Penyerapan daerah infra merah (IR) terbatas pada transisi dengan perbedaan energi
yang kecil terdapat diantara tingkatan vibrasi dan rotasi, yaitu pada daerah dengan bilangan
gelombang 13000-33 cm1. Yang biasa digunakan adalah antara 4000-667cm1.
Bila suatu molekul menyerap sinar IR maka di dalam molekul akan terjadi perubahan
tingkata energi vibrasi/rotasi, tetapi hanya transisi vibrasi/rotasi yang dapat menyebabkan
perubahan momen dipol yang aktif mengabsorbsi sinar IR. Disamping itu frekuensi sinar
yang datang harus sama dengan salah satu frekuensi vibrasi/rotasi molekulnya.
2. PERCOBAAN
• Tujuan
- Pengenalan IR Spektrofotometer
- Pembuatanspectra
• Bahan
- Plastik
- Aseton
Pengukuran berdasarkan pada vibrasi suatu molekul, adanya interaksi molekul dengan
radiasi elektromagnetik. FTIR digunakan untuk analisa kualitatif yaitu untuk mengetahui
ikatan kimia yang dapat ditentukan dari spectra vibrasi yang dihasilkan oleh suatu senyawa
pada panjang gelombang tertentu.
Cara kerja :
4. Pada halaman Sample, masukkan nama pada Name dari spectrum yang akandisimpan.
5. Pada halaman Scan, masukkan rentang pada Range, Scan, Type ,Duration.
8. Pada halaman Scan, masukkan rentang pada Range, Scan, Type ,Duration.