Anda di halaman 1dari 70

Modul Praktikum

Karakterisasi Material
Kualitatif 2018

Laboratorium Metalurgi Kimia


Departemen Metalurgi dan Material
Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018

PENGANTAR
PRAKTIKUM KARAKTERISASI MATERIAL KUALITATIF

Kimia analisa merupakan cabang ilmu yang sangat memegang peranan penting dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena merupakan alat untuk melihat gejala
kimia dan fisika yang terjadi terhadap suatu objek yang sedang dikaji. Pemberian konsep
dasar kimia analisa haruslah disertai dengan prakteknya, yaitu berupapraktikum.
Praktikum kimia analisa anorganik kualitatif mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Mahasiswa diharapkan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang sifat – sifat dan
kelakuan radikal anorganik.
2. Mahasiswa diharapkan mengembangkan kemampuan analisanya agar berhasil dalam
percobaan, yang nantinya menjadi bekal berharga di masadepan.
Berikut gambaran singkat praktikum ini, secara kualitatif dua zat murni yang terpisah
dapat dibedakan berdasarkan sifat fisiknya seperti, warna, bau, dan rasa. Akan tetapi sering
dijumpai kesulitan dalam membedakan secara langsung, karena itu diperlukan pengujian sifat
fisik lainnya seperti bentuk kristal, titik leleh, kelarutan dalam air atau sifat kimianya dengan
penambahan pereaksi tertentu.
Untuk mengidentifikasi macam – macam komponen dalam campuran cukup sulit,
biasanya dilakukan pemisahan terlebih dahulu berdasakan perbedaan kelarutan dari berbagai
zat. Perbedaan ini dapat terjadi, karena kelarutan fisis, yakni kelarutan zat dalam pelarut
dengan penambahan zat yang mempengaruhinya seperti CaCO3 dalam larutan NH4OH.
Prosedur yang biasa dilakukan untuk menganalisa zat yang tak diketahui adalah dengan
melarutkannya dan mengidentifikasi ion – ion yang ada dalam larutan sampel tersebut. Hal itu
biasanya dilakukan dengan pemisahan ion – ion terlebih dahulu dengan pengendapan.
Terhadap ion – ion yang ada di dalam larutan dilakukan pengujian khusus dengan
penambahan pereaksi – pereaksi tertentu yang mungkin akan memberikan larutan berwarna,
endapan, gas, atau bautertentu.
Dalam praktikum ini digunakan percobaan dengan menggunakan teknik – teknik
analisis semimikro yang mempunyai banyak keuntungan dibandingkan teknik – teknik lain
yang menggunakan skala yang lebih besar. Selain analisis dilakukan dengan jumlah sampel
beberapa mg padatan atau beberapa tetes cairan, teknik pemisahan endapan dari larutannya
dan pencucian endapan dilakukan dengan tabung sentrifuge, sehingga kecepatan analisis
menjaditinggi.

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 1


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
Atas dasar demikian, diharapkan buku ini dapat dimanfaatkan oleh semua pihak yang
berkepentingan, terutama mahasiswa. Semoga bermanfaat.

Tim Penyusun

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 2


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018

BAB I
DASAR – DASAR TEORI KIMIA ANALISA ANORGANIK KUALITATIF

A. KesetimbanganKimia
Reaksi kimia umumnya berlangsung secara reversible (dapat balik), sehingga
terbentuknya hasil reaksi menyebabkan berlangsungnya reaksi sebaliknya. Kesetimbangan
dinamis tercapai jika kecepatan pembentukan hasil reaksi sama dengan pembentukan kembali
zat – zat yang bereaksi. Pada reaksi tertentu, arah kesetimbangan ke pembentukan hasil reaksi
sangat besar, sehingga reaksi ini dapat dikatakan berlangsung sampai selesai atau
berkesudahan.
Pada keadaan kesetimbangan, konsentrasi zat – zat yang bereaksi dan hasil reaksi
tidak berubah lagi dan mempunyai perbandingan yang tetap. Untuk reaksi secara hipotetik di
bawah ini:

aA + bB cC + dD

laju reaksi antara A dan B sebanding dengan konsentrasi zat – zat tersebut dan dapat
dinyatakan sebagai :

V1 = k1 [A]a [B]b

sedangkan laju reaksi antara C dan D dinyatakan sebagai :

V2 = k2 [C]c [D]d

k1 dan k2 adalah tetapan laju reaksi. Pada keadaan setimbang, kecepatan reaksi pembentukan
C dan D sama dengan kecepatan pembentukan kembali A dan B, sehingga persamaan –
persamaan di atas dapat digabungkan menjadi:

k1 [A]a [B]b = k2 [C]c [D]d

[C]c [D]d = k1 = K
[A]a[B]b k2

K merupakan tetapan kesetimbangan reaksi yang nilainya tidak dipengaruhi konsentrasi zat –
zat yang bereaksi, tetapi oleh suhu secara berbanding lurus. Dari persamaan di atas diperoleh
hubungan :

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 3


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
1. Dissosiasi Air
Air digolongkan sebagai penghantar listrik yang buruk. Hal ini disebabkan oleh
sedikitnya ion – ion yang terbentuk pada saat dissosiasi air, sesuai dengan reaksi
kesetimbangan di bawah ini :

H2O + H2O H3O+ + OH-

atau

H2O H+ + OH-

Berdasarkan hukum aksi massa, tetapan kesetimbangan air dapat dinyatakan sebagai :

[H+][OH-]
= 1,82 x 10-6 (25oC)
H2O

konsentrasi air ( MR = 18 , densitas= 1gr/mL pada 25ºC) akan tetap dan mempunyai harga :

1000
[H2O] = = 56,6 M
18

Hasil kali K dengan konsentrasi air menjadi tetapan baru, Kw, hasil kali ion air.

Kw = K[H2O] = [H+][OH-] = 1,01 x 10-14


Dari persamaan tersebut, sifat keasaman larutan yang berpelarut air dapat didefinisikan
sebagai berikut :
a. Larutan netral:

[H+] = [OH-] = [Kw]-1/2 = 10-7 M

b. Larutan asam:

[H+] > [OH-]


[H+] > 10-7 M

c. Larutan basa:

[H+] < [OH-]


[OH-] > 10-7 M

Harga hasil kali ion air dapat dianggap tetap, baik dalam keadaan air murni maupun sebagai
pelarut suatu larutan. Misalkan asam ditambah pada air sehingga konsentrasi ion hidrogen
menjadi 10 -3 M. Penambahan asam ini akan menekan kesetimbangan air ke arah kiri dan
menyebabkan konsentrasi ion hidroksida menjadi 10-11 M, karena hasil kali ion air berharga

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 4


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
1,01 . 10-14. Jelaslah di sini, walaupun larutan bersifat asam, tetapi masih mengandung ion
hidroksida. Hal ini serupa terjadi saat basa ditambahkan ke dalam air murni.

2. Derajat Keasama Larutan


Konsentrasi ion hidrogen merupakan ukuran keasaman larutan yang umumnya
dinyatakan dalam satuan molaritas. Karena konsentrasi ion hidrogen yang digunakan dalam
analisa umumnya rendah, maka untuk mempermudahnya dipergunakam eksponen ion
hidrogen, yang didefinisikan sebagai :

pH = - log[H+]

berdasarkan persamaan di atas, disimpulkan bahwa larutan netral dengan pH 7, asam dengan
pH lebih kecil dari 7, dan basa dengan pH lebih besar dari 7.

3. Kesetimbangan Asam –Basa


Asam dan basa dalam air akan mengalami disosiasi membentuk ion – ionnya. Reaksi
reversible terjadi pada disosiasi asam dan basa lemah, misalnya disosiasi asam asetat
menghasilkan ion hidrogen dan asetat.

CH3COOH CH3COO- + H+
[CH3COO-][H+]
Ka =
CH3COOH

Harga Ka yang rendah menunjukkan ion hidrogen yang dihasilkan relatif kecil.
Sehingga dapat disimpulkan, bahwa harga Ka berbanding lurus dengan tingkat keasaman
suatu asam lemah dan begitu pula denganKb.
Pada asam lemah bervalensi 2 seperti asam karbonat dan asam sulfida, mempunyai dua
tetapan kesetimbangan, Ka1 untuk disosiasi pertama dan Ka2 untuk disosiasi kedua.
Sedangkan pada asam bervalensi tiga seperti asam fosfat terdapat tiga tingkat disosiasi karena
mengandung tiga ion hidrogen yangdilepaskan.

H3PO4 H2PO4- + H+ Ka1= 7,5 x10-3


H2PO4- HPO4- + H+ Ka1= 6,2 x10-8
HPO4- PO4- + H+ Ka1= 1,0 x10-12

Berikut ini ilustrasi singkat tentang asam sulfida yang digunakan dalam pemisahan
kation – kation sebagai endapan sulfida. Pengendapan selektif tak dapat berlangsung efektif
dalam larutan yang hanya mengandung regen H2S. Dalam bagan analisa kualitatif,

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 5


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
kesetimbanagn H2S berubah karena adanya senyawa lain. Misalnya penambahan asam kuat
HCl ke dalam H2S akan menurunkan konsentrasi ion sulfida dalam larutan tersebut. Jika
konsentrasi ion hidrogen ditentukan oleh spesies H2S saja, perhitungan kesetimbangan lebih
mudah dilakukan melalui gabungan tetapan kesetimbangan yang ada, sesuai dengan
persamaan sebagai berikut :

H2S H+ + HS- Ka1 = 1,1 x 10-7


HS- H+ + S2- Ka2 = 1,0 x10-14
-----------------------------------------------------------------------------------
H2S H+ + S2- K = Ka1 x
+ 2
Ka2[H ] [S ]2-

= 1,1 x 10-21
[H2S]

Berdasarkan persamaan di atas, jika dua dari tiga suku konsentrasi yang berhubungan
diketahui, maka suku ketiga dapat dihitung. Tetapi ingat, bahawa dalam larutan yang hanya
mengandung H2S, konsentrasi hidrogen jauh lebih besar daripada sulfida. Tidak hanya dua
kali lebih besar, sebagaimana tersirat dalam persamaan gabungan disosiasi di atas. Dalam
larutan ini, dapat dikatakan hampir semua ion hidrogen dihasilkan pada disosiasi pertama,
bersama dengan ion hidrogen sulfida. Hanya sedikit ion hidrogen sulfida yang berdisosiasi
menjadi ion sulfida. Hal tersebut terlihat dari harga tetapan kesetimbanganreaksinya.
Berikut salah satu contoh kasus pengendapan selektif dari sulfida logam. Dalam bagan
analisis kualitatif, sulfida logam yang paling tidak larut pada golongan 3 ialah ZnS, dan yang
paling larut dalan golongan 2 ialah CdS. Agar mencapai pemisahan yang paling efektif dari
kedua kation ini, pengendapan harus dilakukan dimana CdS mengendap dan ZnS larut. Untuk
itu, perhatikan contoh kasus berikut.

Berapa konsentrat ion hidrogen yang harus dipertahankan dalam larutan H2S jenuh 0,1
M untuk mengendapkan CdS bukan ZnS dari suatu sampel yang mengandung ion cadmium
dan seng masing – masing 0,1 M. Harga Ksp dari CdS dan ZnS berturut – turut adalah 8,0 x
10-27dan 1,0 x 10-21.
Penyelesaian :
Jika ZnS tidak akan mengendap, maka :
[Zn2+][S2-] < Ksp = 1,0 x 10-21
[0,1][S2-] < 1,0 x 10-21 M
[S2-] < 1,0 x 10-20 M

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 6


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
Harga [S2-] maksimum sebelum ZnS mengendap ialah 1,0 x 10-20. Ion hidrogen yang
dibutuhkan untuk mempertahankan [S2-] ialah :

K= [H+]2[S-2] = [H+]2 [1,0x 10-20] = 1,1 x10-21


[H2S] [0,1]

Maka konsentrasi ion hidrogen didapat 0,1 M. Bahwa CdS mengendap dalam kasus ini
dengan bukti :

[Cd+2][S2-] = [0,1][1 x 10-20] = 1 x 10-21 > Ksp (8,0 x 10-27)

Semua konsentrasi ion hidrogen yang lebih besar dari 0,1 M tidak akan mengendapkan ZnS.

4. Pengaruh Ion Sejenis


Sesuai dengan prinsip Le Chatelier, penambahan ion sejenis menyebabkan pergeseran
kesetimbangan ke sisi yang berlawanan. Misalnya pada larutan asan asetat, reaksi
kesetimbangan yang terjadi :

CH3COOH CH3COO- +H+

Penambahan ion hidrogen pada suhu tetap terhadap asam asetat dalam kesetimbangan akan
menyebabkan perubahan konsentrasi ion asetat dan asam asetat. Kesetimbangan bergeser ke
kiri yang berarti menekan disosiasi asam asetat, sehingga konsentrasi ion hidrogen
(keasaman) diperkecil. Hal serupa terjadi pada penambahan ion sejenis ke dalam suatu larutan
basa lemah, yakni penurunankebasaan.

5. Larutan Buffer
Penambahan ion sejenis pada asam atau basa lemah selain menurunkan keasaman atau
kebasaan, juga menghasilkan larutan yang mampu mempertahankan keasaman dan
kebasaannya terhadap penambahan asam atau basa kuat.
Hal tersebut akan menjadi lebih jelas dengan memperhatikan contoh berikut. Misalnya
larutan yang mengandung CH3COOH dan CH3COONa yang masing – masing berkonsentrasi
0,1 M. Jika ke dalam larutan tersebut diberikan HCl, ternyata pengaruh HCl sebagai asam
kuat tidak terlihat. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar ion hidrogen akan ditarik CH3COO -
membentuk CH3COOH, sehingga konsentrasi ion hidrogen dapat dikatakan tidak mengalami
perubahan.

H+ + CH3COO- CH3COOH

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 7


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
Sebaliknya penambahan ion hidroksil dari NaOH akan diikat oleh in hidrogen
membentuk air, sehingga lebih banyak ion asetat yang akan berdisosiasi. Konsentrasi ion
asetat bertambah, sedangkan asam asetat akan berkurang, tetapi ion hidrogen tidak berubah
banyak.
Larutan ini menunjukkan ketahanan terhadap penambahan asam dan basa yang disebut
sebagai larutan buffer atau penyangga. Umumnya, sifat ini ditunjukkan oleh larutan yang
mengandung asam atau basa lemah dengan garamnya, misalnya campuran asam asetat dengan
natrium asetat dan ammonium hidroksida dengan ammonium klorida. Aplikasi larutan buffer
dalam analisa kualitatif adalah sebagai pengontrol keasaman atau kebasaan larutan.
Pada larutan buffer asam lemah HA dan garamnya MA, kesetimbangan yang terjadi
ialah :

HA H+ + A-

MA M+ + A-
Ka = [A-][H+]
HA

Penentuan konsentrasi ion hidrogen dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut :


a. Adanya garam A-ndari garam MA akan menekan disosiasi HA, sehingga dapat
dianggap asam HA hampir tidak mengalami disosiasi. Maka konsentrasi asam total (Ca)
dapat dianggap sama dengan awalnya[HA].
b. Konsentrasi total garam (Cg) dapat dikatakan hampir sama dengan A- dalam larutan
yang berasal darigaram.
Dari kedua pendekatan tadi, maka persamaan Ka di atas dapat diubah menjadi :

Ka Ca
+
[H ] =
Cg

Hasilnya, kesetimbangan air bergeser ke arah pembentukkan reaksi, sehingga konsentrasi ion
hidorksida meningkat dan menjadikan larutan bersifat basa. Sementara itu, tidak ada
kecenderungan ion natrium dan hidroksida bergabung membentuk NaOH, karena NaOH
merupakan elektrolit kuat.

Ammonium Klorida
Ion – ion yang ada di dalam larutan ammonium klorida adalah ion hidrogen, hidroksida
dari disosiasi air, dan ion ammonium. Kecenderungan ion hidrogen berikatan dengan ion
klorida membentuk asam klorida dapat dikatakan tidak ada, karena merupakan elektrolit kuat.

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 8


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
Akan tetapi ion ammonium akan berikatan dengan ion hidroksida, karena merupakan
elektrolit lemah. Akibatnya larutan mengandung ion hidrogen lebih banyak, sehingga larutan
menjadi bersifatasam.

NH4Cl NH4+ + Cl-


H2O OH- + H+

NH4OH

Ammonium Asetat

Ion – ion yang ada di dalam larutan ammonium asetat adalah ion hidrogen, hidroksida,
ammonium dan asetat. Hidrolisa garam ini tinggi (reaksi jauh di sebelah kanan) karena baik
asan asetat maupun ammonium hidroksida merupakan elektrolit lemah.
Bila dihasilkan asam dan basa yang sama – sama lemah, maka penentuan sifat larutan
dilihat dengan membandingkan harga Ka dan Kb dari masing – masing asam lemah dan basa
lemah. Jika harga Ka suatu asam lemah lebih besar daripada Kb suatu basa lemah, maka
larutan akan bersifat asam dan sebaliknya. Dalam kasus di atas, oleh karena harga tetapan
asam dan basa dari asam dan basa mendekati sama, maka sifat larutan dianggap netral.

Garam – Garam Logam Berat


Sebagian besar garam – garam logam berat dapat berikatan dengan hidroksida dari
larutan, sehingga larutan cenderung bersifat asam. Misalnya larutan tembaga sulfat (CuSO4)
akan melarut dengan memberikan ion Cu2+ dan SO42-. Kecenderungan SO42- untuk mengikat
H+ dapat dikatakan tidak ada karena asam sulfat merupakan elektrolit kuat. Akan tetapi Cu2+
dapat bereaksi dengan OH-, seperti di bawah ini :

Cu2+ + OH- Cu(OH)+ + H2O

Garam ini memberikan sifat asam pada larutannya, karena pengikatan ion hidroksida
mengakibatkan kesetimbangan air terganggu, sehingga ion hidrogen menjadi meningkat.

B. KesetimbanganKelarutan
1. Kelarutan Elektrolit danKsp
Reaksi pembentukkan endapan merupakan reaksi penting dalam analisis kimia
anorganik kualitatif, karena ion – ion tertentu dapat diidentifikasikan dan dipisahkandari

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 9


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
campurannya sebagai endapan. Pemisahan ini didasarkan pada perbedaan kelarutan zat – zat
hasil reaksi.
Zat – zat yang dikatakan sukar atau tidak larut, sebenarnya masih larut dalam air karena
dalam berkesetimbangan, tetapi dalam jumlah yang sangat kecil. Kesetimbangan kelarutan
terjadi pada elektrolit seperti basa – basa dan garam – garam yang sukar larut dalam air. Asam
– asam umumnya larut dalam air, sehingga tak perlu dipersoalkan. Untuk melihat seberapa
banyak suatu zat dapat larut dalam pelarut air, diperlukan besaran kelarutan atau solubilitas
yang dilambangkan dengan S. Kelarutan didefinnisikan sebagai jumlah (mol atau berat) zat
yang dapat larut maksimum dalam sejumlah pelarut tertentu. Satuan kelarutan yang umum
digunakan adalah molaritas, tetapi data percobaan dapat memakai besaran gram tiap liter atau
gram tiap 100 gram pelarut.
Larutan dikatakan belum jenuh, jika jumlah zat dalam larutan di bawah batas
kelarutannya. Larutan jenuh (siap mengendap), jika jumlah zat dalam larutan tepat sama
dengan batas kelarutannya. Dan larutan lewat jenuh (terjadi endapan), jika jumlah zat dalam
larutan di atas kelarutannya.
Pada larutan tepat jenuh, zat – zat yang sukar larut akan berada dalam kesetimbangan
antara ion – Ion yang berada dalam padatan kristal. Sebagai contoh, jika padatanAgCl
dikocok dalam air, ion Ag+ dan Cl- dalam kisi padatan akan pergi ke larutan sampai larutan
menjadi jenuh. Dalam larutan jenuh yang terbentuk ini terdapat kesetimbangan antara ion –
ion dalam larutan dengan ion – ion yang berada dalam kisi kristalpadatan.

AgCl Ag+ + Cl-


(padatan) (terlarut)

Secara fisika, banyaknya AgCl yang dapat terlarut hanya tergantung pada suhu. Hukum
aksi massa dapat diterapkan dalam sistem kesetimbangan padatan AgCl dengan ion – ionnya
dalam larutan. Dengan demikian persamaan tetapan kesetimbangan yang terjadi :

K = [ Ag+] [Cl-]
[AgCl]

Konsentrasi padatan AgCl relatif tidak berubah, karena itu dapat dimasukkan ke dalam
tetapan baru yang disebut hasil kali kelarutan (Ksp).

Ksp = K [AgCl] = [Ag+][Cl-]

Secara umum, untuk zat dengan rumus hipotetik AxBy yang mengion adalah sebagai berikut.

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 10


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
AxBy xA+y + yB-x
[s] xs ys

Ksp = [A+y]x[B+x]y = [xs]x[ys]y

Ksp (Konstanta Solubility Product) adalah tetapan kesetimbangan suatu zat yang
didapat dari hasil kali konsentrasi ion – ionnya dalam kesetimbangan larutan jenuh
dipangkatkan koefisienreaksinya.

2. Koefisien Reaksi (Q) danPengendapan


Harga Ksp berfungsi untuk memperkirakan apakah suatu zat elektrolit masih dapat larut
atau tidak, sebab hasil kali konsentrasi ion – ionnya maksimum sama dengan harga Ksp.
Sebagaimana kesetimbangan kimia pada umumnya, keadaan kesetimbangan dapat
diungkapkan dengan koefisien reaksi (Q), yakni hasil kali konsentrasi ion – ion zat pada saat
reaksi berlangsung atau saat perhitungan. Harga Q selalu dibandingkan terhadap Ksp.
Q<Ksp : Larutan belum jenuh (tidak mengendap)
Q=Ksp : Larutan tepat jenuh (siapmengendap)
Q>Ksp : Larutan lewat jenuh (terjadipengendapan)
Sebagai contoh di atas adalah AgCl. Bila hasil kali konsentrasi [Ag+] dan [Cl-] melewati
harga Ksp AgCl (1,21 x 10-10), pengendapan akan terjadi. Pada pelarutan AgCl dalam air,
konsentrasi [Ag+] dan [Cl-] sama – sama berjumlah 1,1 x 10 -5 M, akan tetapi untuk
menghasilkan endapan AgCl tidak perlu jumlah konsentrasi [Ag+] dan [Cl-] harus sama,
selama hasil kali konsentrasi ion – ionnya melampaui harga Ksp-nya. Jika pada konsentrasi
[Ag+] sebesar 1 x 10-7 M, maka jumlah konsentrasi [Cl-] yang digunakan untuk menghasilkan
larutan yang tepat jenuh adalah :

[Cl-] = Ksp = 1,21 x 10-10 = 1,21 x10-3


1 x10-7 1x10-7

Setiap konsentrasi [Cl-] yang lebih besar dari 1,21 x 10-3 M akan menghasilkan endapan
AgCl. Dari tersebut, terlihat bahwa kelarutan AgCl murni dalam air adalah 1,1 x 10-5 M,
sedangkan kelarutannya dalam larutan yang mengandung [Cl-] 1,21 x 10-3 M hanya sebesar 1
x 10 -7 M. Dengan kata lain, adanya ion Cl- berlebih menyebabkan kelarutan garam AgCl
menjadi berkurang hampir seperseratusnya. Hal ini merupakan salah satu faktor untuk
mengendalikan pengendapan suatu zat dalampelarut.
Berikut ini, contoh kasus yang berkaitan dengan hal di atas.

a. Berapakah kelarutan PbCl2 dan konsentrasi [Pb2+] dan [Cl-] dalam larutanPbCl2 ?

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 11


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
Penyelesaian :
Dalam kasus ini terdapat kesetimbangan :

PbCl2 (s) Pb2+(aq) + 2Cl-

Ksp = [Pb2+] [Cl-]2 = [S][2S]2 = [4S]3 = 2,4 x 10-4

Maka jumlah kelarutan PbCl2 atau [S] = 0,039 M


[Pb2+] = 1 x [S] = 0,039 M
[Cl-] = 2 x [S] = 0,078 M

b. KspPbSO4=1x 10 -8.Suatularutanmengandung[Pb2+]1x 10-5M,makaberapakah jumlah


konsentrasi ion sulfat dalam larutan agar endapan PbSO4 tidak
terjadi?Penyelesaian:
Dalam hal ini, persamaan Ksp = [Pb2+][SO4-2] = 1 x 10-8
Untuk menghasilkan endapan PbSO4 tidak terjadi, maka larutan haruslah maksimal
tepat jenuh. Sehingga jumlah [SO4-2] menjadi :
[SO2-
4] = 1 x 10-8 = 1 x 10-8 = 10-3M
[Pb2+] 1 x10-5

c. Suatu larutan yang mengandung MgCl2 0,1 M dan NH4OH 0,1 M. Apakahterbentuk
endapan? Bila terbentuk, berapa jumlah ion [Mg2+] yang masih ada dalam larutan?
Penyelesaian:
Kesetimbangan kimia yang terjadi mengacu pada harga Ksp zat yang terkecil, yakni
Mg(OH)2.

Ksp Mg(OH)2 = [Mg2+][OH]2 = 3,2 x 10-11

Ka = [NH4+][OH-] = 1,8 x 10-5


[NH4OH]

Karena [NH4+] = [OH-], maka [OH-] = (1,8 x 10-5 )1/2 = 1,34 x 10-3 M.
Pencampuran MgCl2 0,1 M dan NH4OH 0,1 M memberikan hasil kali konsentrasi ion –
ion yang lebih besar daripada KSp, pada sistem larutan terjadi endapan

[Mg2+][OH]2 = [0,1][ 1,34 x 10-3]2 = 1,8 x 10-7

Sedangkan konsentrasi [Mg2+] dalam larutan dihitung dengan persamaan sebagai


berikut :
Ksp Mg(OH)2 = [Mg2+][OH]2
3,2 x 10-11 = [Mg2+][ 1,34 x 10-3]2

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 12


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
[Mg2+] = 1,78 x 10-5 M

C. Pergeseran KesetimbanganKelarutan
Sebagaimana kesetimbangan kimia pada umumnya, kesetimbangan kelarutan juga
mengalami pergeseran. Pada sistem kelarutan, perubahan volume dan tekanan tidak
mempengaruhi kesetimbangan. Faktor – faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kelarutan,
antara lain :

1. Efek IonSejenis
Adanya ion sejenis akan menurunkan kelarutan, sebab kesetimbangan akan bergeser
kearah padatan garam. Bila konsentrasi salah satu ion makin besar, maka konsentrasi ion yang
lain akan berkurang, sebab harga Ksp zat tetap. Sehingga kelarutan zat diwakili oleh
konsentrasi ion yang berkurang tadi.

2. EfekpH
Harga pH mempunyai pengaruh terhadap kesetimbangan kelarutan zat sebab ion
hidrogen atau hidroksida dapat bereaksi dengan garam atau ion lainnya membentuk garam
asam yang larut atau basa yang tidak larut. Contoh berikut untuk zat yang berupa garam
CaCO3 dan AlCl3 penambahan asam dan basa.

CaCO3 + HCl Ca(HCO3)2 + CaCl2


garamendapan asam garam asamyglarut larut

AlCl3+ 3NaOH Al(OH)3 + NaCl

3. EfekKompleks
Garam yang berkation unsur transisi dapat membentuk senyawa koordinasi (kompleks).
Senyawa kompleks umumnya larut dalam air, sehingga menganggu kesetimbangan. Sehingga
adanya pembentukan senyawa kompleks menyebabkan kelarutan zat meningkat. Hal tersebut
secara jelas pada AgCl dalam larutan yang mengamdung ammoniak.

AgCl Ag+ + Cl-

Ag+ + 2NH3 [Ag(NH3)2]+

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 13


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
4. EfekSuhu
Secara umum, kelarutan berbanding lurus dengan suhu.Akan tetapi ada beberapa zat
justru kebalikannya, ada pula berbanding lurus hingga pada suhu tertentu lalu kelarutannya
menurun. Secara sederhana, amatilah diagram kelarutan berikut.

D. Aplikasi Prinsip Hasil Kali Kelarutan pada Pemisahan Kation Golongan II danIII
Pengontrolan konsentrasi ion sulfida adalah dasar pemisahan kation – kation golongan
II dan III (golongan dalam prosedur analisa kualitatif semimikro). Tetapan hasil kali kelarutan
garam – garam sulfida kedua golongan tersebut bervariasi dari harga 4,0 x 10-53 (untuk Hg)
sampai 1,4 x 10-15 (untuk MnS). Jelaslah di sini, untuk mengendapkan MnS diperlukan
konsentrasi ion sulfida jauh lebih besar daripada untuk mengendapkan HgS. Pengaliran gas
H2S ke dalam larutan yang mengandung kation – kation golongan II dan III seperti Hg2+,
Cu2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Mn2+ akan mengendapkan sulfide – sulfida dengan urutan sesuai
dengan kenaikan harga Ksp. Jadi, HgS akan mengendap terlebih dahulu, lalu CuS, CdS, dan
seterusnya. Jika konsentrasi ion sulfida dikontrol dengan baik, yakni dengan pengaturan
konsentrasi ion hidrogen sekitar 0,3 M, maka hanya sulfida – sulfida golongan II, seperti HgS,
CuS, CdS, PbS, yang akan mengendap. Pada konsentrasi ion hidrogen 0,3 M dan konsentrasi
H2S dalam larutan jenuhnya 0,1 M, maka jumlah konsentrasi ion sulfida:

[S2-] = 6,8x 10-24 = 6,8x 10-24 = 7,5 x 10-23M


H2 [0,3]

Jika harga Ksp HgS sebesar 4,0 x 10-53, maka konsentrasi Hg2+ yang diperlukan untuk
menghasilkan larutan tepat jenuh HgS adalah :

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 14


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018

[Hg2+] = 4,0 x 10-53


7,5 x 10-23
= 5,3 x 10-31

Setiap konsentrasi [Hg2+] yang lebih besar dari nilai tersebut akan menyebabkan endapan
HgS. Karena kecilnya harga tersebut, HgS akan selalu mengendap bila ditambahkan gas H2S.
Timbal sulfida mempunyai harga Ksp terbesar pada golongan II. Untukmengendapkannya
sebagai PbS, konsentrasi [Pb2+] minimal yang diperlukan dalam larutan asam sulfida 0,3M
dapat dihitung. Jika Ksp PbS sebesar 4,2 x 10-28 dan konsentrasi ion sulfida 7,5 x 10-23, maka
konsentrasi timbal :
4,2 𝑥𝑥 1028
[Pb ] =
2+ = 5,6 𝑥𝑥 10−6 𝑀𝑀
7,5 𝑥𝑥 10−23

Untuk konsentrasi ini cukup kecil dibandingkan dengan konsentrasi timbal yang
digunakan dalam analisis, maka PbS akan mengendap bila ditambahkan gas H2S. Untuk ZnS
yang memiliki Ksp 1,2 x 10-23, suatu sulfida yang tidak dapat mengendap dalam golongan II
tetapi pada golongan III, dengan konsentrasi ion sulfida 7,5 x 10-23 M, memerlukan konsetrasi
Zn2+ sebesar :

1,2 𝑥𝑥 10−23
[Zn2+] = = 0,16 𝑀𝑀
7,5 𝑥𝑥 10−23

Konsentrasi ion seng dalam sampel yang dianalisis umumnya lebih rendah dari 0,16M, karena
itu ZnS tidak mengendap pada golongan II. Dengan mengatur konsentrasi ion hidrogen 0,3M
kation-kation golongan II dapat dipisahkan dari kation – kation golongan III, karena ion
sulfida cukup besar untuk melewati Ksp sulfida – sulfida golongan II, tetapi tidak untuk
golongan III. Karena konsentrasi ion sulfida dapat dikontrol melalui pengaturan konsentrasi
ion hidrogen, pengelompokan kation – kation dapat berubah dengan berubahnya pH dalam
larutan. Dapat disimpulkan bahwa pengontrolan pH larutan sangatlah penting.

E. Jenis Reaksi dalam Analisis Kimia Anorganik Kualitatif


Beberapa jenis reaksi yang terlibat dalam analisis ini secara umur dibagai sebagai
berikut.

1. Pertukaran Ganda
Reaksi ini paling umum terjadi pada skema analisis kualitatif. Reaksinya dapat
dinyatakan dalam persamaan reaksi molekul atau ion. Reaksi ini umumnya mengikutsertakan
penggabungan ion, dimana bilanagan oksidasi (valensi) spesi – spesi yang beraksi tidak

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 15


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018

berubah. Contoh reaksi dalam analisis kualitatif:

H2SO4 + PbCl2  PbSO4 + 2HCl


CuCl2 + H2S  CuS + 2HCl

2. Reaksi Redoks
Pada reaksi ini terjadi perubahan bilangan oksidasi yang disertai dengan pertukaran atau
perpindahan elektron antara zat – zat yang bereaksi. Spesi yang mengalami oksidasi atau
menangkap elektron disebut reduktor (zat pereduksi), sedangkan spesi yang mengalami
reduksi atau melepas elektron disebut oksidator (zat pengoksidasi). Contoh dari hal ini
terdapat pada reaksi dibawah ini:

2Fe3+ + Sn2+  2Fe2+ + Sn4+

Hilangnya warna kuning Fe3+ (ciri Fe3+ dengan adanya HCl) menunjukkan bahwa Fe3+
direduksi menjadi Fe2+, sedangkan Sn2+ dioksidasi menjadi Sn4+.

3. Reaksi Pembentukan Kompleks


Ion atau molekul kompleks terdiri dari satu ion pusat dan sejumlah ligan yang terikat
melalui ikatan koordinasi. Ion kompleks umumnya dibentuk ion atau logam transisi sebagai
atom pusat dengan molekul atau ion lainnya, seperti CN-, H2O, NH3 sebagai ligan. Banyaknya
ligan yang terdapat pada suatu molekul kompleks disebut bilangan koordinasi.
Pembentukan senyawa kompleks dalam analisis kualitatif kimia anorganik sering
digunakan dalam pemisahan dan identifikasi zat karena dapat sebagai pengendali kelarutan
endapan yang terbentuk dan umumnya berwarna khas. Misalnya penambahan NH3 kedalam
larutan yang mengandung Ag+ dengan reaksi yang terdapat pada contoh subbab efek
komplekssebelumnya.

4. Reaksi Penetralan pada Senyawa Amfoter


Beberapa hidroksida logam dapat bereaksi sebagai asam atau basa. Dengan demikian
dapat larut dalam asam klorida maupun natrium hidroksida. Misalnya Al(OH)3 :

Al(OH)3 + 3H+ Al3+ + 3H2O


Al(OH)3 + OH- Al(OH)63- AlO33- + H2O
atau
Al(OH)3 + OH  Al(OH)4- AlO2- + H2O
-

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 16


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2017
Kelarutan logam hidroksida amfoter ini dalam basa meningkat, karena membentuk ion
kompleks orto aluminat (AlO33-) atau ion kompleks meta -aluminat (AlO2-). Berdasarkan pada
sifat amfoter ini dapat dilakukan pemisahan. Misalnya, jika ke dalam larutan yang
mengandung campuran garam Fe (III) dan Al (III) ditambahkan NaOH berlebih, besi
hidroksida akan mengendap, tetapi aluminum hidroksida yang terbentuk akan mengendap lalu
larut kembali membentuk ion aluminat. Hidroksida – hidroksida lainnya yang bersifat amfoter
terdapat pada hidroksida dari logam Cr2+, Zn2+, Sn2+, dan Pb2+.

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 17


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 18


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018

BAB II
PERALATAN DAN TEKNIS ANALISIS SEMIMAKRO

A. Alat AnalisisSemimakro
Berikut merupakan peralatan yang digunakan untuk analisis kualitatif semimakro.

1. Tabung Reaksi dan Tabung Sentrifuge


Tabung reaksi yang digunakan biasanya berukuran 4 mL (77 x 10 mm) atau 8 mL (100
x 12 mm). Bila endapan akan dipisahkan dari larutan, digunakan tabung sentrifuge. Untuk
mencegah terjadinya bumping (loncatan yang berakibat hilangya sebagian atau seluruh
larutan), pada pemanasan larutan dalam tabung reaksi maupun sentrifuge, dilakukan dengan
meletakkannya di dalam gelas piala yang berisi air mendidih (penangasair).

2. BatangPengaduk
Untuk mempermudah pencampuran larutan dalam tabung reaksi maupaun tabung
sentrifuge, gunakan batang pengaduk. Pengadukan perlu dilakukan dalam mencuci endapan
dengan air atau cairan lain agar kontak padatan dan cairan lebih baik.

3. PipetTetes
Untuk memindahkan larutan dari suatu tempat ke tempat lain digunakan pipet tetes.
Untuk mencegah terjadinya pengotoran pereaksi, gunakanlah satu pipet hanya untuk satu jenis
pereaksi. Kembalikan pipet pada tempatnya semula setelah digunakan.
Sebelum dipakai, pipet ini harus dikalibrasi untuk dapat mengetahui volume dari tetesan
yang keluar. Caranya adalah dengan memasukkan air suling pada pipet yang bersih dan
teteskan ke dalam gelas ukuran 5 mL. Hitunglah jumlah tetesan hingga meniskus berhimpit
pada tanda 5 mL. Ulangi kembali kalibrasi sampai hasil yang diperoleh tidak berbeda 2 tetes.
Hitung volume 1 tetes dan tandailah pipet tersebut.

4. Sentrifuge
Dalam analisis semimakro, endapan dipisahkan dari cairannya tidak dengan
menggunakan kertas saring, tetapi dengan bantuan sentrifuge (pemusing). Dengan adanya
gaya sentrifuge, endapan dan cairan dipisahkan atas dasar perbedaan kerapatan.Pemisahan

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 19


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
dilakukan dalam tabung sentrifuge dan cairan jernih yang berada di atas endapan dapat
diambil dengan pipet.
Sentrifuge yang digunakan ada yang berupa sentrifuge tangan dan sentrifuge listrik.
Dalam pemakaiannya ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan.:
a. Sediakan 2 buah tabung sentrifuge yang kira – kira besar dan bobotnyasama.
b. Tabung yang satu diisi dengan larutan yang mengandung endapan yang akan
dipisahkan, sedangkan tabung yang lain diisi dengan air suling dengan berat kira – kira
sama sebagai penyetimbang. Hindarilah pengisian tabung kurang dari 1 cm dari mulut
tabung.
c. Masukkan kedua tabung tersebut ke dalam sentrifuge pada posisi yang berlawanan.
Jalankan sentrifuge dengan maenaikkan kecepatannya perlahan – lahan. Untuk
sentrifuge tangan usahakan sampai tercapai kecepatan maksimum dan dipertahankan
selama kira – kira 30 detik, lalu lepaskan dan dibiarkan berhenti sendiri. Untuk
sentrifuge listrik, kecepatan dapat dinaikkan dengan menggeser tombol sampai
kecepatan tertentu (tidak perlu maksimal) dan biarkan selama kira – kira 30 detik.
Selanjutnya tombol dikembalikan pada posisi semula dan dibiarkan sampai sentrifuge
berhenti (kira – kira 30 detik). Hentikanlah segera alat sentrifuge listrik, apabila ada
suaramencurigakan.

B. TeknikAnalisis
Berikut merupakan teknik analisis dalam kimia analisis kualitatif.

1. Pengambilan sampelanalisis
Berat sampel untuk analisis harus berada ± 5 – 30 mg. Umumnya sampel seberat ini
diperoleh dengan menggunakan ujung spatula semimikro yang cukup penuh dengan sampel
bubuk.

2. Pelarutansampel
Larutan untuk analisis dibuat dengan melarutkan kira – kira 30 mg zat dalam 3 ml
pelarut dalam gelas piala 5 mL atau tabung reaksi. Campurkanlah dengan baik hingga
diperoleh pelarutan yang sempurna. Selanjutnya diambil 1 mL larutan tersebut untuk analisis
dan sisanya untuk pengulangan bila perlu dilakukan.
Jika sampel tidak larut sempurna dalam pelarut tersebut, dapat dicoba dengan pelarut –
pelarut lain seperti diberikan pada petunjuk. Apabila sampel untuk analisis tetap tidak larut

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 20


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
sempurna dalam pelarut – pelarut yang biasa digunakan, perlu dilakukan peleburan dari
residu. Pertama – tama residu dicuci dan dikeringkan dengan baik. Bila pereaksi untuk
melebur kering (misalnya Na2CO3), maka tambahkanlah secukupnya ke dalam tabung, dan
usahakan tercampur baik dengan residu. Selanjutnya campuran dipindahkan ke tempat
peleburan dengan menggunakan spatula mikro. Cara yang lebih umum dilakukan adalah
mencuci residu dengan etanol di dalam tabung, keringkan, pelarut yang masih menempel
diuapkan dengan meletakkan tabung dalam heating block beberapa menit. Kemudian residu
yang kering dipindahkan ke tempat peleburan untuk perlakuan lebihlanjut.

3. Penambahanpereaksi
Semua pereaksi dalam analisis skala ini, sebaiknya ditempatkan dalambotol yang
dilengkapi dengan alat penetes. Apabila hendak meneteskan pereaksi kedalamtabung,
hindarkan kontak ujung pipet dengan bagian dalam tabung. Hal ini untukmencegahterjadinya
pengotoran pada pereaksi. Pengotoran pada pereaksi akan mempengarujikeseluruhananalisis.
Dalam analisis seringkali diperlukan larutan yang bersifat asam ataubasa.Untuktujuan tersebut
dapat digunakan kertas lakmus. Karena asam atau basa yangditambahkandapat memberikan
uap diataslarutan yang bersifat seperti pereaksi yang ditambahkan,pengujian
sifat keasaman atau kebasaan dilakukan terhadap larutannya.

4. PenambahanH2S
Untuk penambahan H2S ke dalam larutan, ada beberapa cara yang biasa digunakan,
yaitu dengan generator jenis Kipp, menambahkan senyawa organik yang terhidrolisis dengan
melepaskan gas H2S (misalnya thioasetamida), atau menggunakan larutan gas tersebut dalam
aseton. Karena H2S berbau busuk dan beracun, maka generator pada cara pertama diletakkan
di dalam lemari asam. Untuk mengendapkan garam – garam sulfida, cara kedua dan ketiga
lebihdisukai.
Kelarutan gas H2S dalam aseton pada temperatur ruang kurang lebih 20 gram tiap liter
aseton. Larutan ini yang dibuat menurut petunjuk dan stabil untuk waktu sekurang –
kurangnya 3 bulan. Karena larutan jenuh dalam aseton mengandung konsentrasi gas H2S yang
cukup tinggi, pereaksi yang diperlukan untuk mengendapkan golongan Cu, Sn, Zn hanya
beberapa tetes saja. Aseton dapat larut tanpa mengakibatkan gangguan dan dikeluarkan
denganpendidihan.
Hal yang perlu diperhatikan adalah hindari kontaminasi pereaksi H2S dalam aseton oleh
asam karena ion hidrogen akan mendorong pembentukan thioaseton dan berakibat hilangnya

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 20


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
sifat pengendap sulfida dari pereaksi. Sebaiknya secara periodik keefektifan pereaksi diuji
dengan larutan tembaga.

5. Pemanasan dan penguapanlarutan


Pemanasan larutan dalam tabung semimikro atau sentrifuge sebaiknya dilakukan
dengan penangas air (lihat A.1). Cara ini digunakan untuk proses penguapanlambat.
Penguapan untuk memekatkan larutan atau mengeluarkan gas dengan cepat dapat
dilakukan dengan menggunakan tabung didih semimikro dan pembakar mikro. Pemanasan
dilakukan hati – hati dan secara berkala tabung didih ditarik dari api serta digoyangkan secara
perlahan.
Penguapan larutan sampai kering dalam gelas piala atau krus dapat dilakukan dengan
meletakkan di atas permukaan heating block. Bila diperlukan temperatur yang lebih tinggi,
misalnya untuk peleburan, dapat dilakukan dengan krus yang diletakkan pada segitiga
porselin di ataspembakar.

6. Pemisahanendapan
Pengendapan biasanya dilakukan dalam tabung reaksi dengan penambahan tetes demi
tetes pereaksi. Selanjutnya endapan dipisahkan dari larutannya dengan menggunakan tabung
sentrifuge. Untuk endapan – enadapan yang sangat halus dan bersifat koloid memerlukan
waktu pemusingan yang lebih lama.
Pengendapan sempurna sangat penting, ini dapat diuji dengan penambahan satu tetes
pereaksi lagi pada filtrat (sentrifugal) di atas endapan setelah di-sentrifuge. Apabila tidak
terbentuk endapan lagi pada filtrat, pengendapan dapat dianggap sempurna. Cairan di atas
endapan ini dapat diambil tanpa menganggu endapan, dengan cara dekantasi atau
menggunakan pipet.

7. Pencucianendapan
Setelah endapan dipisahkan dari larutan, endapan dicuci dengan penambahan beberapa
tetes cairan pencuci yang umumnya air. Usahakan tercampur dengan baik, selanjutnya di-
sentrifuge lagi dan larutan pencuci dipisahkan dengan bantuan pipet atau dekantasi. Biasanya
diperlukan 2 – 3 kali pencucian.

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 21


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
8. Pemindahanendapan
Kadang – kadang diperlukan pemindahan sebagian endapan ke tabung yang lain dengan
cara mensuspensi endapan dalam cairan yang sesuai (umumnya air) dan sejumlah larutan
suspensi yang diperlukan dapat diambil dengan pipet.

9. Pelarutanendapan
Endapan dapat dilarutkan dengan penambahan pereaksi dan suspensi yang dihasilkan
diaduk dengan baik, bila perlu dipanaskan di atas penangas air hingga endapan larut. Jika
dipanaskan larut sebagian, suspensi harus di-sentrifuge.
Beberapa endapan bila dibiarkan terlalu lama akan mengalami proses pelapukan dan
menjadi lebih sukar larut dalam pelarut. Oleh karena itu, sebaiknya endapan dilarutkan
sesegera mungkin. Hindarilah penyimpanan endapan dalam waktu yang lama.

10. Uji untukgas


Beberapa anion (misalnya CO32-, S2-, SO32-, S2O32-, ClO-) biasa diidentifikasikan
berdasarkan gas yang dibebaskannya sebagai hasil reaksi atau penguraian dengan pereaksi
yang sesuai. Untuk mendeteksi gas – gas, seperti NH3, H2S, SO2, dapat digunakan kertas uji
yang dapat berupa kertas saring yang telah dibasahi dengan pereaksi yang sesuai. Apabila
pereaksi uji berupa cairan, maka dapat digunakan pipet tetes atau gas bubbler (gambar c).
Identifikasi dengan penggunaan kertas uji dapat dilakukan dengan penempatan kertas tersebut
agak diatas mulut tabung untuk menghindari kemungkinan terjadinya percikan antara pereaksi
dengan kertas uji. Pengujian dapat pula dilakukan dengan penggunaan corong kecil untuk
menahan kertas uji yang dipotong sesuai dengan ukuran corong (gambar a). Setelah kertas uji
tersebut diletakkan dalam corong, lalu basahi dengan satu tetes pereaksi. Tangkai corong pada
tabung sentrifuge tertutup oleh kertas uji segera setelah gas yang dideteksi dibebaskan.
Pemanasan tabung reaksi akan menyebabkan gas mengenai kertas uji. Akibat terjadinya
kontak tersebut diperlihatkan dengan perubahan warna kertas uji. Pada percobaan ini, kertas
saring dibasahi dengan cairan pereaksi hanya beberapa saat sebelum uji dilakukan.

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 22


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
Untuk pereaksi uji berupa cairan, pipet yang berisi 0,5 – 1 mL pereaksi yang berfungsi
sebagai tabung serapan, dimasukkan ke dalam tabung seperti pada gambar b. Masukkan pipet
segera setelah reaksi yang membebaskan gas berlangsung. Untuk pereaksi berupa cairan dapat
digunakan tabung serapan seperti pada gambar c dengan memasukkan 1 – 2 tetes pereaksi ke
dalamnya. Uji menggunakan alat b dan c dapat pula dilakukan dengan pemanasan tabung
dalam penangas air.

11. Ujinyala
Senyawa logam – logam tertentu jika diuapkan pada bagian nyala bunsen akan
memberikan warna khas pada nyala tersebut. Karena garam – garam klorida termasuk
senyawa yang mudah menguap, maka sebaiknya uji dilakukan setelah mencampurkan sampel
dengan sedikit HCl pekat. Uji nyala ini penting, terutama untuk penyelidikan logam – logam
alkali dan alkali tanah. Untuk dapat memahami kejadian serta teknik uji nyala, pelajarilah
kembali struktur atom dan struktur nyalabunsen.
Pada uji ini digunakan kawat Pt atau Ni-Cr yang telah dibersihkan dengan cara
mencelupkannya ke dalam HCl pekat dalam tabung reaksi atau kaca arloji, dan
memanaskannya dalam nyala yang menpunyai temperatur tinggi. Ulangi beberapa kali, kawat
yang sudah bersih tidak akan memberikan warna nyala lagi.
Pengujian sampel dilakukan dengan pencelupan kawat yang telah dibersihkan terlebih
dahulu dengan HCl pekat dan selanjutnya ke sampel yang akan diperiksa. Kemudian
dipanaskan pada temperatur tinggi dari nyala bunsen, dan amati warna nyala yang timbul.
Untuk sampel – sampel yang lebih mudah menguap dapat dipanaskan pada daerah nyala
bunsen dengan temperatur lebih rendah, sehingga perbedaan dalam kemampuan penguapan
dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi susunan campuran. Selain itu, logam dalam
campuran dapat pula dilihat spektrumnya dengan penggunaan filter yang dapat menyerap
pada daerah – daerah spektrum yang diinginkan. Misalnya, warna nyala K (ungu) yang
tercampur Na (kuning) dapat dilihat dengan kaca kobalt yang berwarnabiru.

12. Pembersihanalat
Semua alat gelas harus disimpan dalam keadaan bersih. Beberapa menit sebelum
praktikum berakhir, hendaklah digunakan untuk membersihkan peralatan. Endapan anorganik
yang menempel pada dinding tabung dan masih basah lebih mudah dicuci daripada yang
sudah kering. Sikat tabung digunakan untuk membersihkan tabung dan alat – alat gelas
lainnya, atau dapat pula dengan menggunakan pelarut yangsesuai.

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 23


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
Peralatan gelas yang sangat kotor dan berlemak dapat dibersihkan dengan merendamnya
dalam asam kromosulfat (asam sulfat pekat yang mengandung 100 gram K2Cr2O7 tiap liter)
selama beberapa waktu. Selanjutnya dicuci dengan air kran sebanyak – banyaknya dan dibilas
dengan air suling. Untuk pembersihan dapat pula dipakai deterjen yang sesuai. Bekerja
dengan asam kromosulfat haruslah hati – hati. Kembalikan larutan yang sudah dipergunakan
ke tempat semula dan jangan sekali – kali membuang ke bakpencuci.
Pipet paling sering digunakan, karena itu kebersihan pipet merupakan syarat mutlak.
Pipet yang segera dicuci pada setiap setelah pemakaian, mempermudah pembersihannya.
Untuk melarutkan sulfide – sulfida oksida logam dan sebagainya dapat digunakan asam
klorida.
Setelah dicuci dengan air kran, bilaslah alat – alat tersebut dengan air suling.

13. Beberapa petunjukkerja


a. Bekerjalah selalu dengan rapi dan sistematis. Meja yang rapi dengan peralatan yang
teratur akan mempermudahpenggunaannya.
b. Baca petunjuk praktikum dengan baik sehingga Anda memahami maksud tiaplangkah.
c. Periksa etiket botol sebelum menambahkan pereaksi. Tambahkan seperlunya tetes demi
tetes pereaksi. Kembalikan botol pereaksi yang sudah dipakai ke tempat semula.
Penetesan pereaksi dengan pipet dilakukan di atas mulut tabung. Hindarkan sentuhan
ujung pipet dengan apapun selain dari botolpereaksinya.
d. Jangan gunakan pipet Anda untuk mengambil pereaksi. Tuangkan sedikit pereaksi ke
tempat kecil yang bersih dan ambil dengan pipet Anda. Sisa pereaksi tidak boleh
dimasukkan kembali ke botol pereaksi. Karena itu, ambillahseperlunya.
e. Untuk pengambilan zat padat, dilakukan dengan cara menuangkan atau
mengguncangkan sedikit zat padat ke dalam kaca arloji yang kering dan bersih. Ambil
dengan spatula sesuai dengan yang Anda perlukan dan sisanya jangan dikembalikan ke
botol semua. Karena itu, diperkirakan baik – baik jumlah yang dituangkan pada kaca
arloji.
f. Semua percobaan yang mengahasilkan asap atau gas – gas berbau busuk dan beracun
(H2S, SO2, Cl2, dan lain – lain) harus dilakukan di lemariasam.
g. Hematlah selalu bahan kimia, gas, listrik. Matikan alat bila tidakdiperlukan.
h. Sampah berupa padatan (kertas saring, gabus, dan lain – lain) dibuang ke tempat
sampahyangtersedia,jangandibuangkesaluranair.Asamkuatdanbasakuattidak

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 24


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
boleh dibuang langsung, tetapi harus diencerkan terlebih dahulu selanjutnya tenpat
pembuangan disiram dengan air sebanyak-banyaknya.
i. Apabila analisis tidak segera dilakukan (menunggu jam atau periode praktikum), berilah
etiket pada larutan dan endapan dengan jelas. Untuk mencegah masuknya debu,
sebaiknya zat – zat tersebut ditutup dengan kertas saring. Hindarilah penyimpanan
endapan dalam jangka waktulama.
j. Semua pengamatan, baik positif, negatif, maupun yang belum dapat disimpulkan,
sebaiknya segera dicatat setelah percobaan yang bersangkutan dilakukan. Penulisan
hasil pengamatan tidak boleh ditunda untuk memperoleh pengamatan yangcermat.

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 25


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018

BAB III
SISTEMATIKA ANALISIS ANORGANIK KUALITATIF

Analisis anorganik kualitatif secara umum dibagi atas :


a. UjiPendahuluan
b. Analisis sistematikkation
c. Analisis sistematikanion
d. Ujispesifik

A. UjiPendahuluan
Uji pendahuluan dilakukan segera setelah sampel diterima dan ini dapat memberikan
informasi yang berharga terhadap hasil analisis. Sebaiknya sampel dibagi menjadi tiga
bagian untuk maksud uji pendahuluan, analisis sistematik kation, dan analisis sistematik
anion.
Uji pendahuluan untuk sampel yang berbentuk larutan biasanya dilakukan dengan
menguapkan larutan dengan hati – hati di atas penangas air sampai kering. Pengujian
dilakukan terhadap residu padat. Apabila tidak terdapat residu padat, berarti sampel
mengandung zat – zat yang mudah menguap seperti CO2, NH3, HCl, (NH4)2CO3, NH4Cl, H2S
yang selanjutnya akan diuji khusus. Contohnya pada pengujian sulfida seperti berikut.
Sampel dalam tabung reaksi ditambah HCl encer dipanaskan di atas penangas air, uap/gas
yang keluar ditampung dengan kertas Pb asetat, bila ada sulfida maka kertas Pb asetat akan
berwarna hitam karena membentuk H2S.

Pb2+ + H2S  PbS + 2H+

• UjiNyala
Masukkan 2 – 3 mg zat ke dalam tabung reaksi dan basahkan dengan beberapa tetes
HCl pekat. Masukkan kawat Ni-Cr/Pt ke dalamnya sehingga sebagian zat akan menempel
pada kawat, selanjutnya dilakukan uji nyala. Amati warna nyala yang terbentuk. Bila terlihat
warna kuning keemasan (Na) warna lain akan tertutup. Warna lain akan terlihat bila
pengamatan warna dilakukan menggunakan kacakobalt.

Pengamatan Warna Nyala Kesimpulan


Kuning keemasan Na

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 26


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
Ungu (dengan kaca cobalt ungu
K
merah)
Merah bata Ca
Merah tua Sr
Hijau kekuningan Ba
Biru abu – abu Pb, As, Sb, Bi
Hijau biru Cu

• Uji H2SO4Encer
Masukkan 5 – 10 mg zat ke dalam tabung reaksi dan tambahkan beberapa tetes H2SO4 1
M. Perhatikan reaksi – reaksi yang terjadi dalam reaksi dingin. Selanjutnya panaskan
campuran pada penangas air dan amati hasilnya. Uji H2SO4 pekat dapat dilakukan dengan
cara yangsama.
Hasil Pengamatan Uji H2SO4 encer
No Macam Gas Reaksi Gas Anion yang Mungkin
Tidak berwarna
1. Mengeruhkan air kapur CO2 Karbonat, bikarbonat
dan tidak berbau
Kertas iod-alkali hilang
Tidak berwarna warnanya atau kertas
2. dan bau saring yang dibasahkan SO2 Sulfit
menyesakkan dengan K2Cr2O7 menjadi
hijau warnanya
Kertas iod-alkali hilang
Bau
warnanya atau kertas
menyesakkandan
3. saring yang dibasahkan SO2 Thiosulfat
disertai
dengan K2Cr2O7 menjadi
pemisahanS
hijauwarnanya
Berbau telur Kertas Pb asetat menjadi
4. H2S Sulfida
busuk hitam
5. Berbau cuka - CH3COOH Asetat
Berwarna cokelat
Kertas KI kanji berwarna
6. dan bau NO2 Nitrit
biru
merangsang

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 27


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
Kuning hijau dan
7. - Cl2 Hipoklorit
bau menyesakkan

• Uji IonAmonia
Campurkan 4 – 5 mg sampel semula atau beberapa tetes larutan untuk pengujian kation
dengan larutan NaOH sampai basa lalu panaskan dengan penangas air. Amati uap yang keluar
dengn kertas lakmus merah yang dibasahkan dengan air. Jika kertas lakmus berubah menjadi
biru maka menunjukkan adanya ion amonia.

• Uji IonAsetat
Tambahkan beberapa tetes H2SO4 pekat ke dalam beberapa mg sampel dan panaskan di
atas penanggas air. Bila ada ion asetat maka akan timbul bau cuka. Untuk lebih meyakinkan
dapat dilakukan dengan menambahkan sampel, H2SO4 pekat, dan etil alkohol. Panaskan di
atas penangas air. Bila ada ion asetat maka akan menghasilkan ester etil asetat yang berbau
seperti pisangambon.

CH3COO- + H+ CH3COOH


CH3COOH + C2H5OH  CH3COOC2H5 + H2O

• Uji IonKarbonat
Ambil beberapa mg sampel semula, tambahkan sedikit air dan beberapa tetes HCl 6 M
dan amati gas yang keluar. Jika gas yang keluar dapat mengeruhkan air barit [Ba(OH)2]
berarti di dalam sampel tersebut mengandung ion karbonat. Cara yang umum dipakai untuk
menguji gas CO2 yang keluar adalah dengan mencelupkan batang pengaduk ke dalam air barit
kemudian mendekatkan ke mulut tabung reaksi maka batang pengaduk akan menjadi keruh
karena terbentuk endapan putihBaCO3.

B. Sistematika Analisis KualitatifKation


Untuk tujuan analisis kualitatif kation, kation – kation diklasifikasikan dalam lima
golongan berdasarkan sifat – sifat kation terhadap beberapa reagensia. Reagensia golongan
yang dipakai untuk klasifikasi kation umumnya adalah HCl, H2S, amonium sulfida, dan
amonium karbonat.

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 28


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation berekasi dengan reagensia tersebut
membentuk suatu endapan atau tidak. Dengan perkataan lain, klasifikasi kation didasarkan
pada perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida, karbonat dari kation – kation tersebut.
Sebelum klasifikasi kation dilakukan, sampel untuk pengujian kation harus dilarutkan
terlebih dahulu. Cara melarutkan sampel untuk pengujian adalah menggunakan zat berikut
secara berturut – turut :
1. Air
2. HCl encer 2 N atau denganpemanasan
3. HClpekat
4. HNO3 encer atau denganpemanasan
5. HNO3pekat
6. Aqua regia (3 bagian HCl pekat dan 1 bagian HNO3pekat)
7. Residu yang masih tertinggal dilarutkan dengan pertolongan Na2CO3 (sodaekstrak)
Apabila dalam hal melarutkan dengan menggunakan asam (terutama asam pekat) maka
asam yang berlebihan harus diuapkan dengan penanggas air sampa kira – kira 1 mL.
Kemudian diencerkan sehingga konsentrasinya sesuai dengan sekitar 1 gram zat per 50 mL.
Pada saat pengenceran, mungkin terjadi endapan yang disebabkan oleh hidrolisis. Dalam hal
ini, endapan dilarutkan kembali dengan menambahkan asam pekat tetes demi tetes.
Dalam panduan ini digunakan klasifikasi kation berdasarkan sistem H2S, di mana
kation dibagi menjadi lima golongan sebagaiberikut.
1. GolonganHCl
2. GolonganH2S
3. Golongan(NH4)2S
4. Golongan(NH4)2CO3
5. Golongansisa

Uji Kation yang Dibagi dalam Lima Golongan


Pada larutan dingin (yang kira – kira mengandung 1 gram zat sampel per 50 mL)
ditambahkan kira – kira 5 tetes HCl pekat. Kocok tabung reaksi sebaik – baiknya, biarkan
endapan terjadi.

FILTRAT ENDAPAN
Ditambahkan HCl pekat yang sama banyaknya, dipanaskan, kemudian Golongan HCl
dialiri H2S. Setelah 5 menit tambahkan beberapa tetes NH4OH perlahan AgCl (putih)

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 29


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
– lahan sampai kertas methyl violet berwarna hijau biru, kemudian HgCl2 (putih)
panaskan lagi dan aliri H2S selama 10 menit. PbCl2 (putih)
FILTRAT ENDAPAN Dicuci masing –
Dipanaskan untuk menghilangkan H2S (periksa Golongan H2S masing dua kali
dengan kertas Pb asetat) tambahkan beberapa tetes As2S3 (kuning), dengan air
NH4Cl dan kemudian NH4OH sampai reaksinya As2S5 (kuning), dingin sebanyak
agak basa (periksa dengan kertas lakmus). Sb2S3 (jingga), 5 mL yang telah
Kemudian ditambahkan gas H2S lagi. SnS (cokelat), diberi berberapa
SnS2 (kuning), tetesHCl.
FILTRAT ENDAPAN
CuS (hitam), CdS
Filtrat dididihkan dan kemudian Golongan
(cokelat), S
ditambahkan beberapa tetes (NH4)2S
(kuning). S akan
NH4OH dan NH4Cl. Kemudian FeS (hitam),
ditambahkan (NH4)2CO3sampai MnS (merah mengendap jika
terdapat zat
tidak terbentuk endapan lagi. daging), ZnS
Panaskan campuran hingga (putih), pengoksidasi. Jika
NiS
mendidih. filtrat keruh,
(hitam), CoS
tambahkan kristal
FILTRAT ENDAPAN (hitam),
NH4OH,
Golongan Golongan Al(OH)3(putih),
kemudian
Sisa (NH4)2CO3 Cr(OH)3 (putih).
panaskan dan
Garam – CaCO3 (putih), Mungkin di sini
saring dengan
garam Mg, SrCO3 (putih), Ca, Ba, Sr, Mg,
kertassaring.
K, Na, dan BaCO3(putih). dan asam –
NH4 yang asam
tidak pengganggu
berwarna. seperti oksalat,
fosfat, dan borat
akan ikut
mengendap.

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 30


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
Skema Pemisahan Kation ke Golongan – Golongannya

Sampel awal
(Kation Golongan I, II, III, IV dan V)

+HCl
filtrat
endapan

Kation Golongan
Kation Golongan I II, III, IV dan V

+HCl, H2S

endapan

Kation Golongan
Kation Golongan II
III, IV dan V

+NH4OH, NH4Cl, H2S

endapan

Kation Golongan III Kation Golongan


IV dan V

+(NH4)2CO3, NH4OH, NH4Cl


endapan filtrat

Kation Golongan IV Kation Golongan V

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 31


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
Pemisahan dan Identifikasi Kation Golongan I (Golongan HCl)

Sampel awal
(Kation Golongan I,II,III,IVdan V)

+HCl
filtrat
endapan

Endapan
AgCl, Hg2 Cl2, PbCl2 Kation Golongan
II, III, IV dan V
+Air Panas filrat
endapan
Pb2+
AgCldanHg2Cl2
+H2 SO4pekat
+K2CrO4
+NH4OH
endapan filtrat PbCrO4 PbSO4
(kuning) (putih)
Ag(NH3)2Cl
Hg(NH2)Cl (putih)
dan Hg (hitam) +HNO3
Pb2+ (+)

Hg+ (+) AgCl (putih)

Ag+ (+)

Golongan klorida dari Ag+, Hg2+, dan Pb2+ tidak larut dalam air, sehingga dapat
digunakan sebagai dasar pemisahan golongan I dari golongan II, III, IV, dan V. Karena
terdapat klorida – klorida golongan I yang tidak larut, penambahan HCl akan mengendapkan
AgCl, HgCl2, dan PbCl2, sesuai dengan persamaan reaksi :

Ag+ + Cl- AgCl

Hg2+ + Cl- HgCl2

Pb2+ + Cl- PbCl2

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 32


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
PbCl2 larut dalam air panas, sehingga dapat digunakan untuk memisahkannya dari AgCl
dan HgCl2. Pb dapat diidentifikasi dengan uji spesifik menggunakan ion K2CrO4 yang akan
membentuk endapan kuning PbCrO4, sesuai dengan persamaan reaksi :

Pb2+ + CrO4 2- PbCrO 4

Selanjutnya AgCl dapat dipisahkan dari HgCl2 dengan menambahkan NH4OH karena
AgCl larut dalam NH4OH dan membentuk ion kompleks Ag(NH3)2+ :

AgCl +NH4OH  Ag(NH3)2+ + Cl-

Uji spesifik Ag selanjutnya dilakukan dengan menambahkan HNO3 ke dalam larutan


yang mengandung ion kompleks Ag(NH3)2+ dan akan menghasilkan endapan AgCl yang
berwarna putih.

Ag(NH3)2+ + Cl- + 2H+ AgCl + 2NH4+

Ketika AgCl larut di dalam NH4OH, HgCl2 tidak akan larut. Endapan yang terjadi
adalah endapan hitam Hg dan Hg(NH2)Cl yang berwarna putih. Adanya endapan hitam
menunjukkan adanya Hg di dalam larutantersebut.

HgCl2 + 2NH3 Hg + Hg(NH2)Cl + NH4Cl

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 33


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
Pemisahan dan Identifikasi Kation Golongan II (Golongan H2S)

Kation Golongan
II, III, IV dan V

+HCl, H2S
filtrat
endapan

Kation Golongan II
KationGolongan
III, IV danV
+Na2S2
endapan
filtrat
PbS,CuS,Bi2S3,CdS

endapan +HNO3 encer +HCl encer 3- 2- 3- 2-


As2S4 ,HgS2 ,SbS4 ,SnS 3
filtrat
2+ 2+ 3+ 2+
Filtrat
Dibuang Pb , Cu , Bi , Cd endapan
dibuang
+H2SO4
endapan As2S5,HgS,SbS5,SnS2
Filtrat
PbSO4 +HCl encer
2+ 3+ 2+ +Mg,HCl
Cu , Bi , Cd
endapan
+CH3COONH4 filtrat
+NH4OH
As2S5, HgS +Mg, 3+ 4+ +H2C2O4,
endapan Sb , Sn
Pb 2+ HCl H2S
+NH4OH encer

filtrat endapan filtrat Sb2S3


+K2CrO4 Bi(OH)2
(jingga)
HgS AsS
2+ endapan
PbCrO4 Cu(NH3)4, Cd(NH3)4 4 filtrat
(Kuning) +KI +HCl, HNO3 dibuang
+KCNS,H2S +HCl,K4Fe(CN)6 +HCl
Sb3+(+)
2+
Hg As2S5
Pb2+ (+) BiI3 (hitam)
Cu2Fe(CN)6 (kuning)
CdS (Kuning) +SnCl2 Sn2+
(merah)

Hg2Cl2 (putih) +Hg2Cl2


Dan Hg(hitam)
3+
Bi (+) Cd2+ (+) Hg2Cl2 (putih)
Cu2+ (+) Dan Hg(hitam)

Hg2+(+) As5+(+)

Sn2+(+)

Apabila H2S dialirkan ke dalam larutan asam HCl 0,3 M yang mengandung kation –
kation golongan II, III, IV, dan V hanya sulfida – sulfida dari golonganIIsaja yang

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 34


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
mengendap dan sulfida dari golongan III, IV, dan V akan larut. Sulfida –
sulfidayangmengendapadalahCuSdanBi2S3 yangberwarnahitam;Sb2S3danSb2S5 yangberwarna
jingga;CdS,As2S3,As2S5,danSnS2 yangberwarnakuning;sertaSnSyangberwarnacokelat.
Pemisahan sub-golongan Cu (Cu, Bi, Cd) dari sub-golongan As (As, Sb
danSn)dilakukandengan menambahkan Na2S2 ke dalam larutan. Logam – logam sub-
golonganCuakan mengendap sedangkan logam – logam sub-golongan As akan larut.
Larutnyasub-golongan As ini dikarenakan Na2S2 mengoksidasi As, Sb, dan Sn dengan
valensi rendahkevalensi yang tinggi dengan pembentukan garam-garam thio
yanglarut,sesuai dengan
persamaan reaksi :

As2S3 + 3S2 2-2AsS42+-S

As2S5 + 3S2- 2AsS2-4

Analisis Sub-golongan Tembaga (Cu)


Sulfida – sulfida dari golongan Cu (CuS, Bi2S3, CdS) mudah larut di dalam
HNO3encer, sesuai dengan persamaan reaksi:

3 CuS + 8H+ + 2NO3- 3Cu2+ + 2NO + 4H2O + 3S

Setelah mendapatkan kation – kation Cu2+, Bi3+, dan Cd2+, Bi3+ dapat dipisahkan dengan
menambahkan NH4OH karena Bi3+ akan membentuk endapan Bi(OH)3 sedangkan Cu2+ dan
Cd2+ akan larut di dalam NH4OH yang berlebih membentuk ion kompleks.

Bi3+ + 3OH- Bi(OH)3

Cu2+ + 4NH3 Cu(NH3)42+

Cd2+ + 4NH3 Cd(NH3)2+


Uji spesifik untuk membuktikan adanya endapan Bi(OH)3dilakukan dengan
menambahkan Na stanit yang akan menghasilkan endapan hitam Bi, sesuai dengan persamaan
reaksi :

2 Bi(OH)3 + 3 SnO 22- 2 Bi + 3 SnO32- + 3H2O

Warna biru yang jelas pada larutan kompleks Cu(NH3)42+ menunjukkan adanya Cu2+. Uji
spesifik dapat dilakukan dengan menambahkan ion ferrosianida dalam suasana asam yang
kemudian akan menghasilkan endapan merah cokelat cupri ferrosianida, persamaan reaksi
yang terjadi adalah :

Cu(NH3)42+ + 4H+ Cu2+ + 4NH4+

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 35


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
2Cu2+ + Fe(CN)64- Cu2Fe(CN)6 (merah cokelat)

Pemisahan Cu dari Cd dapat menggunakan perbedaan sifat – sifat ionnya. Tembaga (II)
akan membentuk kompleks tetra amina sedangkan kadmium akan membentuk kompleks
tetrasiano. Pada reaksi ini, ion tembaga (II) direduksi menjadi tembaga (I), warna biru tua,
dan NH3akan hilang sehingga larutan menjadi tidakberwarna.

Cd(NH3)42+ + 4CN- + 4H2O  Cd(CN)4 2- + 4NH4OH

Cu(NH3)42+ + 4CN- + 4H2O  Cu(CN) 42-+ 4NH4OH

2Cu(CN)42- 2Cu(CN)2- + (CN)2 + 2CN-

Identifikasi Cd dilakukan dengan mengendapkan CdS dari ionkompleksCd(CN)42- dengan


2+ +
menambahkan H2S. Kompleks Cd dengan ion sianida berdisosiasi memberikan Cd yang
cukup untuk membentuk CdS dengan H2S, persamaan reaksinya :

Cd(CN)42-Cd2++4CN-

Cd2+ + H2S  CdS +2H+

Ion Cu yang ada sebagai ion kompleks sianida monovalen sangat sedikit mengion karena
stabil. Jadi penambahan H2S tidak akan mengendapkan Cu dan yang ada hanya endapan
kuning CdS.

Analisis Sub-golongan Arsen (As)


Bila asam ditambahkan ke dalam larutan garam – garam kompleks thio dari golongan
As, anggota golongan ini akan kembali mengendap sebagai sulfida, sesuai dengan persamaan
reaksi :
2AsS 3- + 6H+ As S + 3H S
4 2 5 2
3- +
2SbS + 6H  Sb S + 3H S
4 2 5 2

SnS 2- + 6H+ SnS + H S


3 2 2

Pemisahan selanjutnya dilakukan dengan penambahan HCl pekat. Pada penambahan HCl
pekat ini SnS2 dan Sb2S5 akan larut sedangkan As2S5 tidak larut, sehingga As2S5 dapat
dipisahkan, persamaan reaksi yang terjadi adalah :

SnS2 + 4HCl  SnCl4 + 2H2S

Sb2S5 + 6HCl  2SbCl3 + 3H2S + 2S

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 36


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
Uji spesifik Sb3+ dapat langsung dilakukan tanpa harus memisahkan Sn4+ terlebih
dahulu. Pemisahan ini dilakukan dengan menambahkan asam oksalat dan H2S. Sb akan
membentuk endapan berwarna jingga, sedangkan Sn4+ akan membentuk ion kompleks
bersama ionoksalat.
Untuk uji spesifik Sn, Sn4+ harus direduksi dahulu menjadi Sn2+ dengan menambahkan
serbuk Mg atau Fe, sesuai dengan persamaan :

Sn4+ + Fe  Sn2+ + Fe2+

Sn4+ + Mg  Sn+ + Mg2+

Jika di dalam larutan terdapat Sb, maka Sb akan mengendap sebagai endapan hitamdan
endapan dibuang terlebih dahulu. Setelah mendapatkan Sn2+, selanjutnya ditambahkan
HgCl2 yang akan menghasilkan endapan abu – abu yang terdiri dari endapan hitam Hg dan
endapan putih Hg2Cl2.

HgCl2 + SnCl2 Hg + SnCl4 (kelebihan SnCl2)

2HgCl2 + SnCl2 Hg2Cl2 + SnCl (kelebihan HgCl2)

Warna endapan ini tergantung dengan jumlah dari SnCl2 dan HgCl2 yang berada di dalam
larutan.
Uji spesifik untuk As dilakukan dengan melarutkan As2S5 ke dalam NH4OH, sesuai
dengan persamaan reaksi :

As2S5 + 6 NH4OH  (NH4)3AsO3S + (NH4)3AsS4 + 3H2O

Kemudian untuk menunjukkan adanya arsenik, ke dalam larutan tersebut ditambahkan HCl
sehingga As2S5 mengendap kembali, sesuai dengan persamaan :

(NH4)3AsO3S + (NH4)3AsS4 + 6HCl  As2S5 + 6NH4Cl + 3H 2O

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 37


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
Pemisahan dan Identifikasi Kation Golongan III (Golongan (NH4)2S)

Kation Golongan
III, IV dan V

+NH4OH,NH4Cl,H2S filtrat
endapan
Kation Golongan
Kation Golongan III
+HCl Encer IV dan V

+NaOH, Na2O2
endapan
filtrat
2+ 3+ 3+ 3+ 2+ 2+
CoSdanNiS Fe .Fe ,Al .Cr ,Mn danZn

+HCl,HNO3 endapan filtrat

2+
Fe(OH)3, AlO33-,CrO43-,ZnO22-
Co ,Ni2+ +NH4OH Mn(OH)2

+HNO3 +NH4OH +HNO3


endapan
filtrat
+HNO3,
Co(NH3)4
2+ Fe3+,Mn2+ Al3+,CrO3-4 ,Zn2+
S PbO2 +HC2H3O2,
+[Nitrosol ,NI(NH3)
2+

Naphthol] 4
filtrat BaCl2
+[Dimetil endapan
+K4Fe(CN)6 MnO4- 2+
dibuang glioksin] Zn(NH3)4
Endapan (ungu) Al(OH)3 ,CrO2 -
4
merah (putih)
Endapan Larutan
merah biru tua endapan
filtrat
3+
Al (+)
Co2+ (+) BaCrO4
2+
Ni (+) (kuning) Zn2+
3+ 2+
Fe (+) Mn (+)
+H2S
3+
Cr (+)
ZnS (putih)

Zn2+ (+)

Dasar pemisahan golongan III dari golongan IV dan V adalah sulfida golongan III akan
mengendap dalam larutan amonikal sedangkan golongan IV dan Vakanlarut. Untuk
mencegah adanya endapan Mg(OH)2 maka ditambahkan NH4Cl untuk menekan ionisasi
NH4OHsehinggakonsentrasiOH-tidakcukupuntukmembentukMg(OH)2.Beberapaiondi
golongan ini berwarna sehingga akan memudahkan dalam mengidentifikasi ion – ion tersebut

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 38


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
dengan mengamati warna larutannya. Contohnya Co2+ berwarna merah muda, Ni2+ berwarna
hijau, Fe2+ berwarna hijau muda, Fe3+ berwarna kuning muda, Cr3+ berwarna hijau gelap,
Mn2+ berwarna merah muda atau tidak berwarna. Bila larutan yang mengandung kation
golongan III tidak berwarna, maka ion – ion seperti Ni2+, Co2+, dan Cr3+ dapatdisisihkan.
Informasi tambahan dapat diperoleh pada saat penambahan NH4OH untuk membasakan
larutan. Pada saat penambahan, ion – ion Zn, Ni, dan Co membentuk kompleks sedangkan Fe,
Cr, dan Al membentuk endapan hidroksida, yaitu Fe(OH)3 berwarna merah cokelat, Cr(OH)3
berwarna hijau, dan Al(OH)3 berwarna putih. Reaksi – reaksi yang terjadi adalah :

Ni2+ + 4NH3 Ni(NH3)42+

Co2+ + 4NH3 Co(NH3)42+

Zn2+ + 4NH3 Zn(NH3)42+

Fe3+ + 3NH4OH  Fe(OH)3 + 3 NH4+

Cr3+ + 3NH4OH  Cr(OH)3 + 3 NH4+

Al3+ + 3NH4OH  Al(OH)3 + 3 NH4+

Endapan sulfida dari Ni, Zn, dan Co baru terbentukdengan penambahan H2S sedangkan
ketiga endapan hidroksida tidak berubah.

Ni(NH3)42+ + S2- NiS +

NH3Fe2+ + S2- FeS

Sebagian Fe(OH)3 kemungkinan berubah menjadi FeS.

2Fe(OH)3 + 3 H2S  2FeS + S + 6H2O

Pemisahan logan Co dan Ni dari logam lain di golongan ini adalah dengan penambahan
HCl encer. CoS dan NiS akan sukar larut sedangkan sulfida dan hidroksida logam lainnya
akan mudah larut. Agar pemisahan Co dan Ni dapat berjalan dengan baik, usahakan kontak
antara Co dan Ni dengan HCl tidak terlalu lama.
Pemisahan Fe dan Mn dari Al, Cr, dan Zn dilakukan dengan penambahan NaOH.
Dengan penambahan ini, Al, Cr, dan Zn yang bersifat amfoter akan larut dalam NaOH
berlebih. Untuk uji Cr, dilakukan penambahan Na2O2 (natrium peroksida) ke dalam larutan
untuk mengubah Cr3+ menjadi CrO42-. Persamaan reaksi yang terjadi adalah :

Zn(OH)2 + 2OH- Zn (OH)42- atau ZnO22- + 2H2O

Al(OH)3 + 3OH- Al(OH)63- atau AlO33- + 3H2O

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 39


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
Al(OH)3 + OH- Zn (OH)4- atau AlO2- + 2H2O

2Cr(OH)3 + 2Na2O2 2Na2CrO4 + 2NaOH + 2H2O

Pada penambahan Na2O2, Mn(OH)2 juga mengalami oksidasi, menurut persamaan reaksi :

Mn(OH)2 + Na2O2 MnO2 + 2NaOH

Pemisahan di atas menghasilkan tiga sub-golongan, yaitu sub-golongan nikel (Ni dan Co),
sub-golongan besi (Fe dan Mn), dan sub-golongan alumunium (Al, Cr, dan Zn).

Analisis Sub-golongan Nikel


CoS dan NiS sangat mudah larut dalam larutan yang mengandung klor bebas, yang
dihasilkan dari pencampuran HCl dan HNO3 (aqua regia).

HNO3 + 3HCl  Cl2 + NOCl + 2H2O

Klor bebas segera bereaksi dengan sulfida – sulfida Co dan Ni menurut persamaan :

CoS + Cl2 CoCl2 + S

Uji untuk Co dan Ni dapat dilakukan dalam larutan yang sama tanpa saling
mengganggu, jadi tidak perlu melakukan pemisahan terlebih dahulu. Pereaksi organik yang
digunakan untuk mengecek kedua ion, antara lain dimetil glioksim jika direaksikan dengan Ni
akan menghasilkan endapan merah jingga dan α-nitroso β-naphthol jika direaksikan dengan
Co akan menghasilkan endapan merah gelap.

Analisis Sub-golongan Besi


Adanya kedua logam (Fe dan Mn) dapat diuji dalam satu larutan tanpa saling
mengganggu. Uji spesifik Fe3+ dapat dilakukan dengan menambahkan K4Fe(CN)6 yang
menghasilkan endapan biru tua dari Ferri Ferrosianida, yang biasa disebut “Prussian Blue”.
Reaksi yang terjadi adalah :

4Fe3+ + 3Fe(CN)64- Fe4[Fe(CN)6]3

Uji spesifik Mn dapat dilakukan dengan menambahkan PbO2 atau NaBiO3 + HNO3 pada
oksida MnO2. Pada penambahan ini akan menghasilkan MnO4- yang berwarna ungu.
Persamaan reaksi yang terjadi adalah :

2MnO2 + 2PbO2 + 4H+ MnO4- + 3Pb2+ + H2O

2MnO2 + 3NaBiO3 + 10H+ 2MnO4- + 3Na+ + 3Bi3+ + 5H2O

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 40


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
Analisis Sub-golongan Alumunium
Pemisahan Al3+ dari CrO42- dan Zn2+ dilakukan dengan menambahkan NH4OH. NH4OH
akan bereaksi dengan Al3+ membentuk gelatin putih Al(OH)3, sedangkan Zn2+ akan
membentuk ion kompleks Zn(NH3)42+ dan CrO42- tidak dipengaruhi oleh NH4OH. Persamaan
reaksi yang terjadi adalah :

Al3+ + 3NH4OH  Al(OH)3 + 3NH4+

Zn2+ + 4NH3 Zn(NH3)42+

Pemisahan Cr dilakukan dengan menambahkan ion Ba2+ di dalamlarutanasam asetat.


Pada pemisahan ini akan terbentuk endapan BaCrO4. Persamaan reaksi yang terjadi adalah :

CrO42- + Ba2+ BaCrO4

Pemisahan Zn dilakukan dengan menambahkan H2S dalam tingkat keasaman rendah di


filtrat yang telah dipisahkan CrO42- nya. Persamaan reaksi yang terjadi adalah :

Zn2+ + H2S  ZnS + 2H+

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 41


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
Pemishan dan Identifikasi Kation Golongan IV

Endapan setelah dicuci dan dilarutkan dalam sedikit mungkin CH3COOH encer yang
panas. Diteteskan CH3COONH4 + K2CrO4 sampai tidak terjadi endapan kuning lagi, dikocok
dan campuran dipanaskan sebentar. Endapan dicuci dengan air dingin.

FILTRAT ENDAPAN
Ca(CH3COO)2 dan Sr(CH3COO)2 BaCrO4 kuning
Jika larutan berwarna jingga, dituangi NH4OH sampai Endapan dilarutkan
warna berubah menjadi kuning dan perlahan – lahan dalam HCl encer yang
dituangi alkohol 96% yang sama banyaknya. Maka panas dan diuapkan
endapan kuning akan terbentuk. sampai dingin.Ditambah

FILTRAT ENDAPAN CH3COOH-,


Dipanaskan dan dituangi SrCrO4 kuning. CH3COONH4 dan

(NH4)2C2O4 (ammonium K2CrO4 terbrntuk lagi

oksalat). Endapan putih larutan kuningBaCrO4.

dari Ca(C2O4)
Ca Ba
Sr

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 42


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
Kation golongan IV dan V

+NH4 Cl, NH4OH, (NH4)2CO3


filtrat
endapan
Golongan V
CaCO3, BaCO3 ,SrCO3

+CH3 COOH

Ca2+, Ba2+, Sr2+


Ca2+ dan Sr2+
+ NH4OH dan C2H5OH
+CH3 COONH4, K2CrO4 filtrat
endapan
endapan
filtrat
SrCrO4 (kuning) Ca2+
BaCrO4 (kuning)
endapan
+HCl +(NH4)2SO4
+ (NH4)2 C2O4

Uji nyala : hijau SrSO4 (putih)


CaC2O4 (putih) filtrat

+HCl
+ H2SO4
Ba2+ (+) Uji nyala : m erah buang
Ca2+

Sr2+ (+)
Uji nyala : m erah bata

Ba2+ (+)

Reaksi yang Terjadi dalam Pemisahan dan Identifikasi Kation Golongan IV


Pemisahan golongan barium (IV) dan golongan alkali (V) dilakukan dengan
penambahan (NH4)2CO3 ke dalam larutan basa yang mengandung NH4+ (dari NH4Cl)
berlebih.TerbentukendapanBaCO3,SrCO3danCaCO3sedangkanMg2+,K+,Na+dalam
larutan.

Ba2++ CO32- BaCO3

Sr2+ + CO32- SrCO3

Ca2+ + CO32- CaCO3

Pemisahan Ba2+ dari Sr2+ dan Ca2+ (lihat skema) didasarkan pada kenyataan bahwa
BaCrO4 tidak larut dalam asam asetat sedangkan SrCrO4 dan CaCrO4 larut. Jadi bila ion
kromat (K2CrO4) ditambahkan ke dalam larutan asetat yang mengandung Ba2+, Sr2+ dan Ca2+,
hanya Ba2+ saja yang mengendap sebagai BaCrO4.

Ba2+ + CrO42-BaCrO4

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 43


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
Pemisahan Sr2+ dari Ca2+didasarkan pada kelarutan CaCrO4 yang lebih besar.Bila
alkohol ditambah ke dalam larutan yang mengandung Sr2+, Ca2+dan CrO42- berkurang
sehingga cukup untuk mengendapkan dari larutan, sedangkan Ca2+ tetap tinggal di dalam
larutan. Ca2+ kemudian dapat diendapkan dengan iion oksalatC2O42-.

Ca2+ + C2O42-CaC2O4

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 44


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
Pemisahan dan Identifikasi Kation Golongan V

Oleh sebab dalam melakukan prosedur sebelumnya telah dibubuhi garam – garam NH4
makacairan setalah prosedur E tidak dapat lagi digunakan untuk penyelidikan NH4.

NH4+ : Dari larutan semula ditambahkan NaOH dan dipanaskan didalam tabung reaksi,
bila mengandung NH4+ akan mengeluarkan gas NH3. Ini dapat dibuktikan dengan
mencium baunya atau dengan secarik kertas lakmus merah yang basahyang
diletakkan di atas tabung reaksi menjadi biru.

Mg2+ : Larutan bening yang didapat dari pemisahan golongan 4 ditambahkan dengan
NH4OH dan Na2HPO4 akan membentuk endapan putih dariMg(NH4)PO4.

K+/Na+ : Penyelidikan terhadap K+ dan Na+ tergantung dari hasil diatas dapat dilakukan
menurut 3 cara, yaitu :
a. Bila tidak ada kationlain
Dipakai langsung dari zat awal.
b. Bila hanya terdapatNH4+
Zat semula dipanaskan supaya NH4 hilang.Sisanya dilarutkan dalam air dan
disaring. Lalu cairannya digunakan untuk penyeidikan K+ dan Na+.
c. Bila terdapat kation dari golonganlain
Filtrat dari pemisahan golongan 4 diuapkan hingga kering kemudian
dipanaskan untuk menghilangkan NH4 kemudian dilarutkan dan
ditambahkan Ba(OH)2 sampai sifatnya basa, dan dipanaskan hingga MgOH
menguap. Kemudian ditambahkan (NH4)2CO3 untuk mengendapkan sisah
ion Ba2+ sebagai BaCO3, disaring dan cairannya diuapkan. Sisahnya
dipanaskan untuk menghilangkan (NH4)2CO3 kemudian dilarutkan dalam
air (paling banyak 5 mL) dan kalau perludisaring.

K+ : Diatas kaca arloji diambil beberapa tetes cairan tersebut lalu diteteskan
Na3[Co(NO2)6] akan terbentuk endapankuning.

Na+ : Ambil cairan tersebut untuk pengujian nyala, bila mengandung ion Na+ akan
berwarnakuning

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 45


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018

Zat Awal Kation Golongan V

+NH4OH,Na2HPO4 +Na3[Co(NO2)6]
+NaOH

NH3 MgNH4PO4 K3[Co(NO2)6]


Uji nyala
(Membirukan (putih) (kuning)
lakmusmerah)

Mg2+ (+) KuningNa+ UnguK+


NH4+ (+)
K+ (+)
Na+ (+)

Reaksi yang Terjadi Dalam Pemisahan dan Identifikasi Kation Golongan V


Dasar untuk identifikasi Mg2+ adalah pengendapan Mg(NH4)PO4 dalam larutan
amoniakal dengan NaHPO4. Garam garam Na, K dan NH4 dengan fospat akan tetap larut.

Mg2+ + NH4+ + PO4 3- Mg(NH4)PO4

Natrium dan kalium dapat diidentifikasi tanpa dipisahkan terlebih dahulu, ion kalium
akan membentuk endapat kuning dengan larutan Na3[Co(NO2)6].

3K+ + Na3[Co(NO2)6]  K3[Co(NO2)6] + 3Na+

Baik Na maupun K dapat dikomfirmasi dengan uji nyala.K memberi waena ungu
kemerah – merahan bila dilihat melalui kaca kobalt (untuk menyaring warna nyala kuning
dari Na). Na akan memberi warna kuning halus selama beberapa detik bila terdapat ion Na
didalamsampel.
Ion Amonium dapat dideteksi dari zat awal dengan keluarnya gas NH3 bila ditambahkan
basa kuat didalamnya.

NH4+ + OH- NH3 + H2O

Gas amonia dapat dideteksi dari bau dan dapat membirukan lakmus merah.

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 46


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
C. Sistematika Analisis KualitatifAnion
Pengujian terhadap anion relatif lebih sederhana dan dapat dilaksanakan dengan
gangguan – gangguan minimun dari ion – ion lain yang ada dalam larutan. Pemisahan dan
identifikasi secara sistematik akan memakan waktu. Umumnya, uji identifikasi dapat
dilaksanakan dengan mudah dan cepat.
Analisis kation terlebih dahulu lebih menguntungkan karena dapat membantu
meniadakan kemungkinan adanya anion – anion tertentu berdasarkan hasil analisis kation.
Misalnya, jika sampel larut dalam air dan mengandung ion Ba2+, maka kemungkinan adanya
ion SO42-, CO32-, PO43-dan lain – lainyang membentuk garamyang sukar larut dalam air
dapat diabaikan.
Pengujian yang biasa dilakukan dalam analisis anion terbagi atas :
1. Uji ion karbonat, amonia, asetat, sulfida, dan pengaruh H2SO4 encer/ pekatterhadap
sampel (ujipendahuluan)
2. Uji untuk zat pengoksid dan zatpereduksi
3. Pembagian golongananion
4. Uji pemastiananion
Pengaruh penambahan asam encer maupun pekat dapat memberikan informasi tentang
anion sampel. Asam anion yang terbentuk pada reaksi ini dapat mengalami penguraian dan
oksidasi menghasilkan gas yang dapat diidentifikasi dari warna atau bau.

Soda Ekstrak
Garam Na, K, dan amonium pada umumnya dapat dilarutkan dalam air dan larutan ini
dapat digunakan langsung untuk penyelidikan anion. Kalau di samping kation tersebut
terdapat kation lain, maka zat asal perlu dimasak dengan Na2CO3 supaya sisa – sisa asamnya
membentuk garam Na yang mudah larut dalamair.
Cara pembuatan soda ekstrak antara lain : campurkan 200 mg zat sampel dengan 400
mg Na2CO3, ditambah dengan 2 – 5 mL aquades, dan panaskan selama 10 menit. Endapan
kemudian disaring dan dicuci. Filtrat dicampur dengan air cucian pertama dan ditambahkan
air sampai volumenya mencapai 25mL.
Soda ekstrak ini digunakan untuk uji anion. Endapan (residu) pada pembuatan soda
ekstrak ini mengandung kation – kation yang terikat sebagai karbonat. Endapan (residu)
tersebut kemudian dilarutkan secara berturut – turut dengan HNO3 2 N dan aqua regia. Kation
yang mungkin terkandung dalam endapan (residu) tersebut adalah :
• Silikat(SiO2) • CaF2

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 47


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
• Ag-halogenida • Oksida – oksida Al2O3, Fe2O3, dan
• SnO2 Cr2O3.

1. Uji untuk ZatPengoksid


Asamkan beberapa tetes SE dengan H2SO4 encer. Secara perlahan – lahan teteskan
larutan diphenil amine dalam H2SO4. Timbulnya warna biru menunjukkan adanya zat
pengoksid seperti nitrit, nitrat, klorat, kromat, permanganat.

2. Uji untuk ZatPereduksi


Asamkan beberapa tetes SE dengan H2SO4 dan tambahkan 3 tetes H2SO4 berlebih.
Tambahkan 2 – 3 tetes KMnO4 encer (1 tetes KMnO4 0,02 M diencerkan dengan 4 tetes air).
Hilangnya warna larutan KMnO4 menandakan adanya zat pereduksi seperti sulfit, tiosulfat,
sulfida, nitrit, bromida, iodida, dan arsenit. Jika warna hilang setelah larutan dipanaskan,
terdapat indikasi adanya oksalat.

3. Uji untuk Golongan padaAnion


Penggolongan anion didasarkan pada kenyataan bahwa ion – ion :
Golongan I(golongansulfat) : SO 2-, CO 2- , CrO 2- , AsO 2-, AsO 2-, PO 3-, SO 2-,dan
4 3 4 4 3 4 3
2- 2+
BO3 mengendap dengan Ba dalam suasana larutan yang
amoniakal.
Golongan II(golonganhalida) : Cl-, Br-, I-, S2- mengendap denganAg+dalam asam
larutan HNO3.
GolonganIII(nitrat) : NO3-, NO2-, CH3COO- semua garamnyalarut.
Pengendapan golongan I dilakukan dengan NH4OH dan BaCl2, larutan ini harus sedikit
netral atau sedikit basa karena sebagian besar garam – garam barium pada golongan ini larut
dalam asam dan endapan tidak akan terbentuk.
Pengendapan golongan II dilakukan dengan HNO3 dan AgNO3, bila larutan tidak
diasamkan dan terdapat anion golongan I, maka sebagian anion – anion ini akan mengendap
sebagai garam perak.

a. GolonganSulfat
Ambillah 5 tetes larutan SE, kemudian basakan dengan larutan amonia encer, lalu
tambahkan 2 tetes larutan BaCl2. Jika tidak segera membentuk endapan, tunggu beberapa
menit, karena biasanya barium borat memerlukan waktu agak lama untuk mengendap.
Terbentuknya endapan menunjukkan adanya anion golongan sulfat. Kalau endapan tidak larut

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 48


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
dalam HCl pekat, menunjukkan adanya ion SO42-. Untuk anion golongan sulfat lainnya dapat
ditentukan dengan pengujian tersendiri.

b. Golongan Halida
Ambillah 5 tetes larutan SE dan tambahkan 5 tetes HNO3 encer. Panaskan kemudian
tambahkan 1 tetes larutan AgNO3 0,1 M. Timbulnya endapan menunjukkan adanya anion
golongan halida. Selanjutnya uji masing – masing ion dengan prosedur tersendiri.

c. Golonganlainnya
Kalau pada pengujian anion sulfat dan halida tidak terbentuk endapan, mungkin sampel
mengandung ion yang tidak termasuk golongan di atas. Seperti nitrit, nitrat, dan asetat yang
mudah larut. Selanjutnya periksa dengan prosedur tersendiri.

Catatan :
1. Larutan harus netral atau basa karena golongan sebagian besar garam – garam dalam
golongan sulfat larut dalam larutan asam sehingga tidak terbentukendapan.
2. Tidak terbentuknya endapan belum memastikan tidak adanya borat. Lakukan uji
spesifik untukborat.
3. Jika larutan tidak dibuat asam dengan HNO3, sebagian anion golongan I dapat
mengendap sebagai asam perak. Pengujian ini dapat diganggu oleh adanya S2-, CN-,dan
SO32-. Jika salah satu anion ini terdeteksi dalam pengujian pendahuluan dengan
H2SO4encer maka harus dikeluarkan terlebih dahulu dari larutan dengan cara
memanaskan HNO3.

D. Uji PemastianAnion
Berikut merupakan langkah untuk melakukan uji pemastian anion.

1. Sulfat
Pada 5 tetes SE tambahkan 2 tetes HCl 6 M dan 2 – 3 tetes larutan BaCl2. Timbulnya
endapan putih yang tidak larut dalam HCl pekat menunjukkan adanya ion sulfat.
Satu – satunya garam barium yang tidak larut dalam HCl dari anion – anion golongan
ini adalah BaSO4, maka penambahan Ba2+ (BaCl2) dan HCl ke dalam larutan akan
menghasilkan endapan putih BaSO4 bila ada ionSO42-.

Ba2+ + SO42- BaSO4

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 49


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
2. Arsenat danArsenit
Pada 5 tetes larutan SE tambahkan larutan amonia 6 M sampai basa, kemudian
tambahkan 3 – 4 tetes campuran magnesia. Jika timbul endapan putih, mungkin MgNH4PO4
atau MgNH4AsO4. Kemudian sentrifuge dan pisahkan larutan dari endapannya. Simpan
larutan untuk pengujianarsenat.
Pengujian arsenit dilakukan sebagai berikut. Asamkan filtrat dengan HCl 6 M,
kemudian tambahkan beberapa tetes larutan H2S aseton. Timbulnya endapan kuning
As2S3menunjukkan adanyaarsenit.
Bila terdapat salah satu ion ini, arsen akan didapatkan di dalam analisis kation, karena
H2S bereaksi dengan ion – ion ini membentuk As2S5 dan As2S3.

2AsO43- + 6H+ + 5H2S  As2S5 + 8H2O

2AsO33- + 6H+ + 3H2S  As2S3 + 6H2O

Uji spesifik untuk ASO43- bergantung pada terbentuknya endapan kristalin putih
MgNH4AsO4 bila larutan mengandung AsO43- direaksikan dengan campuran magnesia
(MgCl2, NH4Cl, NH4OH).

Mg2+ + NH4+ + AsO4 3- MgNH 4AsO 4(putih)

Karena ion PO 3-4juga memberikan endapan serupa bila direaksikan dengan campuran
magnesia, adanya AsO43- dipastikan dengan menambahkan pada endapan (baik MgNH4 AsO4
ataupun MgNH4PO4) dengan asam asetat dan larutan AgNO3. Bila ada ion arsenat akan
terjadi endapan coklat dariAg-arsenat.

AsO43- + 3Ag+ MgNH4AsO4 (putih)

Bila terjadi ion pospat, endapan kuning Ag3PO4akan terbentuk.

PO43- + 3Ag+ Ag3PO4 (kuning)

Setelah arsenat dipisahkan, identifikasi ion arsenit dilakukan dengan pengendapan sebagai
As2S3 (kuning) dengan H2S.

3. Fosfat
Pada 5 tetes SE ditambahkan 5 tetes HCl encer dan larutan amonium molibdat.
Panaskan sampai mendidih dan tunggu beberapa menit. Timbulnya endapan kuning
((NH4)3PO4.12MoO3) menunjukkan adanya ion pospat (catatan : arsenat dan arsenit dapat
mengganggu pengujianini).

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 50


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
Bila ke dalam air yang mengandung ion pospat ditambahkan amonium molibdat dan
asam nitrit akan terbentuk endapan kuning halus dari amonium pospo molibdat.

PO3- + 12(NH4)2MoO4 + 21HNO3 + 3H+ (NH4)3PO4.12 MoO3 + 21NH4NO3 +12H2O

Karena ion arsenat membentuk endapan amonium arsenomolibdat yang berwarna kuning
juga, maka arsenat dihilangkan sebelum diadakan uji pospat. Ini dapat dilakukan dengan
mengendapkannya sebagai As2S5 denganH2S.

4. Borat
Untuk uji borat dilakukan dengan sampel semula. Pada kira – kira 100 mg sampel
tambahkan beberapa tetes H2SO4 pekat (lakukan percobaan ini pada cawan penguap), setelah
diaduk merata tambahkan 2 – 3 mL metanol, kemudian nyalakan korek api. Warna nyala
hijau menunjukkan adanyaborat.
Bila H2SO4 pekat dan metil alkohol ditambahkan ke dalam larutan borat maka akan
terbentuk metil borat yang apabila dibakar memberikan warna nyala hijau.

5. Kromat
Pada 5 tetes SE, tambahkan amonia encer sampai basa, kemudian tambahkan asam
asetat encer sampai asam. Tambahkan 2 tetes larutan BaCl2. Terbentuknya endapan warna
kuning (BaCrO4) menunjukkan adanya kromat. Untuk lebih meyakinkan, tambahkan 2 tetes
asam nitrat encer dan 10 tetes air. Kemudian tambahkan 4 – 5 tetes eter dan 1 tetes H2O2 2%.
Kocok baik – baik, timbulnya warna biru pada lapisan eter menunjukkan adanyakromat.
Bila terdapat ion Cr akan ditemukan dalam analisa kation. Kromat berwarna kuning,
sehingga adanya warna ini membantu memberi informasi. Uji spesifik untuk ion tersebut
tergantung pada pengendapan BaCrO4 dalam larutan asam asetat.

Ba2+ + CrO42- BaCrO4 (kuning) Kromat

dalam larutan asam berubah menjadi dikromat berwarnajingga.

2CrO42- + H+ H2O + Cr2O 72-

Bila ke dalam larutan asam kromat encer ditambahkan beberapa tetes H2O2 dan eter lalu
dikocok akan timbul warna biru di dalam eter. Warna ini kemungkinan karena terbentuknya
asam perklorat.

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 51


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
6. Sulfit
Pada 5 tetes larutan SE atau sejumlah kecil sampel padat, ditambahkan HCl encer
sampai cukup asam, kemudian 2 tetes larutan BaCl2. Jika terbentuk endapan, sentrifuge dan
buang endapannya (BaSO4). Pada filtrat tambahkan 4 tetes larutan H2O2 3% pembentukan
endapan putih (BaSO4) membuktikan adanyaSO32-.
Uji untuk ion sulfit didasarkan pada oksidasinya dengan H2O2 menjadi SO42- dan
selanjutnya akan terbentuk endapan BaSO4 dalam larutan asam.

SO32- + H2O2 SO42- + H2O

SO42- + Ba2+ BaSO4


Bila terdapat ion SO42- harus dihilangkan lebih dahulu dengan mengendapkannyasebagai
BaSO4. Garam sulfit berupa padatan akan mengeluarkan gas SO2 bila ditambahkan HCl encer
dan dipanaskan.

7. Klorida, Bromida, danIodida


Pada 5 tetes larutan SE ditambahkan 10 tetes HNO3 encer. Panaskan sampai tidak ada
lagi gas yang keluar dari larutan. Kemudian tambahkan 1 tetes larutan AgNO3. Timbulnya
endapan putih yang dapat larut dalam larutan amonia encer menunjukkan adanya ion klorida.
Kalau endapan yang timbul berwarna kuning pucat dan dapat larut (meskipun agak
sukar) dalam amonia yang lebih pekat, menunjukkan adanya ion bromida. Sedangkan kalau
endapan warna kuning tidak larut sama sekali dalam amonia menunjukkan adanya ion iodida.
Untuk membuktikan adanya bromida dan iodida dapat dilakukan dengan cara
menambahkan 6 tetes air klor dan 10 tetes CCl4 ke dalam 5 tetes SE, kocok tabung baik –
baik. Timbulnya warna coklat pada lapisan CCl4 menunjukkan adanya ion bromida.
Sedangkan jika berwarna berwarna ungu menunjukkan adanya ioniodida.
Ion – ion dengan larutan AgNO3 dan HNO3 membentuk endapan Ag halida dan masing
– masing garam mempunyai warna berbeda (AgCl putih, AgBr kuning muda, AgI kuning).
Warna sudah merupakan suatu indikasi, tetapi uji konfirmasi masih diperlukan. Ion – ion Br-
dan I- dapat direaksikan dengan gas atau larutan Cl2 membentuk Br2 dan I2 yang mempunyai
warna khas di dalam larutan CCl4 atau CS2.

Br- + Cl2 Br2 (cokelat) + 2Cl-

2I- + Cl2 I2 (ungu) + 2Cl-

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 52


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
8. Nitrit danNitrat
Kalau terbukti adanya gas pengoksid, maka diperiksa adanya ion NO3- dan NO2-. Jika
sampel mengandung ion bromida atau iodida, maka ke dalam SE ditambahkan larutan
Ag2SO4. Endapan yang terbentuk dibuang dan filtratnya dibagi menjadi 2 dan digunakan
untuk pengujian selanjutnya. Jika ion – ion tersebut tidak ada, maka dapat langsung
digunakanSE.
Ke dalam beberapa tetes SE (setelah ion bromida dan iodida dibuang) tambahkan
H2SO4 encer dan FeSO4 pekat, kocok, kemudian miringkan tabung sekitar 30o dan tambahkan
beberapaH2SO4pekatperlahan–lahanpadadindingdalamsehinggadidapatlapisancairan.
Terbentuknya cincin coklat dari (FeSO4.NO) pada bidang perbatasan kedua lapisan
menunjukkan adanya ion nitrat (NO3-).
Ke dalam beberapa SE (setelah ion bromida dan iodida dibuang) diasamkan dengan
HCl, kemudian tambahkan beberapa tetes larutan urea.Bila terjadi gan N2, menunjukkan
adanya ionnitrit.
Pengujian untuk nitrit dapat pula dilakukan seperti pada nitrat dengan menggantikan
asam sulfat dengan asam asetat.

9. Oksalat danFluorida
Pada 1 mL larutan SE tambahkan kalsium asetat 2 M tetes demi tetes sampai endapan
sempurna. Sentrifugasi dan pisahkan endapan dari larutannya. Simpan larutan untuk
pemeriksaan ferosianida dan ferisianida.
Cuci endapan dengan air suling dan buang air cuciannya. Kemudian pada endapan
tambahkan beberapa tetes asetat 3 M, aduk baik – baik dan sentrifugasi. Ambil endapannya
dan ambil jadi dua bagian. Pada bagian pertama tambahkan 10 tetes H2SO4 1,5 M. Panaskan
dalam penangas air selama 1 menit. Kemudian tambahkan larutan KMnO4 0,01 M. Hilangkan
warna violet dari KMnO4, menunjukkan adanya ion oksalat.
Sedangkan bagian kedua pindahkan ke kaca arloji. Panaskan kaca arloji di atas
penangas air sampai endapannya mengering. Selanjutnya tambahkan 1 tetes H2SO4 pekat dan
teruskan pemanasan selama kira – kira 5 menit. Kemudian ditunggu sampai 20 menit dan cuci
baik – baik. Terkikisnya dasar kaca arloji menunjukkan adanya ionflorida.

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 53


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
10. Ferosianida danFerisianida
Pada filtrat (dari prosedur 9 di atas) ditambahkan larutan Cd(OAC)2 1 M tetes demi
tetes sampai pengendapan sempurna. Kemudian sentrifugasi. Simpan larutannya untuk
pemeriksaaanthiosianat.
Cuci endapan yang terbentuk dengan air panas dan buang air cuciannya. Bagilah
endapan menjadi 2 bagian. Pada bagian pertama tambahkan 1 tetes larutan FeCl3 1 M.
Terbentuknya warna biru tua menunjukkan adanya ferisianida (Fe(CN)64-).
Pada bagian lain tambahkan 1 tetes HCl 3 M dan 3 tetes air suling. Kemudian pada
larutan tersebut tambahkan sedikit kristal FeSO4. Terbentuknya endapan biru tua
menunjukkan adanya fersianida(Fe(CN)63-).

11. Thiosianat
Kepada filtrat hasil dari prosedur 10 di atas, tambahkan tetes demi tetes larutan
AgNO3dan asamkan dengan asam asetat. Kalau terdapat thiosianat atau halida, maka
terbentuk endapan. Selanjutnya pisahkan endapan dan cuci dengan air yang mengandung
beberapa tetes HNO3 3 M sampai air cucian tidak memberikan endapan dengan HCl. Buang
air cucian dan cuci sekali lagi dengan air suling untuk menghilangkan kelebihan HNO3.
Ambil sebagian endapan tersebut di atas dan tambahkan 1 tetes HCl 8 M dan 1 tetes
FeCl3 1 M. Timbulnya warna merah darah menunjukkannadanya thiosianat.

E. Penyelidikan Tambahan untukAnion


Berikut merupakan langkah – langkah yang dapat dilakukan untuk membantu
menyelidiki keberadaan suatu anion.

1. PenyelidikanPendahuluan
Pada zat asal dituangkan H2SO4 encer, panaskan jika perlu.

Zat Asal yang


Macam gas Reaksi Gas
Mungkin
Mengeruhkan
Tidak sengak, tidak CO2S Karbonat
air kapur, ketras
berwarna O2 Sulfit
KI hilang
Berbau sengak, Mengeruhkan air
SO2 Thiosulfat
pemisahan S kapur, ketras KI

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 54


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
hilang warnanya
Kertas Pb asetat
Bau telur busuk H2S Sulfida
jadi hitam
Bau cuka - CH3COOH Asetat
Coklat Kertas KI jadi ungu NO2 Nitrit
Kertas KI hilang
Kuning hijau Cl2 Hipoklorit
warnanya

2. Pemeriksaan Soda Ekstrak(SE)

a. Bagian I : Penyelidikan atas AsamPengoksid


1 mL SE diasamkan dengan H2SO4 encer. Tuangkan larutan ini, jika perlu saring
perlahan – lahan ke dalam campuran diphenylamine dalam H2SO4 pekat.

Warna biru Tidak ada warna biru


Terdapat zat pengoksid Tidak ada zat pengoksid
HNO3, HClO3, H2Cr2O7, HClO, KMnO4 -

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 55


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
b. Bagian II : Pemeriksaan terhadap H2S, HCN, H4Fe(CN)4, H3Fe(CN)6, HCl, HBr,
HI, HCNS, HClO3,HClO
Pada 6 mL SE ditanbahkan Pb(NO3)2, endapan disaring.

Endapan Filtrat

+CH3COOHsampaiasam(kalauadaendapan,saringdanabaikanendapanini).TambahNi(NO3) 2,kalauadaendapanpanaskan
sedikit,kocok.Jikaendapansukardisaring,berikanpotongankecilkertassaringkedalamnya,sehinggamudahuntukdisaring.

endapan Filtrate

Ni(CN)2 hijau, NiFe(CN)6, cuci,


tambahdiataskertassaring10mL Dibagi2,(1)SebagiankecilditambahHClencer+FeCl3.WarnamerahdariFe(CNS)3:ada
NH4 OH. Larutanmengandung HCNS.(2)PadasisafiltratditambahAgNO3sesudahknyaHNO3berlebih,saring.
(NH4)4Fe(CN)6, (NH4)3(OH),

Endapan filtrat Endapan

AgCl(putih), AgBr (kuningmuda), AgI(kuning), AgCNS(putih). Biladiatasterdapat HCNS,


endapan dimasakndengan HNO3 pekat diuapkan sampai hampir kering. Tambah H2 O, saring

Endapan Filtrate

AgCl (putih), AgBr (kuning muda), AgI (kuning), cuci dengan


HNO3 encer, hingga air cuci tidak memberikan reaksi Ag.
Ag(NH4 )(CN)2 Kocok dengan (NH4 )2 S lalu disaring.
Ditambah
Ag4 Fe(CN)6
HNO3sampai Endapan filtrat
PbS hitam/ abu- putih,pada
reaksi asam. Kalau dibagian I ternyata zat
abu H2S endapan di atas
Endapan putih pengoksid dicari adany a HClO3.
kertas saring AgCl,AgI,direduksidenganZn+H2SO4e
AgCN.Saring, Tambah AgNO3 + I m L
dituangkan HCl ncer
filtratny a NaNO2 .Endapan AgCl
encer + FeCl2 .
diabaikan.Pada menunjukkan adnay a
Warna biru endapan Filtrate
endapan AgCN HClO3 mungkin zat asalny a
menunjukkan
dituangi mengandung HClO.Dalam hal
Fe4 (Fe(CN)6 )3
(NH4)2S.Cairan demikian,ambilzatasaldan
ada H4
diuapkansampai dihancurkan dalam air. Filtrat
Fe(CN)6ada atau
hampir dibagi2:(1)TambahCH3COOH
H3 Fe(CN). HBr,HI.Panaskan
kering.Ditambah sampai reaksi asam lemah,
Untukmenentuka denganFeCl3.Ibebas
HCl encer + tambah Pbasetat, masak diamkan
n amilumjadibirutua Perseny awaan
FeCl3 . Warna HCNSyanglarut beberapamenit.Endapancoklat
H4Fe(CN)6pada (ada HI).Cairan
merah dari dariPbO2HClO.(2)Tambah
SE ditambahkan dimasak tambah bolehdiabaikan.
Fe(CNS)3 ada HNO3encerNaAsO2+AgNO3 un
HNO3 +FeCl3 KMnO4 .Endapan
HCN. Ag, Zn tukmereduksiHClOjadiHCl.
warna biru MnO2 dihilangkan
denganmenambahkan Pada filtrat ditambah AgNO3 +
H2O2.Kocokdengan NaNO2 .Endapan AgCl
CCl4.Warnacoklat menunjukkan adany a HClO3 .
menunjukkan adany a
HBr.

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 56


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
c. Bagian III : Penyelidikan terhadap H2SO4, H2SO3, H2CrO4, HF,H2C2O4
Pada 8 mL SE dibubuhkan HCl encer sampai reaksi asam, kemudian kalau ada H 2S ditambahi Cd(NO3)
Endapan Filtrat
ditambahkan BaCl2 kemudian disaring
endapan Filtrat
e

Ditambahairbrom,kocoksampaiwarnanyahilang.Saring.JikaadaHCNS,air
brom diganti denganlarutan iodium

endapan Filtrat
e

Ditambah Na.Asetat. Saring

CdSkuningputih(asaldariNa2S2O3)
Endapan Filtrate

BaSO4 putih (H2SO4) DitambahCaCl2,endapanputih


BaSO4 putih, Ba CrO kuning, H CrO , atau CaC2O4; CaF2. Endapan disaring
2 4 2 4
H2SO3 atau H CrO . Kalauadabanyak HF dihancurkandalamair.Tambahkan
2 7
H2S2O3 dan H2C2O4 ikut mengendap CH3COOH+1tetesKMnO4kocok
kalau ada putih.Dalam hal demikian danpanaskan.Kalauwarna
juga endapan endapan dilarutkan dalam HCl KMnO4hilang,ditambahlagitetesd
S
encerditambahNa.Asetat + emi tetes.KMnO4 sampai warnanya
CaCl2.CaF2 dan tidak ladi hilang.Kalau semua
CaC2mengendap sedangkan endapanlarut menunjukkan hanya
CaCrO4tidak. ada
H2C2O4saja.Kalaumasihadajugasisa,
maka
disampingadaH2C2O4jugaadaHF.

d. Bagian IV : Pemeriksaan terhadap HNO3 danHNO2


Jika bagian I terbukti adanya adanya zat pengoksid, maka diperiksa terhadap HNO3 dan
HNO2. Untuk keperluan ini, diambil 2 mL SE ditambah dengan 8 mL H2O, asam – asam yang
selanjutnya mengganggu pemeriksaan dihilangkan terlebih dahulu. Misalnya HClO3 direduksi
dengan SO2, HCNS dan H4Fe(CN)6 dihilangkan dengan Ag2CO3 atau Ag2SO4.
Endapan yang terbentuk disaring dan filtratnya dibagi 3. Kalau asam – asam ini ternyata
tidak ada, maka bisa langsung digunakan SE yang telah diencerkan seperti di atas dan dibagi
3.
1. Setelah diasamkan dengan H2SO4 encer, tambahkan FeSO4 pekat, kemudian dituangkan
H2SO4 pekat perlahan – lahan pada dinding tabung dalam sehingga mendapat 2 lapisan
cairan. Terbentuk cincin coklat (FeSO4.NO) pada bidang perbatasan kedua lapisan
menunjukkan adanyaHNO3.

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 57


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
Untuk menyelidiki adanya kedua asam HNO3 dan HNO2 dalam satu campuran
dilakukan pada tabung kedua dan ketiga.
2. Pada bagian kedua ditambahkan CH3COOH + larutan 10% thioureum. Diamkan
beberapa menit, kemudian ditambahkan HCl + FeCl3. Warna merah menunjukkan
adanyaHNO2.
3. Tambahkan HCl sampai reaksi asam, kemudian tambahkan ureum. Setelah N2keluar,
dilakukan reaksi cincin coklat seperti di atas. Maka akan terdapatHNO3.

e. Bagian V : Pemeriksaan terhadapCH3COOH


Pada saat zat asal dituangkan dengan hati – hati 1 mL H2SO4 pekat. Dipanaskan secara
perlahan – lahan dan hati – hati, maka akan timbul bau cuka. Ini dapat ditetapkan lebih lanjut
dengan menambahkan pada zat asal 2 mL etanol dan kemudian dengan hati – hati 1 mL
H2SO4 pekat. Dipanaskan perlahan – lahan dan hati – hati, timbul bau ester yang spesifik
(etilasetat).

f. Bagian VI : Pemeriksaan terhadapH3PO4


Pada 4 mL SE ditambahkan HNO3 encer. Kalau terjadi endapan, disaring. Filtratnya
dimasak kemudian pada sebagian larutan ditambahkan amonium molybdat dan panaskan
sebentar. Endapan kuning menunjukkan adanya H3PO4 atau H3AsO4.
Untuk mendapatkan adanya H3PO4 maka H3AsO4 harus direduksi dengan SO2. Setelah
dialirkan SO2, dimasak hingga tidak berbau SO2 lagi. Kemudian dialirkan gas H2S untuk
mengendapkan As2S3. Endapan disaring. Cairan ditambah HNO3 dan dimasak dan kemudian
dilakukan seperti di atas dengan penambahan amonium molibdat.

g. Bagian VII : Pemeriksaan terhadapH3BO3


Dilakukan pada zat asam 0,1 mg zat asal ditambahkan beberapa tetes H2SO4 pekat
dalam cawan porselin dan dicampur sebaik – baiknya. Dituangkan 2 – 3 mL metilalkohol
kemudian dinyalakan dengan api. Api berwarna hijau menunjukkan adanyaH3BO3.

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 58


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
2017

BAB IV

PENENTUAN KADAR Cu DALAM SAMPEL UJI DENGAN MENGGUNAKAN


METODE SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOM (AAS)

A. Tujuan :
1. Mengetahui prinsip kerja metode spektroskopi serapan atom (AAS)
2. Menentukan kadar Cu dalam sampel uji menggunakan metode spektroskopi serapan
atom (AAS)
B. Dasar Teori :
Spektometri absorbansi atom (AAS) merupakan suatu teknik analisis unsur yang
didasarkan pada absorbansi sinar oleh atom bebas. Dalam teknik ini, partikel logam akan
diubah kedalam bentuk atom-atomnya didalam nyala api (gas asetilen), yang selanjutnya
atom-atom tersebut akan menyerap radiasi elektromagnetik yang dipancarkan dari sumber
sinar berupa Hollow Cathode Lamp (HCl) yang merupakan cahaya UV atau VIS yang
penggunaannya hanya untuk analisis satu unsur saja.
Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap
cahaya tersebut pad panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Metode
serapan atom hanya tergantung pada perbandingan komposisi oksida dengan fuel dan
tidak tergantung pada temperatur.
Absorpsi atom dan spektra emisi memiliki pita yang sangat sempit di bandingkan
spektrometri molekuler. Emisi atom adalah proses di mana atom yang tereksitasi
kehilangan energi yang disebabkan oleh radiasi cahaya. Misalnya, garam-garam logam
akan memberikan warna di dalam nyala ketika energi dari nyala tersebut mengeksitasi
atom yang kemudian memancarkan spektrum yang spesifik. Sedangkan absorpsi atom
merupakan proses di mana atom dalam keadaan energi rendah menyerap radiasi dan
kemudian tereksitasi. Energi yang diabsorpsi oleh atom disebabkan oleh adanya interaksi
antara satu elektron dalam atom dan vektor listrik dari radiasi elektromagnetik. Ketika
menyerap radiasi, elektron mengalami transisi dari suatu keadaan energi tertentu ke
keadaan energi lainnya. Misalnya dari orbital 2s ke orbital 2p. Pada kondisi ini, atom-atom
di katakan berada dalam keadaan tereksitasi (pada tingkat energi tinggi) dan dapat kembali
pada keadaan dasar (energi terendah) dengan melepaskan foton pada energi yang sama.
Atom dapat mengadsorpsi atau melepas energi sebagai foton hanya jika energi foton (hν)
tepat sama dengan perbedaan energi antara keadaan tereksitasi (E) dan keadaan dasar (G).
Panjang gelombang yang diserap oleh atom dalam keadaan dasar akan sama

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 59


2018
dengan panjang gelombang yang diemisikan oleh atom dalam keadaan tereksitasi, apabila
Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif

energi transisi kedua keadaan tersebut adalah sama tetapi dalam arah yang yang
berlawanan.
C. Alat dan Bahan :
1. Alat :

2. Bahan-bahan
• Padatan sampel
• HNO3 pekat
• HCl pekat
• Kertas Saring
• Larutan Stock Cu 1000 ppm
• Aquades
D. Cara Kerja :
a) Preparasi sampel
Sampel padatan
Disiapkan larutan uji sebagai berikut :Diambil ± 0.01 gram sampel dan dimasukkan ke
dalam cawan petri. Kemudian, dimasukkan ke dalam beaker glass 100 ml yang berisi
larutan aquaregia dengan perbandingan 1:3 antara HCl pekat dan HNO3pekat ditepatkan
pH antara 1-2. Larutkan padatan sampel dengan pelarut aquaregia menggunakan stirrer
dengan suhu 200°C selama kurang lebih 5-10 menit. Perhatikan sampel ketika pelarutan
karena pada saat pelarutan, pelarut mudah menguap ketika sampel belum larut sempurna
sedangkan jumlah pelarut berkurang tambahkan kembali aquaregia dan lalukan pemanasan
di dalam lemari asam. Dinginkan pada suhu kamar. Jadikan larutan hingga 100 ml dengan
menambahkan HNO3 2% ke dalam labu takar 100 ml.

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 60


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018

Sampel Larutan :
Disiapkan larutan uji sebagai berikut : Diambil 50 mL sampel dan dimasukkan ke dalam
gelas kimia 250 mL, ditepatkan pH antara 1-2 dengan menambahkan larutan 2,5 mL
HNO3 16 M. Diaduk dan dipanaskan dalam lemari asam sampai volumenya lebih kurang
15mL. Lalu ditambahkan lagi 2,5 mL HNO3 16M. Didiamkan hingga suhu kamar.
Kemudian dimasukkan kedalam labu takar 50mL, ditambahkan aquades.

b) Pembuatan larutan blanko


Dipipet 0,35 mL HNO3 16M. Kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia 500mL. Lalu
ditambahkan aquades hingga volume larutan mencapai 500mL.

c) Pembuatan larutan standar


Disiapkan larutan kerja tembaga (II) dengan konsentrasi 5, 10, 15, 20 dan 25 ppm; dengan
cara mengencerkan larutan stock Cu 1000 ppm yang tersedia dengan larutan blanko hingga
tanda batas. Catatan : untuk larutan kerja konsentrasi terkecil dibuat dalam labu takar 50
mL, sedangkan untuk larutan standar lainnya dibuat dalam labu takar 25 mL.

d) Pengukuran absorbansi larutan standar dan sampel dengan alat AAS


Disiapkan larutan standar dan sampel yang akan diukur serapannya. Diukur serapan larutan
standar dimulai dengan mengnolkan serapan larutan blanko yang dilanjutkan dengan
pengukuran serapan larutan standar dimulai dari konsentrasi terkecil berurutan sampai ke
kosentrasi terbesar. Kemudian diukur serapan larutan sampel pada kondisi alat sesuai
dengan pengukuran untuk standar. Dibuat grafik hubungan antara absorbansi terhadap
konsentrasi Ditentukan persamaan matematik hubungan linier antara absorbansi dengan
konsentrasi Ditentukan konsentrasi (ppm) tembaga dalam larutan sampel.

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 61


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018

PENENTUAN GUGUS KIMIA DALAM CUKA APEL DENGAN


MENGGUNAKAN METODE FOURIER TRANSFORM INFRARED
SPECTROMETRY(FTIR)

A. Tujuan
1. Praktikan mampu memahami prinsip kerja spectrometer FTIR
2. Praktikan mengetahui tujuan kalibrasi alat spectrometer FTIR sebagai dasar
menjamin keakuratan pembacaan frekuensi / panjang gelombang yang diukur atau
dihasilkan
B. Dasar Teori
Salah satu jenis spektroskopi adalah spektroskopi infra merah (IR). spektroskopi ini
didasarkan pada vibrasi suatu molekul. Spektroskopi inframerah merupakan suatu metode
yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada
daerah panjang gelombang 0.75 - 1.000 µm atau pada bilangan gelombang 13.000 - 10
cm-1.
Prinsip kerja spektrofotometer infra merah adalah sama dengan spektrofotometer
yang lainnya yakni interaksi energi dengan suatu materi. Spektroskopi inframerah
berfokus pada radiasi elektromagnetik pada rentang frekuensi 400-4000cm-1, di mana cm-
1
yang dikenal sebagai wavenumber (1/wavelength), yang merupakan ukuran unit untuk
frekuensi. Untuk menghasilkan spektrum inframerah, radiasi yang mengandung semua
frekuensi di wilayah IR dilewatkan melalui sampel. Mereka frekuensi yang diserap
muncul sebagai penurunan sinyal yang terdeteksi. Informasi ini ditampilkan sebagai
spektrum radiasi.
Spektroskopi inframerah sangat berguna untuk analisis kualitatif (identifikasi) dari
senyawa organik karena spektrum yang unik yang dihasilkan oleh setiap organik zat
dengan puncak struktural yang sesuai dengan fitur yang berbeda. Selain itu, masing-
masing kelompok fungsional menyerap sinar inframerah pada frekuensi yang unik.
Sebagai contoh, sebuah gugus karbonil, C = O, selalu menyerap sinar inframerah pada
1670-1780 cm-1, yang menyebabkan ikatan karbonil untuk meregangkan (Silverstein,
2002).
Atom-atom di dalam suatu molekul tidak diam melainkan bervibrasi (bergetar).
Ikatan kimia yang menghubungkan dua atom dapat dimisalkan sebagai dua bola yang
dihubungkan oleh suatu pegas. Bila radiasi inframerah dilewatkan melalui suatu cuplikan

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 62


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
maka molekul-molekulnya dapat menyerap (mengabsorpsi) energi dan terjadilah transisi
di antara tingkat vibrasi dasar dan tingkat tereksitasi. Contoh suatu ikatan C-H yang
bervibrasi 90 triliun kali dalam satu detik harus menyerap radiasi inframerah pada
frekuensi tersebut untuk pindah ketingkat vibrasi tereksitasi pertama. Pengabsorpsian
energi pada frekuensi dapat dideteksi oleh spektrofotometer infra merah yang memplot
jumlah radiasi infra merah yang akan memberikan informasi enting tentang tentang gugus
fungsional suatu molekul (Blanchard, A Arthur, 1986).
Spestroskopi inframerah merupakan salah satu teknik spektroskopi yang didasarkan
pada penyerapan inframerah oleh senyawa. Karena spectrum IR memiliki panjang
gelombang yang lebih panjang dari panjang gelombang yang lain maka energi yang
dihasilkan oleh spectrum ini lebih kecil dan hanya mampu menyebabkan vibrasi atom-
atom pda senyawa yang menyerapnya. Daerah radisai sinar inframerah terbagi menjadi 3
antara lain:
1. Daerah IR dekat (13000-4000 cm-1)
2. Daerah IR tengah (4000-200 cm-1)
3. Daerah IR jauh (200-10 cm-1)
Kebanyakan analisis kimia berada pada daerah IR tengah. IR jauh digunakan untuk
menganalisis mzat organik,anorganik dan organologam yang memiliki atom berat (massa
atom diatas 19). Sedangkan IR dekat menganalisis kuantitatif denagn kecepatan tinggi.
Karena panjang gelombang IR lebih pendek dari apnjang gelombang sinar tampak
ataupun sinar UV maka energi IR tidak mampu mentransisikan elektron ,melainkan hanya
menyebabkan molekul hanya bergetar.Setiap molekul memiliki harga energi tertentu. Bila
suatu senyawa menyerap energi dari sinar IR maka tingkatrn energi didalam molekul itu
akan tereksitasi ketingkatan energi yang lebih tinggi. Sesuai dengan energi yang diserap
maka yang akan terjadi pada molekul itu adalah perubahan energi vibrasi yang diikuti
dengan perubahan energi rotasi. Interksi ini terjadi dengan syarat adnya perubahan
momen dipol sebagai akibat dari vibrasi. Radiasi medan listrik berubah –ubah akan
berinteraksi dengan molekul dan akan menyebabkan perubahan amplitudo salah satu
gerakan molekul. Selain itu energi yang dihasilkan oleh sianr IR harus sesuai dengan
energi yang dibutuhkan oleh atom untuk bervibrasi. Senyawa seperti O2 dan N2 tidak
memiliki perubahn mimen dipole dalam vibrasinya sehingga tidak dapt mengadsropsi
sinar IR (Earnshaw A, 1997).
Berikut adalah komponen alat spektrofotometri IR:
1. Sumber Energi: Sumbernya dapat berupa Nernest atau lampu Glower, yang dibuat
dari oksida-oksida zirconium dan yttrium, berupa batang berongga dengan

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 63


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
diameter 2mm dan panjang 30mm. Batang ini dipanaskan sampai 1500-20000 oC
dan akan memberikan radiasi di atas 7000 cm-1. Sumber radiasi yang biasa
digunakan berupa Nernst Glower, Globar, dan Kawat Nikhrom.
2. Monokromator: digunakan untuk menghilangkan sinar yang tidak diinginkan,
sehingga diperoleh sinar yang monokromatis, terdiri dari sistem celah (masuk-
keluar) tempat sinar dari sumber radiasi masuk ke dalam sistem monokromator.
Alat pendispersi berupa prisma/kisi difraksi akan menguraikan sinar menjadi
komponen panjang gelombang. Monokromator yang digunaan untuk alat infra
merah umumnya terbuat dari berbagai macam bahan. Seperti prisma dan celah
yang terbuat dari gelas, lelehan silika, LiF, CaF2, BaF2, NaCl, AgCl, dan
KBr. Tetapi pada umumnya prisma NaCl digunaan untuk daerah 4000-6000 cm-
1
dan prisma KBr untuk 400 cm-1.
3. Wadah sampel: berfungsi untuk menaruh/meletakkan/melekatkan sampel yang
akan dianalisis. Wadah sampel yang digunakan disesuaikan pada bentuk fisik
sampel yang akan dianalisis. Untuk sampel berbentuk gas digunakan sel gas
dengan lebar sel atau panjang berkas radiasi 40 m. Hal ini dimungkinkan untuk
menaikkan sensitivitas karena adanya cermin yang dapat memantulkan berkas
radiasi berulang kali melalui sampel. Wadah sampel untuk sampel berbentuk
cairan umumnya mempunyai panjang berkas radiasi kurang dari 1 mm biasanya
dibuat lapisan tipis (film) di antara dua keping senyawa yang transparan terhadap
radiasi inframerah. Dapat pula dibuat larutan yang kemudian dimasukkan ke
dalam sel larutan. Wadah sampel untuk padatan mempunyai panjang berkas
radiasi kurang dari 1 mm (seperti wadah sampel untuk cairan). Sampel berbentuk
padatan ini dapat dibuat pellet, pasta, atau lapisan tipis.
4. Detektor: alat pengukur energi radiasi akibat pengaruh panas. Berbeda dengan
detector lainnya (misalnya phototube), pengukuran radiasi infra merah lebih sulit
karena intensitas radiasi rendah dan energi foton infra merah juga rendah.
Akibatnya signal dari detektor infra merah kecil sehingga dalam pengukurannya
harus diperbesar dengan menggunaan amplifier. Terdapat dua macam detector
yaitu thermocouple dan bolometer.
5. Rekorder: alat perekam untuk mempermudah dan mempercepat pengolahan data
dari detector. Tidak ada pelarut yang sama sekali transparan terhadap sinar IR,
maka cuplikan dapat diukur sebagai padatan atau cairan murninya diletakkan di
tempat sel spektrofotometer infrared dengan lubang mengarah ke sumber radiasi
(Hendayana, 1994).

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 64


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
Spektrofotometer FTIR
Pada dasarnya spektrometer FTIR sama dengan spektrofotometer FTIR dan
spektrofotometer IR, yang membedakannya adalah pengembangan pada sistem optiknya
sebelum berkas sinar inframerah melewati sampel. Sistem optik spektrofotometer IR
dilengkapi dengan cermin diam. Dengan demikian radiasi inframerah akan menimbulkan
perbedaan jarak yang ditempuh menuju cermin bergerak dan cermin yang diam. Pada
sistem optik fourier transform infared digunakan radiasi laser yang berfungsi sebagai
radiasi yang diinterferensikan dengan radiasi inframerah agar sinyal radiasi inframerah
yang diterima oleh detektor secara utuh dan lebih baik (Day, R.A dan A.L. Underwood.
2002).

C. Alat dan Bahan


1. Spektrofotometer FTIR 1 set
2. Etanol 50 ml
3. Plastik bening
4. Botol sampel

D. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan sampel yang akan diuji berupa Etanol

2. Mengambil ± 5 ml etanol dengan menggunakan pipet tetes

3. Meletakkan sampel pada sampel holder dan menempatkannya pada lintasan sinar
alat FTIR.

4. Melakukan pengukuran dengan alat FTIR dan mengamati grafik yang terbentuk

5. Menyimpan data yang dihasilkan dan melakukan pembahasan terhadap puncak-


puncak yang terbentuk dan membandingkan dengan gelombang

6. Lakukan pengujian yang sama dengan pengujian etanol untuk plastik

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 65


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018

SPEKTROSKOPI DAERAH INFRA MERAH (FTIR)

1. PENDAHULUAN

Penyerapan daerah infra merah (IR) terbatas pada transisi dengan perbedaan energi
yang kecil terdapat diantara tingkatan vibrasi dan rotasi, yaitu pada daerah dengan bilangan
gelombang 13000-33 cm1. Yang biasa digunakan adalah antara 4000-667cm1.

Bila suatu molekul menyerap sinar IR maka di dalam molekul akan terjadi perubahan
tingkata energi vibrasi/rotasi, tetapi hanya transisi vibrasi/rotasi yang dapat menyebabkan
perubahan momen dipol yang aktif mengabsorbsi sinar IR. Disamping itu frekuensi sinar
yang datang harus sama dengan salah satu frekuensi vibrasi/rotasi molekulnya.

2. PERCOBAAN

• Tujuan

- Pengenalan IR Spektrofotometer

- Pembuatanspectra

- Pengenalan gugus-gugus fungsi dalam senyawa berdasarkan pita serapan


karakteristiknya

• Bahan

- Plastik

- Aseton

3. PRINSIP KERJA FT-IR ( FOURIER TRANSFORM INFRA RED)

Pengukuran berdasarkan pada vibrasi suatu molekul, adanya interaksi molekul dengan
radiasi elektromagnetik. FTIR digunakan untuk analisa kualitatif yaitu untuk mengetahui
ikatan kimia yang dapat ditentukan dari spectra vibrasi yang dihasilkan oleh suatu senyawa
pada panjang gelombang tertentu.

Cara kerja :

1. Nyalakan instrument spektrofotometer IR dan biarkan panas selama 15menit.

2. Setelah instrument dan komputer selesai inisialisasi, klik 2x pada iconSpectrum.

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 66


Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif 2018
3. Klik menu Instrument , lalu pilih Scan.

4. Pada halaman Sample, masukkan nama pada Name dari spectrum yang akandisimpan.

5. Pada halaman Scan, masukkan rentang pada Range, Scan, Type ,Duration.

6. Tempatkan sampel pada instrument kemudian klik scan untuk analisa.

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 67


7. Pada halaman Sample, masukkan nama pada Name dari spectrum yang akandisimpan.

8. Pada halaman Scan, masukkan rentang pada Range, Scan, Type ,Duration.

9. Tempatkan sampel pada instrument kemudian klik scan untuk analisa.

Laboratorium Kimia Departemen Metalurgi dan Material FTUI 60

Anda mungkin juga menyukai