Anda di halaman 1dari 14

Journey to Nature untuk Menunjang

Halal Life Style dalam Industri Farmasi

Presented by 1st club :


Iftitah Silmi Kaffah
Shakina Noviradevi
Susi Pramawati
Introduction

Indonesia sebagai Negara mayoritas muslim dan sebagai Negara berpenduduk


beragama Islam terbesar di dunia sudah sepantasnya menempatkan masalah
penyediaan produk yang halal pada posisi yang penting.
Lifestyle merupakan cerminan seseorang dalam cara menjalani hidup, cara
menggunakan dan mengalokasikan waktu, serta mengatur pola hidup. Hal ini menjadi
sangat penting ketika lifestyle dapat menunjukkan cerminan kepribadian seseorang.
Terlebih bagi ummat muslim yang sudah mempunyai tatanan kehidupan yaitu dengan
aturan islam.
Formulation of The Problem
• Hukum Zat aktif yang terkandung dalam
sediaan farmasi mengandung bahan yang
haram
• Labelisasi dan sertifikasi untuk menjamin
kehalalan produk
• Eksplorasi bahan alam Indonesia untuk
pengganti bahan haram
Section A : Hukum Zat Aktif yang Terkandung Dalam
Sediaan Farmasi Mengandung Bahan Yang Haram

Pengembangan produk obat (drug product development), dan sediaan farmasi lainnya
patut dicermati, baik dari aspek kemaslahatannya maupun dari kebolehan penggunaannya
ditinjau dari syariat Islam. Salah satunya adalah memperhatikan status kehalalan sediaan farmasi
tersebut. Konsumen dituntut ekstra teliti ketika membeli dan mengkonsumsi. Selain itu,
ditemukan sejumlah kosmetik berbahaya bagi kesehatan MUI menyatakan bahwa sebanyak 54
persen makanan yang beredar di pasaran ternyata tidak aman. Untuk memenuhi ketentuan
tersebut industri farmasi diharuskan menerapkan Cara Produksi Obat yang Baik untuk Obat-
Obatan Halal (Good Manufacturing Practices (GMPs) for Halal Pharmaceuticals).
Ketentuan yang berlaku di Malaysia untuk produk obat-obatan sebagaimana dalam
Malaysian Standard MS 2424:2012, dimana perusahaan farmasi diwajibkan mematuhi
aspek-aspek hukum syariah untuk obat-obatan sebagai berikut :
 Obat-obatan tidak boleh mengandung bagian atau produk hewan yang tidak halal atau
tidak disembelih sesuai ketentuan Islam.
 Obat-obatan harus aman untuk digunakan manusia, yakni tidak beracun, tidak
memabukkan atau tidak berbahaya bagi kesehatan sesuai dosis yang ditentukan.
 Obat-obatan tidak dapat dibuat, diproses atau diproduksi menggunakan peralatan yang
terkontaminasi dengan najis.
 Obat-obatan tidak boleh mengandung bagian manusia atau derivatnya yang tidak halal.
 Selama persiapan, pengolahan, penanganan, pengemasan, penyimpanan dan distribusi,
mereka harus dipisahkan secara fisik dari produk tidak halal dan najis.
Example:
Gelatin Dari Babi
Gelatin adalah salah satu bahan baku yang banyak
digunakan dalam produk makanan, obat-obatan dan
kosmetik. Penggunaannya pada obat-obatan yakni
bahan untuk kapsul gelatin lunak dan keras, pil dan
tablet bersalut gula, pengganti serum, vitamin
enkapsulasi, substansi polimer untuk system
penghataran obat (drug delivery system) terutama
pada sediaan obat lepas lambat. Sedangkan terhadap
produk kosmetik gelatin dapat digunakan untuk
pembuatan krim, masker, dan lotion. Gelatin dapat
diekstrak dari tulang, lemak, limbah daging, lemak
dan minyak goreng dari hewan. Ada beberapa jenis
gelatin, dan yang paling disukai adalah yang
bersumber dari babi (porcine) dan sapi (bovine)
Heparin Porcine untuk sirkulasi ekstrakorporeal selama
hemodialisis atau operasi jantung
Heparin sebagai obat telah digunakan
selama lebih dari 50 tahun untuk
mengobati dan mencegah trombosis.
Heparin yang memiliki aktivitas
antikoagulan ini masih diperoleh secara
eksklusif dari jaringan hewan, terutama
dari usus babi (porcine). Meskipun heparin
saat ini telah dapat diperoleh dari jaringan
paru-paru sapi (bovine), namun nyaris
menimbulkan penolakan setelah
munculnya kasus sapi gila (the bovine
spongiform encephalopathy).
Alkohol
Bahan Farmasi selanjutnya yang selalu
menarik perhatian umat muslim adalah
Alkohol (etil alkohol, atau etanol). Etanol
adalah salah satu yang paling banyak
digunakan pada sediaan cair yang berfungsi
sebagai penstabil dan pelarut dalam proses
ekstraksi. Ketentuan produksi dan kuantitas
etanol (etil alkohol) pada produk akhir
(makanan atau obat-obatan) sangat kecil dan
tidak akan memabukkan. Jumlah yang
ditoleransi adalah 0,01 persen pada produk
akhir, dan menjadi ketentuan untuk sertifikasi
halal di Malaysia.
Firman Allah SWT, antara lain:

‫س ِّم ْن َع َم ِل‬ ِْ ُ‫اب وٱأْل َْزمَٰل‬


‫ج‬ ‫ر‬ ‫َنص‬ ‫أْل‬ ‫ٱ‬‫و‬ ‫ر‬ ‫س‬ ِ ‫ٓيأَيُّها ٱلَّ ِذين ءامنُوٓا۟ إِمَّنَا ٱخْل مر وٱلْمي‬
ٌ َ ُ َ َ ُ َْ َ ُ َْ ََ َ َ َٰ
‫ٱجتَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِ ُحو َن‬ ٰ
ْ َ‫ٱلشَّْيطَ ِن ف‬
”Hai orang-orang yang beriman Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan panah adalah rijs dan
termasuk perbuatan syetan. Maka, jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar
kamu mendapat keuntungan.” (QS.Al-Ma’idah [5]: 90)
Section B : Labelisasi dan Sertifikasi untuk Menjamin
Kehalalan Produk
Halal dan haram merupakan salah satu persoalan yang relatif
sensitif dalam agama Islam. Halal dan haram dapat dikatakan
sebagai substansi hukum, dan hukum merupakan masalah
sentral dalam Islam. Pengaturan penggunaan produk halal di
Indonesia, memiliki 2 (dua) hal yang saling terkait, yaitu
sertifikasi dan lebelisasi. Sertifikasi label halal secara aturan
bukanlah hal yang mudah karena harus melalui prosedur-
prosedur atau tahapan tertentu. Sistem Jaminan Halal (SJH)
sendiri mulai diberlakukan oleh Lembaga Pengkajian Pangan,
Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM
MUI) pada tahun 2005, sebagai suatu sistem yang menjamin
kepada MUI atas kehalalan produk suatu perusahaan
sepanjang masa perusahaan itu memegang Sertifikat Halal
MUI
Section C : Eksplorasi Bahan Alam Sebagai Alternatif
Pengganti Bahan Haram dalam Produk Farmasi
 Pada Bahan Tambah Pangan (BTP)
Penggunaan bahan tambah pangan (BTP) khususnya pada golongan bahan pengawet dan bahan
pewarna memiliki kecenderungan meningkat sejak abad ke-20. Penggunaan BTP yang sering
digunakan adalah BTP pewarna dan antioksidan sintetik. Penambahan antioksidan sintetik pada
proses pengolahan makanan dapat menghambat terjadinya oksidasi pada produk (terutama produk
dengan kandungan lemak tinggi) sehingga dapat memperlama daya simpan. Pengeksplorasian bahan
alami dan halal sebagai alternatif pengganti BPT sintetik dari bahan alam seperti sayur dan buah
khususnya banyak dikembangkan di era modern seperti ini. Contoh dari bahan alam tersebut adalah
buah naga merah, kulit buah naga merah, wortel, bit, dan ubi ungu.
 Pada Kosmetika
Zat-zat kosmetik yang menjadi titik kritis haram :
 Zat aktif dari kosmetik tersebut misalnya : kolagen, dan gelatin.
 Zat-zat penstabil sebagai bahan dasar. Bahan penstabil tersebut harus halal
sumbernya dan cara penyembelihan atau pengolahan.
 Asam lemak esensial, apakah dari hewan yang halal dan disembelih dengan
cara islami juga bahan penstabil yang digunakan karena asam-asam lemak
tersebut adalah golongan yang yang mudah teroksidasi atau tidak stabil
sehingga membutuhkan bahan penstabil ketika digunakan.
 Hormon dan ekstrak kelenjar. Contoh yang sedang populer yaitu ekstrak
plasenta dari bayi yang baru lahir atau yang biasa kita sebut puser atau ari-
ari.
Conclusion

Sebagai ummat muslim, kita harus memperhatikan setiap produk yang kita gunakan
khususnya dalam makanan, obat-obatan, dan kosmetika. Upaya edukasi produk halal,
sehat dan berkualitas di masyarakat mendesak dilakukan, sebagai upaya penguatan hak-
hak konsumen. Gagasan perlindungan konsumen dapat disampaikan secara luas kepada
masyarakat melalui berbagai kegiatan advokasi konsumen, seperti pendidikan, penelitian,
pengujian, pengaduan, dan publikasi media konsumen.
 
Any Question ? 

Anda mungkin juga menyukai