Anda di halaman 1dari 6

Halaman Pengesahan

Laporan lengkap praktikum Kimia Analitik II dengan judul percobaan


“Kromatografi Lapis Tipis” disusun oleh:
Nama : Naadhirahthul Izzah N.
NIM : 091304011
Kelas : A (Pendidikan Kimia)
Kelompok : V (Lima)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten dan dinyatakan
diterima.

Makassar, Juni 2011


Koordinator Asisen Asisten

Usman Syah, S. Si. Subakir Salnus

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Sitti Faika, S. Si., Apt., M. Si.


A. Judul Percobaan
Kromatografi Lapis Tipis (Thin Layer Chromatografy, TLC)

B. Tujuan Percobaan
Pemisahan asam-asam amino dalam suatu campuran dengan cara
kromatografi lapis tipis.

C. Tinjauan Pustaka
Kromatografi berasal dari bahasa Yunani “kromatos” yang berarti warna dan
“graphos” yang berarti menulis. Kromatografi merupakan metode pemisahan
yang sederhana. Kromatografi mencakup berbagai proses yang berdasarkan
pada perbedaan distribusi dari penyusun cuplikan antara dua fasa, salah satu
diantaranya bergerak secara kesinambungan dalam arah tertentu dan di
dalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya
perbedaan dalam absorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul
atau kerapatan muatan ion dinamakan kromatografi sehingga masing-
masingzat dapat diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode analitik
(Anonim dalam Bio. 2009).
Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh Michael Tswet (1906) seorang
ahli botani dari Rusia. Dalam percobannya, ia berhasil memisahkan klorofil
dari pigmen-pigmen warna lain dalam eksrak tumbuhan dengan menggunakan
serbuk kalsium karbonat yang diisikan ke dalam kolom kaca dan petroleum
eter sebagai pelarut. Dalam perkembangan selanjutnya, timbulnya warna
bukan lagi prasyarat mutlak untuk metode pemisahan secara kromatografi
(Soebagio. 2002).
Dalam proses kromatografi selalu terdapat salah satu kecendrungan sebagai
berikut; a) kecendrungan molekul-molekul komponen untuk melarut dalam
cairan; b) kecendrungan molekul-molekul komponen untuk melekat pada
permukaan padatan halus (adsorpsi=penyerapan); c) kecendrungan molekul-
molekul komponen untuk bereaksi secara kimia (penukar ion). Komponen
yang dipisahkan harus larut dalam fase gerak dan harus mempunyai
kemampuan untuk berinteraksi dengan fase diam dengan cara melarut di
dalamnya, teradsorpsi, atau bereaksi secara kimia (penukar ion). Pemisahan
dengan cara terjadi berdasarkan perbedaan migrasi zat-zat yang menyusun
suatu sampel. Hasil pemisahan dapat digunakan untuk keperluan identifikasi
(analisis kualitatif), penetapan kadar (analisis kuantitatif), dan pemurnian
suatu senyawa (pekerjaan preparatif) (Soebagio. 2002; 54).
Pada dasarnya, kromatografi lapis tipis (KLT atau TLC = Thin Layer
Chromatography) sangat mirip dengan kromatografi kertas, terutama pada
cara melakukannya. Perbedaan nyata terlihat pada media pemisahannya yakni
digunakannya lapisan tipis adsorben halus yang tersangga pada papan kaca,
aluminium atau plastic sebagai pengganti kertas. Lapisan tipis adsorben ini
pada proses pemisahan berlaku sebagai fasa diam (Soebagio. 2002; 85).
Bahan adsorben sebagai fasa diam dapat digunakan silica gel, alumina, dan
serbuk selulosa. Partikel silica gel mengandung gugus hidroksil
dipermukaannya yang akan membentuk ikatan hydrogen dengan molekul-
molekul polar. Air yang terserap dalam gel mencegah molekul-molekul polar
dari pencapaian permukaan. Alumina lebih disukai untuk memisahkan
senyawa-senyawa polar lemah, sedangkan silica gel lebih disukai untuk
memisahkan molekul-molekul seperti asam amino, dan gula (Soebagio. 2002;
85).
Perimbangan untuk pemilihan pelarut pengembang (eluen) umumnya sama
dengan pemilihan eluen untuk kromatografi kolom. Dalam kromatografi
adsorpsi pengelusi eluen naik sejalan dengan polaritasnya (missal dari
heksana → aseton → alcohol → air). Eluen pengembang dapat berupa pelarut
tunggal dan campuran pelarut dengan susunan tertentu. Pelarut-pelarut
pengembang harus mempunyai kemurnian yang tinggi. Terdapatnya sejumlah
kecil air atau zat pengotor lainnya dapat menghasilkan kromatogram yang
tidak diharapkan (Soebagio. 2002; 86).
Deteksi noda KLT terkadang lebih mudah dibandingkan dengan kromatografi
kertas karena dapat digunakan teknik-teknik umum yang lebih banyak.
Kerapkali, noda tidak berwarna atau tidak berpendar jika dikenai sinar
ultraviolet dapat ditampakkan dengan cara mendedahkan papan pengembang
pada uap iod. Uap iod akan berinteraksi dengan komponen-komponen sampel
baik secara kimia atau berdasarkan kelarutan membentuk warna-warna
tertentu. Suatu teknik pendeteksian yang biasa dilakukan untuk senyawa-
senyawa organic adalah dengan penyemprotan larutan H2SO4 (Soebagio.
2002; 87).
Kromatografi lapisan tipis atau TLC (thin layer chromatography), seperti
halnya kromatografi kertas, murah dan mudah dilakukan. Kromatografi ini
mempunyai satu keunggulan dari segi kecepatan dari kromatografi kertas.
Proses kromatografi lapisan tipis membutuhkan hanya setengah jam saja,
sedangkan pemisahan yang umum pada kertas membutuhkan waktu beberapa
jam. TLC sangat terkenal dan rutin digunakan di berbagai laboratorium (Day
and Underwood. 2002; 551-552).
D. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Pipa kapiler
b. Penggaris
c. Pensil
d. Gunting
e. Gelas kimia
f. Botol semprot
g. Gelas ukur
h. Botol pengelusi
i. Pinset
j. Lap kasar
k. Lap halus
2. Bahan
a. Plat KLT
b. Ninhidrin 0,3 %
c. Larutan pengelusi A
d. Larutan pengelusi B
e. Larutan asam amino standar
f. Sampel x
g. Aquadest
h. Tissue
i. Aluminium foil
E. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan larutan asam-asam amino standar. Menotolkan asam-asam
amino pada 2 (dua) lempeng (plat KLT) yang berbeda.
2. Membiarkan selama 15-20 menit sampai larutan kering. Meletakkan
masing-masing lempeng di atas larutan pengelusi A dan B dan
membiarkan selama 1 jam. Mengangkat dan mengeringkan lalu
menyemprot dengan larutan ninhidrin.
3. Membiarkan beberapa menit, jika tidak timbul warna memanaskan dengan
hati-hati sampai timbul noda (warna).
4. Menghitung harga Rf dari asam-asam amino yang dianalisis.
5. Menotolkan senyawa x pada plat KLT yang berbeda.
6. Melakukan seperti pada perlakuan 2-3
7. Menghitung harga Rf dari sampel yang dianalisis dan menentukan asam
amino dalam sampel x.
F. Hasil Pengamatan
G. Analisis Data
H. Pembahasan
I. Kesimpulan dan Saran

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai