Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR PUSTAKA

Ardianingsih, Retno. 2009. Penggunaan High Performance Liquid


Chromatography (HPLC) dalam Proses Analisa Deteksi Ion. Jurnal
Dirgantara. Vol.10, No.4

Azizahwati, dkk. 2007. Analisis Zat Warna Sintetik Terlarang Untuk Makanan
Yang Beredar Di Pasaran. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol: 4. No: 1.
ISSN: 1693-9883. Depok: Universitas Indonesia.

Fauziyah, Bengum. 2012. Analisis Kualitatif Fenilalanin Secara Chromatography


Kertas dan Kromatography Lapis Tipis. Jurnal Saintis. ISSN: 2089-0699

Ghahramani. 2014. Determination of Radiochemical Purity of Radioactive


Microspheres by Paper Chromatography. J Chromatogr Sep Tech ISSN:
2157-7064

Kenkel, Jhon. 2003. Analytical Chemistry for Technicians. Third Edition Lewis
Nebraska: Publishers is an imprint of CRC Press LLC
Soebagio,dkk . 2003. Kimia Analitik II. Malang: JICA.
Svehla, G. 1979. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro Bagian 2 Edisi ke Lima. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka.

Pambudi, Arief dkk. 2014. Identifikasi Bioaktif Golongan Flavonoid Tanaman


Anting-Anting (Acalypha indica L.). Jurnal Al-Azhar Indonesia. Vol 2.
No.3
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Kimia Analitik II dengan judul


“Kromatografi Kertas Pemisihan dan Indentifikasi Io Logam” disusun oleh:
Nama Praktikan : Ika Nurhamzah
NIM : 1513042002
Kelas : Pendidikan Kimia B
Kelompok : I (Satu)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asissten dan Koordinator Asisten dan
dinyatakan diterima.

Makassar, Mei 2017


Koordinator Asisten Asisten

Nur Rahmat Husnul Khatimah


NIM. 1313141006 NIM: 1313142007

Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab

Drs. H. Muh. Yunus, M.Si


NIP. 19760307 200501 1 002
A. Judul Percobaan
Kromatografi Kertas Pemisahan dan Identifikasi Ion Logam
B. Tujuan Percobaan
Memisahkan dan mengidentifikasi ion logam dalam campuran dengan
cara kromatografi kertas.
C. Landasan Teori
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan
perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Istilah
kromatografi berasal dari gabungan kata “chroma” (warna) dan “graphein”
(menuliskan). Prinsip pemisahan kromatografi yaitu adanya distribusi komponen-
komponen dalam fase diam dan fase gerak berdasarkan perbedaan sifat fisik
komponen yang akan dipisahkan. Kromatografi dapat digunakan untuk analisa
kuantitatif dan kualitatif. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan
dua fase yaitu fase diam (stationer) dan fase gerak (mobile). Persyaratan utama
kromatografi adalah : (1) Ada fase diam dan fase bergerak. Fase diam tidak boleh
bereaksi dengan fase gerak; (2) Komponen sampel (contoh) harus larut dalam fase
gerak dan berinteraksi dengan fase tetatp (diam); (3) Fase gerak harus bisa
mengalir melewati fase diam, sedangkan fase diam itu harus terikat pada
posisinya (Ardianingsing, 2009:102).
Teknik kromatografi merupakan teknik pemisahan suatu campuran yang
berdasarkan kepada kesetimbangan fase, yaitu fase diam dan fase bergerak. Fase
diam merupakan lapisan cairan pelarut (pengembang) yang teradsorpsi pada
permukaan kertas, sedangkan fase bergerak merupakan bagian pelarut
(pengembang, eluen) yang berfungsi menggerakkan komponen. Teknik ini
didasarkan pada perbedaan kecepatan migrasi senyawa saat diberi eluen tertentu.
Secara umum, ada beberapa macam teknik kromatografi, yaitu kromatografi
kertas (KK), kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi kolom, kromatografi
gas, dan kromatografi kinerja tinggi (KKT) (Pambudi, 2012:181).
Salah satu jenis kromatografi yang kita kenal adalah kromatografi kertas,
cara ini lah yang dilakukan pada percobaan kali ini. Kromatografi kertas adalah
bentuk kromatografi yang paling sederhana, mudah dan murah. Jenis
kromatografi ini banyak digunakan untuk identifikasi kualitatif walaupun untuk
analisis kuantitatif juga dapat dilakukan. Fase diam dalam kromatografi berupa air
yang terikat pada selulosa kertas sedangkan fase geraknya berupa pelarut organik
non polar. Berdasarkan kedua hal itu kromatografi kertas dapat digolongkan ke
dalam kromatografi partisi (Soebagio, 2002: 83).
Kromatografi kertas yang dilakukan merupakan kromatografi partisi,
yang termasuk dalam kromatografi cair-cair. Maka, yang berperan sebagai fase
diam biasanya adalah air yang membentuk kompleks dengan serat selulosa pada
kertas. Sedangkan sebagai fase gerak adalah pelarut organik atau campuran
pelarut yang akan membawa zat terelusi bergerak (Azizahwati, 2007: 21).
Kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis (TLC) merupakan
metode kromatografi planar. kromatografi kertas memanfaatkan selembar kertas
yang memiliki konsistensi (Selulosa) untuk fase diam. Kertas tersebut bersifat
hidrofilik, yang mana fase diam sebenarnya adalah lapisan tipis air tidak sengaja
teradsorpsi pada permukaan kertas. Dengan demikian, kromatografi kertas
merupakan bentuk kromatografi partisi saja. Fase gerak selalu cair. Dengan
kromatografi lapis tipis, fase diam adalah lapisan tipis penyebaran materi di
selembar plastic atau kaca atau pelat logam. piring atau lembaran tersebut dapat
dibeli baik secara komersial yang sudah siap pakai atau disiapkan di laboratorium.
Bahan lapis tipis dapat menjadi salah satu fase stasioner dijelaskan sebelumnya,
dan dengan demikian TLC dapat salah satu dari empat jenis, termasuk adsorpsi,
partisi, pertukaran ion, dan eksklusi ukuran. Mungkin paling fase diam umum
untuk TLC, bagaimanapun, adalah silika gel. kromatografi, seperti yang
disebutkan sebelumnya. Juga umum adalah selulosa murni, bahan yang sama
untuk kromatografi kertas, dan di sini juga kita akan terjadi proses kromatografi
partisi. Fase gerak untuk TLC selalu cair. Kromatografi Kertas atau lapis tipis
dapat dilakukan seperti pada gambar diatas, yang mana gambar menunjukkan
kertas atau plat TLC diberi tanda dengan bintik-bintik yang menunjukkan tempat
kromatogram berkembang atau proses pengembangan cuplikan (Kenkel, 2003 :
316).
Pelaksanaan pemisahan dengan metode kromatografi kertas terbagi dalam
tiga tahap yaitu tahap penotolan cuplikan, tahap pengembangan dan tahap
identifikasi atau penampakan noda. Pada tahap penotolan cuplikan, mula-mula
siapkan kertas kromatografi dengan ukuran tertentu. Buatlah garis awal dengan
jarak 2-3 cm dengan salah satu ujung kertas kemudian dilakukan tahap penotolan.
Pada saat tahap pengembangan, yakni pada saat pencelupan kertas terhadap eluen.
Komponen-komponen cuplikan akan terbawa oleh rembesan cuplikan. Perbedaan
kelarutan oleh komponen-komponen cuplikan dalam eluen akan mengakibatkan
kecepatan bergerak komponen-komponen dalam kertas juga bebeda. Perbedaan
kecepatan bergerak dalam komponen-komponen ini lebih umum disebut migrasi
deferensial. Hasil pemisahan akan nampak sebagai noda-noda berwarna pada
kertas dengan jarak yang bebeda-beda dari garis awal (Soebagio, 2002: 83).
Bercak pada lembar kertas atau plat berupa bintik-bintik, titik ini
menandakan bahwa kromatografi sedang berlangsung, yang mana prosesnya
diawali dengan komponen campuran akan bergerak dengan fase gerak pada
tingkat yang berbeda melalui fase diam, dan jika komponen campuran berwarna,
bukti awal pemisahan terlihat pada lembar atau piring. Hasil akhirnya, jika
pemisahan berhasil, adalah serangkaian tempat sepanjang jalan tepat di atas lokasi
tempat aslinya (titik yang dibuat), masing-masing mewakili satu dari komponen
campuran terlihat di sana. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut:

Pemeriksaan visual kromatogram dilakukan pada tahap identitas komponen,


terutama jika standar yang terlihat pada kertas yang sama atau piring. Faktor
retardasi (Rf) dapat juga dihitung dan digunakan untuk analisis kualitatif. Faktor-
faktor ini didasarkan pada jarak fase gerak telah melakukan perjalanan di atas
kertas (diukur dari titik awal dari campuran) relatif terhadap jarak yang komponen
telah melakukan
perambatan.. Rf dapa dihitung dengan mengunakan persamaan :

Rf =

Faktor-faktor ini mengunkapakan identitas komponen (Kenkel, 2003: 317).

Dalam kromatografi kertas dapat digunakan tehnik menaik maupun


menurun. Pada yang pertama pelarut bergerak ke atas dan yang kedua pelarut
dapat bergerak ke bawah. Metode yang paling tidak meropatkan adalah metode
menaik dalam kromatografi lapis tipis, namun pada kromatografi kertas metode
menurun itu lebih muda. (Svehla, 1979: 537).
Identifikasi senyawa asam amino dalam kromatografi kertas dilakukan
menggunakan pereaksi ninhidrin. Ninhidrin merupakan hidrat dari triketon siklik,
dan bila bereaksi dengan asam amino menghasilkan zat berwarna ungu. Ninhidrin
merupakan suatu oksidator sangat kuat yang dapat menyebabkan terjadinya
dekarboksilasi oksidatif asam α-amino untuk menghasilkan CO¬¬2.NH3 dan
suatu aldehid dengan satu atom karbon kurang daripada asam amino induknya.
Reaksi gugus amino dengan ninhidrin menghasilkan senyawa jingga. identifikasi
larutan fenilalanin pada berbagai konsentrasi menggunakan media kromatografi
kertas hanya tampak jelas teramati secara jelas pada konsentrasi minimal 50 ppm.
Larutan dengan konsentrasi dibawah 50 ppm tidak dapat teramati secara jelas
bahkan tidak tampak sama sekali. Hal ini disebabkan kapasitas fasa diam yaitu
molekul H2O yang teradsorbsi pada selulosa /kertas hanya mampu menahan
sejumlah kecil molekul asam amino fenilalanin dari sampel. Apabila jumlah dari
fenilalanin hanya sedikit maka ketika direaksikan dengan ninhidrin tidak cukup
untuk memberikan perubahan secara visual. Nilai Rf adalah rasio jarak yang
ditempuh oleh suatu zat terlarut terhadap jarak yang dipindahkan oleh garis depan
pelarut selama waktu sama. Nilai Rf yang identik untuk suatu senyawa yang
diketahui dan yang tidak diketahui dengan menggunakan beberapa sistem pelarut
yang berbeda memberikan bukti yang kuat bahwa nilai untuk kedua senyawa
tersebut adalah identik, terutama jika senyawa tersebut dijalankan secara
berdampingan di sepanjang pita kertas yang sama. Pada kasus yang terjasi zat
terlarut dari campuran yang asli akan bergerak di sepanjang kertas dengan
kecepatan yang berbeda-beda dan akan membentuk sederetan noda yang terpisah
(Fauziyah, 2012:15-16).
Metode sederhana untuk mengukur kotoran radiokimia yang ada di
mikrosfer kaca diuji. Sebuah system dua fase pelarut seluler (aseton dan 0,9%
NaCl) digunakan dengan Whatman no. 3 strip kertas sebagai stasioner tahap.
kromatografi kertas digunakan untuk mengidentifikasi kotoran radiokimia dalam
mikrosfer radioaktif. Ini kotoran yang ditemukan <0,01% untuk bidang Azer
dalam garam dan larutan aseton. Hasil dikonfirmasi kaca yang mikrosfer disusun
dengan menggunakan prosedur baru yang nyaman, aman, efektif untuk berbagai
tujuan radioterapi (Ghahramani, 2014:1).

D. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Gelas ukur 100 mL 1 buah
b. Gelas kimia 100 mL 1 buah
c. Chamber dan penutup @ 1 buah
d. Botol semprot 1 buah
e. Batang pengaduk 1 buah
f. Pensil 1 buah
g. Mistar 30 cm 1 buah
h. Klip kertas 1 buah
i. Lap kasar dan lap halus @ 1 buah
2. Bahan
a. Kertas saring whatman
b. n-butanol (C4H9OH)
c. Etil asetoasetat (C6H10O3)
d. Larutan asam asetat glasial (CH3COOH)
e. Larutan kalium kromat (K2CrO4)
f. Larutan timbal (II) nitrat (Pb(NO3)2)
g. Larutan perak nitrat (AgNO3)
h. Larutan raksa (II) nitrat (Hg(NO3)2
i. Lidi
j. Tissu
k. Aquades (H2O)

E. Prosedur Kerja
1. Kertas saring wathman dipotong dengan panjang 25 cm dan lebar 6 cm
2. Larutan pengembang dibuat dengan mencampurkan H2O, C4H9OH, C6H10O3,
pada perbandingan volume 15 mL: 75 mL: 10 mL dan asam CH3COOH 5 mL
3. Larutan pengembang dimasukkan kedalam chamber. Dibuat garis awal
mendatar pada kertas saring whatman 3 cm dari ujung bawah kertas. Kemudian
dibuat tanda X pada kertas tempat sampel atau standar akan di spotkan,
masing-masing berjarak 2 cm
4. Larutan Pb(NO3)2, AgNO3, Hg(NO3)2, dan campuran ditotolkan pada kertas
saring yang telah diberi tanda X dengan masing-masing 3 totol dan setiap
penotolan dibiarkan kering beberapa saat terlebih dahulu sebelum penotolan
berikutnya
5. Kertas dibentuk menjadi silinder dan dijepit dengan klip kertas. Kemudian
kertas saring dimasukkan ke dalam chamber dengan bagian yang diplot
dibagian bawah dan harus diperhatikan agar kertas tidak menyentuh dinding
bejana dan spot tidak boleh tercelup dalam larutan. Kemudian chamber ditutup
kembali
6. Kertas dibiarkan hingga eluen membasahi setengah dari panjang kertas atau
tidak melewati batas kertas
7. Kertas kromatografi dipindahkan dan dikeringkan. Kemudian lembaran kertas
disemprot dengan larutan K2CrO4 encer
8. Warna-warna PbCrO4, Ag2CrO4, dan HgCrO4 dapat digunakan untuk
identifikasi setiap ion dalam larutan
9. Jarak spot yang berbeda diukur dari posisi semula untu tiap solut dan
campurannya. Kemudian dihitung nilai Rfnya.
F. Hasil Pengamatan

Pengamatan
No. Perlakuan

Mengukur dan menggunting kertyas Panjang : 23 cm


1.
whatmann Lebar : 6 cm

Buat larutan pengembang (15 mL air+75 mL


2. Larutan tidak berwarna
n-butanol+10 mL etil asetoasetat)

3. Ditambahkan 5 mL asam asetat glasial Larutan tidak berwarna

4. Membuat garis mendatar pada kertas whatman 3 cm dari ujung kertas

5. Membuat spot pada garis yang telah dibuat Jarak antar spot 2 cm

Kertas I :Hg dan Pb


6. Totol sampel pada spot masing-masing 3 totol Kertas 2 : Ag dan
sampel (X)

Kertas saring dimasukkan ke dalam chamber


yang berisi larutan pengembang dengan totol Eluen merambat pada
7.
sampel yang tidak menyentuh campuran dan kertas
didiamkan

Tampak perubahan
warna pada rambatan
noda

Hg : putih
8. Disemprotkan K2Cr2O3 pada kertas
Pb : kuning

Ag : coklat kemerahan

Sampel (X) : kuning

9. Menghitung jarak pelarut a. Jarak pelarut untuk


Hg dan Pb = 5,4 cm
b. Jarak pelarut untuk
Ag dan X = 5,4 cm
c. Jarak noda
Hg = 5,0 cm
Pb = 1,0 cm
Ag = 1,7 cm
X = 1,0 cm

= 0, 926

Menghitung Rf

10.
= 0,185 cm

= 0,315 cm

= 0,185 cm

G. Analisis Data
Dik : Jarak noda Ag = 1,7 cm
Jarak noda Hg = 5,0 cm
Jarak noda Pb = 1,0 cm
Jarak noda X = 1,0 cm
Jarak pelarut (Pb dan Hg) = 5,4 cm
Jarak pelarut (Ag dan X) = 5,4 cm
Dit : Rf = ….?
Penyelesaian :
a. Rf Ag

b. Rf Hg

cm

c. Rf Pb

cm

d. Rf X

cm

H. Pembahasan

Percobaan ini bertujuan untuk memisahkan dan mengidentifikasi ion logam


dalam campuran dengan cara kromatografi kertas. Kromatografi adalah suatu
metode pemisahan fisik, di mana komponen-komponen yang dipisahkan
didistribusikan di antara dua fasa, salah satu fasa tersebut adalah lapisan stationer
dengan permukaan yang luas, yang lainnya sebagai fluida yang mengalir lembut
disepanjang landasan stationer (Underwood, 1999:487). Dimana fase diam dapat
berupa padatan atau cairan yang terikat pada permukaan padatan (kertas atau
suatu adsorben) dan fase geraknya berupa cairan yang disebut eluen atau pelarut.
Teknik atau prinsip kerja kromatografi kertas yaitu penotolan, pengembangan,
dan identifikasi. Sedangkan Prinsip dasarnya yaitu adanya distribusi komponen-
komponen dalam fase diam dan fase gerak berdasarkan perbedaan sifat fisik
komponen yang akan dipisahkan.
Percobaan ini di awali dengan penotolan pada kertas yang telah diberi tanda,
penotolan dilakukan dengan menggunakan pipa kapiler hal ini bertujuan karena
pipa kapiler memiliki diameter yang cukup kecil sehingga pada saat ditotolkan
sampel maka besar spot tidak akan melebar dan tidak terlalu banyak. Penotolan
diusahakan tidak terlalu banyak karena hal tersebut akan mempengaruh besar
spot. Spot yang terlalu besar tidak baik untuk penampakan noda karena nodanya
dapat melebar ke samping. Penotolan dilakukan pada setiap sampel setelah
penotolan kertas dikeringkan, pengeringan ini berfungsi untuk menguapkan
pelarut yang digunakan beberapa saat setelah it selain itu pengeringan kertas juga
merupakan salah satuproses untuk mengeluarkan asam mineral dari kertas yang
disebut desalting. Setelah itu dilakukan kembali penotolan, kemudian kertas
saring yang telah ditotolkan sampel dimasukkan ke dalam chamber. Adapun yang
bertindak sebagai fase diam adalah air yang terikat pada kertas (selulosa) dan
yang bertindak sebagai fase gerak adalah eluen (larutan pengembang ini dari
campuran air-n-butanol dan etilasetoasetat dengan perbandingan berturut-turut 15:
75: 10, larutan pengembang ditambahkan juga asam CH3COOH secukupnya. Fase
diam merupakan lapisan cairan pelarut (pengembang) yang teradsorpsi pada
permukaan kertas, sedangkan fase bergerak merupakan bagian pelarut
(pengembang, eluen) yang berfungsi menggerakkan komponen (Pambudi,
2012:181). Adapun fungsi dari H2O, C4H9OH, dan C6H10O3 adalah sebagai eluen
atau fasa gerak yang dipisahkan. Penambahan asam asetat yaitu untuk memberi
suasana asam dengan. pH asam ini dimaksudkan jika larutannya terlalu basa
dikhawatirkan ion hidroksidanya akan mengendap sehingga dapat mempengaruhi
perambatan noda.
Kertas saring yang digunakan adalah kertas saring Whatman karena kertas
tersebut memiliki pori- pori yang besar dan rapat, sehingga noda dapat merembes
dengan cepat dan teratur, serta kertas saring whatman terbuat dari kertas saring
khususyang diperkeras atau penopang kertas saring (Svehla, 1985:160). Kertas
saring digaris dengan menggunakan pensil karena pensil terbuat dari grafit yang
tidak larut dalam eluen, jika menggunakan pulpen maka tinta pulpen akan larut
dalam eluen sehingga dapat menganggu penampakan noda. Penotolan dilakukan
dengan menggunakan pipa kapiler karena pipa kapiler memiliki diameter yang.
Kertas saring selanjutnya dimasukkan ke dalam chamber kemudian wadah ditutup
dengan tujuan untuk menjenuhkan udara di dalamnya. Ini bertujuan untuk
menghilangkan uap air dan gas lain yang mengisi fasa penjerap yang akan
menghalangi laju eluen karena penjenuhan ini akan menghentikan penguapan
pada eluen dan menyeimbangkan tekanan atmosfer di dalam dan diluar chamber.
Hal itu disebabkan karena pelarut yang digunakan memiliki sifat yang mudah
menguap sehingga dengan penjenuhan tersebut dapat menghentikan penguapan
pelarut. Setelah eluen telah berhenti merambat kertas dikeluarkan dari wadah
kemudian dikeringkan.
Setelah dikeringkan, kertas saring kemudian disemprot dengan K2CrO4.
Penyemprotan K2CrO4 bertujuan untuk identifikasi ion dalam larutan sehingga
memperjelas penampakan noda karena krom memiliki beberapa bilangan oksidasi
yaitu, +2, +3, dan +6 dimana ketika bereaksi dengan beberapa unsur akan
membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi yang beragam dengan warna
beragam pula. Adapun reaksinya yaitu:

2Ag+ + K2CrO4              Ag2CrO4 + 2K+


Pb2+  + K2CrO4               PbCrO4  + 2K+
Hg2+  + K2CrO4                      HgCrO4  + 2K+

Adapun hasil yang diperoleh yaitu harga Rf dari ion logam Hg adalah 0,925
dengan warna putih, harga Rf Ag adalah 0,315 dengan warna noda coklat
kemerahan dan harga Rf Pb adalah 0,185 dengan warna noda kuning. Sedangkan
harga Rf campuran adalah 0,185 dengan warna noda kuning. Hg memiliki nilai Rf
yang paling besar disebabkan karena logam tersebut memiliki kelarutan yang
besar. Hal ini disebabkan karena larutan pengembang cenderung mempunyai sifat
kepolaran yang besar sehingga komponen yang memiliki sifat yang sama dengan
larutan pengembang akan bergerak lebih cepat sehingga nilai Rf akan besar pula.
Jadi Hg (raksa) cenderung cepat merambat karena memiliki sifat yang sama
dengan eluen. Adapun sampel X memiliki Rf yang sama dengan Pb warna noda
yang terlihat juga sama yaitu berwarna kuning, sehingga dapat disimpulkan
sempel X adalah ion logam Pb
I. Penutup
1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa ion logam Pb, Ag,
dan Hg dan dapat dipisahkan dengan campurannya dengan cara kromatografi
kertas
2. Saran

Diharapkan agar praktikan selanjutnya lebih berhati-hati ketika


menotolkan cuplikan pada kertas saring agar hasil totolan tidak terlalu besar
karena dapat mempengaruhi nilai Rfnya, selain itu untuk memperoleh hasil yang
maksimal.
JAWABAN PERTANYAAN

1. Adsorpsi adalah proses penyerapan pada permukaan zat. Sedangkan absorpsi


adalah proses penyerapan yang terjadi pada semua bagian dari zat terlarut.
2. Faktor yang mempengaruhi harga Rf yaitu:
a. Kehadiran ion pengganggu
b. Keasaman eluen
c. Jenis kertas saring yang digunakan
d. Diameter petak
e. Suhu
f. Jenis pelarut
g. Kepolaran atau kelarutan
3. Hal yang menyebabkan migrasi diferensial dalam kromatografi adalah
perbedaan kelarutan komponen- komponen yang mempunyai kepolaran yang
sama dengan eluen akan lebih cepat bergerak dalam kertas saring
dibandingkan komponen yang mempunyai kepolaran yang berbeda.
4. Rf yang telah diamati yaitu:

Rf = atau

a. Rf Ag

b. Rf Hg

cm

c. Rf Pb
cm

d. Rf X

cm

Anda mungkin juga menyukai