Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

POLARIMETER
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Optika
Yang dibimbing oleh Bapak Dr. Robi Kurniawan, M.Si

Disusun Oleh:
Carissa Nanda Wahyu Faatihah
200321614805
Kelompok 5

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
OKTOBER 2022
POLARIMETER

A. TUJUAN
Tujuan dari Praktikum Polarimeter ini adalah:
1. Memahami prinsip kerja polarimeter
2. Mempelajari pengaruh konsentrasi larutan terhadap sudut pemutaran bidang
polarisasi cahaya
3. Mempelajari adakah pengaruh panjang gelombang cahaya yang digunakan
terhadap sudut pemutaran bidang polarisasi cahaya

B. LANDASAN TEORI
Polarisasi merupakan peristiwa yang dapat memberikan informasi tentang
sifat struktur suatu molekul kimia yang tidak diketahui. Peristiwa ini terjadi
apabila suatu cahaya melewati suatu materi. Cahaya putih biasanya terdiri dari
beberapa gerakan gelombang yang masing-masing memiliki panjang
gelombang yang berbeda. Cahaya dapat dibuat menjadi monokromatis
(memiliki hanya satu panjang gelombang) menggunakan suatu filter yang
disebut sebagai monokromator yang berupa prisma. Ketika cahaya melewati
prisma, maka cahaya langsung bervibrasi ada diteruskan pada satu bidang
transmisi, sedangkan gelombang pada bidang yang lain ada yang dibelokkan
dan diserap. Cahaya yang diteruskan ketika melewati prisma disebut sebagai
cahaya yang memutar bidang polarisasi (Julianto, 2012: 45).
Polarimeter merupakan alat yang dapat digunakan untuk menentukan
konsentrasi larutan yang memiliki sifat optis aktif. Zat atau larutan yang bersifat
optis aktif akan memutar bidang getar setiap cahaya yang dilewatkannya. Salah
satu bahan yang bersifat optis aktif tersebut adalah larutan gula. Alat ini terdiri
atas dua prisma Nicol yang dapat dilewati oleh berkas sinar monokromatis.
Prisma yang pertama disebut polarisator yang diletakkan pada tempat yang
sudah tetap, dan yang dapat melewatkan atau menghasilkan bidang sinar
terpolarisasi. Sinar ini kemudian masuk ke sebuah tabung yang panjangnya
tertentu dengan dua ujung yang tertutup dengan gelas dan dalam tabung ini
larutan yang akan diselidiki diletakkan. Prisma yang kedua disebut analisator
yang diletakkan pada sumbu optik yang dapat bergerak serta dapat diputar
sesuai yang diinginkan. Besar sudut perputaran dapat dibaca pada skala yang
berbentuk bulat. Titik nol pada skala meskipun tabung polarimeter kosong atau
terisi dengan solven menunjukkan tidak adanya aktivitas optik dan sinar yang
diteruskan adalah maksimum; berarti pula bahwa analisator dan polarisator
mempunyai letak bidang optik sama (Sastrohamidjojo, 2009: 5-6).
Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri dari getaran
medan listrik dan getaran medan magnet yang saling tegak lurus. Jika suatu
berkas cahaya terpolarisasi linier melalui suatu larutan zat yang bersifat optik
aktif ( misalnya larutan gula), maka bidang polarimeter berkas cahaya tersebut
akar berputar dengan sudut tertentu (Tim Pengajar Fisika, 2009). Bidang getar
kedua medan ini tegak lurus terhadap arah rambatnya. Sinar biasa secara umum
dapat dikatakan gelombang elektromagnik yang vektor-vektor medan listrik
dan medan magnetnya bergetar ke semua arah pada bidang tegak lurus arah
rambatnya dan disebut sinar tak terpolarisasi. Apabila sinar ini melalui suatu
polarisator maka sinar yang diteruskan mempunyai getaran listrik yang terletak
pada satu bidang saja dan dikatakan sinar terpolarisasi bidang (linear).

Gambar 1. Arah polarisasi

Bila arah transmisi polarisator sejajar dengan arah transmisi analisator,


maka sinar yang mempunyai arah getaran yang sama dengan arah polarisator
diteruskan seluruhnya (Gambar 1). Tetapi apabila arah transmisi polarisator
tegak lurus terhadap arah analisator maka tak ada sinar yang diteruskan. Bila
arahnya membentuk suatu sudut maka sinar yang diteruskan hanya sebagian.
Sinar terpolarisasi linear yang melalui suatu larutan optik aktif akan mengalami
pemutaran bidang polarisasi (Gambar 2).

Gambar 2. Sudut pemutaran bidang polarisasi

Apabila bidang polarisasi tersebut terputar ke arah kiri (levo) dilihat dari
pihak pengamat, peristiwa ini kita sebut polarisasi putar kiri. Demikian juga
untuk peristiwa sebaliknya (dextro).
Cahaya yang terdeteksi oleh mata kita tidak terpolarisasi melainkan
gelombang cahaya bervibrasi secara acak ke semua arah yang tegak lurus
dengan arah persamaan gelombang. Ketika cahaya terpolarisasi bidang
dilewatkan melalui suatu larutan yang mengandung senyawa aktif optis, senywa
kiral akan menyebabkan bidang vibrasi cahaya betotasi (awal mula istilah
keaktifan optik). Jika potongan material kiral yang kedua yang dilengkapi
dengan busur derajat pengukuran diletakkan pada lintasan cahaya, jumlah
derajat rotasi dapat diukur dan dibaca skala yang terkalibrasi. Ini merupakan
gambaran alat yang disebut polarimeter, yang digunakan untuk mengukur
besarnya sudut rotasi cahaya terpolarisasi bidang (Cairns, 2004: 78-79).

C. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya:
1. Alat
a. Set polarimeter
digunakan untuk mengambil data
b. Neraca digital
digunakan untuk mengukur massa air dan gula
c. Magnetik stirer
digunakan untuk mengaduk larutan air dan gula
d. Gelas beker
digunakan untuk tempat mengaduk larutan air dan gula
e. Kotak kaca
digunakan untuk menempatkan larutan air dan gula di set polarimeter
f. Aplikasi lux meter
digunakan untuk mengetahui intensitas cahaya tertinggi
2. Bahan
a. Air aqua
b. Gula pasir

D. SKEMA PERCOBAAN
Skema percobaan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3. Set Alat Interferometer Michelson

E. PROSEDUR
Langkah-langkah yang dilakukan pada praktikum Polarimeter adalah sebagai
berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum
2. Membuat larutan gula pasir dengan konsentrasi larutan 5%, 10%, 15%,
20%, dan 25%
- Konsentrasi 5%, perbandingannya yaitu gula 5 gram dan air 95 gram
- Konsentrasi 10% perbandingannya yaitu gula 10 gram dan air 90 gram
- Konsentrasi 15%, perbandingannya yaitu gula 15 gram dan air 85 gram
- Konsentrasi 20%, perbandingannya yaitu gula 20 gram dan air 80 gram
- Konsentrasi 25%, perbandingannya yaitu gula 25 gram dan air 75 gram
3. Meletakkan kotak kaca yang berisi konsentrasi larutan 5% diantara bidang
polarisator dan analisator
4. Menyalakan lampu halogen (memasang filter merah)
5. Meletakkan posisi hp yang sudah masuk dalam aplikasi lux meter dengan
cahaya yang sejajar dengan sensor kamera
6. Memutar-mutar analisator dan mencatat sudut pada analisator yang
menunjukkan cahaya paling terang pada aplikasi tersebut
7. Mengganti filter dengan warna hijau
8. Mereset aplikasi lux meter
9. Memutar-mutar analisator dan mencatat sudut pada analisator yang
menunjukkan cahaya paling terang pada aplikasi tersebut
10. Mengulangi langkah nomor 3 sampai 9 untuk konsentrasi yang lain

F. DATA PENGAMATAN
Setelah melakukan pengamatan pada Praktikum Polarimeter diperoleh data
pengamatan sebagai berikut:
NST neraca : 0.5 g
NST sudut pemutaran : 5o
Konsentrasi larutan Filter Sudut
Merah 5o
5%
Hijau 5o
Merah 10o
10%
Hijau 10o
Merah 15o
15%
Hijau 15o
Merah 20o
20%
Hijau 20o
Merah 25o
25%
Hijau 25o
Variabel bebas : Konsentrasi larutan
Variabel terikat : Sudut pemutaran bidang polarisasi
Variabel kontrol : Sumber cahaya, warna filter

G. ANALISIS DATA
a. Metode Analisis
Pada analisis data pengaruh konsentrasi larutan terhadap sudut
pemutaran bidang polarisasi cahaya yang paling tinggi intensitasnya atau
yang paling terang, menggunakan metode ralat kuadrat terkecil. Metode
ralat kuadrat terkecil, dapat dilakukan dengan perumusan dibawah ini:
• Mencari nilai b
nΣ𝑥𝑦− Σ𝑥Σ𝑦
𝑏=
𝑛Σ𝑥 2 −(Σ𝑥)2
• Mencari nilai Sy
1 Σ𝑥 2 (Σ𝑦)2 − 2Σ𝑥Σ𝑦Σ𝑥𝑦 +𝑛(Σ𝑥𝑦)2
Sy = √ [Σ𝑦 2 − ]
𝑛−2 𝑛Σ𝑥 2 −(Σ𝑥)2

• Mencari nilai Sb
𝑛
Sb = 𝑆𝑦√𝑛Σ𝑥2 −(Σ𝑥)2

• Mencari ralat relatif


𝑆𝑏
Rb = × 100%
𝑏

b. Sajian Hasil
1. Filter Merah
Konsentrasi larutan Filter Sudut
5% Merah 5o
10% Merah 10o
15% Merah 15o
20% Merah 20o
25% Merah 25o

Data-ke x y x2 y2 xy
1 0.05 5 0.0025 25 0.25
2 0.1 10 0.01 100 1
3 0.15 15 0.0225 225 2.25
4 0.2 20 0.04 400 4
5 0.25 25 0.0625 625 6.25
Σ 0.75 75 0.1375 1375 13.75
Σ2 0.5625 5625 0.018906 1890625 189.0625

Nilai b
nΣ𝑥𝑦− Σ𝑥Σ𝑦
𝑏= 𝑛Σ𝑥 2 −(Σ𝑥)2
(5)(13.75)−(0.75)(75)
𝑏= (5)(0.1375)−(0.5625)
𝑏 = 100

Nilai Sy
1 Σ𝑥 2 (Σ𝑦)2 − 2Σ𝑥Σ𝑦Σ𝑥𝑦 +𝑛(Σ𝑥𝑦)2
Sy = √𝑛−2 [Σ𝑦 2 − ]
𝑛Σ𝑥 2 −(Σ𝑥)2

1 (0.1375)(5625) −(2)(0.75)(75)(13.75)+(5)(189.0625)
Sy = √ [1375 − (5)(0.1375)−(0.5625)
]
5−2
Sy = 0
Nilai Sb
𝑛
Sb = 𝑆𝑦√𝑛Σ𝑥2 −(Σ𝑥)2

5
Sb = 0√(5)(0.1375)−0.5625
Sb = 0

Ralat relatif
𝑆𝑏
Rb = × 100%
𝑏
0
Rb = 100 × 100%
Rb = 0%

Jadi, pengaruh konsentrasi larutan terhadap sudut pemutaran bidang


polarisasi cahaya pada filter merah diperoleh ralat sebesar 0%

Grafik Hubungan Konsentrasi Larutan terhadap Sudut


Pemutaran Bidang Polarisasi Cahaya pada Filter Merah

Hubungan Konsentrasi Larutan terhadap


Sudut Pemutaran Bidang Polarisasi (Filter
Merah)
30
Sudut Pemutaran Bidang Polarisasi

Hubungan
y = 100x
25 Konsentrasi Larutan
R² = 1
terhadap Sudut
20
Pemutaran Bidang
15 Polarisasi (Filter
Merah)
10
Linear (Hubungan
5 Konsentrasi Larutan
terhadap Sudut
0
Pemutaran Bidang
0 0.1 0.2 0.3 Polarisasi (Filter
Konsentrasi Larutan Merah))

Grafik 1. Hubungan Konsentrasi Larutan terhadap Sudut Pemutaran


Bidang Polarisasi Cahaya pada Filter Merah

2. Filter Hijau
Konsentrasi larutan Filter Sudut
5% Hijau 5o
10% Hijau 10o
15% Hijau 15o
20% Hijau 20o
25% Hijau 25o
Data-ke x y x2 y2 xy
1 0.05 5 0.0025 25 0.25
2 0.1 10 0.01 100 1
3 0.15 15 0.0225 225 2.25
4 0.2 20 0.04 400 4
5 0.25 25 0.0625 625 6.25
Σ 0.75 75 0.1375 1375 13.75
Σ2 0.5625 5625 0.018906 1890625 189.0625

Nilai b
nΣ𝑥𝑦− Σ𝑥Σ𝑦
𝑏= 𝑛Σ𝑥 2 −(Σ𝑥)2
(5)(13.75)−(0.75)(75)
𝑏= (5)(0.1375)−(0.5625)
𝑏 = 100

Nilai Sy
1 Σ𝑥 2 (Σ𝑦)2 − 2Σ𝑥Σ𝑦Σ𝑥𝑦 +𝑛(Σ𝑥𝑦)2
Sy = √𝑛−2 [Σ𝑦 2 − ]
𝑛Σ𝑥 2 −(Σ𝑥)2

1 (0.1375)(5625) −(2)(0.75)(75)(13.75)+(5)(189.0625)
Sy = √ [1375 − (5)(0.1375)−(0.5625)
]
5−2
Sy = 0

Nilai Sb
𝑛
Sb = 𝑆𝑦√𝑛Σ𝑥2 −(Σ𝑥)2

5
Sb = 0√(
5)(0.1375)−0.5625

Sb = 0

Ralat relatif
𝑆𝑏
Rb = × 100%
𝑏
0
Rb = 100 × 100%
Rb = 0%

Jadi, pengaruh konsentrasi larutan terhadap sudut pemutaran bidang


polarisasi cahaya pada filter hijau diperoleh ralat sebesar 0%
Grafik Hubungan Konsentrasi Larutan terhadap Sudut
Pemutaran Bidang Polarisasi Cahaya pada Filter Hijau

Hubungan Konsentrasi Larutan terhadap Sudut


Pemutaran Bidang Polarisasi (Filter Hijau)
30
Sudut Pemutaran Bidang Polarisasi 25
y = 100x
R² = 1 Hubungan Konsentrasi
Larutan terhadap Sudut
20
Pemutaran Bidang
15 Polarisasi (Filter Hijau)

10
Linear (Hubungan
5 Konsentrasi Larutan
terhadap Sudut
0 Pemutaran Bidang
0 0.1 0.2 0.3 Polarisasi (Filter Hijau))
Konsentrasi Larutan

Grafik 2. Hubungan Konsentrasi Larutan terhadap Sudut Pemutaran


Bidang Polarisasi Cahaya pada Filter Hijau

H. PEMBAHASAN
Polarisasi merupakan peristiwa yang dapat memberikan informasi tentang
sifat struktur suatu molekul kimia yang tidak diketahui. Peristiwa ini terjadi
apabila suatu cahaya melewati suatu materi. Ketika cahaya melewati prisma,
maka cahaya langsung bervibrasi ada diteruskan pada satu bidang transmisi,
sedangkan gelombang pada bidang yang lain ada yang dibelokkan dan diserap.
Cahaya yang diteruskan ketika melewati prisma disebut sebagai cahaya yang
memutar bidang polarisasi (Julianto, 2012: 45).
Polarimeter merupakan alat yang dapat digunakan untuk menentukan
konsentrasi larutan yang memiliki sifat optis aktif. Alat ini terdiri atas dua
prisma Nicol yang dapat dilewati oleh berkas sinar monokromatis. Prisma yang
pertama disebut polarisator yang diletakkan pada tempat yang sudah tetap, dan
yang dapat melewatkan atau menghasilkan bidang sinar terpolarisasi. Sinar ini
kemudian masuk ke sebuah tabung yang panjangnya tertentu dengan dua ujung
yang tertutup dengan gelas dan dalam tabung ini larutan yang akan diselidiki
diletakkan. Prisma yang kedua disebut analisator yang diletakkan pada sumbu
optik yang dapat bergerak serta dapat diputar sesuai yang diinginkan. Besar
sudut perputaran dapat dibaca pada skala yang berbentuk bulat. Titik nol pada
skala meskipun tabung polarimeter kosong atau terisi dengan solven
menunjukkan tidak adanya aktivitas optik dan sinar yang diteruskan adalah
maksimum; berarti pula bahwa analisator dan polarisator mempunyai letak
bidang optik sama (Sastrohamidjojo, 2009: 5-6). Prinsip kerja yang ada pada
teori sama dengan yang dilakukan praktikan untuk mendapatkan data hasil
pengamatan. Praktikan memutar-mutar sudut analisator antara 0o – 180o untuk
memperoleh intensitas cahaya yang paling terang dan mencatat sudut yang
tertunjuk tersebut.
Dari pengamatan yang dilakukan oleh praktikan, diperoleh hasil bahwa
semakin besar konsentrasi larutan yang digunakan maka semakin besar pula
sudut pemutaran bidang polarisasi yang tertunjuk, dengan ralat yang diperoleh
adalah 0%, dengan rincian data pada konsentrasi 5% sudutnya 5 o, konsentrasi
10% sudutnya 10o konsentrasi 15% sudutnya 15o konsentrasi 20% sudutnya 20o
konsentrasi 25% sudutnya 25o. Akan tetapi terdapat perbedaan antara filter
merah dan filter hijau. Perbedaannya terdapat pada intensitas cahaya yang
paling tinggi. Meskipun pada hasil pengamatan menunjukkan sudut pemutaran
yang sama pada setiap filternya, akan tetapi pada filter merah intensitas
cahayanya lebih tinggi daripada filter hijau, dimana hal tesebut sesuai dengan
data yang dilihat pada aplikasi lux meter. Hasil tersebut dapat dianalisis karena
filter merah dan filter hijau memiliki perbedaan pada panjang gelombangnya.
Panjang gelombang pada filter merah adalah 620-750 nm, sedangkan pada filter
hijau panjang gelombangnya adalah 495-570 nm. Hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa panjang gelombang cahaya yang digunakan tidak
berpengaruh terhadap sudut pemutaran bidang polarisasi cahaya, hanya
berpengaruh pada intensitas cahaya yang tertinggi saja, semakin kecil panjang
gelombang maka semakin kecil pula intensitas cahayanya.
Berdasarkan hasil pengamatan praktikan diatas, dapat dikatakan bahwa
percobaan yang dilakukan tergolong sempurna, karena mencapai ralat relatif
percobaan sebesar 0%. Hal tersebut dapat terjadi karena praktikan mengurangi
bias yang ada seperti menutupi cahaya yang masuk dalam ruangan percobaan,
pengambilan data yang teliti dan tekun, serta set alat percobaan yang baik.

I. KESIMPULAN
Polarimeter merupakan alat yang digunakan untuk menentukan konsentrasi
larutan yang memiliki sifat optis aktif. Sinar monokromatis yang dikeluarkan
sesuai dengan filter, diteruskan ke sudut polarisator yang tetap dan tidak diubah-
ubah. Setelah melewati sudut tersebut baru sinar melewati konsentrasi larutan
yang telah disiapkan dan diteruskan kepada sudut analisator serta aplikasi lux
meter untuk diketahui intensitas cahayanya. Hubungan antara konsetrasi larutan
dan sudut pemutaran bidang polarisator naik secara linear. Akan tetapi, antara
filter hijau dan filter merah, intensitas cahayanya berbeda karena kedua filter
tersebut memiliki panjang gelombang yang berbeda. Dapat disimpulkan
panjang gelombang cahaya tidak berpengaruh terhadap sudut pemutaran bidang
polarisasi cahaya, akan tetapi hanya berpengaruh pada intensitas cahaya yang
tertinggi saja, semakin kecil panjang gelombang maka semakin kecil pula
intensitas cahayanya.
DAFTAR PUSTAKA

Cairns, Donald. 2014. Intisari Kimia Farmasi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Julianto, Tatang S. 2012. Minyak Atsiri Bunga Indonesia. Yogyakarta: Deepublish.

Sastrohamidjojo, Hardjono. 2009. Kimia Organik Stereokimia, Karbohidrat,


Lemak dan Protein. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Tim Pengajar Fisika, 2009, “Fisika Dasar II”, Fisika FMIPA UNHAS, Makassar

Tim Praktikum Optika. 2022. Modul Praktikum Optika. Malang: Departemen


Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang.
LAMPIRAN
A. DOKUMENTASI PRAKTIKUM

Gambar 4. Gambar 5.
Mengukur massa larutan Mengaduk larutan

Gambar 6. Gambar 7.
Mengamati proses pengadukan Mengukur massa

Gambar 8. Gambar 9.
Set persiapan percobaan Proses percobaan
B. LAPORAN SEMENTARA

Gambar 10. Laporan sementara

Anda mungkin juga menyukai