Anda di halaman 1dari 18

LABORATORIUM ANALITIK INSTRUMEN

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015


PRAKTIKUM SPEKTROFOTOMETRI
MODUL

: Penentuan Sudut Putar dan Indeks Bias

PEMBIMBING

: Riniati

Praktikum

: 8 Desember 2015

Penyerahan : 15 Desember 2015


(Laporan)

Oleh :
Kelompok

: VII

Nama

: 1. Mizanul Islam

Kelas

141431023

2. Muhamad Kosasih

141431024

3. Nurcholifah Maharani Pratiwi

141431025

: 2A Analis Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2015

I. Judul Percobaan

: Penentuan Sudut Putar dan Indeks Bias

Pembimbing

: Riniati

Tanggal Percobaan

: 8 Desember 2015

II. Tujuan Praktikum

1. Mengenal metoda penentuan sudut putar untuk penentuan konsentrasi suatu senyawa
yang bersifat optik aktif
2. Mengukur sudut putar bidang polarisasi larutan gula
3. Menentukan kadar gula dalam larutan cuplikan
4. Memahami prinsip refraktometer, dapat mengoperasikan refraktometer dengan benar
5. Menentukan harga indeks bias
6. Menentukan konsentrasi suatu zat berdasarkan harga indeks biasnya.
III.

Prinsip Dasar
:
III.1. Sudut Putar (Polarimetri)
Polarimetri adalah suatu cara analisa yang didasarkan pada pengukuran
sudutputaran (optical rotation) cahaya terpolarisir oleh senyawa yang transparan
dan optis aktif apabila senyawa tersebut dilewati sinar monokromatis yang
terpolarisir tersebut.Senyawa optis aktif adalah senyawa yang dapat memutar bidang getar
sinarterpolarisir. Zat yang optis ditandai dengan adanya atom karbon asimetris atau
atom C kiraldalam senyawa organik, contoh : kuarsa ( SiO2), fruktosa.
Cahaya monokromatik pada dasarnya mempunyai bidang getar yang banyak sekali.Bila
dikhayalkan maka bidang getar tersebut akan tegak lurus pada bidang datar.
Bidanggetar yang banyak sekali ini secara mekanik dapat dipisahkan menjadi dua
bidang getar yangsaling tegak lurus. Yang dimaksud dengan cahaya terpolarisasi
adalah senyawa yangmempunyai satu arah getar dan arah getar tersebut tegak lurus
terhadap arah rambatnya.
Pada polarimeter terdapat polarisator dan analisator. Sinar yang berasal
darisumber dilewatkan melalui prisma terpolarisasi (polarisator), kemudian terus
ke selpolarimeter yang berisi larutan dan akhirnya menuju prisma terpolarisasi
kedua (analisator).Polarisator adalah polaroid yang dapat mempolarisasi cahaya,
sedangkan analisator adalahpolaroid yang dapat menganalisis atau mempolarisasi
cahaya.
Untuk menentukan posisi yang tepat sulit dilakukan, karena itu digunakan
setengahbayangan. Untuk mencapai kondisi ini, polarisator diatur sedemikian rupa,

sehingga setengah bidang polarisasi membentuk sudut sekecil mungkin dengan setengah
bidang polarisasi yanglainnya. Akibatnya memberikan pemadaman pada kedua sisi
lain, sedangkan ditengah terang. Bila analisator diputar terus, setengah dari medan
menjadi lebih terang dan lainnya redup. Posisi putaran diantara terjadinya
pemadaman dan terang tersebut adalah posisi putaranyang tepat dimana pada
saat ini intensitas kedua medan sama. Dapat dilihat pada gambar 1.

Bila arah transmisi polarisator sejajar dengan arah transmisi analisator, maka
sinaryang mempunyai arah getaran yang sama dengan arah polarisator diteruskan
seluruhnya.Tetapi apabila arah transmisi polarisator tegak lurus terhadap analisator
maka tak ada sinaryang diteruskan. Dan bila arahnya membentuk suatu sudut maka sinar yang
diteruskan hanyasebagian. Sinar terpolarisasi linear yang melalui suatu larutan optik
aktif akan mengalamipemutaran bidang polarisasi. Dapat dilihat pada gambar 2.
Prinsip dasar polarimetris ini adalah pengukuran daya putar optis suatu zat
yangmenimbulkan terjadinya putaran bidang getar sinar terpolarisir. Pemutaran
bidang getar sinarterpolarisir oleh senyawa optis aktif ada 2 macam, yaitu :
1. Dexro rotary (+), jika arah putarnya ke kanan atau sesuai putaran jarum jam
2. Levo rotary (-), jika arah putarnya ke kiri atau berlawanan dengan putaran
jarum jam.
Sinar mempunyai arah getar atau arah rambat kesegala arah dengan variasi
warnadan panjang gelombang yang dikenal dengan sinar polikromatis. Untuk
menghasilkan sinarmonokromatis, maka digunakan suatu filter atau sumber sinar
tertentu. Sinar monokromatis ini akan melewati suatu prisma yang terdiri dari suatu
kristal yang mempunyai sifat sepertilayar yang dapat menghalangi jalannya sinar,

sehingga dihasilkan sinar yang hanyamempunyai satu arah bidang getar yang
disebut sebagai sinar terpolarisasi.
Jika suatu sinar dilewatkan pada suatu larutan, larutan itu akan meneruskan
sinaratau komponen gelombang yang arah getarnya searah dengan larutan dan
menyerap sinaryang arahnya tegak lurus dengan arah ini. Di sini larutan digunakan
sebagai suatu platpemolarisasi atau polarisator. Akhirnya sinar yang keluar dari
larutan adalah sinar yangterpolarisasi bidang. Cahaya dalam keadaan terpolarisasi
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Gelombang ke semua arah dan tegak lurus arah rambatnya
2. Terdiri dari banyak gelombang dan banyak arah getar
Jika sudut putar jenis (rotasi spesifik) diketahui, maka konsentrasi larutan
dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

C = 100
1 x tD
Dimana,
C : konsentrasi larutan (gram/ 100 mL)
: nilai sudut putar (pengukuran)
l
: panjang tabung polarimeter (dm)
t
D : sudut putar spesifikasi/ jenis, pada suhu t dan pada panjang gelombang
sinar lampu D (natrium dengan panjang gelombang 589 nm)
Nilai konstanta (daya putar spesifik) merupakan ciri khas bagi zat yang
dilarutkan. Beberapa nilai rotasi/ daya putar spesifik untuk senyawa-senyawa optis
aktif.
Senyawa
d-glukosa
d-fruktosa
Maltosa

III.2.

()20D
+ 52,7
- 92,4
+ 130,4

Senyawa
Sukrosa
Asam tartarat (semua senyawa di ukur dalam air)

()20D
+ 66,5
+ 14,1

Indeks Bias (Refraktometri)


Indeks bias dapat diukur dengan alat yang disebut refraktometer.

Pengukuran indeks bias suatu zat cair sangat penting bagi penilaian sifat dan
kemurnian cairan, konsentrasi larutan-larutan dan perbandingan komponen dalam
campuran dua zat cair atau kadar (presentase) zat yang diekstrasikan dalam
pelarutnya. Dalam keadaan yang lebih kritik, penentuan indeks bias kadang-kadang

belum menentukan, tetapi dapat digunakan sebagai daya yang berharga bagi
kelengkapan penelitian.
Ciri khas refraktometer ialah dapat digunakan untuk mengukur secara cepat
dan sederhana, karena hanya memerlukan zat contoh dalam jumlah yang sangat
sedikit, yaitu kira-kira 0,1 mL dan dengan ketelitian yang tinggi.
Apabila sinar cahaya monokromatik berpindah dari medium optik yang
kurang rapat ke medium optik yang lebih rapat, maka akan terjadi pembiasan ke
arah normal. Sudut yang terbentuk antara sinar datang dengan garis tegak lurus
pada permukaan media disebut sudut datang (i), sedangkan sudut yang terbentuk
antara sinar bias dengan garis tegak lurus disebut dengan sudut bias (r).
Bila sudut datang pada garis batas kedua permukaan (90 0), maka sinar yang
dibiaskan merupakan sinar kritik. Perbandingan sudut sinar datang i dengan sudut
sinar bias r, adalah indeks bias (n).
Sin i
=n
Sin r

Ketelitian refraktometer perlu dikontrol secara teratur. Pengontrolan


dilakukan dengan cara mengukur indeks bias air. Harga indeks bias air destilasi
pada beberapa temperatur ialah:
Suhu dalam 0C

Indeks bias (nD)

10
20
25
30

1,3337
1,3330
1,3325
1,3320

Untuk temperatur yang terletak diantara harga-harga tersebut dalam tabel,


indeks bias air dapat dihitung dengan cara interpolasi linier. Jika terdapat

penyimpangan, maka refraktometer harus diputar sehingga teropongnya menjadi


(kira-kira) horisontal. Sistem prisma dibuka, setelah itu permukaan gelas/ kaca tera
dan permukaan prisma kerja dibersihkan dengan teliti

IV.

Alat dan Bahan


IV.1.
Alat:
Sudut putar (Polarimetri)
-

Botol semprot
Alat polarometer lengkap dengan

tabungnya
Botol timbang
Labu takar 50 mL (7 buah)
Pipet tetes dan pipet ukur
Gelas kimia 250 mL
Batang pengaduk
Corong gelas
Neraca analitis

IV.2.

Indeks Bias (Refraktometri)


-

Alat refraktometer
Pipet tetes

Pipet ukur
Labu takar 50 mL (6 buah)
Botol semprot
Gelas kimia 250 mL

Bahan:
Sudut putar (Polarimetri)
- Sukrosa
- Gula pasir
- Aquades

Indeks Bias (Refraktometri)


- Larutan etanol 98%
- Larutan aseton
- Aquades
- Tissue halus

V. Cara Kerja
V.1.
Sudut Putar (Polarimetri)
V.1.1. Kalibrasi alat

Menghubungkan alat polarimetri dengan sumber arus listrik dan


nyalakan alat tersebut

Tampilan pada alat akan menunjukkan angka 000 dan skala Z


akan menunjukkan 0,0. Biarkan bebrapa saat sampai lampu LED
menyala stabil

Isi tabung dengan aquades dan pasang pada alat. Lampu zero set
tetap menyala, jika lampu tidak ada, maka atur posisi zero +3o, lalu
tekan shift key dan tombol right rotation (R+) atau shift key dan
left rotation (L-) bersamaan sampai lampu menyala

Amati atau teropong cahaya

V.1.2. Pengukuran/ penentuan kadar cuplikan

Menimbang 20,0000 gram padatan sukrosa murni dan larutkan


dengan aquades sampai volume 100 mL (dalam labu takar)

Buat larutan standar dari larutan induk dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8,


10 % (dalam labu takar 25 mL)

Ukur sudut putar optis aktifnya

Isi larutan standar ke dalam tabung polarimetri dan letakkan ke


dalam alat. Amati, jika sisi kanan yang terang, maka akan tekan
tombol rotasi kanan sampai tampilan sisi kiri dan kanan sama
terang. Begitupun sebaliknya

Catat nilai sudut putar yang tertera pada alat

Ukur pula sudut putar larutan cuplikan

Buat kurva standar/ kalibrasi antara nilai sudut putar larutan sukrosa
terhadap konsentrasi dari data yang diperoleh dari percobaan di atas

Tentukan kadar larutan cuplikan dengan cara menginterpolasikan


data sudut putar ke dalam kurva kalibrasi

V.2.
Indeks bias (refraktometri)
a. Refraktometer Manual

Menyiapkan larutan yang akan diukur.

Pasangkan refraktometer manual ke sumber listrik. Nyalakan alat

Bilas prisma dengan etanol. Keringkan dengan tisu

Teteskan larutan yang akan diukur 2-3 tetes

Tutup prisma. Atur cahaya yang masuk dan apabila belum jelas,
putar mikrometer hingga terlihat batas terang gelap

Atur kembali mikrometer sehingga garis batas terang


gelap memotong titik perpotongan di garis diagonal

Baca angka yang tertera pada lensa bagian bawah

Pengerjaan seperti di atas diulang untuk larutan yang


konsentrasinya berbeda

B. refraktometer digital

Buka penutup prisma pada alat

Bilas dengan aquades. Keringkan dengan tisu

Teteskan prisma dengan larutan yang akan diukur. Tutup kembali


prisma

Nyalakan alat. Tekan tombol READ untuk membaca indeks bias


larutan
Matikan alat setelah pengukuran. Kemudian bilas kembali
prisma dengan aquades

Lakukan pengerjaan yang sama untuk larutan sampel


berikutnya

VI.

Data Pengamatan
5.1 Indeks Bias
Indeks Bias (nD)
Larutan
Digital Refraktometer

Refraktometer

Etanol

1,3376

1,341

Propanol

1,3727

1,369

Butanol

1,3964

1,382

Metanol

1,3351

1,331

5.2 Sudut Putar

Sudut Putar (o)


2

0%

2%

2,07

2,97

2,37

2,47

4%

6,67

7,17

6,97

6,93

6%

11,47

11,47

11,47

11,47

8%

14,47

14,57

14,57

14,53

10%

18,97

19,17

18,97

19,03

Sampel

14,47

14,17

13,57

14,07

Konsentrasi

Rata - rata

VII.

Pengolahan Data

Kurva Kalibrasi Larutan Standar Sukrosa


20
18

f(x) = 1.94x - 0.63


R = 0.99

16
14
12

Sudut Putar (o)

10
8
6
4
2
0
0

Konsentrasi (%)

Gambar 1. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Sukrosa

Penentuan konsentrasi sampel :


Persamaan, y = 1.9414x 0.6349
Dimana, y = Sudut putar (o) dan x = Konsentrasi (%)
Sudut putar sampel = 14.07 o
y

= 1.9414x 0.6349

14.07

= 1.9414x 0.6349

1.9414x

= 14.7049

= 7.57 %

10

12

VIII. PEMBAHASAN
1.
Mizanul Islam (141431023)
Pada percobaan kali ini, kita mempelajari dan memahami tentang
polarimeteri dan refraktometri. Polarimeteri adalah suatu metoda analisa kimia
berdasarkan atas pengukuran daya putar optis dari suatu senyawa optis aktif
terhadap sinar yang terpolarisir. Senyawa terpolarisir yaitu suatu senyawa yang
dapat memutar bidang getar terpolarisir. Syarat senyawa yang dapat dianalisa
dengan polarimeter adalah sampel larutan berwarna bening dan mempunya atom
C kiral dan bayangan didapatkan baur-baur. Dalam percobaan ini, digunakan
sukrosa sebagai senyawa optis aktif dengan variasi konsentrasi yang berbeda yaitu
2%, 4%, 6%, 8%, dan 10%. Sukrosa digunakan sebagai senyawa optis aktif karena
sukrosa dapat memutar bidang terpolarisir kearah kanan (dekstro rotary) dan
kearah kiri (levo rotary).
Untuk daya putar kanan, semakin tinggi konsentrasi sukrosa maka akan
mengakibatkan akan semakin besar daya putar senyawa tersebut.
Untuk daya putar kiri, semakin tinggi konsentrasi sukrosa maka akan semakin
rendah daya putar optis dari senyawa tersebut.
Pada awal percobaan, terlebih dahulu dilakukan pengukuran daya puatar
optis dari aquadest. Dengan menggunakan polarimeter, diapatkan daya putar
optisnya adalah 0, sehingga dapat disimpulkan bahwa aquadest bukanlah senyawa
optis aktif karena tidak memilki kemampuan untuk memutar bidang terpolarisir.
Setelah itu, dilanjutkan dengan pengukuran glukosa 2 % maka didapatkan daya
putar rata-ratanya adalah 2,47. Pengukuran glukosa 4 % didapatkan daya putar
rata-ratanya adalah 6,93. Pada pengukuran glukosa 6 % didapatkan daya putar
rata-ratanya adalah11,47. Pada pengukuran glukosa 8 % didapatkan daya putar
rata-ratanya adalah 14,53. Dan pada pengukuran 10% didapat 19,03 .
Untuk menghitung nilai konsentrasi sampel, diperlukan persamaan regresi
yang di dapatkan dari perhitungan data dari larutan standar ,didapatkan persamaan
y = 2.036x - 1.33. Dimana nilai dari besar sudut putar bidang sinar terpolarisir dari
sampel dimasukkan ke dalam persamaan regresi. Besar sudut putar rata-rata
larutan sampel sebesar 14.07. Sehingga didapatkan persentase kesalahan 7,56%.
Pada percobaan refraktometer ini, akan diperiksa indeks bias dari beberapa
sampel. Indeks bias merupakan perbandingan kecepatan cahaya dalam udara

dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Indeks bias berfungsi untuk
mengidentifikasi zat deteksi kemurnian. Prinsip kerja dari refraktometer yaitu jika
sampel merupakan larutan dengan konsentrasi rendah, maka sudut refraksi akan
lebar dikarenakan perbedaan refraksi dari prisma dan sampel besar.
Sampel yang diukur adalah etanol dengan indeks bias refraktometer digital
sebesar 1,3376 nD dan refraktometer manual sebesar 1,341 nD, larutan butanol
sebesar 1,3727 nD dan 1,369 nD, larutan propanol sebesar 1,3964 nD dan 1,382
nD, dan metanol sebesar 1,3351 nD dan 1,331 nD. Dari hasil pengamatan
diketahui bahwa kadar gula yang terdapat dalam sampel berbanding lurus dengan
indeks biasnya. Makin panjang rantai carbon yang terdapat dalam sample makin
besar pula indeks biasnya.
2.

Muhamad Kosasih (141431024)


Pada praktikum kali ini dilakukan dua pengukuran, yaitu penentuan
sudut putar (polarimetri) dan penentuan indeks bias (refraktometri). Pada
polarimetri alat yang digunakan ialah polarimeter. Hal yang diukur dan diamati
adalah putaran optis yang dihasilkan larutan atau cairan yang diuji. Sumber
sinar yang digunakan adalah lampu natrium yang dapat memancarkan cahaya
kuning (duplet) yang disebut garis D-natrium. Syarat senyawa yang dapat
dianalisa dengan polarimeter adalah sampel larutan berwarna bening dan
mempunyai atom C kiral. Dalam percobaan ini, digunakan larutan sukrosa
sebagai senyawa optis aktif dengan variasi konsentrasi yang berbeda yaitu 2%,
4%, 6%, 8%, dan 10% . Selain itu, dalam percobaan ini aquades juga diukur
putaran optisnya untuk dijadikan sebagai standar dalam pengukuran untuk
menentukan titik nol. Sukrosa digunakan sebagai senyawa optis aktif karena
sukrosa dapat memutar bidang terpolarisir kearah kanan (dekstro rotary) dan
kearah kiri (levo rotary).
Pengukuran putaran optis dari sukrosa dengan metode polarimetri
dilakukan dengan pengukuran aquades terlebih dahulu. Aquades dimasukkan
ke dalam sel polarimeter dan tidak boleh ada gelembung udara agar tidak
mengganggu hasil pembacaan. Kemudian analizer diatur sedemikian rupa agar
warna antara yang kanan dan yang kiri sama. Sinar yang dihasilkan berwarna
kuning. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan, hal ini bertujuan
untuk melakukan perbandingan terhadap hasil yang diperoleh. Kemudian

dilakukan perhitungan rata-rata terhadap hasil pengukuran sudut putaran


aquades yang akan digunakan untuk menentukan titik nolnya. Selanjutnya
dilakukan pengukuran terhadap larutan standar dengan variasi konsentrasi,
yaitu sukrosa 2% dengan nilai sudut putar sebesar 2,47o, sukrosa 4% sebesar
6,93o, sukrosa 6% sebesar 11,47o, sukrosa 8% sebesar 14,53o, sukrosa 10%
sebesar 19,03o dan nilai sudut putar pada sampel sebesar 14,07 o. Dari data
tersebut menunjukan bahwa semakin besar konsentrasinya maka sudut putar
nya semakin besar sehingga memiliki sifat optis aktif yang besar pula. Dari
hasil pembuatan kurva kalibrasi didapat persamaan regresi linier pada yaitu y
= 1,9414x 0,6349, dimana y adalah sudut putar yang diketahui dan x
merupakan konsentrasi yang akan dicari. Dari persamaan tersebut didapat
konsentrasi sampel sebesar 7,57%.
Pada percobaan penentuan indeks bias alat yang digunakan adalah
refraktometer digital dan refraktometer manual. Sampel yang diukur ialah
etanol dengan indeks bias dengan refraktometer digital sebesar 1,3376 nD dan
dengan refraktometer manual sebesar 1,341 nD, larutan butanol sebesar 1,3727
nD dan 1,369 nD, larutan propanol sebesar 1,3964 nD dan 1,382 nD, dan
metanol sebesar 1,3351 nD dan 1,331 nD.
3.

Nurcholifah Maharani Pratiwi (141431025)


Pada praktikum kali ini dilakukan penentuan sudut putar dan indeks bias
suatu senyawa. Penentuan sudut putar dilakukan menggunakan alat
polarimeter, sedangkan penentuan indeks bias dilakukan dengan alat
refraktometer. Prinsip pengukurannya menggunakan sinar dimana pada
polarimeter, cahaya terpolarisasi digunakan untuk menentuan harga sudut
putar. sedangkan pada refraktometer refraksi cahaya digunakan untuk
penentuan harga indeks bias.
Pertama-tama dilakukan penentuan sudut putar suatu senyawa
(polarimetri). Larutan yang digunakan adalah larutan sukrosa dengan berbagai
konsentrasi yaitu 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10%. Larutan sukrosa digunakan
karena sukrosa termasuk kedalam senyawa optis aktif yaitu senyawa yang
tidak simetris sehingga dapat memutar sudut/bidang polarisasi baik ke kiri atau
ke kanan ketika dilakukan penyinaran. Untuk mengkalibrasi alat polarimeter,
maka yang pertama diukur sudut putarnya adalah aquadest. Pengukuran

dilakukan sebanyak tiga kali kemudian dirata-ratakan. Pada saat mengisi


larutan ke dalam kuvet tidak boleh terdapat gelembung karena dapat
menganggu pengamatan. Karena aquadest bukan senyawa optis aktif maka
aquadest tidak akan memutar cahaya terpolarisasi. Namun pada polarimeter
tercantum sudut putar aquadest sebesar 31,03. Karena seharusnya pada
aquadest sudut putarnya = 0, maka pada pengukuran larutan sukrosa, harga
sudut putar tiap larutannya dikurangi dengan 31.03
Berdasarkan percobaan yang dilakukan didapatkan sudut putar rata-rata
untuk larutan sukrosa 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10% sebesar 2.47; 6.93: 11.47:
14.53: 19.03: 14.07. Bardasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa semakin
besar konsentrasi larutan sukrosa maka semakin besar pula sudut putarnya.
Dari data yang didapat kemudian dibuat kurva sehingga didapatkan persamaan
y = 2.036x - 1.33. Setelah pengukuran larutan sukrosa, dilakukan penentuan
konsentrasi sampel dengan cara mengukur sudut putar sampel. Kemudian dari
besar sudut putar sampel dimasukan kedalam persamaan yang didapat tadi.
Besar sudut putar rata-rata larutan sampel sebesar 14.07 sehingga konsentrasi
sampel sebesar 7.56%.
Pada praktikum selanjutnya dilakukan penentuan harga indeks bias
larutan (refraktometri). Penentuan indeks bias larutan ini menggunakan dua
alat refraktometer yaitu refraktometer digital dan refraktometer manual.
Sampel yang diukur adalah etanol dengan indeks bias refraktometer digital
sebesar 1,3376 nD dan refraktometer manual sebesar 1,341 nD, larutan butanol
sebesar 1,3727 nD dan 1,369 nD, larutan propanol sebesar 1,3964 nD dan
1,382 nD, dan metanol sebesar 1,3351 nD dan 1,331 nD. Berdasarkan data
tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin panjang rantai karbon (C) dalam
suatu larutan, maka harga indeks biasnya pun akan meningkat.

IX.

Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil sudut putar yaitu pada
a. Sukrosa 2% sebesar 2,47o
b. Sukrosa 4% sebesar 6,93o
c. Sukrosa 6% sebesar 11,47o
d. Sukrosa 8% sebesar 14,53o

e. Sukrosa 10% sebesar 19,03o


2. Konsentrasi sampel sukrosa yaitu 7,57 %
3. Semakin besar konsentrasi maka semakin besar sifat optis aktif nya.
4. Indeks bias yang dihasilkan dari refraktometer digital dan refraktometer
manual untuk
a. Etanol sebesar 1,3376 nD dan1,341 nD
b. Butanol sebesar 1,3727 nD dan 1,369 nD
c. Propanol sebesar 1,3964 nD dan 1,382 nD
d. Metanol sebesar 1,3351 nD dan 1,331 nD
5. Semakin panjang rantai C maka semakin besar indeks bias.
Daftar Pustaka
Day, R. A dan A. L. Underwood. 1989. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.
Marlina, Ari. 2015. Penunjuk Praktikum Spektrofotometri. Bandung. Politeknik
Negeri Bandung.

Anda mungkin juga menyukai