I. Dasar Teori
Kimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang disebut analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur
atau senyawaan apa yang terdapat dalam suatu sampel atau contoh. Pada pokoknya tujuan
analisis kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur analisis kuantitatif
berurusan dengan penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel atau contoh
(Underwood, 1986).
Kation-kation golongan II dibagi menjadi dua sub-golongan: sub-golongan tembaga dan sub-
golongan arsenik. Dasar pembagian ini adalah kelarutan endapan sulfida dalam ammonium
polisulfida. Sulfida dari sub-golongan tembaga tak larut dalam reagensia ini, sulfida dari sub-
golongan arsenik melarut dengan membentuk garam tio.
Bismuth(III) adalah logam putih kemerahan, kristalin, dan getas. Titik leburnya 271,5°C.
Bismuth(III) tidak larut dalam asam klorida disebabkan oleh potensial standarnya(0,2V), tetapi
melarut dalam asam pengoksid seperti asam nitrat pekat, dan asam sulfat. Garam-garam
bismuth mudah terhidrolisis karena bersifat sebagai basa lemah. Untuk mempertahankan
bismuth(III) tetap berada dalam larutan yang harus dilakukan adalah dengan mengasamkan
larutan tersebut .Kation Bi3+ dapat membentuk endapan hitam jika direaksikan dengan reagen
KI. endapan tersebut adalah BiI3.
Reaksi larutan Bi(NO3)3 dengan larutan NaOH satu tetes kemudian berlebih akan menghasilkan
endapan putih. Karena larutan Natrium Hidroksida (NaOH) dan Amonia (NH 3) merupakan
larutan basa dan menghasilkan endapan
bismut hidroksida, yang mana endapan ini tidak larut dengan kelebihan atau penambahan
reagen.
Endapan hanya sedikit sekali larut dalam reagensia berlebihan dalam larutan dingin.
Hidroksida ini larut dengan asam kuat yang pekat. (Vogel ; 226).
Tembaga(II) adalah logam merah-muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Ia melebur pada
1038oC. Karena potensial elektrode standarnya positif (+0,34 V untuk pasangan Cu/Cu 2+). Ia
tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa
larut sedikit. Asam nitrat (8M), asam sulfat dan air raja dengan mudah melarutkan tembaga.
(Vogel ; 229)
Reaksi larutan CuSO4 dengan larutan KI (encer) satu tetes kemudian berlebih akan
menghasilkan endapan putih dan larutan cokelat tua. Hasil yang sama terjadi pada larutan KI
(pekat) satu tetes kemudian berlebih karena terbentuknya ion-ion tri-iodida (iod).
Reaksi larutan CuSO4 dengan larutan NaOH satu tetes kemudian berlebih akan menghasilkan
larutan biru muda. Karena ion Cu2+ bereaksi dengan ion hidroksida menghasilkan endapan biru
muda dari Cu(OH)2 dan bila dilarutkan dengan NaOH yang pekat dapat membentuk larutan
kompleks dari Cu(OH)42-.
Dalam suasana asam, Cu(II) dapat direaksikan dengan Kalium Thiosianat atau Kalium
Rodanida menjadi Tembaga(II)Rodanida yang berwarna hitam.
CuSO4.5H2O → CuSO4 + 5 H2O
Alat :
Tabung Reaksi
Kawat Cu
Pipet Tetes
Batang Pengaduk
Beaker Glass
Bahan :
Serbuk Bi(NO3)3 yang kemudian ditambahkan pelarut yang sesuai untuk digunakan
sebagai larutan sampel
Serbuk CuSO4 yang kemudian ditambahkan pelarut yang sesuai untuk digunakan
sebagai larutan sampel
2. KI
3. KCNS
4. NaOH
5. K4 Fe(CN)6
Monografi Bahan :
SAMPEL :
1. Bismuth Subnitrat (FI edisi III hal. 118-119)
Kadar : Mengandung tidak kurang dari 71,0 % dan tidak lebih dari
75,0 % Bismuth.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam pelarut organic. Larut
sempurna dalam asam klorida p dan dalam asam nitrat p.
RM / BM : CuSO4.5H20 / 249,6
REAGEN :
A. Bi(NO3)3
Reaksi I
1. Tambahkan 2-3 tetes HCl ke dalam sedikit sampel Bi(NO3)3 pada tabung reaksi.
2. Siapkan kawat Cu, bersihkan ujungnya (gosok hingga permukaan bersih).
3. Celupkan kawat Cu kedalam larutan no.1, diamkan beberapa saat.
4. Amati apakah terjadi perubahan warna pada ujung kawat, catat hasil
pengamatan.
B. CuSO4
Reaksi I
Reaksi I :
Pada waktu larutan sampel Bi(NO3)3 ditetesi larutan reagen HCl 2N, tidak
terjadi perubahan warna, larutan tetap bening, tak berwarna.
Reaksi II :
Ketika larutan sampel ditetesi reagen NaOH, seketika larutan yang awalnya
jernih berubah menjadi putih keruh karena terbentuknya endapan Bi(OH)3.
Reaksi III :
Pada waktu larutan sampel ditetesi larutan reagen KI, seketika larutan yang
awalnya jernih berubah menjadi kuning keruh, karena terbentuknya endapan
BiI3
Bi3+ + 3 I- BiI3↓
Reaksi IV :
Bi3+ + Cu Bi + Cu2+
V. Pembahasan
Pada Praktikum Identifikasi Kation Golongan II dimana Bi(NO 3)3 dan CuSO4 dipakai sebagai
larutan sampel :
1. Bi(NO3)3 :
Pada Reaksi I : Ketika larutan sampel ditetesi HCL 2N, tidak terdapat perubahan warna
larutan dan tidak membentuk endapan, warna larutan tetap jernih, bening, tidak
berwarna.
Pada Reaksi II : Ketika larutan sampel ditetesi reagen NaOH, seketika larutan yang
awalnya jernih berubah menjadi putih keruh karena terbentuknya endapan Bi(OH)3.
Pada Reaksi III : Pada waktu larutan sampel ditetesi larutan reagen KI, seketika larutan
yang awalnya jernih berubah menjadi kuning keruh, karena terbentuknya endapan BiI3.
Terakhir pada Reaksi IV : Dimana kawat Cu yang ujungnya telah digosok (dibersihkan),
kemudian dicelupkan pada sampel yang telah ditetesi 2-3 tetes HCl, setelah didiamkan
sebentar, maka akan ada pembentukan lapisan amalgam pada ujung kawat Cu, sehingga
yang awalnya bersih, maka akan berwarna kecoklatan khas logam, bila digoreskan pada
kapas akan meninggalkan sisa lapisan mengkilap seperti perak.
2. CuSO4 :
Pada Reaksi I : Ketika larutan sampel ditetesi HCL 2N, tidak terdapat perubahan warna
larutan dan tidak membentuk endapan, larutan tetap berwarna biru jernih.
Pada Reaksi II : Ketika larutan sampel ditetesi reagen NaOH, seketika larutan yang
awalnya biru jernih berubah menjadi biru keruh karena terbentuknya endapan
Cu(OH)2.
Pada Reaksi III : Pada waktu larutan sampel ditetesi larutan reagen KI, seketika larutan
yang awalnya biru jernih berubah menjadi coklat muda yang keruh, karena
terbentuknya endapan CuI.
Pada Reaksi IV : Pada waktu larutan sampel ditetesi larutan reagen K4 Fe(CN)6, seketika
larutan yang awalnya biru jernih berubah menjadi endapan coklat kemerahan, karena
terbentuknya endapan Cu2Fe(CN)6.
Terakhir pada Reaksi V : Saat larutan sampel ditetesi larutan reagen KCNS, maka
larutan berubah warna dari biru jernih, pertama berubah hijau muda (dengan
penambahan 2 tetes KCNS), kemudian ketika dilanjutkan penambahan tetesan KCNS
(total 5 tetes) maka larutan berubah menjadi endapan hitam dengan warna larutan abu-
abu samar, karena terbentuknya endapan Cu(CNS)2.
KESIMPULAN
Bi3+ adalah kation golongan II yang bereaksi spesifik terhadap ion I -, OH-, dan reaksi
pembentukan amalgam pada kawat Cu dengan bantuan HCl sebagai pelarut.
Cu2+ adalah kation golongan II yang bereaksi spesifik terhadap ion I -, OH-, Fe4(CN)64-
, CNS-
VI. Daftar Pustaka
Vogel. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta
: PT Kalman Media Pustaka