Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI I

Nama /NIM : Dyah Arisusanti / 4305019061

Hari / Tanggal : Rabu, 23 September 2020

IDENTIFIKASI KATION GOLONGAN II

I. Dasar Teori

Kimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang disebut analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur
atau senyawaan apa yang terdapat dalam suatu sampel atau contoh. Pada pokoknya tujuan
analisis kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur analisis kuantitatif
berurusan dengan penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel atau contoh
(Underwood, 1986).

Kation-kation golongan II dibagi menjadi dua sub-golongan: sub-golongan tembaga dan sub-
golongan arsenik. Dasar pembagian ini adalah kelarutan endapan sulfida dalam ammonium
polisulfida. Sulfida dari sub-golongan tembaga tak larut dalam reagensia ini, sulfida dari sub-
golongan arsenik melarut dengan membentuk garam tio.

Sub-golongan tembaga terdiri dari merkurim(II), timbel(II), bismuth(III), tembaga(II) dan


kadmium(II). Klorida, nitrat, dan sulfat dari kation-kation sub-golongan tembaga, sangat
mudah larut dalam air. Sulfida, hidroksida, dan karbonatnya tak larut. Beberapa kation dari
sub-golongan tembaga merkurium(II), tembaga(II) dan kadmium(II) cenderung membentuk
kompleks (amonia, ion sianida dan seterusnya).

Bismuth(III) adalah logam putih kemerahan, kristalin, dan getas. Titik leburnya 271,5°C.
Bismuth(III) tidak larut dalam asam klorida disebabkan oleh potensial standarnya(0,2V), tetapi
melarut dalam asam pengoksid seperti asam nitrat pekat, dan asam sulfat. Garam-garam
bismuth mudah terhidrolisis karena bersifat sebagai basa lemah. Untuk mempertahankan
bismuth(III) tetap berada dalam larutan yang harus dilakukan adalah dengan mengasamkan
larutan tersebut .Kation Bi3+ dapat membentuk endapan hitam jika direaksikan dengan reagen
KI. endapan tersebut adalah BiI3.

Bi3+ +3I– → BiI3↓ ................ (1)


Endapan ini mudah melarut dalam reagensia berlebihan membentuk ion tetraiodobismutat
berwarna jingga.

BiI3 ↓ + I– ↔ [BiI 4]……………….



(2)

Reaksi larutan Bi(NO3)3 dengan larutan NaOH satu tetes kemudian berlebih akan menghasilkan
endapan putih. Karena larutan Natrium Hidroksida (NaOH) dan Amonia (NH 3) merupakan
larutan basa dan menghasilkan endapan
bismut hidroksida, yang mana endapan ini tidak larut dengan kelebihan atau penambahan
reagen.

Bi3+ + 3OH– → Bi(OH)3↓ ............. (3)

Endapan hanya sedikit sekali larut dalam reagensia berlebihan dalam larutan dingin.
Hidroksida ini larut dengan asam kuat yang pekat. (Vogel ; 226).

Tembaga(II) adalah logam merah-muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Ia melebur pada
1038oC. Karena potensial elektrode standarnya positif (+0,34 V untuk pasangan Cu/Cu 2+). Ia
tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa
larut sedikit. Asam nitrat (8M), asam sulfat dan air raja dengan mudah melarutkan tembaga.
(Vogel ; 229)

Reaksi larutan CuSO4 dengan larutan KI (encer) satu tetes kemudian berlebih akan
menghasilkan endapan putih dan larutan cokelat tua. Hasil yang sama terjadi pada larutan KI
(pekat) satu tetes kemudian berlebih karena terbentuknya ion-ion tri-iodida (iod).

2 Cu2+ + 5I– → 2CuI↓ + I3 .............. (4)

Reaksi larutan CuSO4 dengan larutan NaOH satu tetes kemudian berlebih akan menghasilkan
larutan biru muda. Karena ion Cu2+ bereaksi dengan ion hidroksida menghasilkan endapan biru
muda dari Cu(OH)2 dan bila dilarutkan dengan NaOH yang pekat dapat membentuk larutan
kompleks dari Cu(OH)42-.

Cu2+ + 2OH– → Cu(OH)2↓ ........... (5)

Dalam suasana asam, Cu(II) dapat direaksikan dengan Kalium Thiosianat atau Kalium
Rodanida menjadi Tembaga(II)Rodanida yang berwarna hitam.
CuSO4.5H2O → CuSO4 + 5 H2O

CuSO4 + 2 KCNS → Cu(CNS)2 ↓ + K2SO4. ............ (6)

II. Alat dan Bahan

Alat :

 Tabung Reaksi

 Rak Tabung Reaksi

 Kawat Cu

 Pipet Tetes

 Batang Pengaduk

 Beaker Glass

 Botol kaca buram (wadah bahan sampel dan reagen)

Bahan :

 Serbuk Bi(NO3)3 yang kemudian ditambahkan pelarut yang sesuai untuk digunakan
sebagai larutan sampel

 Serbuk CuSO4 yang kemudian ditambahkan pelarut yang sesuai untuk digunakan
sebagai larutan sampel

 Larutan Reagen : 1. HCl 2N

2. KI

3. KCNS

4. NaOH

5. K4 Fe(CN)6

 Monografi Bahan :

 SAMPEL :
1. Bismuth Subnitrat (FI edisi III hal. 118-119)

Nama resmi : Bismuth subnitras

Nama lain : Bismuth subnitrat

RM/BM : Bi(NO3)3/ 485.07

Pemerian : Serbuk hablur renik: putih,tidak berbau,tidak berasa,berat.

Kadar : Mengandung tidak kurang dari 71,0 % dan tidak lebih dari
75,0 % Bismuth.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam pelarut organic. Larut
sempurna dalam asam klorida p dan dalam asam nitrat p.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat,terlindung dari cahaya.

Khasiat dan penggunaan : Adstringen saluran pencernaan.

2. Tembaga (II) Sulfat (Farmakope Indonesia III)

Nama Resmi : Cuprum Sulfas

RM / BM : CuSO4.5H20 / 249,6

Pemerian : Prisma triklinik atau serbuk hablur warna biru.


Kelarutan : Larut dalam 3 bagian air, dan dalam 3 bagian Gliserol
P, Sangat sukar larut dalam Etanol 95 % P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Sebagai pereaksi

 REAGEN :

1. HCl ( FI edisi III hal.53 )

Nama resmi : Acidum Hydrochloridum


Nama lain : Asam klorida
RM / BM : HCl / 36,46
Pemerian : Cairan, tidak berwarna, berasap bau merangsang jika
diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau hilang
Kelarutan : Larut dalam air, larutan berpotensi berwarna jingga
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut
2. Kalium iodida (FI edisiIII hal.330)

Nama resmi : Kalium Iodidum


Nama lain : Kalium iodida
RM / BM : 166.00 / KI
Pemerian : Hablur heleahedial transparan atau tidak berwarna opak dan
putih atau serbuk butiran putih hidroskopik
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air lebih mudah larut dalam air
mendidih, larut dalam etanol 95 % P mudah larut dalam gliserol P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai indikator
3. Natrium Hidroksida (FI Edisi III Hal 412)
Nama Resmi : Natrii Hydroxydum
Nama Lain : Natrium Hidroksida
Rumus Molekul : NaOH
Berat Molekul : 40,00
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keeping, kering,
keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur; putih, mudah meleleh basah.
Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
4. K4Fe(CN)6 (FI Edisi III Hal 688)
Nama Resmi : Kalii Heksasioferat (II)
Nama Lain : Kalium heksasioferat (II)
Rumus Molekul : K4 Fe(CN)6
Berat Molekul : 422,39
Pemerian : Serbuk hablur , kuning
Kelarutan : Larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Murni Pereaksi.
5. KCNS (FI Edisi III Hal 693)
Nama resmi : Kalii Tiosianat
Nama lain : Kalium Tiosianat
RM/BM : KSCNS/97,18 g/mol
Rumus Struktur : K+ -S-C≡N
Pemerian : Hablur tidak berwarna, melelah basah.
Kelarutan : Larut dalam 0,5 bagian air dan dalam 15 bagian etanol mutlak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut

III. Prosedur Praktikum

Siapkan 9 tabung reaksi dalam Rak Tabung Reaksi

A. Bi(NO3)3

 Reaksi I

1. Masukkan 5 tetes larutan sampel Bi(NO3)3 ke dalam tabung reaksi pertama.


2. Tambahkan 5 tetes larutan reagen HCl 2N kedalam tabung yang telah diberi
larutan sampel.
3. Amati apakah terjadi perubahan warna larutan atau terbentuk endapan, catat
hasil pengamatan.
 Reaksi II
1. Masukkan 5 tetes larutan sampel Bi(NO3)3 ke dalam tabung reaksi kedua.
2. Tambahkan 5 tetes larutan reagen NaOH kedalam tabung yang telah diberi
larutan sampel.
3. Amati apakah terjadi perubahan warna larutan atau terbentuk endapan, catat
hasil pengamatan.
 Reaksi III

1. Masukkan 5 tetes larutan sampel Bi(NO3)3 ke dalam tabung reaksi ketiga.


2. Tambahkan 5 tetes larutan reagen KI kedalam tabung yang telah diberi larutan
sampel.
3. Amati apakah terjadi perubahan warna larutan atau terbentuk endapan, catat
hasil pengamatan.
 Reaksi IV

1. Tambahkan 2-3 tetes HCl ke dalam sedikit sampel Bi(NO3)3 pada tabung reaksi.
2. Siapkan kawat Cu, bersihkan ujungnya (gosok hingga permukaan bersih).
3. Celupkan kawat Cu kedalam larutan no.1, diamkan beberapa saat.
4. Amati apakah terjadi perubahan warna pada ujung kawat, catat hasil
pengamatan.
B. CuSO4

 Reaksi I

1. Masukkan 5 tetes larutan sampel CuSO4 ke dalam tabung reaksi pertama.


2. Tambahkan 5 tetes larutan reagen HCl 2N kedalam tabung yang telah diberi
larutan sampel.
3. Amati apakah terjadi perubahan warna larutan atau terbentuk endapan, catat
hasil pengamatan.
 Reaksi II

1. Masukkan 5 tetes larutan sampel CuSO4 ke dalam tabung reaksi kedua.


2. Tambahkan 5 tetes larutan reagen NaOH kedalam tabung yang telah diberi
larutan sampel.
3. Amati apakah terjadi perubahan warna larutan atau terbentuk endapan, catat
hasil pengamatan.
 Reaksi III

1. Masukkan 5 tetes larutan sampel CuSO4 ke dalam tabung reaksi ketiga.


2. Tambahkan 5 tetes larutan reagen KI kedalam tabung yang telah diberi larutan
sampel.
3. Amati apakah terjadi perubahan warna larutan atau terbentuk endapan, catat
hasil pengamatan.
 Reaksi IV

1. Masukkan 5 tetes larutan sampel CuSO4 ke dalam tabung reaksi keempat.


2. Tambahkan 5 tetes larutan reagen K4 Fe(CN)6 kedalam tabung yang telah diberi
larutan sampel.
3. Amati apakah terjadi perubahan warna larutan atau terbentuk endapan, catat
hasil pengamatan.
 Reaksi V

1. Masukkan 5 tetes larutan sampel CuSO4 ke dalam tabung reaksi kelima.


2. Tambahkan 5 tetes larutan reagen KCNS kedalam tabung yang telah diberi
larutan sampel.
3. Amati apakah terjadi perubahan warna larutan atau terbentuk endapan, catat
hasil pengamatan.
IV. Hasil

 Reaksi I :

 Pada waktu larutan sampel Bi(NO3)3 ditetesi larutan reagen HCl 2N, tidak
terjadi perubahan warna, larutan tetap bening, tak berwarna.

Bi3+ + 3 Cl- BiCl3

 Reaksi II :

 Ketika larutan sampel ditetesi reagen NaOH, seketika larutan yang awalnya
jernih berubah menjadi putih keruh karena terbentuknya endapan Bi(OH)3.

Bi3+ + 3 OH- Bi(OH)3↓

 Reaksi III :

 Pada waktu larutan sampel ditetesi larutan reagen KI, seketika larutan yang
awalnya jernih berubah menjadi kuning keruh, karena terbentuknya endapan
BiI3

Bi3+ + 3 I- BiI3↓
 Reaksi IV :

 Kawat Cu yang ujungnya telah digosok (dibersihkan), kemudian dicelupkan


pada sampel yang telah ditetesi 2-3 tetes HCl, setelah didiamkan sebentar, maka
akan ada pembentukan lapisan amalgam pada ujung kawat Cu, sehingga yang
awalnya bersih, maka akan berwarna kecoklatan khas logam, bila digoreskan
pada kapas akan meninggalkan sisa lapisan mengkilap seperti perak. (Bismuth
mengoksidasi kawat Cu)

Bi3+ + Cu Bi + Cu2+

V. Pembahasan

Pada Praktikum Identifikasi Kation Golongan II dimana Bi(NO 3)3 dan CuSO4 dipakai sebagai
larutan sampel :

1. Bi(NO3)3 :

 Pada Reaksi I : Ketika larutan sampel ditetesi HCL 2N, tidak terdapat perubahan warna
larutan dan tidak membentuk endapan, warna larutan tetap jernih, bening, tidak
berwarna.

 Pada Reaksi II : Ketika larutan sampel ditetesi reagen NaOH, seketika larutan yang
awalnya jernih berubah menjadi putih keruh karena terbentuknya endapan Bi(OH)3.

 Pada Reaksi III : Pada waktu larutan sampel ditetesi larutan reagen KI, seketika larutan
yang awalnya jernih berubah menjadi kuning keruh, karena terbentuknya endapan BiI3.
 Terakhir pada Reaksi IV : Dimana kawat Cu yang ujungnya telah digosok (dibersihkan),
kemudian dicelupkan pada sampel yang telah ditetesi 2-3 tetes HCl, setelah didiamkan
sebentar, maka akan ada pembentukan lapisan amalgam pada ujung kawat Cu, sehingga
yang awalnya bersih, maka akan berwarna kecoklatan khas logam, bila digoreskan pada
kapas akan meninggalkan sisa lapisan mengkilap seperti perak.

2. CuSO4 :

 Pada Reaksi I : Ketika larutan sampel ditetesi HCL 2N, tidak terdapat perubahan warna
larutan dan tidak membentuk endapan, larutan tetap berwarna biru jernih.

 Pada Reaksi II : Ketika larutan sampel ditetesi reagen NaOH, seketika larutan yang
awalnya biru jernih berubah menjadi biru keruh karena terbentuknya endapan
Cu(OH)2.
 Pada Reaksi III : Pada waktu larutan sampel ditetesi larutan reagen KI, seketika larutan
yang awalnya biru jernih berubah menjadi coklat muda yang keruh, karena
terbentuknya endapan CuI.

 Pada Reaksi IV : Pada waktu larutan sampel ditetesi larutan reagen K4 Fe(CN)6, seketika
larutan yang awalnya biru jernih berubah menjadi endapan coklat kemerahan, karena
terbentuknya endapan Cu2Fe(CN)6.

 Terakhir pada Reaksi V : Saat larutan sampel ditetesi larutan reagen KCNS, maka
larutan berubah warna dari biru jernih, pertama berubah hijau muda (dengan
penambahan 2 tetes KCNS), kemudian ketika dilanjutkan penambahan tetesan KCNS
(total 5 tetes) maka larutan berubah menjadi endapan hitam dengan warna larutan abu-
abu samar, karena terbentuknya endapan Cu(CNS)2.

KESIMPULAN

 Bi3+ adalah kation golongan II yang bereaksi spesifik terhadap ion I -, OH-, dan reaksi
pembentukan amalgam pada kawat Cu dengan bantuan HCl sebagai pelarut.

 Cu2+ adalah kation golongan II yang bereaksi spesifik terhadap ion I -, OH-, Fe4(CN)64-
, CNS-
VI. Daftar Pustaka

 Dirjen POM.1979.FarmakopeIndonesiaEdisiIII.Jakarta : Depkes RI


 Tim Kimia Analitik 1. 2014. Modul Praktikum Kimia Analitik 1. Padang : UNP

 Vogel. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta
: PT Kalman Media Pustaka

 Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Erlangga: Jakarta.


 Jr, R.A. Day dan A. L. Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta: Erlangga.
 Slowinski, JE; 1990, Qualitatif Analysis and the Properties of ions in Aqueous Solution,
Eds II, America: Saunder College Publishing.
 Svhela, G.1990.Vogel Bagian Satu Buku Teks Analisis Anorganik Kulitatif Makro dan
Semi mikro edisi ke lima.Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.
 Widodo, Didik Setiyo dan Retno Ariadi Lusiana. 2010. Kimia Analisis Kuantitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
 Ermi,Siti. 2016. Praktikum Reaksi Pengenalan Kation Golongan II (Teknik Kimia
UNNES) https://sitiermi7.wordpress.com/2016/05/13/praktikum-reaksi- pengenalan-
kation-golongan-ii/ diakses pada 23 September 2020.

Anda mungkin juga menyukai