KIMIA
KELOMPOK 3
AULIA AZIZAH
TEORI DASAR
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan
berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan
reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang
melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan
pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. (disini hanya dibahas tentang titrasi asam
basa)
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di
dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer”
dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi
asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan
Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen (
artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai
“titik ekuivalen”.
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat
volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data
volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.
kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi.
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses
titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perbahan
warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin dan
Indikator
Asam Basa
asam netral
keunguan berwarna
Gambar
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat
mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indikator yang tepat
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator
Contoh :
Persamaan Reaksi :
Reaksi ionnya :
H+ + OH- → H2O
Contoh :
Persamaan Reaksi :
Reaksi ionnya :
Contoh :
Persamaan Reaksi :
Reaksi ionnya :
H+ + OH- → H2O
Contoh :
Persamaan Reaksi :
Reaksi ionnya :
H+ + BO2- → HBO2
Contoh :
Persamaan Reaksi :
Reaksi ionnya :
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent basa,
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka rumus
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada
asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
2. Menentukan konsentrasi suatu larutan asam atau basa dengan menggunakan titrasi asam-basa
ALAT:
Gelas ukur
Labu erlenmeyer
Gelas kimia
Buret
Corong
Pipet tetes
Sikat pembersih
BAHAN:
Larutan NaOH
Larutan PP
2. Mengisi buret dengan larutan NaOH tepat sampai garis nol dengan bantuan corong
3. Memasukkan 15 ml HCl 0,1 M kedalam labu erlenmeyer, lalu tambahkan 3 tetes indikator
PP kedalam larutan
4. Meletakkan labu erlenmeyer tepat dibawah buret, lalu buka kran buret secara perlahan
5. Selama penambahan NaOH, goyangkan labu erlenmeyer agar NaOH dapat tercampur rata
7. Mencatat jumlah NaOH yang digunakan yaitu selisih antara volume akhir dan volume awal
NaOH.
9. Melakukan kegiatan 1-7 sekali lagi dan hitung rata-rata jumlah NaOH yang terpakai untuk
Ungu ke pink-
1 HCl + PP + NaOH 1 28 tetes = 1,4 ml
pink an
Rata-rata : 1,513 ml
Rata-rata : 2,38 ml
B. PEMBAHASAN
Titrasi adalah cara analisis tentang pengukuran jumlah larutan yang di butuhkan untuk
bereaksi secara tetap dengan zat yang terdapat dengan larutan lain.
Pada percobaan ini kami menentukan molaritas NaOH dengan menggunakan proses titrasi
antara larutan HCl sebanyak 15 ml 0,1 M dengan larutan NaOH. 15 ml larutan HCl
dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer lalu ditambahkan 3 tetes indikator PP, lalu ditetesi
dengan larutan NaOH yang sudah disediakan dalam buret setetes demi setetes sampai
ekuivalen atau habis bereaksi. Begitu pula titrasi antara larutan CH3COOH sebanyak 15 ml
Erlenmeyer lalu ditambahkan 3 tetes indikator PP, lalu ditetesi dengan larutan NaOH yang
sudah disediakan dalam buret setetes demi setetes sampai ekuivalen atau habis bereaksi.
Titik ekuivalen dapat diketahui dengan bantuan larutan PP ,kisaran warna yaitu tidak
berwarna sampai merah ungu, yakni apabila tak berwarna berarti sifatnya asam dan jika
berwarna merah ungu berarti basa. Jika larutan sudah ekuivalen maka, larutan akan
mengalami perubahan warna paling awal, dan warnanya sangat muda dan cerah saat itulah
titrasi dihentikan. Saat larutan menunjukkan perubahan warna paling awal itulah yang disebut
Dalam percobaan titrasi yang kami lakukan pada larutan HCl sebanyak 15 ml dititrasi dengan
Titrasi ke-1
Dalam percobaan pertama, langkah pertama yang dilakukan adalah HCl 15 ml 0,1 M
50 ml dimasukkan ke dalam buret, kemudian dibiarkan menetes setetes demi setetes hingga
indikator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan didapatkan volume titrasinya 1,4
1,4 M = 1,5
Titrasi ke-2
demi setetes hingga indikator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan didapatkan
15.0,1 = 1,65 M2
1,5 = 1,65 M2
Titrasi ke-3
demi setetes hingga indikator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan didapatkan
15.0,1 = 1 M2
1,5 = 1 M2
Titrasi ke-4
demi setetes hingga indikator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan didapatkan
15.0,1 = 1,4 M2
1,5 = 1,4 M2
Titrasi ke-5
demi setetes hingga indikator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan didapatkan
15.0,1 = 1,7 M2
1,5 = 1,7 M2
Titrasi ke-6
demi setetes hingga indikator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan didapatkan
15.0,1 = 1,65 M2
1,5 = 1,65 M2
Titrasi ke-7
demi setetes hingga indikator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan didapatkan
15.0,1 = 3,35 M2
1,5 = 3,35 M2
Titrasi ke-8
demi setetes hingga indikator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan didapatkan
15.0,1 = 1,35 M2
1,5 = 1,35 M2
Dalam percobaan titrasi yang kami lakukan pada larutan CH3COOH sebanyak 15 ml dititrasi
Titrasi ke-1
setetes demi setetes hingga indikator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan
2,9 M = 1,5
Titrasi ke-2
setetes demi setetes hingga indikator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan
15.0,1 = 2,95 M2
1,5 = 2,95 M2
Titrasi ke-3
setetes demi setetes hingga indikator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan
15.0,1 = 2,45 M2
1,5 = 2,45 M2
Titrasi ke-4
setetes demi setetes hingga indikator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan
15.0,1 = 2,6 M2
1,5 = 2,6 M2
Titrasi ke-5
setetes demi setetes hingga indikator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan
15.0,1 = 2,05 M2
1,5 = 2,05 M2
Titrasi ke-6
setetes demi setetes hingga indikator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan
15.0,1 = 2,75 M2
1,5 = 2,75 M2
Titrasi ke-7
setetes demi setetes hingga indikator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan
15.0,1 = 1,7M2
1,5 = 1,7 M2
Titrasi ke-8
setetes demi setetes hingga indikator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan
15.0,1 = 1,65 M2
1,5 = 1,65 M2
Dalam percobaan ini kami melakukan titrasi masing-masing delapan kali, titrasi asam
kuat dengan basa kuat delapan kali dan titrasi asam lemah dengan basa kuat jaga sebanyak
delapan kali. Pada kedelapan percobaan pada titrasi HCl dengan NaOH ada beberapa yang
gagal dimana perubahan warna yang terjadi terlalu tua begitu pula pada titrasi CH3COOH
1. Kurang telitinya mata saat memperhatikan perubahan warna yang terjadi,yang sebenarnya
mungkin perubahan warna awal sudah terjadi namun karena tidak diperhatikan dengan
seksama sehingga penetesan tetap dilanjutkan dan hasilnya warna yang didapat terlalu pekat
dan mencolok
3. Kurang tepatnya pembuatan larutan HCl 0,1 M dan CH3COOH pada proses penimbangan.
4. Kurang tepatnya dalam penghitungan tetesan larutan NaOH yang memungkinkan kelebihan
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Titik ekuivalen adalah titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa (habis
bereaksi) atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang
2. Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan
warna indikator
3. Indikator PP perlu ditambahkan kedalam larutan karena supaya mengetahui perubahan warna
B. SARAN
1.
DAFTAR PUSTAKA
www.isolabgmbh.com/product.asp%3...rup%3D19
www.indigo.com/glass/gphglass/buret.html
www.daym.gov.tr/index2.php%3Fad%...kat%3D57www.analisateknisia.blogspot.com/20 11
www.try4know.co.cc/20 11 /12/gelas...mia.html
www.an89.wordpress.com/20 11 /03/2...am-basa/
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/20011/SRIYANI(050679)/latihan.html
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2011/Sri%20Ratisah%20054828/materi.HTMhttp://akhitocha
n.wordpress.com/2011/02/13/titrasi-asam-basa/