Anda di halaman 1dari 23

Laporan Praktikum

KIMIA ORGANIK I
“PENGUKURAN TITIK LELEH”

OLEH

KELOMPOK : V (LIMA)
KELAS : D-S1 FARMASI 2021
ASISTEN : ALIF AKBAR BOLOTA., S.Farm

LABORATORIUM BAHAN ALAM


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
Lembar Pengesahan

KIMIA ORGANIK I
“PENGUKURAN TITIK LELEH”

OLEH
KELOMPOK V (LIMA)

1. ASRI SETIANI KADIR (821421088)


2. GITA FRANDIKA DJAFAR (821421016)
3. NURAIN LAIRI (821421035)
4. PUTRI SABRINA (821421032)

NILAI
Gorontalo, Maret 2022
Mengetahui Asisten

ALIF AKBAR BOLOTA., S.Farm


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur patut kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena,
dengan rahmat dan karunia-Nya dapat membuat laporan praktikum Kimia
Organik I. Laporan ini ditulis dengan tujuan untuk menambah pengetahuan dan
pemahaman, dalam beberapa kajian tentang “Pengukuran Titik Leleh”.
Penyusunan materi dalam laporan ini ditulis berdasarkan hasil kegiatan
yang telah kelompok lakukan.
Dalam penulisan laporan ini, kami banyak memperoleh bantuan,
bimbingan, dukungan serta arahan yang bermanfaat, maka pada kesempatan ini
kami ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung hingga terselesainya laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Mengingat
pengetahuan yang masih terbatas, kami menyadari bahwa laporan ini belum
sempurna, oleh karena itu kami menerima masukan dari pembaca demi
penyempurnaan laporan ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, Maret 2022

Kelompok V

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah........................................................................................ 3
1.3 Maksud dan Tujuan ..................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 4
2.1 Dasar Teori .................................................................................................. 4
2.2 Uraian Bahan ............................................................................................... 10
BAB III METODE PRAKTIKUM ...................................................................... 12
3.1 Waktu dan Tempat ...................................................................................... 12
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................ 12
3.3 Cara Kerja ................................................................................................... 12
BAB IV HASIL PENGAMATAN ....................................................................... 13
4.1 Hasil Pengamatan ........................................................................................ 13
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 13
BAB V PENUTUP ................................................................................................. 16
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 16
5.2 Saran ............................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3.1 Latar Belakang
Kimia organik merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan kita
sehari-hari. Karena penyusun utama makhluk hidup merupakan senyawa organik
yaitu protein, asam nukleat, lemak, karbohidrat, hormon, dan enzim. Prinsip kimia
organik dipakai dalam berbagai bidang diantaranya adalah dalam bidang farmasi,
kedokteran, biokimia, mikrobiologi, pertanian dan banyak ilmu pengetahuan yang
lain. Kimia organik mempelejari tentang titik leleh.
Titik leleh adalah temperatur senyawa padat dimana benda tersebut akan
berubah wujud menjadi zat cair. Pada senyawa dengan berat molekul hampir
sama, senyawa lebih polar dan struktur molekulnya lebih simetris mempunyai
titik leleh yang lebih tinggi. Titik leleh senyawa murni ditentukan dengan
pengamatan temperatur saat terjadi perubahan padatan dan cairan. Sejumlah kecil
zat padat diletakkan dalam tabung kapiler gelas dan dipanaskan merata. Pertama
diamati temperatur saat mulai terbentuk cairan kemudian temperatur saat padatan
berubah menjadi cairan semua.
Rentang temperatur yang tidak begitu jauh menunjukan kemurnian
padatan tersebut. Titik leleh yang ada pada literature biasanya dalam bentuk range
titik leleh. Sampel senyawa murni biasanya hanya terdiri atas satu bentuk kristal
dan meleleh pada temperature dengan range kurang dari 1oC. Besar daerah titik
leleh atau range lebih 1oC menunjukan adanya pengotor. Campuran zat padat pada
umumnya menunjukkan daerah titik leleh teoritis pada asam asetat adalah
101,5oC. Titik lebur juga diartikan sebagai keadaan dimana terjadi keseimbangan
antara fase padat dengan fase lainnya pada suatu zat.
Pada titik leleh padat adalah suhu zat padat tersebut akan berubah wujud
menjadi cair, titik leleh zat padat tidak ada perubahan yang berarti tidak adanya
perubahan tekanan.

1
Faktor-faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya zat meleleh adalah
1. Ukuran Kristal
Ukuran kristal sangat berpengaruh dalam menentukan titik leleh suatu zat
semakin besar ukuran partikel maka sulit terjadinya pelelehan
2. Banyaknya sampel
Banyak samapel suatu zat juga dapat mempengaruhin cepat lambatnya
proses perlelehan, hal ini dikarenakan apabila semakin sedikit sampel yang
digunakan semakin cepat perlelehan
3. Pengemasan dan pipa kapiler
4. Adanya senyawa lain dapat mempengaruhin titik leleh
Jika zat padat diamatin tidak murni, maka akan terjadi penyimpangan titik
leleh senyawa murni, penyimpangan itu berupa penururnan titik leleh dan
perluasan range titik leleh misal suatu asam murni di amati titik lelehnya, pada
tempratur 122,1-122,4oC penambahan 20% zat padat lainnya akan mengakibatkan
perubahan titik leleh dari tempratur 122,1- 122,4oC menjadi115-119oC rata-rata
titik leleh lebih rendah 3-7oC. Titik leleh glukosa 150oC fruktosa 103-105oC
sukrosa 185-186oC, asam oksalat 104-106oC dan asam benzoat 121-123oC.
Suhu lebur adalah suhu pada saat suatu zat tepat melebur seluruhnya yang
ditujukan pada fase padat tepat hilang. Menurut Ditjen POM (1979), jarak lebur
adalah suhu awal dan suhu akhir peleburan zat. Suhu awal dicatat apda saat zat
mulai menciut atau membentuk tetesan pada pipa kapiler, suhu akhir dicatat pada
saat hilangnya fase padat.
Tinggi rendahnya suhu lebur pada suatu zat pada t dipengaruhi oleh
bentukzat padat tersebut. Semakin kuat ikatan yang dibentuk, semakin besar
energy yang diperlukan untuk memutuskannya. Dengan kata lain semakin tinggi
pula titik lebur unsur tersebut.
Suatu zat dikatakan murni apabila titik lebur yang diperoleh dari
percobaan sama dengan yang ada dalam literature. Tetapi bila zat itu tidak murni
atau terdapat campuran, maka ikatan molekulnya semakin kecil dan ikatannya
mudah lepas, sehingga tidak leburnya akan lebih kecil dari zat murni.

2
Prinsip kerja dari pada melting point apparatus adalah pertama
menyalakan melting point dengan memutar pemutar suhu 20oC permenit. Kedua,
ketika suhu pada thermometer mencapai 60oC dari titiik lebur atau titik leleh pada
suatu senyawa murni yang telah ditetapkan oleh ilmuan, maka pemutar suhunya
harus diturunkan hingga mencapai 10oC per menit. Ketiga, jika suhunya telah
mencapai suhu titik lebur atau titik pada suatu senyawa murni yang telah
ditetapkan oleh ilmuan, maka pada pemutar suhu harus diputar kekiri hingga 1oC
per menit.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan titik
leleh?
2. Bagaimana mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi titik leleh
3. Bagaimana mahasiswa mampu memahami prinsip kerja dari melting
point?
1.3 Manfaat dan Tujuan
1.3.1 Manfaat Percobaan
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan titik leleh
2. Mahasiswa mampu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi titik
leleh
3. Mahasiswa mampu memahami prinsip kerja dari melting point
1.3.2 Tujuan Percobaan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan titik leleh?
2. Agar mahasiswa mampu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
titik leleh
3. Agar mahasiswa mampu memahami prinsip kerja dari melting point

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Kimia
Ilmu kimia adalah bagian ilmu pengetahuan alam, mempelajari komposisi,
struktur zat kimia, dan perubahan-perubahan yang dialami materi dalam
prosesproses alamiah maupun dalam eksperimen yang direncanakan. Komposisi
(susunan) zat menyatakan perbandingan unsur membentuk zat itu. Contohnya air
dan etanol (Ratulani, 2017).
Ilmu kimia adalah cabang ilmu pengetahuan yg mempelajari tentang
komposisi, struktur, sifat-sifat dan perubahan-perubahan dari materi serta energi
yang menyertainya. Pertumbuhan dan perkembangan yang cepat dari ilmu kimia
telah menyebabkan perlunya pemisahan ke dalam sejumlah bidang kimia yang
lebih khusus. Dewasa ini kita mengenal antara lain kimia fisika, kimia analisis,
biokimia, kimia anorganik, serta kimia organic (Legiso, 2021).
Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (sains) yang
mempelajari tentang sifat, sturktur materi, komposisi materi, perubahan dan
energi yang menyertai perubahan materi. Materi merupakan sesuatu yang
mempunyai massa dan volume (menempati ruang). Materi atau zat
dikelompokkan menjadi zat tunggal (murni) dan campuran, sedangkan zat murni
terdiri dari unsur dan senyawa. Unsur merupakan zat murni yang paling sederhana
karena tidak dapat diuraikan lagi menjadi zat yang lebih sederhana, sedangkan
senyawa merupakan gabungan dari dua atau lebih unsur yang terbentuk melalui
reaksi kimia. Dengan cara-cara tertentu senyawa dapat diuraikan menjadi zat yang
lebih sederhana, dan bahkan bisa menjadi unsur-unsur pembentuknya (Amantie,
2019).
2.1.2 Kimia Organik
Kimia organik adalah percabangan studi ilmiah dari ilmu kimia mengenai
struktur, sifat, komposisi, reaksi, dan sintesis senyawa organik. Definisi asli dari
kimia organik ini berasal dari kesalahpahaman bahwa semua senyawa organik
pasti berasal dari organisme hidup, namun telah dibuktikan bahwa ada beberapa

4
perkecualian. Bahkan sebenarnya, kehidupan juga sangat bergantung pada kimia
anorganik; sebagai contoh, banyak enzim yang mendasarkan kerjanya pada logam
transisi seperti besi dan tembaga, juga gigi dan tulang yang komposisinya
merupakan campuran dari senyama organik maupun anorganik. Contoh lainnya
adalah larutan HCl, larutan ini berperan besar dalam proses pencernaan makanan
yang hampir seluruh organisme (terutama organisme tingkat tinggi) memakai
larutan HCl untuk mencerna makanannya, yang juga digolongkan dalam senyawa
anorganik. Mengenai unsur karbon, kimia anorganik biasanya berkaitan dengan
senyawa karbon yang sederhana yang tidak mengandung ikatan antar karbon
misalnya oksida, garam, asam, karbid, dan mineral. Namun hal ini tidak berarti
bahwa tidak ada senyawa karbon tunggal dalam senyawa organik misalnya
metana dan turunannya. Ada banyak sekali penerapan kimia organik dalam
kehidupan sehari-hari, diantaranya adalah pada bidang makanan, obat-obatan,
bahan bakar, pewarna, tekstil, parfum, dan lain sebagainya. Munculnya kimia
organik dimulai dari banyaknya penemuan senyawa-senyawa yang berasal dari
hewan dan tumbuhan yang disusul dengan pertanyaan-pertanyaan yang timbul
tentang nama senyawa dan berat molekulnya (Legiso, 2021).
Suatu pengetahuan mengenai kimia organik tak dapat diabaikan bagi
kebanyakan ilmuwan. Misalnya, karena system kehidupan terutama terdiri dari air
dan senyawa organik, hampir setiap bidang studi, yang berurusan dengan
tumbuhan, hewan, atau mikro organisme bergantung pada prinsip kimia organik.
Bidang-bidang studi ini mencakup obat-obatan, ilmu kedokteran, biokimia,
mikrobiologi, pertanian dan banyak ilmu pengetahuan yang lain. Namun
demikian, bukan hanya bidang-bidang ini saja yang bergantung pada kimia
organik, misalnya: plastik, dan serat sintetik juga merupakan senyawa organic
(Legiso, 2021).
2.1.3 Titik Leleh
Titik leleh didefinisikan sebagai temperatur dimana zat padat berubah
menjadi cairan pada tekanannya satu atmosfer. Titik leleh suatu zat padat tidak
mengalami perubahan yang berarti dengan adanya perubahan tekanan (Intan,
2014).

5
Titik leleh adalah temperatur dimana suatu senyawa mulai beralih fasa dari
padatan menjadi cairan, sampai dengan terjadinya pelelehan sempurna. Dalam
pengertian lainnya, titik leleh juga dapat diartikan suatu temperatur dimana suatu
zat padat berubah menjadi cairan pada tekanan satu atmosfer.
Ketika suatu zat padat dipanaskan, maka zat padat akan meleleh, dengan
kata lain, pada suhu tertentu zat padat mulai meleleh dan dengan kenaikan sedikit
suhu semua zat padat akan berubah fasa menjadi cair. Suatu zat padat mempunyai
molekul-molekul dalam bentuk kisi yang teratur, dan diikat oleh gaya-gaya
gravitasi dan elektrostatik. Bila zat tersebut dipanaskan, energi kinetik dari
molekul-molekul tersebut akan naik. Hal ini akan mengakibatkan molekul
bergetar, yang akhirnya pada suatu suhu tertentu ikatan-ikatan molekul tersebut
akan terlepas, maka zat padat akan meleleh. Titik leleh (sebenarnya trayek titik
leleh) adalah suhu yang teramati ketika zat padat mulai meleleh sampai semua
partikel berubah menjadi cair. Contoh: gula sukrosa memiliki titik leleh 185˚-
186˚C. Ini berarti, sejumlah kecil sampel sukrosa akan mulai meleleh pada 185˚C
dan semua kristal menjadi cair pada 186˚C (Nahitma dkk, 2019).
Titik leleh adalah suatu ketika fasa padat. dan fasa cair berada dalam satu
kesetimbangan. Titik leleh dari senyawa murni adalah temperatur dimana
senyawa dalam keadaan padat dan cairan. dalam keadaan kesetimbangan pada
tekanan 1 atmosfir. Jika energi panas padatan murni sebanding dengan energi kisi
maka kristal-kristal diikat membentuk unit molekul, molekul-molekul kisi-kisi
kristal menjauh dari sekitarnya (Ida Bagus, 2015).
Temperatur yang diinginkan untuk perubahan dari susunan molekul dalam
kisi-kisi kristal (padatan) ke bentuk fluida (cairan) adalah ukuran dari daya tarik
menarik antar molekul molekul. Titik leleh suatu zat yang lebih tinggi daya tarik
menarik antar molekul-molekul lebih. besar. Senyawa-senyawa yang mempunyai
berat molekul yang sama, maka senyawa yang lebih polar dan yang mempunyai
struktur molekul yang lebih senetris yang mempunyai titik leleh lebih tinggi. Jadi
titik leleh suatu zat sangat tergantung dari struktur molekul yang merupakan salah
satu dimensi fisis dari suatu zat (Ida Bagus, 2015).

6
Titik leleh adalah suhu pada saat fasa padat dan cair berada dalam
kesetimbangan pada tekanan tertentu. Titik leleh merupakan sifat intrinsic, yaitu
sifat khas suatu zat sehingga titik leleh bisa digunakan sebagai indikasi apakah zat
tersebut murni atau masih ada zat pengotor yang mempengaruhi titik leleh
tersebut. Alat yang digunakan sebagai penentu titik leleh adalah melt-temp baik
yang konvensional maupun yang digital (Brama dkk, 2012).
Titik leleh senyawa murni adalah suhu dimana fasa padat dan fasa cair
senyawa tersebut, berada dalam kesetimbangan pada tekanan 1 atm. Kalor
diperlukan untuk transisi dari bentuk kristal, pemecahan kisi kristal, sampai semua
berbentuk cair. Proses pelelehan ini dalam kesetimbangan atau reversibel. Untuk
melewati proses ini memerlukan waktu dan sedikit perubahan suhu. Makin murni
senyawa tersebut, trayek (range) suhu lelehnya makin sempit, biasanya tidak lebih
dari 1 derajat. Adanya zat asing di dalam suatu kisi akan mengganggu struktur
kristal keseluruhannya, dan akan memperlemah ikatan-ikatan di dalamnya.
Akibatnya titik leleh senyawa (tidak murni) ini akan lebih rendah dari senyawa
murninya, dan yang paling penting adalah trayek lelehnya yang makin lebar
(Nahitma dkk, 2019).
Hal-hal yang harus diperhatikan supaya memperoleh hasil yang baik atau
mendekati
a) Penangas harus dipanaskan dengan kecepatan yang teratur (kenaikan kira-
kira 2°C tiap menit) bila sudah mendekati titik lelehnya.
b) Memperkecil perbedaan waktu antara proses pelelehan dan pemindahan
panas, yang dapat diacapai dengan cara yaitu, jumlah zat yang dilelehkan
harus sedikit, zat harus duhaluskan terlebih dahulu dan dimasukkan secara
padat kedalam pipa kapiler, pipa kapiker yang dipergunakan harus tipis
dan diameternya harus kecil. Dalam memilih penangas perlu diperhatikan
sampai seberapa besar temperatur yang akan di amati. Untuk titik leleh
dibawah 100°C dapat dipergunakan air. Diatas 100°C -250°C dapat
dipergunakan minyak parafin (parafin cair), gliserin yang tidak
mengandung air atau minyak jenuh. Sedangkan untuk titik leleh yang lebih
tinggi dari 250°C dapat dipergunakan melting blok.

7
Pada alat yang lebih modern, pengaturan suhu untuk pelelehan dan
pengamatan terhadap proses pelelehan lebih mudah, karena sistem pemanasan
sudah menggunakan sumber energi listrik serta bagian pengamatan untuk proses
pelelehan sudah dilengkapi kaca pembesar/mikroskop sehingga hasil penentuan
titik leleh sampel akan lebih akurat.
2.1.4 Kristal
Kristal adalah zat padat yang mempunyai susunan atom atau ion, dimana
jaraknya tersusun teratur, ikatan atom yang berarah, susunannya rapat, dan
periodik dalam ruang tiga dimensi. Panjang jarak susunan atom-atom atau ion zat
padat suatu kristal memiliki rentang yang panjang dan akan menghasilkan
karakteristik dari bentuk kristal tersebut. Susunan atom-atom dalam kristal disebut
struktur kristal. Struktur kristal tersusun dari gabungan sel satuan (unit cell) yang
merupakan sekumpulan atom yang tersusun khusus dan periodik berulang dalam
ruang tiga dimensi suatu kisi kristal. Kumpulan atom penyusun kristal disebut
basis dan kedudukan atom–atom dalam ruang disebut kisi. (Edi Istiyono, 2000)
Kristal adalah suatu padatan dengan susunan atom yang berulang secara
tiga dimensional yang dapat mendifraksi sinar X. Kristal secara sederhana dapat
didefinisikan sebagai zat padat yang mempunyai susunan atom atau molekul yang
teratur. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa
bidangbidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang
datar ini disebut sebagai bidang muka Kristal (Kemendikbud RI, 2013)
2.1.5 Melting Point
Melting Point Apparatus adalah suatu alat yang di gunakan untuk
mengukur titik lebur/titik leleh dari suatu senyawa, biasanya dalam dunia kimia,
suatu senyawa itu pasti memiliki titik lebur maupun titik leleh yang sudah di
tetapkan oleh para ahli.Prinsip kerja alat ini adalah mengubah energi listrik
menjadi energi panas. Dimana, zat yang awalnya berbentuk padatan dimasukkan
ke dalam perangkat alat melting point apparatus, melalui bantuan wadah pipa
kapiler. Alat ini kemudian bekerja dengan memberikan perlakukan panas.
Selanjutnya, seiring dengan semakin.meningkatnya panas akan terjadi perubahan
padatan menjadicairan, tanpa perubahan suhu pada zat. Dalam hal ini, capaian

8
titik derajat panas pada alat saat padatan menjadi cair, itulah nilai titik lebur (Zikri
& Sally, 2021).
Menurut Zikri dan Sally (2021), cara kerja alat melting point adalah, alat
ini biasanya di pakai untuk menentukan titik lebur/titik leleh dari suatu senyawa
yang sebelumnya dilakukan adalah rekristalisasi. Pada alat tersebut, terdapat 3
lubang kecil pada sisi kanannya dan 1 lubang yang cukup besar pada sisi
kanannya juga, namun letaknya di bawah 3 lubang kecil tersebut. Pada 3 lubang
kecil tersebut, salah satunya diisi dengan pipa kapiler yang berisi dengan senyawa
yang ingin diketahui titik lebur/titik lelehnya. Kemudian pada lubang yang cukup
besar dimasukkan alat pengukur suhu (termometer). Pada sisi atas dari melting
point apparatus, terdapat kaca pembesar yang berfokus pada pipa kapiler yang
berisi senyawa yang ingin diketahui titik lebur/titik lelehnya. Juga terdapat
pemutar suhu pada sisi atas, pemutar suhu ini berkapasitas dari 0°C/menit sampai
20°C/menit. Prosedur kerja dari pada melting point apparatus adalah :
1. Menyalakan melting point apparatus dengan memutar pemutar suhu
hingga 20°C/menit,
2. Ketika suhu pada termometer mencapai 60% dari titik lebur/titik leleh
pada suatu senyawa murni yang sudah ditetapkan oleh ahli, maka
pemutar.suhunya harus diturunkan hingga mencapai 10°C/menit,
3. Jika pada termomoter suhunya sudah mencapai suhu titik lebur/titik leleh
pada suatu senyawa murni yang sudah ditetapkan oleh ahli (misal: titik
lebur/titik leleh asam benzoat murni adalah 122.4°C "Kemudian dikurangi
15°C" berarti pada suhu 107.4°C pada senyawa asam benzoat). Maka pada
pemutar suhu 1°C/menit. harus diputar kekiri hingga Menjadi catatan
adalah ketika senyawa yang di ukur adalah titik lebur, melebur dengan
cukup lama maka bisa dikatakan bahwa senyawa tersebut mempunyai
tingkat kemurnian yang cukup rendah. Alat yang digunakan untuk
mengukur atau menentukan titik lebur atau titik didih suatu zat.

9
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol, alcohol
Rumus molekul : C2H5OH
Rumus Struktur :

Berat molekul : 46,07 g/mol


Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform
dan dalam eter
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api
Khasiat : Sebagai antiseptik
Kegunaan : Sebagai pembersih sampel
2.2.2 Setil Alkohol (Excipient 6th, 2009:156; Pubchem,2021)
Nama resmi : Cetyl Alkohol
Nama lain : Alkohol cetylicus. Ethal, ethol
RM/BM : C16H34O / 242,44 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Serpihan putih atau granul seperti lilin, berminyak


memiliki bau dan rasa yang khas
Kelarutan : Mudah larut dalam etanol (95%) dan eter,

10
kelarutannya meningkat dengan penigkatan
temperature, serta tidak larut dalam air
Stabilitas : Setil alkohol stabil dengan adanya asam, alkali,
cahaya, dan udara sehingga tidak menjadi tengik
Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan oksidator kuat, setil
alkohol bekerja untuk menurunkan titik leleh
ibuprofen, yang hasil dalam kecenderungan
selama proses lapisan flim ibuprofen kristal
Kegunaan : Sebagai emolien dan pengemulsi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, di tempat yang sejuk
dan kering

11
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada hari Senin tanggal 14 Maret 2022 pukul
07.00 – 10.00 WITA. Praktikum ini bertempat di laboratorium Kimia Farmasi
Jurusan Farmasi Fakultas Olahraga Dan KesehatanUniversitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada prakrikum kali ini yaitu Lumpan dan
alu, Melting point, Pipa kapiler dan Timer.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu Bahan kimia
padatan di laboratorium seperti cetil alkohol.
3.3 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Disiapkan sejumlah kristal
3. Dibersihkan alat dan bahan menggunakan alkohol 70%
4. Dihaluskan kristal kemudian masukkan ke dalam pipa kapiler dengan cara
ditekan
5. Dimasukkan pipa kapiler yang telah berisi sampel ke dalam alat melting
point
6. Dicatat titik leleh dari sampel

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Gambar 4.1 Hasil sediaan

4.2 Pembahasan
Adapun pada praktikum ini dilakukannya untuk mengetahui cara
pengukuran dari titik leleh suatu zat dan untuk menghitung nilai dari titik didih.
Sampel yang digunakan pada praktikum kali ini adalah cetil alkohol.
Menurut Intan (2014), Titik leleh didefinisikan sebagai temperatur dimana
zat padat berubah menjadi cairan pada tekanannya satu atmosfer. Titik leleh suatu
zat padat tidak mengalami perubahan yang berarti dengan adanya perubahan
tekanan. Sedangkan menurut chang (2006), Titik didih merupakan suhu
(temperatur) di mana tekanan uap sebuah zat cair sama dengan tekanan eksternal
yang dialami oleh cairan. Atau dengan kata lain titik didih suatu cairan ialah
temperatur pada mana tekanan uap yang meninggalkan cairan sama dengan
tekanan luar.Tujuan praktikum pada percobaan pengukuran titik leleh yaitu agar
mahasiswa dapat mengetahui cara mengukur titik leleh suatu zat dan agar
mahasiswa dapat menghitung titik didih dari beberapa zat.
Titik leleh suatu zat padat adalah suatu temperatur dimana terjadinya
keadaan setimbang antara fasa padat dan fasa cair pada tekanan satu atmosfer,
prinsipnya suatu zat bisa meleleh karena ikatan antarmolekul terputus dimana
putusnya molekul itu yang memerlukan suhu berbeda-beda tergantung pada
kekuatan ikatan tersebut, semakin kuat ikatannya maka semakin tinggi suhu yang
dibutuhkan untuk memutuskan ikatan tersebut. Dengan adanya zat pengotor,

13
ikatan yang terputus akan lebih banyak atau intinya tergantung pada zat
pengotornya. Titik leleh juga bisa untuk mengukur gaya intermolekul antar
senyawa dimana makin tinggi titik leleh maka makin besar gaya.
intermolekulernya, beberapa molekul dengan berat molekul sama, maka molekul
yang lebih polar dan struktur molekul yang lebih simetris akan lebih tinggi.
Angka titik leleh dan kisarannya tergantung pada kecepatan pemanasan,
keakuratan pada thermometer yang digunakan dan sifat padatan senyawa yang
terdapat pada suatu padatan yang telah diisolasi, rentang telehannya harus
ditentukan untuk memastikan identitas dan kemurniannya.
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu sebagai
berikut, alat : alu, cawan, lumpang, melting poin, pipa kapiler, timer.
Bahan : alcohol 70%, cetil alcohol, dan tisu
Langkah awal yang dilakukan yaitu membersihkan alat bahan
menggunakan alkohol 70% agar bebas dari mikroorganisme. Alkohol memiliki
khasiat sebagai antibakteri (Dirjen POM, 2014). Diambil cetil alcohol lalu digerus
hingga homogen, Penggerusan dilakukan dengan satu arah yaitu searah dengan
arah jarum jam. Alasan penggerusan searah jarum jam karena berpengaruh pada
pengecilan ukuran partikel dan pencampuran hingga homogen (Fatimah dan
Riski, 2021) Kristal digerus, sebab penurunan titik leleh tidak hanya disebabkan
oleh zat pengotor saja, tetapi juga disebabkan oleh besar dan banyaknya kristal.
Setelah digerus maka luas permukaan akan bertambah dan lebih mudah menyerap
panas ( Ditjen POM, 1979). Cetil alkohol berwujud padat sehingga perlu
dilelehkan terlebih dahulu (Susiloningsih, 2009).
Dimasukkann sampel kedalam pipa kapiler dengan cara ditekan-tekan
hingga 1/3 dari pipa kapilemnya terisi oleh sampel tersebut. Untuk melakukan uji
titik leleh tidak digunakan jenis pipa kapiler yang sama seperti pada kromatografi,
namun digunakan pipa kapiler kusus uji titik leleh yang hanya memiliki satu buah
lubang. Pengujian titik leleh dilakukan dengan memasukkan serbuk padatan
dalam pipa kapiler dan kemudian kita melakukan uji dengan memasukkan pipa ini
ke dalam alat uji titik leleh (Tri Sintia Bella, 2017). Dimasukkan pipa kapiler yang
telah berisi sampel kedalam alat melting point. Perhatikan suhu dan waktu saat

14
sampel mengalami titik leleh dan titik didih pada alat melting point tersebut. Alat
melting point dapat memberikan hasil yang cepat dan akurat. Tingkat akurasi dan
presisi alat melting point ini secara signifikan lebih tinggi daripada metode
tradisional untuk menghitung titik leleh suatu zat (Jobsheet, 2016).
Dari hasil percobaan ini dapat diperoleh bahwa kristal meleleh pada suhu
51°C pada waktu 1 menit 37 detik dan pada titik didih yang diperoleh adalah
51,5°C.
Adapun kemungkinan kesalahan yang terjadi saat praktikum berlangsung
yaitu, ukuran kristal tidak dihaluskan dengan benar pada mortir menyebabkan
sampel sulit masuk ke dalam pipa kapiler, dan ketidak hati-hatian saat menekan
sampel ke dalam pipa kapiler yang menyebabkan terjadinya kerusakan alat.

15
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1. Titik leleh adalah temperatur senyawa padat dimana benda tersebut akan
berubah wujud menjadi zat cair. Pada senyawa dengan berat molekul
hampir sama, senyawa lebih polar dan struktur molekulnya lebih simetris
mempunyai titik leleh yang lebih tinggi. Titik leleh senyawa murni
ditentukan dengan pengamatan temperetur saat terjadi perubahan padatan
dan cairan. Sejumlah kecil zat padat diletakkan dalam tabung kapiler gelas
dan dipanaskan merata. Pertama diamati temperatur saat mulai terbentuk
cairan kemudian temperatur saat padatan berubah menjadi cairan semua.
2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi titik leleh yaitu, ukuran kristal,
banyaknya sampel, pengemasan dan pipa kapiler , adanya senyawa lain
dapat mempengaruhin titik leleh
3. Prinsip kerja dari pada melting point apparatus adalah pertama menyalakan
melting point dengan memutar pemutar suhu 20oC permenit. Kedua, ketika
suhu pada thermometer mencapai 60oC dari titiik lebur atau titik leleh pada
suatu senyawa murni yang telah ditetapkan oleh ilmuan, maka pemutar
suhunya harus diturunkan hingga mencapai 10oC per menit. Ketiga, jika
suhunya telah mencapai suhu titik lebur atau titik pada suatu senyawa
murni yang telah ditetapkan oleh ilmuan, maka pada pemutar suhu harus
diputar kekiri hingga 1oC per menit.

16
DAFTAR PUSTAKA
Brama Yudha, Annisa Wijayati , Asril Muhammad Rozzaq, Alwi Mahbubi,
Agustina Ircha Winda, Pranggi Inezha N, Kindi Farabi, Hielmy Novian.
2012. Rekristalisasi dan Penentuan Titik Leleh. Universitas Padjajaran
Chang, Raymond. 2006. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid 2. Erlangga
Jakarta.
Ditjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Dirjen POM, 2014. Farmakope Indonesia edisi v. Departemen Kemenkes
Republik Indonesia : Jakarta
Drs. Nahitma Ginting M.Si., Apt., Prof. Dr. Ginda Haro M.Sc., Apt., Dra. Masria
Lasma, M.Si., Apt., Henny Sri Wahyuni S.Farm.,M.Si., Apt. 2019.
Penuntun Praktikum Kimia Organik. Universitas Sumatera Utara
Edi Istiyono. (2000). Fisika Zat Padat I. Handout Kuliah. Yogyakarta: FMIPA.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Ida Bagus Ngurah Yudhi Darmawan. 2015. Analisis kulitatif zat organik
"Penentuan Sifat Fisika". UNDIKSHA ; Bali
Intan Para Pak. 2014. Laporan Praktikum Kimia Dasar I Titik Leleh Dan Titik
Didih. Fakultas Mipa, Universitas Udayana
Ratulani Juwita, M.Pd. 2017. Kimia Dasar. Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan (Stkip) Pgri Sumatera Barat.
Susilonngsih,E.k.B., 2009. Efek Penambahan Asam Sitrat Dan Lama Pemanasan
Terhadap Mutu Minyak Kacang Tanah Selama Penyimpanan. Jurnal
teknologi technosciantia
Tri Sintia Bella, 2017. Penentuan Titik Leleh (Melting Point). Politeknik Negeri
Sriwijaya Palembang

Anda mungkin juga menyukai