Anda di halaman 1dari 23

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Kimia Fisik dengan judul “Diagram Biner”


disusun oleh :
Nama : Sadriadi
NIM : 1413140010
Kelas :B
Kelompok : II
telah diperiksa oleh Asisten/ Koordinator Asisten dan dinyatakan diterima.

Makassar, Mei 2016


Koordinator Asisten Asisten

Hastuti Agussalim Andi Lilis Suryani T

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Jusniar, S.Pd, M.Pd


Nip: 19720317 200501 2 001.
A. JUDUL PERCOBAAN
Diagram biner

B. TUJUAN PERCOBAAN
Menetapkan (mencari) suhu kelarutan kritis (titik konsulat) sistem biner air-
fenol.

C. LANDASAN TEORI
Suatu fase didefinisikan sebagai bagian sistem yang seragam atau homogen
diantara keadaan submakroskopinya, tetapi benar-benar terpisah dari bagian sistem
yang lain oleh batasan yang jelas dan baik. Campuran padatan atau dua cairan yang
tidak dapat bercampur dapat membentuk fase terpisah, sedangkan campuran gas-
gas adalah satu fase karena sistemnya yang homogen. Simbol umum untuk jumlah
fase adalah P.
CaCO3 (s) CaO (s) + CO2 (g)
Dalam persamaan diatas, dua buah padatan mempunyai struktur yang berbeda dan
dipisahkan oleh batasan yang jelas. Contoh : sebuah gunung es mengapung di
danau. Bila kita menganggap danau, gunung es dan atmosfer sebagai suatu sistem.
Berapa jumlah fase yang ada? Gunung es adalah sebuah bentuk padat dari air, danau
adalah larutan air dan atmosfer terdiri dari uap air dan gas – gas lainnnya. Maka
disini ada tiga fase (padat, cair, gas) (Dogra, 1990: 454).
Jumlah komponen- komponen dalam suatu sistem didefinisikan sebagai
jumlah minimum dari “variabel bebas pilihan” yang dibutuhkan untuk
menggambarkan komposisi tiap fase dari suatu sistem.
CaCO3 (s) CaO (s) + CO2 (g)
Dari persamaan diatas, ada tiga zat yang berbeda secara kimiawi: CaCO3 , CaO, dan
CO2 . Tetapi sistem ini berada dalam keadaan kesetimbangan sehingga jumlah
komponen menjadi dua buah. Hal ini disebabkan bila komposisi kedua jenis zat
adalah tetap atau tertentu., maka jenis yang ketiga secara otomatis ditetapkan.
Derajat kebebasan didefinisikan sebagai jumlah minimum variabel intensif yang
harus dipilih agar keberadaan variabel intensif dapat ditetapkan. Aturan fase Gibb
memberikan suatu hubungan antara derajat kebebasan dalam suatu sistem dengan
C komponen dan P fase. Hubungan tersebut adalah
F=C–P+2
(Dogra, 1990: 455).
Hubungan keseluruhan diantara fasa padat, cair, dan gas disajikan paling
baik dalam satu grafik yang dikenal sebagai diagram fasa. Diagram fasa (phase
diagram) meringkaskan kondisi – kondisi saat suatu zat berada pada wujud padat,
cair, atau gas. Gambar 12.30 (a) menunjukkan diagram fasa air. Grafik itu dibagi
menjadi tiga daerah, masing – masing mewakili fasa murni. Garis yang
memisahkan setiap dua daerah menandai kondisi dimana kedua fasa ini berada
dalam kesetimbangan.

Gambar 12.30 (a) diagram fasa air. Setiap garis tidak putus diatara dua fasa menyatakan kondisi
tekanan dan suhu saat kedua fasa berada dalam kesetimbangan. Titik pada saat ketiga fasa berada dalam
kesetimbangan (0,006 atm dan 0,010C disebut titik tripel.

(Chang, 2004: 392).


Sebagai contoh, kurva antara fasa cair dan uap menunjukkan variasi tekanan
uap terhadap suhu. Serupa dengan itu, kedua kurva yang lain menandai kondisi –
kondisi untuk kesetimbangan antara es dan air fasa cair dan antaraes dan uap air.
(perhatikan bahwa garis batas padat- cair memiliki kemiringan negatif). Titik
dimana ketiga kurva bertemu disebut titik tripel (triple point). Untuk air, pada saat
ketiga fasa dapat berada dalam kesetimbangan satu sama lain. Diagram fasa
memungkinkan kita untuk meramalkan perubahan titik leleh dan titik didih zat
sebagai hasil dari perubahan tekanan luar; kita juga dapat memperkirakan arah
perubahan fasa yang terjadi akibat pcerubahan suhu dan tekanan. Titik leleh dan
titik didih normal air, yang diukur pada 1 atm, berturut – turut adalah 00C dan 1000C
(Chang, 2004: 392).
Sitem dua komponen, biasa disebut biner, memiliki jumlah komponen dua
(c=2), sehingga aturan fasanya (f=c-p+2) menjadi f=4-p. Untuk sistem satu fasa
(p=1) derajat kebebasannya (f) sama dengan tiga. Jadi ada 3 variabel intensif
independen yang diperlukan untuk menyatakan keadaan sistem tersebut, yakni T,P,
dan fraksi mol. Biasanya, satu dari ketiga variabel tersebut dibuat tetap, sehingga
dua variabel sisanya dapat digambarkan dalam diagram fasa dua dimensi. Variabel
yang biasa dipilih tetap adalah P atau T. Dua cairan dikatakan misibel sebagian jika
A larut dalam B dalam jumlah yang terbatas, dan demikian pula dengan B, larut
dalam A dalam jumlah yang terbatas. Bentuk yang paling umum dari diagram fasa
T-X cair – cair pada tekanan tetap, biasanya 1 atm (Rohman, 2004: 170-184).
Persamaan aturan fase dalam sistem dua komponen disederhanakan menjadi:
F=4–P
Sekarang karena sedikitnya akan selalu ada satu fase, kita membutuhkan tiga
variabel untuk menggambarkan sistem secara sempurna, dan hal ini sulit untuk
dimengerti atau dibayangkan. Jadi selalu satu variabel, tekanan atau temperatur
dianggap konstan dan diagram fase dinyatakan dalam istilah temperatur dengan
komposisi atau tekanan komposisi. Cairan dapat membentuk bermacam – macam
jenis campuran dengan cairan lain. Jadi diagram fase yang berbeda dapat diperoleh
dan diperlihatkan sebagai berikut:

Gambar 14.7 memperlihatkan diagram fase untuk cairan – cairan yang tercampur sebagian.
Gambar 14.7a adalah suatu diagram fase untuk dua cairan yang dapat tercampur
sebagian. Bila suatu zat yang terlarut ditambahkan kedalam pelarut pada temperatur
konstan T1, pada permulaan hanya membentuk satu fase. Sesudah titik a, zat terlarut
tidak larut, tetapi membentuk lapisan lain sehingga terbentuk dua fase, sampai
komposisi titik b dicapai dan diperoleh satu fase lagi (Dogra, 1990: 490).
Cairan dalam wadah tertutup pada akhirnya membentuk kesetimbangan
dinamis antara penguapan dan pengembunan. Tekanan uap pada cairan pada
kondisi ini adalah tekanan uap kesetimbangan, yang sering disebut secara ringkas
sebagai tekanan uap. Pada titik didih, tekanan uap cairan sama dengan tekanan luar.
Kalor penguapan molar cairan adalah energi yang dibutuhkan untuk menguapkan 1
mol cairan. Kalor ini dapat ditentukan dengan mengukur tekanan uap cairan sebagai
fungsi suhu (Chang, 2004: 394).
Dalam kimia fisik, mineralogy, dan teknik material, diagram fase adalah
sejenis grafik yang digunakan untuk menunjukkan kondisi kesetimbangan antara
fase yang berbeda dari suatu zat yang sama. Komponen-komponen umum diagram
fase adalah garis kesetimbangan atau sempadan fase, untuk merujuk pada garis
yang menandakan terjadinya transisi fase. Untuk menguji validasi dari data
kesetimbangan uap- cair biner, maka data diuji secara thermodinamika. Metode tes
konsistensi yang pernah dilakukan antara lain, metode “Tes Area” dan “Infinite
Dilution Test” dari data kesetimbangan uap – cair (VLE = Vapor Liquid
Equilibrium) untuk sistem biner pada tekanan rendah (Rasmito, 2011: 2).
Sistem fasa biner juga bisa digunakan pada campuran logam. Pengujian
komposisi paduan logam alumunium dengan spektrometer digunakan untuk
mengetahui kandungan unsur kimia yang terdapat dalam logam tersebut.
Selanjutnya dengan menggunakan acuan diagram fase biner paduan Al-Cu dapat
ditentukan berapa temperatur untuk mencapai titik liquidus (melting point). Hal ini
penting untuk menghindari temperatur peleburan berlebih yang justru merusak
cairan logam cor.
Dari diagram fase biner Al-Cu seperti yang terlihat pada gambar 13 diatas, untuk
alumunium dengan kandungan 11,7 % Cu termasuk tipe α + θ dengan titik cair
(liquid) sekitar 640oC. Temperatur ini dapat dijadikan acuan untuk proses peleburan
sehingga dapat dihindari temperatur peleburan berlebih yang justru merusak cairan
logam cor (Setiawan, 2014: 112).
Kurva kesetimbangan sistem biner ethanol-air

Gambar 7. Kurva kesetimbangan X, Y, T Ethanol-air dari data literatur dan hasil eksperimen dengan bahan
baku ethanol pro analitis (99,8%).

Pada gambar ditampilkan kurva kesetimbangan X,Y,T untuk sistem biner


ethanol(1)air(2) berdasarkan data eksperimen dengan menggunakan ethanol pro
analitis. Pada gambar menunjukkan bahwa semakin besar fraksi mol maka
temperatur pada dew point dan bubble point semakin menurun. Hal ini disebabkan
karena komponen ethanol bersifat volatile dengan titik didih 78,32 oC sedangkan
air bersifat non-volatile dengan titik didih 100 oC (Sari, 2010: 370).

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Tabung reaksi besar 1 buah
b. Tabung reaksi sedang 8 buah
c. Rak tabung reaksi 1 buah
d. Penjepit tabung 1 buah
e. Termometer 110°C 8 buah
f. Kompor 1 buah
g. Sumbat gabus 8 buah
h. Gelas kimia 100 ml 1 buah
i. Gelas kimia 600 ml 1 buah
j. Gelas ukur 10 ml 2 buah
k. Botol semprot 1 buah
l. Batang pengaduk 1 buah
m. Pipet tetes 2 buah
2. Bahan
a. Fenol ( C6H5OH)
b. Aquades (H2O)
c. Air kran
d. Larutan NaCl 1% (Natrium Klorida)
e. Larutan metanol (CH3OH)
f. Tissu

E. PROSEDUR KERJA
1. Menyiapkan campuran air dan fenol dalam 8 buah tabung reaksi besar dengan
komposisi sebagai berikut :
No. Tabung 1 2 3 4 5 6 7 8
Fenol (gr) 4 4 4 4 4 2 2 2
Air (gr) 4 5 6 8 10 6.5 8.5 10

2. Mengocok tiap campuran hingga larutan keruh.


3. Memanaskan tiap tabung dalam penangas air.
4. Melakukan pencatatan skala termometer ketika larutan menjadi jernih.
5. Mengangkat tabung dan membirkan pada suhu kamar.
6. Melakukan pencatatan kembali terhadap skala termometer ketika larutan mulai
keruh.
7. Mengulangi perlakuan untuk tiap tabung reaksi.
8. Untuk mengetahui pengaruh penmbahan NaCl dan metanol, dilakukan hal
berikut :
a. Menambahkan 4 gram fenol ke dalam 6 ml aquades.
b. Menambahkan 6 ml larutan NaCl 1%.
c. Mengocok campuran hingga keruh.
d. Memasukkan tabung dalam penangas air.
e. Mencatat suhu ketika larutan menjadi jernih.
f. Mengangkat tabung dan membiarkan pada suhu kamar.
g. Melakukan pencatatan suhu kembali ketika larutan mulai keruh.
h. Mengulangi perlakuan yang sama dengan mengganti larutan NaCl dengan 6 ml
CH3OH 1%.

F. HASIL PENGAMATAN
Tabel pengamatan perubahan fase pada pemanasan

No. Tabung 1 2 3 4 5 6 7 8
T.Saat jernih (°C) 74 91 74 78 72 82 97 92
T.Saat mulai keruh (°C) 64 61 66 68 69 68 65 64
T.Rata-rata (°C) 69 76 70 73 70,5 75 81 78
Tabel pengamatan perubahan fasa pada penambahan NaCl dan metanol

+NaCl +Metanol
T.Saat jernih (°C) 90,5 86
T.Saat mulai keruh (°C) 62 60
T.Rata-rata (°C) 76,25 73

G. ANALISIS DATA
Dik : Mr Fenol = 94 gr/mol
Mr H2O = 18 gr/mol
Mr NaCl = 58.5 gr/mol
Mr Metanol = 32 gr/mol
Dit : x Fenol = …. ?
x air = …. ?
Peny :
massa fenol
Mol fenol =
Mr fenol
massa air
Mol air = Mr air
mol fenol
X fenol = mol fenol+mol air
mol air
X air = mol fenol+mol air

1. Tabung I ( 4:4 )
Massa fenol = 4 gram
Massa air = 4 gram
massa fenol 4 gr
Mol fenol = = = 0.0426 mol
Mr fenol 94 gr/mol
massa air 4 gr
Mol air = = = 0.2222 mol
Mr air 18 gr/mol
mol fenol 0.0426 mol
X fenol = = 0.0426 mol+0.2222 mol = 0.1609
mol fenol+mol air

X fenol + X air = 1
X air = 1 – X fenol
= 1 - 0.1609 = 0.8390
2. Tabung II ( 4:5 )
Massa fenol = 4 gram
Massa air = 5 gram
massa fenol 4 gr
Mol fenol = = = 0.0426 mol
Mr fenol 94 gr/mol
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟 5 𝑔𝑟
Mol air = = = 0.2778 mol
𝑀𝑟 𝑎𝑖𝑟 18 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 0.0426 𝑚𝑜𝑙
X fenol = = = 0.1329
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙+𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟 0.0426 𝑚𝑜𝑙+0.2778 𝑚𝑜𝑙

X fenol + X air = 1
X air = 1 – X fenol
= 1 - 0.1329 = 0.8671
3. Tabung III ( 4:6 )
Massa fenol = 4 gram
Massa air = 6 gram
massa fenol 4 gr
Mol fenol = = = 0.0426 mol
Mr fenol 94 gr/mol
massa air 6 gr
Mol air = = = 0.3333 mol
Mr air 18 gr/mol
mol fenol 0.0426 mol
X fenol = = = 0.1133
mol fenol+mol air 0.0426 mol+0.3333 mol

X fenol + X air = 1
X air = 1 – X fenol
= 1 - 0.1133 = 0.8867
4. Tabung IV ( 4:8 )
Massa fenol = 4 gram
Massa air = 8 gram
massa fenol 4 gr
Mol fenol = = = 0.0426 mol
Mr fenol 94 gr/mol
massa air 8 gr
Mol air = = = 0.4444 mol
Mr air 18 gr/mol
mol fenol 0.0426 mol
X fenol = = = 0.0875
mol fenol+mol air 0.0426 mol+0.4444 mol

X fenol + X air = 1
X air = 1 – X fenol
= 1 - 0.0875 = 0.9125
5. Tabung V ( 4: 10 )
Massa fenol = 4 gram
Massa air = 10 gram
massa fenol 4 gr
Mol fenol = = = 0.0426 mol
Mr fenol 94 gr/mol
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟 10 𝑔𝑟
Mol air = = = 0.5556 mol
𝑀𝑟 𝑎𝑖𝑟 18 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 0.0426 𝑚𝑜𝑙
X fenol = 𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙+𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟 = = 0.0712
0.0426 𝑚𝑜𝑙+0.5556 𝑚𝑜𝑙

X fenol + X air = 1
X air = 1 – X fenol
= 1 - 0.0712 = 0.9288
6. Tabung VI ( 2:6.5 )
Massa fenol = 2 gram
Massa air = 6.5 gram
massa fenol 2 gr
Mol fenol = = = 0.0213 mol
Mr fenol 94 gr/mol
massa air 6.5 gr
Mol air = = = 0.3611 mol
Mr air 18 gr/mol
mol fenol 0.0213 mol
X fenol = = = 0.0557
mol fenol+mol air 0.0213 mol+0.3611 mol

X fenol + X air = 1
X air = 1 – X fenol
= 1 - 0.0557 = 0.9443
7. Tabung VII ( 2:8.5 )
Massa fenol = 2 gram
Massa air = 6.5 gram
massa fenol 2 gr
Mol fenol = = = 0.0213 mol
Mr fenol 94 gr/mol
massa air 8.5 gr
Mol air = = = 0.4722 mol
Mr air 18 gr/mol
mol fenol 0.0213 mol
X fenol = = = 0.0432
mol fenol+mol air 0.0213 mol+0.4722 mol

X fenol + X air = 1
X air = 1 – X fenol
= 1 - 0.0432 = 0.9568
8. Tabung VIII ( 2: 10 )
Massa fenol = 2 gram
Massa air = 10 gram

massa fenol 2 gr
Mol fenol = = = 0.0213 mol
Mr fenol 94 gr/mol
massa air 10 gr
Mol air = = = 0.5556 mol
Mr air 18 gr/mol
mol fenol 0.0213 mol
X fenol = = = 0.0369
mol fenol+mol air 0.0213 mol+0.5556 mol

X fenol + X air = 1
X air = 1 – X fenol
= 1 - 0.0369 = 0.9631
9. Penentuan NaCl dan CH3OH
Dik : m fenol = 4 gram
m air = 6 gram
Mr air = 18 gr/mol
Mr fenol = 94 gr/mol
V NaCl = 6 ml
ρ NaCl = 0.996 gr/ml
V CH3OH = 6 ml
ρ CH3OH = 0.790 gr/ml
Dit : X tiap spesi = …. ?
Peny :
a. Penambahan NaCl
massa fenol 4 gr
Mol fenol = = = 0.0425 mol
Mr fenol 94 gr/mol
massa air 6 gr
Mol air = = = 0.3333 mol
Mr air 18 gr/mol

m NaCl = ρ NaCl x V NaCl = 0.099 gr/ml x 6 ml = 5.976 gr


massa NaCl 5.976 gr
Mol NaCl = = = 0.1022 mol
Mr NaCl 58.5 gr/mol

Mol total = (0.0423 + 0.3333 + 0.1022) mol = 0.4778 mol


mol fenol 0.0423 mol
X fenol = = 0.4778 mol = 0.0885
mol total
mol air 0.3333 mol
X air = = 0.4778 mol = 0.6947
mol total
mol NaCl 0.1022 mol
X NaCl = = 0.4778 mol = 0.2139
mol total

b. Penambahan CH3OH

massa fenol 4 gr
Mol fenol = = = 0.0423 mol
Mr fenol 94 gr/mol
massa air 6 gr
Mol air = = = 0.3333 mol
Mr air 18 gr/mol

m CH3OH = ρ CH3OH x V CH3OH = 0.79 gr/ml x 6 ml = 4.7400 gr


massa CH3OH 4.7400 gr
Mol CH3OH = = = 0.1481 mol
Mr CH3OH 32 gr/mol

Mol total = (0.0423 + 0.3333 + 0.1481) mol = 0.5237 mol


mol fenol 0.0423 mol
X fenol = = 0.5237 = 0.0808
mol total mol
mol air 0.3333 mol
X air = = 0.5237 mol = 0.6364
mol total
mol NaCl 0.1481mol
X CH3OH = = 0.5237 = 0.2828
mol total mol

Tabel hubungan fraksi mol fenol dengan suhu kelarutan

fraksi mol fenol 0.1530 0.1329 0.1133 0.0875 0.0712 0.0557 0.0452 0.0369
T (°C) 69 76 70 73 70,5 75 81 78

Table hubungan fraksi mol fenol dengan suhu kelarutan (penambahan NaCl dan
metanol)
NaCl Metanol
fraksi mol fenol 0.0885 0.0808
T (°C) 76,25 73
Grafik hubungan fraksi mol dengan suhu kelarutan
H. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk menetapkan suhu kelarutan kritis sistem
biner air-penol. Sistem biner adalah sistem memiliki jumlah komponen dua.
Komponen menyatakan jumlah minimum spesies bebas yang diperlukan untuk
menentukan komposisi semua fase yang ada dalam sistem. Komponen yang dipakai
pada percobaan ini adalah fenol dan air. Prinsip dasar percobaan ini adalah dua
cairan yang bercampur secara homogen berdasarkan kelarutannya. Adapun prinsip
kerja percobaan ini adalah penimbangan, pemanasan dan pendinginan.
Percobaan ini dilakukan dengan mencampurkan fenol dan air dalam
tabung reksi dengan perbandingan massa berbeda-beda. Digunakan 8 tabung
dengan perbandingan fenol dan air masing-masing 4:4 ; 4:5 ; 4:6 ; 4:8 ; 4:10 ; 2:6.5
; 2:8.5 dan 2:10 yang berfungsi untuk mengetahui pada perbandingan mana
kelarutan kritis fenol dalam air.
Pencampuran fenol dan air menghasilkan dua lapisan yang disebabkan
karena perbedaan massa jenis dari keduanya, dimana massa jenis fenol 1,03 gr/ml
sedangkan air massa jenisnya 1 gr/ml. Adapun kepolarannya air bersifat polar
karena air memiliki pasangan elektron bebas dan memiliki perbedaan
keelektronegatifan antara H-O sehingga air bersifat polar dan fenol juga bersifat
polar karena bisa larut dalam air akan tetapi kelarutan fenol dalam air berkurang
jika gugus non polar terikat pada cincin aromatik.
Setelah larutan dicampurkan, larutan kemudian dikocok hingga keruh yang
menandakan bahwa campuran tersebut berada dalam keadaan dua fasa. Selanjutnya
larutan dimasukkan ke dalam penangas air dan dilakukan pembacaan skala
termometer ketika larutan jernih yang menandakan bahwa larutan berubah menjadi
satu fasa. Setelah larutan menjadi jernih, tabung dikeluarkan dan didiamkan dengan
hati-hati dan melakukan pancatatan skala termometer ketika larutan mulai keruh
yang menandakan bahwa larutan berada dalam keadaan 2 fasa. Perubahan ini
menunjukkan bahwa suhu mempengaruhi kelarutan, dimana semakin tinggi suhu,
maka kelarutan masing-masing komponen juga akan tinggi.
Berdasarkan percobaan, diperoleh suhu kelarutan rata-rata fenol pada
tabung I-VIII berturut-turut adalah 69°C ; 76°C ; 70°C ; 73°C ; 70,5°C ; 75°C ;
81°C ; dan 78°C . Berdasarkan pengaruh suhu serta perbandingan massa fenol dan
air, dengan semakin tingginya suhu maka kelarutan masing-masing komponen
juga akan tinggi menyebabkan daerah 2 fasa menjadi semakin sempit dan
akhirnya akan bertemu pada suatu titik dimana akan terbentuk satu fasa yanng
disebut titik konsulat/ titik kritis. Titik konsulat adalah titik dimana air dan fenol
membentuk satu fasa yang artinya bahwa fenol ditambahkan melarut dalam air
dan akan membentuk satu fasa yang ditandai dengan warna jernih. Titik kritis
merupakan batas kelarutan (suhu kelarutan kritis) (Ratnasari, 2011). Berdasarkan
hasil percobaan, maka titik konsulat pada percoban ini berada pada tabung 7
dengan suhu 81°C. Hasil yang diperoleh belum sesuai dengan teori bahwa pada
sistem air-fenol memiliki titik konsulat 65,85 0C (Ratnasari, 2011). Hal ini
disebabkan karena proses pemanasan yang tidak maksimal, sehingga
mempengaruhi suhu kelarutan.
Selanjutnya, untuk mengetahui pengaruh penambahan larutan NaCl atau
penambahan CH3OH, maka dilakukan pencampuran fenol dan air dengan
perbandingan 4:6 dan ditambahkan NaCl pada tabung yang satu, sedangkan satu
tabung yang lain ditambahkan metanol (CH3OH). Percobaan ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penambahan zat yang hanya larut pada salah satu komponen
dan penambahan zat yang larut pada kedua komponen terhadap suhu kelarutan.
Berdasarkan hasil pengamatan, suhu kelarutan rata-rata penambahan NaCl berada
pada suhu 76,25°C. Ini telah sesuai teori bahwa penambahan NaCl hanya larut
pada air yang menyebabkan kelarutan berkurang sehingga suhunya berada di atas
titik konsulat/suhu kelarutan kritis. Kenaikan suhu disebabkan karena NaCl
merupakan senyawa ionik sehingga hanya larut pada pelarut seperti air sehingga
menyebabkan kelarutan fenol dalam air akan berkurang, karena NaCl yang larut
dalam air akan menggeser separuh kedudukan fenol yang larut dalam air.
Adapun suhu kelarutan kritis pada penambahan metanol adalah pada 73°C.
Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa seharusnya pada penambahan zat yang
dapat larut pada keduanya akan diperoleh suhu kelarutan di bawah suhu kelarutan
kritis. Ini disebabkan karena metanol merupakan seyawa yang dapat larut dalam
fenol dan air sehingga kelarutan menjadi lebih besar sehingga suhu yang
dibutuhkan untuk dapat melarut lebih rendah.
Berdasarkan hasil pembacaan skala, dengan suhu kelarutan kritis air fenol
adalah 81°C menunjukkan bahwa campuran ini berada pada tipe campuran
kelarutan kritis maksimum. Hal ini sesuai teori bahwa sistem air fenol berada pada
tipe I yaitu campuran dengan temperatur kelarutan kritis maksimum. Kelarutan
kritis maksimum atau disebut juga temperatur kritis atas dalah temperatur dimana
di atas temperatur kritis tidak terjadi pemisahan fasa lagi. Hasil yang diperoleh
belum sesuai dengan teori bahwa pada sistem air-fenol memiliki titik konsulat
65,85 0C yang dimana meskipun campuran fenol-air dipanaskan terus-menerus
jika telah melewati titik kritisnya maka tidak akan terjadi pemisahan fasa lagi.
(Ratnasari, 2011).
Berdasarkan hasil analisis data, fraksi mol fenol masing-masing tabung
berturut-turut adalah 0.1530 ; 0.1329 ; 0.1133 ; 0.0875 ; 0.0712 ; 0.0557; 0.0452
;0.0369. Dari data ini, dapat diperoleh titik konsulat dari masing-masing tabung
dengan adanya suhu kelarutan masing-masing tabung. Dengan menghubungkan
titik-titik konsulat tersebut maka akan membentuk diagram fasa yang disebut
diagram biner. Dalam percobaan ini adalah diagram biner sistem air-fenol.

I. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Suhu kelarutan kritis maksimum (titik konsulat) yang didapatkan pada
sistem air-fenol yaitu 81°C. Pada sistem air-fenol-NaCl yaitu 76,25°C, dan pada
sistem air-fenol-metanol yaitu 73°C.
2. Saran
Diharapkan pada praktikum selanjutnya, praktikan lebih
memperhatikan termometer yang akan digunakan agar diperoleh pembacaan
suhu yang tepat dan juga lebih memperhatikan pada saat proses pemanasan
sehingga bisa menghasilkan titik konsulat yang sesuai dengan teori.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Dogra, SK dan S. Dogra. 1990. Kimia Fisik dan Soal-soal. Jakarta: Erlangga.

Rasmito, Agung dan Yustia Wulandari. 2011. The Use Of Wilson Equation, NRTL
and Uniquacin In Predicting Vle Of Ternary System. Jurnal Teknik Kimia.
Hal 2.

Rohman, Ijang dan Sri Mulyani. 2004. Kimia Fisika 1. Yogyakarta: JICA.
Sari, Ni Ketut. 2010. Vapor-Liquid Equilibrium (VLE) Water-Ethanol From
Bulrush Fermentation. Jurnal Teknik Kimia, Vol 5 (No 1): 370.

Setiawan, Hera. 2014. Pengaruh Chiller Pendingin Pada Kekerasan Produk Cor
Propeler Aluminium. Jurnal Simetris, Vol 5 (No 2): 112.

JAWABAN PERTANYAAN

1. Fraksi Phenol dari setiap campuran Air-phenol

Jawab:

massa fenol
Mol fenol = Mr fenol
massa air
Mol air = Mm air
mol fenol
X fenol = mol fenol+mol air
mol air
X air = mol fenol+mol air

Tabung I ( 4:4 )
Massa fenol = 4 gram
Massa air = 4 gram
massa fenol 4 gr
Mol fenol = = = 0.0426 mol
Mr fenol 94 gr/mol
massa air 4 gr
Mol air = = = 0.2222 mol
Mr air 18 gr/mol
mol fenol 0.0426 mol
X fenol = = 0.0426 mol+0.2222 mol = 0.1530
mol fenol+mol air

X fenol + X air = 1
X air = 1 – X fenol
= 1 - 0.1530 = 0.8470
Tabung II ( 4:5 )
Massa fenol = 4 gram
Massa air = 5 gram
massa fenol 4 gr
Mol fenol = = = 0.0426 mol
Mm fenol 94 gr/mol
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟 5 𝑔𝑟
Mol air = = = 0.2778 mol
𝑀𝑚 𝑎𝑖𝑟 18 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 0.0426 𝑚𝑜𝑙
X fenol = = = 0.1329
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙+𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟 0.0426 𝑚𝑜𝑙+0.2778 𝑚𝑜𝑙

X fenol + X air = 1
X air = 1 – X fenol
= 1 - 0.1329 = 0.8671
Tabung III ( 4:6 )
Massa fenol = 4 gram
Massa air = 6 gram
massa fenol 4 gr
Mol fenol = = = 0.0426 mol
Mm fenol 94 gr/mol
massa air 6 gr
Mol air = = = 0.3333 mol
Mm air 18 gr/mol
mol fenol 0.0426 mol
X fenol = = 0.0426 mol+0.3333 mol = 0.1133
mol fenol+mol air

X fenol + X air = 1
X air = 1 – X fenol
= 1 - 0.1133 = 0.8867
Tabung IV ( 4:8 )
Massa fenol = 4 gram
Massa air = 8 gram
massa fenol 4 gr
Mol fenol = = = 0.0426 mol
Mm fenol 94 gr/mol
massa air 8 gr
Mol air = = = 0.4444 mol
Mm air 18 gr/mol
mol fenol 0.0426 mol
X fenol = = 0.0426 mol+0.4444 mol = 0.0875
mol fenol+mol air

X fenol + X air = 1
X air = 1 – X fenol
= 1 - 0.0875 = 0.9125
Tabung V ( 4: 10 )
Massa fenol = 4 gram
Massa air = 10 gram
massa fenol 4 gr
Mol fenol = = = 0.0426 mol
Mm fenol 94 gr/mol
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟 10 𝑔𝑟
Mol air = = = 0.5556 mol
𝑀𝑚 𝑎𝑖𝑟 18 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 0.0426 𝑚𝑜𝑙
X fenol = 𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙+𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟 = = 0.0712
0.0426 𝑚𝑜𝑙+0.5556 𝑚𝑜𝑙

X fenol + X air = 1
X air = 1 – X fenol
= 1 - 0.0712 = 0.9288

Tabung VI ( 2:6.5 )
Massa fenol = 2 gram
Massa air = 6.5 gram
massa fenol 2 gr
Mol fenol = = = 0.0213 mol
Mm fenol 94 gr/mol
massa air 6.5 gr
Mol air = = = 0.3611 mol
Mm air 18 gr/mol
mol fenol 0.0213 mol
X fenol = = = 0.0557
mol fenol+mol air 0.0213 mol+0.3611 mol

X fenol + X air = 1
X air = 1 – X fenol
= 1 - 0.0557 = 0.9443
Tabung VII ( 2:8.5 )
Massa fenol = 2 gram
Massa air = 6.5 gram
massa fenol 2 gr
Mol fenol = = = 0.0213 mol
Mm fenol 94 gr/mol
massa air 8.5 gr
Mol air = = = 0.4722 mol
Mm air 18 gr/mol
mol fenol 0.0213 mol
X fenol = = 0.0213 mol+0.4722 mol = 0.0432
mol fenol+mol air

X fenol + X air = 1
X air = 1 – X fenol
= 1 - 0.0432 = 0.9568
Tabung VIII ( 2: 10 )
Massa fenol = 2 gram
Massa air = 10 gram

massa fenol 2 gr
Mol fenol = = = 0.0213 mol
Mm fenol 94 gr/mol
massa air 10 gr
Mol air = = = 0.5556 mol
Mm air 18 gr/mol
mol fenol 0.0213 mol
X fenol = = 0.0213 mol+0.5556 mol = 0.0369
mol fenol+mol air

X fenol + X air = 1
X air = 1 – X fenol
= 1 - 0.0369 = 0.9631
2. Kerva hubungan diagram Fase antara suhu dan fraksi mol
Jawab:
82

80

78

76

74

72

70

68
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12

Anda mungkin juga menyukai