Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
B. TUJUAN PERCOBAAN
Menetapkan (mencari) suhu kelarutan kritis (titik konsulat) sistem biner air-
fenol.
C. LANDASAN TEORI
Suatu fase didefinisikan sebagai bagian sistem yang seragam atau homogen
diantara keadaan submakroskopinya, tetapi benar-benar terpisah dari bagian sistem
yang lain oleh batasan yang jelas dan baik. Campuran padatan atau dua cairan yang
tidak dapat bercampur dapat membentuk fase terpisah, sedangkan campuran gas-
gas adalah satu fase karena sistemnya yang homogen. Simbol umum untuk jumlah
fase adalah P.
CaCO3 (s) CaO (s) + CO2 (g)
Dalam persamaan diatas, dua buah padatan mempunyai struktur yang berbeda dan
dipisahkan oleh batasan yang jelas. Contoh : sebuah gunung es mengapung di
danau. Bila kita menganggap danau, gunung es dan atmosfer sebagai suatu sistem.
Berapa jumlah fase yang ada? Gunung es adalah sebuah bentuk padat dari air, danau
adalah larutan air dan atmosfer terdiri dari uap air dan gas – gas lainnnya. Maka
disini ada tiga fase (padat, cair, gas) (Dogra, 1990: 454).
Jumlah komponen- komponen dalam suatu sistem didefinisikan sebagai
jumlah minimum dari “variabel bebas pilihan” yang dibutuhkan untuk
menggambarkan komposisi tiap fase dari suatu sistem.
CaCO3 (s) CaO (s) + CO2 (g)
Dari persamaan diatas, ada tiga zat yang berbeda secara kimiawi: CaCO3 , CaO, dan
CO2 . Tetapi sistem ini berada dalam keadaan kesetimbangan sehingga jumlah
komponen menjadi dua buah. Hal ini disebabkan bila komposisi kedua jenis zat
adalah tetap atau tertentu., maka jenis yang ketiga secara otomatis ditetapkan.
Derajat kebebasan didefinisikan sebagai jumlah minimum variabel intensif yang
harus dipilih agar keberadaan variabel intensif dapat ditetapkan. Aturan fase Gibb
memberikan suatu hubungan antara derajat kebebasan dalam suatu sistem dengan
C komponen dan P fase. Hubungan tersebut adalah
F=C–P+2
(Dogra, 1990: 455).
Hubungan keseluruhan diantara fasa padat, cair, dan gas disajikan paling
baik dalam satu grafik yang dikenal sebagai diagram fasa. Diagram fasa (phase
diagram) meringkaskan kondisi – kondisi saat suatu zat berada pada wujud padat,
cair, atau gas. Gambar 12.30 (a) menunjukkan diagram fasa air. Grafik itu dibagi
menjadi tiga daerah, masing – masing mewakili fasa murni. Garis yang
memisahkan setiap dua daerah menandai kondisi dimana kedua fasa ini berada
dalam kesetimbangan.
Gambar 12.30 (a) diagram fasa air. Setiap garis tidak putus diatara dua fasa menyatakan kondisi
tekanan dan suhu saat kedua fasa berada dalam kesetimbangan. Titik pada saat ketiga fasa berada dalam
kesetimbangan (0,006 atm dan 0,010C disebut titik tripel.
Gambar 14.7 memperlihatkan diagram fase untuk cairan – cairan yang tercampur sebagian.
Gambar 14.7a adalah suatu diagram fase untuk dua cairan yang dapat tercampur
sebagian. Bila suatu zat yang terlarut ditambahkan kedalam pelarut pada temperatur
konstan T1, pada permulaan hanya membentuk satu fase. Sesudah titik a, zat terlarut
tidak larut, tetapi membentuk lapisan lain sehingga terbentuk dua fase, sampai
komposisi titik b dicapai dan diperoleh satu fase lagi (Dogra, 1990: 490).
Cairan dalam wadah tertutup pada akhirnya membentuk kesetimbangan
dinamis antara penguapan dan pengembunan. Tekanan uap pada cairan pada
kondisi ini adalah tekanan uap kesetimbangan, yang sering disebut secara ringkas
sebagai tekanan uap. Pada titik didih, tekanan uap cairan sama dengan tekanan luar.
Kalor penguapan molar cairan adalah energi yang dibutuhkan untuk menguapkan 1
mol cairan. Kalor ini dapat ditentukan dengan mengukur tekanan uap cairan sebagai
fungsi suhu (Chang, 2004: 394).
Dalam kimia fisik, mineralogy, dan teknik material, diagram fase adalah
sejenis grafik yang digunakan untuk menunjukkan kondisi kesetimbangan antara
fase yang berbeda dari suatu zat yang sama. Komponen-komponen umum diagram
fase adalah garis kesetimbangan atau sempadan fase, untuk merujuk pada garis
yang menandakan terjadinya transisi fase. Untuk menguji validasi dari data
kesetimbangan uap- cair biner, maka data diuji secara thermodinamika. Metode tes
konsistensi yang pernah dilakukan antara lain, metode “Tes Area” dan “Infinite
Dilution Test” dari data kesetimbangan uap – cair (VLE = Vapor Liquid
Equilibrium) untuk sistem biner pada tekanan rendah (Rasmito, 2011: 2).
Sistem fasa biner juga bisa digunakan pada campuran logam. Pengujian
komposisi paduan logam alumunium dengan spektrometer digunakan untuk
mengetahui kandungan unsur kimia yang terdapat dalam logam tersebut.
Selanjutnya dengan menggunakan acuan diagram fase biner paduan Al-Cu dapat
ditentukan berapa temperatur untuk mencapai titik liquidus (melting point). Hal ini
penting untuk menghindari temperatur peleburan berlebih yang justru merusak
cairan logam cor.
Dari diagram fase biner Al-Cu seperti yang terlihat pada gambar 13 diatas, untuk
alumunium dengan kandungan 11,7 % Cu termasuk tipe α + θ dengan titik cair
(liquid) sekitar 640oC. Temperatur ini dapat dijadikan acuan untuk proses peleburan
sehingga dapat dihindari temperatur peleburan berlebih yang justru merusak cairan
logam cor (Setiawan, 2014: 112).
Kurva kesetimbangan sistem biner ethanol-air
Gambar 7. Kurva kesetimbangan X, Y, T Ethanol-air dari data literatur dan hasil eksperimen dengan bahan
baku ethanol pro analitis (99,8%).
E. PROSEDUR KERJA
1. Menyiapkan campuran air dan fenol dalam 8 buah tabung reaksi besar dengan
komposisi sebagai berikut :
No. Tabung 1 2 3 4 5 6 7 8
Fenol (gr) 4 4 4 4 4 2 2 2
Air (gr) 4 5 6 8 10 6.5 8.5 10
F. HASIL PENGAMATAN
Tabel pengamatan perubahan fase pada pemanasan
No. Tabung 1 2 3 4 5 6 7 8
T.Saat jernih (°C) 74 91 74 78 72 82 97 92
T.Saat mulai keruh (°C) 64 61 66 68 69 68 65 64
T.Rata-rata (°C) 69 76 70 73 70,5 75 81 78
Tabel pengamatan perubahan fasa pada penambahan NaCl dan metanol
+NaCl +Metanol
T.Saat jernih (°C) 90,5 86
T.Saat mulai keruh (°C) 62 60
T.Rata-rata (°C) 76,25 73
G. ANALISIS DATA
Dik : Mr Fenol = 94 gr/mol
Mr H2O = 18 gr/mol
Mr NaCl = 58.5 gr/mol
Mr Metanol = 32 gr/mol
Dit : x Fenol = …. ?
x air = …. ?
Peny :
massa fenol
Mol fenol =
Mr fenol
massa air
Mol air = Mr air
mol fenol
X fenol = mol fenol+mol air
mol air
X air = mol fenol+mol air
1. Tabung I ( 4:4 )
Massa fenol = 4 gram
Massa air = 4 gram
massa fenol 4 gr
Mol fenol = = = 0.0426 mol
Mr fenol 94 gr/mol
massa air 4 gr
Mol air = = = 0.2222 mol
Mr air 18 gr/mol
mol fenol 0.0426 mol
X fenol = = 0.0426 mol+0.2222 mol = 0.1609
mol fenol+mol air
X fenol + X air = 1
X air = 1 – X fenol
= 1 - 0.1609 = 0.8390
2. Tabung II ( 4:5 )
Massa fenol = 4 gram
Massa air = 5 gram
massa fenol 4 gr
Mol fenol = = = 0.0426 mol
Mr fenol 94 gr/mol
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟 5 𝑔𝑟
Mol air = = = 0.2778 mol
𝑀𝑟 𝑎𝑖𝑟 18 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 0.0426 𝑚𝑜𝑙
X fenol = = = 0.1329
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙+𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟 0.0426 𝑚𝑜𝑙+0.2778 𝑚𝑜𝑙
X fenol + X air = 1
X air = 1 – X fenol
= 1 - 0.1329 = 0.8671
3. Tabung III ( 4:6 )
Massa fenol = 4 gram
Massa air = 6 gram
massa fenol 4 gr
Mol fenol = = = 0.0426 mol
Mr fenol 94 gr/mol
massa air 6 gr
Mol air = = = 0.3333 mol
Mr air 18 gr/mol
mol fenol 0.0426 mol
X fenol = = = 0.1133
mol fenol+mol air 0.0426 mol+0.3333 mol
X fenol + X air = 1
X air = 1 – X fenol
= 1 - 0.1133 = 0.8867
4. Tabung IV ( 4:8 )
Massa fenol = 4 gram
Massa air = 8 gram
massa fenol 4 gr
Mol fenol = = = 0.0426 mol
Mr fenol 94 gr/mol
massa air 8 gr
Mol air = = = 0.4444 mol
Mr air 18 gr/mol
mol fenol 0.0426 mol
X fenol = = = 0.0875
mol fenol+mol air 0.0426 mol+0.4444 mol
X fenol + X air = 1
X air = 1 – X fenol
= 1 - 0.0875 = 0.9125
5. Tabung V ( 4: 10 )
Massa fenol = 4 gram
Massa air = 10 gram
massa fenol 4 gr
Mol fenol = = = 0.0426 mol
Mr fenol 94 gr/mol
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟 10 𝑔𝑟
Mol air = = = 0.5556 mol
𝑀𝑟 𝑎𝑖𝑟 18 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 0.0426 𝑚𝑜𝑙
X fenol = 𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙+𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟 = = 0.0712
0.0426 𝑚𝑜𝑙+0.5556 𝑚𝑜𝑙
X fenol + X air = 1
X air = 1 – X fenol
= 1 - 0.0712 = 0.9288
6. Tabung VI ( 2:6.5 )
Massa fenol = 2 gram
Massa air = 6.5 gram
massa fenol 2 gr
Mol fenol = = = 0.0213 mol
Mr fenol 94 gr/mol
massa air 6.5 gr
Mol air = = = 0.3611 mol
Mr air 18 gr/mol
mol fenol 0.0213 mol
X fenol = = = 0.0557
mol fenol+mol air 0.0213 mol+0.3611 mol
X fenol + X air = 1
X air = 1 – X fenol
= 1 - 0.0557 = 0.9443
7. Tabung VII ( 2:8.5 )
Massa fenol = 2 gram
Massa air = 6.5 gram
massa fenol 2 gr
Mol fenol = = = 0.0213 mol
Mr fenol 94 gr/mol
massa air 8.5 gr
Mol air = = = 0.4722 mol
Mr air 18 gr/mol
mol fenol 0.0213 mol
X fenol = = = 0.0432
mol fenol+mol air 0.0213 mol+0.4722 mol
X fenol + X air = 1
X air = 1 – X fenol
= 1 - 0.0432 = 0.9568
8. Tabung VIII ( 2: 10 )
Massa fenol = 2 gram
Massa air = 10 gram
massa fenol 2 gr
Mol fenol = = = 0.0213 mol
Mr fenol 94 gr/mol
massa air 10 gr
Mol air = = = 0.5556 mol
Mr air 18 gr/mol
mol fenol 0.0213 mol
X fenol = = = 0.0369
mol fenol+mol air 0.0213 mol+0.5556 mol
X fenol + X air = 1
X air = 1 – X fenol
= 1 - 0.0369 = 0.9631
9. Penentuan NaCl dan CH3OH
Dik : m fenol = 4 gram
m air = 6 gram
Mr air = 18 gr/mol
Mr fenol = 94 gr/mol
V NaCl = 6 ml
ρ NaCl = 0.996 gr/ml
V CH3OH = 6 ml
ρ CH3OH = 0.790 gr/ml
Dit : X tiap spesi = …. ?
Peny :
a. Penambahan NaCl
massa fenol 4 gr
Mol fenol = = = 0.0425 mol
Mr fenol 94 gr/mol
massa air 6 gr
Mol air = = = 0.3333 mol
Mr air 18 gr/mol
b. Penambahan CH3OH
massa fenol 4 gr
Mol fenol = = = 0.0423 mol
Mr fenol 94 gr/mol
massa air 6 gr
Mol air = = = 0.3333 mol
Mr air 18 gr/mol
fraksi mol fenol 0.1530 0.1329 0.1133 0.0875 0.0712 0.0557 0.0452 0.0369
T (°C) 69 76 70 73 70,5 75 81 78
Table hubungan fraksi mol fenol dengan suhu kelarutan (penambahan NaCl dan
metanol)
NaCl Metanol
fraksi mol fenol 0.0885 0.0808
T (°C) 76,25 73
Grafik hubungan fraksi mol dengan suhu kelarutan
H. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk menetapkan suhu kelarutan kritis sistem
biner air-penol. Sistem biner adalah sistem memiliki jumlah komponen dua.
Komponen menyatakan jumlah minimum spesies bebas yang diperlukan untuk
menentukan komposisi semua fase yang ada dalam sistem. Komponen yang dipakai
pada percobaan ini adalah fenol dan air. Prinsip dasar percobaan ini adalah dua
cairan yang bercampur secara homogen berdasarkan kelarutannya. Adapun prinsip
kerja percobaan ini adalah penimbangan, pemanasan dan pendinginan.
Percobaan ini dilakukan dengan mencampurkan fenol dan air dalam
tabung reksi dengan perbandingan massa berbeda-beda. Digunakan 8 tabung
dengan perbandingan fenol dan air masing-masing 4:4 ; 4:5 ; 4:6 ; 4:8 ; 4:10 ; 2:6.5
; 2:8.5 dan 2:10 yang berfungsi untuk mengetahui pada perbandingan mana
kelarutan kritis fenol dalam air.
Pencampuran fenol dan air menghasilkan dua lapisan yang disebabkan
karena perbedaan massa jenis dari keduanya, dimana massa jenis fenol 1,03 gr/ml
sedangkan air massa jenisnya 1 gr/ml. Adapun kepolarannya air bersifat polar
karena air memiliki pasangan elektron bebas dan memiliki perbedaan
keelektronegatifan antara H-O sehingga air bersifat polar dan fenol juga bersifat
polar karena bisa larut dalam air akan tetapi kelarutan fenol dalam air berkurang
jika gugus non polar terikat pada cincin aromatik.
Setelah larutan dicampurkan, larutan kemudian dikocok hingga keruh yang
menandakan bahwa campuran tersebut berada dalam keadaan dua fasa. Selanjutnya
larutan dimasukkan ke dalam penangas air dan dilakukan pembacaan skala
termometer ketika larutan jernih yang menandakan bahwa larutan berubah menjadi
satu fasa. Setelah larutan menjadi jernih, tabung dikeluarkan dan didiamkan dengan
hati-hati dan melakukan pancatatan skala termometer ketika larutan mulai keruh
yang menandakan bahwa larutan berada dalam keadaan 2 fasa. Perubahan ini
menunjukkan bahwa suhu mempengaruhi kelarutan, dimana semakin tinggi suhu,
maka kelarutan masing-masing komponen juga akan tinggi.
Berdasarkan percobaan, diperoleh suhu kelarutan rata-rata fenol pada
tabung I-VIII berturut-turut adalah 69°C ; 76°C ; 70°C ; 73°C ; 70,5°C ; 75°C ;
81°C ; dan 78°C . Berdasarkan pengaruh suhu serta perbandingan massa fenol dan
air, dengan semakin tingginya suhu maka kelarutan masing-masing komponen
juga akan tinggi menyebabkan daerah 2 fasa menjadi semakin sempit dan
akhirnya akan bertemu pada suatu titik dimana akan terbentuk satu fasa yanng
disebut titik konsulat/ titik kritis. Titik konsulat adalah titik dimana air dan fenol
membentuk satu fasa yang artinya bahwa fenol ditambahkan melarut dalam air
dan akan membentuk satu fasa yang ditandai dengan warna jernih. Titik kritis
merupakan batas kelarutan (suhu kelarutan kritis) (Ratnasari, 2011). Berdasarkan
hasil percobaan, maka titik konsulat pada percoban ini berada pada tabung 7
dengan suhu 81°C. Hasil yang diperoleh belum sesuai dengan teori bahwa pada
sistem air-fenol memiliki titik konsulat 65,85 0C (Ratnasari, 2011). Hal ini
disebabkan karena proses pemanasan yang tidak maksimal, sehingga
mempengaruhi suhu kelarutan.
Selanjutnya, untuk mengetahui pengaruh penambahan larutan NaCl atau
penambahan CH3OH, maka dilakukan pencampuran fenol dan air dengan
perbandingan 4:6 dan ditambahkan NaCl pada tabung yang satu, sedangkan satu
tabung yang lain ditambahkan metanol (CH3OH). Percobaan ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penambahan zat yang hanya larut pada salah satu komponen
dan penambahan zat yang larut pada kedua komponen terhadap suhu kelarutan.
Berdasarkan hasil pengamatan, suhu kelarutan rata-rata penambahan NaCl berada
pada suhu 76,25°C. Ini telah sesuai teori bahwa penambahan NaCl hanya larut
pada air yang menyebabkan kelarutan berkurang sehingga suhunya berada di atas
titik konsulat/suhu kelarutan kritis. Kenaikan suhu disebabkan karena NaCl
merupakan senyawa ionik sehingga hanya larut pada pelarut seperti air sehingga
menyebabkan kelarutan fenol dalam air akan berkurang, karena NaCl yang larut
dalam air akan menggeser separuh kedudukan fenol yang larut dalam air.
Adapun suhu kelarutan kritis pada penambahan metanol adalah pada 73°C.
Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa seharusnya pada penambahan zat yang
dapat larut pada keduanya akan diperoleh suhu kelarutan di bawah suhu kelarutan
kritis. Ini disebabkan karena metanol merupakan seyawa yang dapat larut dalam
fenol dan air sehingga kelarutan menjadi lebih besar sehingga suhu yang
dibutuhkan untuk dapat melarut lebih rendah.
Berdasarkan hasil pembacaan skala, dengan suhu kelarutan kritis air fenol
adalah 81°C menunjukkan bahwa campuran ini berada pada tipe campuran
kelarutan kritis maksimum. Hal ini sesuai teori bahwa sistem air fenol berada pada
tipe I yaitu campuran dengan temperatur kelarutan kritis maksimum. Kelarutan
kritis maksimum atau disebut juga temperatur kritis atas dalah temperatur dimana
di atas temperatur kritis tidak terjadi pemisahan fasa lagi. Hasil yang diperoleh
belum sesuai dengan teori bahwa pada sistem air-fenol memiliki titik konsulat
65,85 0C yang dimana meskipun campuran fenol-air dipanaskan terus-menerus
jika telah melewati titik kritisnya maka tidak akan terjadi pemisahan fasa lagi.
(Ratnasari, 2011).
Berdasarkan hasil analisis data, fraksi mol fenol masing-masing tabung
berturut-turut adalah 0.1530 ; 0.1329 ; 0.1133 ; 0.0875 ; 0.0712 ; 0.0557; 0.0452
;0.0369. Dari data ini, dapat diperoleh titik konsulat dari masing-masing tabung
dengan adanya suhu kelarutan masing-masing tabung. Dengan menghubungkan
titik-titik konsulat tersebut maka akan membentuk diagram fasa yang disebut
diagram biner. Dalam percobaan ini adalah diagram biner sistem air-fenol.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Dogra, SK dan S. Dogra. 1990. Kimia Fisik dan Soal-soal. Jakarta: Erlangga.
Rasmito, Agung dan Yustia Wulandari. 2011. The Use Of Wilson Equation, NRTL
and Uniquacin In Predicting Vle Of Ternary System. Jurnal Teknik Kimia.
Hal 2.
Rohman, Ijang dan Sri Mulyani. 2004. Kimia Fisika 1. Yogyakarta: JICA.
Sari, Ni Ketut. 2010. Vapor-Liquid Equilibrium (VLE) Water-Ethanol From
Bulrush Fermentation. Jurnal Teknik Kimia, Vol 5 (No 1): 370.
Setiawan, Hera. 2014. Pengaruh Chiller Pendingin Pada Kekerasan Produk Cor
Propeler Aluminium. Jurnal Simetris, Vol 5 (No 2): 112.
JAWABAN PERTANYAAN
Jawab:
massa fenol
Mol fenol = Mr fenol
massa air
Mol air = Mm air
mol fenol
X fenol = mol fenol+mol air
mol air
X air = mol fenol+mol air
Tabung I ( 4:4 )
Massa fenol = 4 gram
Massa air = 4 gram
massa fenol 4 gr
Mol fenol = = = 0.0426 mol
Mr fenol 94 gr/mol
massa air 4 gr
Mol air = = = 0.2222 mol
Mr air 18 gr/mol
mol fenol 0.0426 mol
X fenol = = 0.0426 mol+0.2222 mol = 0.1530
mol fenol+mol air
X fenol + X air = 1
X air = 1 – X fenol
= 1 - 0.1530 = 0.8470
Tabung II ( 4:5 )
Massa fenol = 4 gram
Massa air = 5 gram
massa fenol 4 gr
Mol fenol = = = 0.0426 mol
Mm fenol 94 gr/mol
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟 5 𝑔𝑟
Mol air = = = 0.2778 mol
𝑀𝑚 𝑎𝑖𝑟 18 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 0.0426 𝑚𝑜𝑙
X fenol = = = 0.1329
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙+𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟 0.0426 𝑚𝑜𝑙+0.2778 𝑚𝑜𝑙
X fenol + X air = 1
X air = 1 – X fenol
= 1 - 0.1329 = 0.8671
Tabung III ( 4:6 )
Massa fenol = 4 gram
Massa air = 6 gram
massa fenol 4 gr
Mol fenol = = = 0.0426 mol
Mm fenol 94 gr/mol
massa air 6 gr
Mol air = = = 0.3333 mol
Mm air 18 gr/mol
mol fenol 0.0426 mol
X fenol = = 0.0426 mol+0.3333 mol = 0.1133
mol fenol+mol air
X fenol + X air = 1
X air = 1 – X fenol
= 1 - 0.1133 = 0.8867
Tabung IV ( 4:8 )
Massa fenol = 4 gram
Massa air = 8 gram
massa fenol 4 gr
Mol fenol = = = 0.0426 mol
Mm fenol 94 gr/mol
massa air 8 gr
Mol air = = = 0.4444 mol
Mm air 18 gr/mol
mol fenol 0.0426 mol
X fenol = = 0.0426 mol+0.4444 mol = 0.0875
mol fenol+mol air
X fenol + X air = 1
X air = 1 – X fenol
= 1 - 0.0875 = 0.9125
Tabung V ( 4: 10 )
Massa fenol = 4 gram
Massa air = 10 gram
massa fenol 4 gr
Mol fenol = = = 0.0426 mol
Mm fenol 94 gr/mol
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟 10 𝑔𝑟
Mol air = = = 0.5556 mol
𝑀𝑚 𝑎𝑖𝑟 18 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 0.0426 𝑚𝑜𝑙
X fenol = 𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙+𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟 = = 0.0712
0.0426 𝑚𝑜𝑙+0.5556 𝑚𝑜𝑙
X fenol + X air = 1
X air = 1 – X fenol
= 1 - 0.0712 = 0.9288
Tabung VI ( 2:6.5 )
Massa fenol = 2 gram
Massa air = 6.5 gram
massa fenol 2 gr
Mol fenol = = = 0.0213 mol
Mm fenol 94 gr/mol
massa air 6.5 gr
Mol air = = = 0.3611 mol
Mm air 18 gr/mol
mol fenol 0.0213 mol
X fenol = = = 0.0557
mol fenol+mol air 0.0213 mol+0.3611 mol
X fenol + X air = 1
X air = 1 – X fenol
= 1 - 0.0557 = 0.9443
Tabung VII ( 2:8.5 )
Massa fenol = 2 gram
Massa air = 6.5 gram
massa fenol 2 gr
Mol fenol = = = 0.0213 mol
Mm fenol 94 gr/mol
massa air 8.5 gr
Mol air = = = 0.4722 mol
Mm air 18 gr/mol
mol fenol 0.0213 mol
X fenol = = 0.0213 mol+0.4722 mol = 0.0432
mol fenol+mol air
X fenol + X air = 1
X air = 1 – X fenol
= 1 - 0.0432 = 0.9568
Tabung VIII ( 2: 10 )
Massa fenol = 2 gram
Massa air = 10 gram
massa fenol 2 gr
Mol fenol = = = 0.0213 mol
Mm fenol 94 gr/mol
massa air 10 gr
Mol air = = = 0.5556 mol
Mm air 18 gr/mol
mol fenol 0.0213 mol
X fenol = = 0.0213 mol+0.5556 mol = 0.0369
mol fenol+mol air
X fenol + X air = 1
X air = 1 – X fenol
= 1 - 0.0369 = 0.9631
2. Kerva hubungan diagram Fase antara suhu dan fraksi mol
Jawab:
82
80
78
76
74
72
70
68
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12