Anda di halaman 1dari 12

Program Guru Garis Depan (GGD),

Profesionalitas Guru Diuji


6 Maret 2017 16:08 Diperbarui: 6 Maret 2017 16:16 2 0 0

Latar Belakang

Guru merupakan salah satu tokoh yang berperan didalam proses pembelajaran, berkat jasa para
guru maka anak didik dapat mengerti tujuan hidup. Tugas guru sangat mulia yaitu memberikan
secercah harapan kepada anak didik bahwa masa depan cerah itu masih terbuka lebar. Tugas
mulia seorang guru tidak lepas dari rasa kepercayaan orangtua yang telah diamanahkan kepada
seorang guru. Tentunya ini merupakan tugas besar bagi seorang guru, selain tujuannya untuk
memberikan pengetahuan kepada siswa, guru juga dituntut professional dalam memberikan
segala macam pelayanan kepada siswa termasuk mengantarkan siswa pulang sekolah jika belum
dijemput orangtuanya. Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar
dinas, dalam bentuk pengabdian.

Guru merupakan profesi / jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai
guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang
kependidikan walaupun kenyataannya masih dilakukan orang di luar kependidikan. , dan
psikomotorik dalam proses pembelajaran (Salirawati, 2008). Hal ini sejalan dengan yang
diamanatkan dalam Pasal 1 ayat 1 UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, dimana
seorang guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Pada tingkat pelaksanaan
pembelajaran di kelas, gurulah yang sangat berperan dalam membawa peserta didiknya ke arah
pembelajaran yang diisyaratkan dalam kurikulum.

Tugas seorang guru cukup besar, mulai menyiapkan rencana pembelajaran, melakukan proses
belajar mengajar, sampai mengevaluasi hasil dari capaian siswanya. Tentunya ini merupakan
akumulasi tugas besar guru untuk mencerdaskan kehidupan anak bangsa. Disisi lain, tentunya
kita semua sudah tahu bahwa pendapatan seorang guru tidak sebanding dengan tugas besar yang
diembannya, terlebih jika guru yang bekerja di sekolah swasta.

Berita ini tentunya tidak lama sudah sampai di tataran diskusi hangat pemerintah, para -
stakeholderdengan sigap menangkap berita ini menjadi agenda serius agar para guru
mendapatkan jaminan kehidupan yang lebih layak. Salah satu produk untuk mensejahterahkan
guru adalah membuat Program Guru Garis Depan (GGD), program ini merupakan agenda
holistik pemerintah dalam mensejahterahkan guru sekaligus memeratakan guru ke penjuru negeri
ini. Dalam kondisi dan situasi yang jauh dari perkotaan tentunya ini merupakan tantangan bagi
para guru yang mengikuti Program Guru Garis Depan (GGD) agar tetap survivedalam
menjalankan tugas mulianya. Kata professional harus tetap dijalankan supaya anak didik tetap
mampu menerima pengetahuan sebagai bekal kehidupan yang lebih layak.

Profesionalisme Guru

Ikhtiar untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional seperti yang telah diamanatkan dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia seutuhnya maka sangat dibutuhkan peran pendidik yang profesional.
Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, jabatan guru sebagai pendidik merupakan jabatan profesional. Oleh sebab
itu guru dituntut agar terus mengembangkan kapasitas dirinya sesuai dengan perkembangan
jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kebutuhan masyarakat termasuk kebutuhan
terhadap sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kapabilitas untuk mampu bersaing
baik di forum regional, nasional maupun internasional.

Namun pada kenyataanya, banyak ditemui menjadi guru seperti pilihan profesi terakhir.
Kurang bonafide, jika sudah tidak ada lagi pekerjaan yang maka profesi sebagai guru yang
menjadi pilihan. Bahkan guru ada yang dipilih secara asal, yang penting ada yang mengajar.
Padahal guru adalah operator sebuah kurikulum pendidikan. Ujung tombak pejuang pemberantas
kebodohan. Bahkan guru adalah mata rantai dan pilar peradaban dan benang merah bagi proses
perubahan dan kemajuan suatu masyarakat atau bangsa (Hidayat, 2009).

Guru sebagai tenaga profesional merupakan tekad pemerintah dan semua pihak dalam upaya
menigkatkan mutu pendidikan di Indonesia, agar nantinya mutu SDM Indonesia mampu berdiri
sejajar dengan negara lain. Sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan
kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efesiensi untuk menghadapi
tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu
dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan (Utomo,
2010).

Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang inginnatau
akan ditekuni seseorang. Profesi juga dapat diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan
tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari
pendidikan akademis yang intensif. Jadi pengertian profesionalisme adalah suatu pandangan
terhadap keahlian tertentu yang diperlukan dalam pekerjaan tertentu, yang mana keahlian itu
hanya diperoleh melalui pendidikan khusus atau latihan khusus (Rusman, 2012).

Menurut UU RI No. 14/2005 Pasal 1 ayat 4, profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi. Guru merupakan keteram-pilan profesional yang untuk
menyandang profesi tersebut harus menempuh jenjang pendidikan tinggi pada program studi
kependidikan (Mohamad Ali, 1985 dalam Salirawati, 2008). Pekerjaan yang profesional adalah
pekerjaan yang hanya dapat dilakukan mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan
pekerjaan yang dikerjakan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain
(Nana Sudjana, 1988 dalam Salirawati, 2008).

Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasar-kan prinsip-
prinsip, yaitu memiliki :

1. bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.

2. komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.

3. kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas.

4. kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.

5. tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.

6. penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.

7. kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar


sepanjang hayat.

8. jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dan

9. organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan
tugas keprofesionalan guru.

Program Guru Garis Depan (GGD)

Rencana Pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia tentunya sangat


bijaksana dan variatif, diantara sekian banyak program pemerintah saat ini di dunia pendidikan
yaitu program guru garis depan (GGD), program ini merupakan muara dari program pemerintah
yang diinisiasi dari program SM-3T, kemudian setelah melakukan program SM-3T selama
setahun di daerah terpencil dan dinyatakan lulus, maka yang bersangkutan otomatis dapat
mengikuti program pendidikan profesi guru (PPG) selama setahun juga di kampus yang
menjadi homebase-nya. Kemudian setelah mengikuti ujian PPG dan dinyatakan lulus, maka yang
bersangkutan mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program guru garis depan, tentunya
dengan syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan.

Program Guru Garis Depan (GGD) merupakan strategi dan upaya pemerintah memeratakan
akses pendidikan dengan meningkatkan ketersediaan tenaga pendidik di daerah 3T. Pemerintah
berkomitmen meningkatkan program Guru Garis Depan (GGD), baik dari segi jumlah guru yang
dikirim maupun jumlah daerah tujuan. Program GGD merupakan upaya pemerintah
memeratakan akses pendidikan di seluruh wilayah Indonesia, jadi perlu terus ditingkatkan.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan menyatakan hal tersebut
dalam konferensi pers akhir tahun 2015 di Kantor Kemendikbud Jakarta1).

Pada Tahun 2017 ini sebanyak 6.296 guru garis depan yang diseleksi tahun lalu, sudah dapat
diangkat pegawai ASN tahun ini. Ini diputuskan dalam ratas kemarin," kata Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy dalam rapat kerja (Raker) Komisi X DPR RI2).
Tentunya ini menjadi angin segar bagi para guru calon PNS yang akan ditempatkan di daerah 3T
dan tentunya mereka para guru membawa misi perubahan.

Penyelesaian permasalahan pendidikan di daerah 3T merupakan salah satu program prioritas


Nawacita ke-3 Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, yaitu membangun
Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Program ini juga merupakan upaya mewujudkan Nawacita ke-5
yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Kedua nawacita tersebut akan dicapai
melalui peningkatan kualitas pendidikan anak-anak Indonesia termasuk di daerah terdepan serta
untuk memberikan layanan pendidikan, mengatasi kekurangan guru, dan pemerataan pendidikan
di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Untuk itu, Pemerintah menyiapkan program khusus untuk menempatkan guru yang ditugaskan di
daerah khusus yang dibutuhkan atas dasar pertimbangan kepentingan nasional melalui program
Guru Garis Depan (GGD). Dalam konteks tersebut, GGD merupakan kebijakan afirmasi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui penempatan guru pegawai
negeri sipil (PNS) di daerah terdepan, terluar dan tertinggal berdasarkan data dari Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi serta usulan daerah3).

Program guru garis depan ini tentunya harus diimbangi dengan kapabilitas dan manajerial
seorang guru dalam meningkatkan kualitas anak didik khususnya di daerah 3T. Sebab perlu
diketahui bahwa di rata-rata SDM guru yang dikirim ke daerah 3T adalah guru yang
masih freshgraduate yang masih minim pengalaman, ditambah lagi guru yang ditempatkan
didaerah 3T belum faham betul kondisi medan fisik dan medan sosial daerah yang akan menjadi
tujuan, tentunya ini bukan hambatan namun perlu usaha lebih untuk meningkatkan jam terbang
agar program guru garis depan ini membuaiakan hasil yang maksimal.

Kesimpulan

Profesionalisme guru sangat menentukan didalam membentuk karakter siswa didik, maka
berbagai upaya untuk mendapatkan hasil yang maksimal tentunya semua lini harus berperan,
mulai dari orangtua, guru, dan pemeritah. Semuanya harus mampu berjalan seimbang sehingga
apa yang dicita-citakan dapat terlaksana. Salah satu upaya pemerintah untuk memeratakan
pendidikan adalah membuat program guru garis depan, program ini tentunya sudah didiskusikan
dengan matang dengan harapan pendidikan di Negara ini kualitasnya dapat meningkat.

Daftar Pustaka
Hidayat, RF. 2009. Profesionalisme Guru. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan,
Universitas Negeri Jakarta.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Salirawati, Das. 2008. Kiat-Kiat Menjadi Guru Profesional. Workshop Peningkatan


Profesionalisme Guru SMA Negeri 1 Purbalingga.

Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen.

Utomo, Agus. 2010. Profesionalisme Guru. Program Studi Administrasi Pendidikan, UHAMKA
Jakarta.

1)(Kemendikbud, diakses pada tanggal 05 Maret 2017)

2)www.JPNN.COM

3)Bahan Paparan Program Guru Garis Depan 2016 dan Pengiriman Tahun 2017. Direktorat
Pembinaan Guru Dikdas . Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Seluruh Guru Wajib Mengajar di


Daerah Terluar, Terdepan,
Tertinggal
Dhita Seftiawan Kamis, 13 Jun 2019, 13:53

PENDIDIKAN
PARA siswa Sekolah Dasar Negeri 01 Cicau, Kecamatan Cikarang Pusat, Kabupaten
Bekasi belajar di lantai di salah satu ruangan di kantor desa setempat lantaran ruang
kelas mereka ambruk.*/TOMMI ANDRYANDY/PR

JAKARTA, (PR).- Semua guru secara bergantian wajib mengajar di


daerah terluar, terdepan dan tertinggal (3T). Baik itu yang berstatus
pegawai negeri sipil atau honorer. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Muhadjir Effendy menegaskan, mengajar di daerah 3T sebagai
pengalaman bagi guru untuk mengetahui kondisi mutu pendidikan
dasar dan menengah nasional.

Ia menuturkan, pemindahan guru ke daerah 3T menjadi salah satu


pertimbangan program redistribusi guru yang akan dimulai setelah
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ini selesai. Kemendikbud
juga akan meneruskan program Guru Garis Depan (GGD) untuk
memenuhi kebutuhan guru di daerah 3T.

“Penyelesaian masalah guru akan diatur peraturan presiden agar


kebijakan rotasi guru ini dapat diintervensi dengan peningkatan sarana
prasarana sekolah dan kurikulum. Semua guru tidak boleh
tidak pernah mengajar di daerah 3T,” kata Muhadjir, di Kantor
Kemendikbud, Jakarta.
Ia menjelaskan, guru di setiap zonasi akan dirotasi secara periodik
dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Kebijakan
meredistribusi guru sesuaidengan Undang-Undang Aparatur Sipil
Negara (ASN) yang menyatakan semua ASN harus siap dirotasi secara
periodik dan tidak boleh menetap di suatu tempat dalam jangka waktu
lama.

Ia menegaskan, redistribusi guru ke daerah 3T tetap mengacu pada


zonasi. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi guru di dalam satu
zona untuk menolak dipindahkan. Menurut dia, skema
zonasi diterapkan untuk membangun mutu sekolah yang merata.

“Saya paham bahwa di daerah-daerah masih tinggi tingkat


ketimpangan antarsekolah. Tetapi, jika tidak ada kemauan keras dari
pihak daerah untuk segera melakukan kebijakan-kebijakan
redistribusi, saya khawatir kebijakan pemerintah untuk melakukan
pemerataan pendidikan yang berkualitas jadi tersendat,” ucapnya.

Guru Garis Depan (GGD)


Ia menyatakan, skema zonasi mulai dilaksanakan karena program GGD
yang dijalankan sejak 2015 tak berdampak signifikan. Pasalnya,
banyak guruyang direkrut melalui program GGD kembali ke tempat
asalnya masing-masing. Hal tersebut membuat daerah 3T kembali
mengalami kekurangan guru.

"Karena itu saya minta ada perubahan kebijakan yaitu kebijakan rotasi
itu. Setiap guru harus sudah punya pengalaman kerja di wilayah 3T,”
katanya.

Ia berharap, dengan menerapkan redistribusi


berbasis zonasi, masalah penumpukan guru di suatu tempat teratasi.
Para guru juga diminta kesadarannya untuk menjalankan kewajiban
dan siap dipindahkan. “Guru tidak perlu merasa cemas akan
dipindahkan di luar zona. Kalau pun ada perpindahan di luar zona, itu
dilakukan sesuai dengan kebijakan khusus,” ujarnya.

Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) Muhammad Ramli Rahim


menilai, kebijakan meredistribusi guru ke daerah 3T tidak
efektif. Pasalnya, guru akan jauh dengan keluarga dan berpotensi
membuat psikologis guru menjadi terganggu.
“Guru itu perlu mengajar dengan tenang, nyaman, dan bahagia agar
ilmu dan akhlak yang ditularkan ke siswa bisa berkah dan
bermanfaat. Jika guru dikirim ke daerah 3T bagaimana dengan
keluarga mereka? Jangan sampai para guru 3T ini mendidik anak
orang lain tetapi justru menghancurkan keluarganya sendiri,” kata
Ramli.***

Pemerintah Siapkan KPR


untuk Guru di Wilayah
Terpencil dan Terluar
Risna Nur Rahayu, Jurnalis · Jum'at 12 April 2019 21:42 WIB
 Share on Facebook
 Share on Twitter
 whatsapp
 Share on mail
 copy link
Foto: dok. Okezone
 Share on Facebook
 Share on Twitter
 whatsapp
 Share on mail
 copy link
 0TOTAL SHARE
AAA

0 Komentar

JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan (Kemendikbud) memfasilitasi kredit pemilikan rumah
bagi (KPR) guru yang berpenghasilan tetap. Program ini diutamakan
untuk guru yang berada di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal
(3T). Ini merupakan upaya pemerintah untuk mensejahterakan guru-
guru yang masih belum memiliki rumah.
Kebijakan KPR untuk guru ini menggandeng Bank BRI. Meski
diutamakan bagi guru yang berada di kawasan terpencil alias guru
garis depan (GGD), ke depannya akan terbuka juga bagi semua
guru. Karena KPR ini membutuhkan jaminan, maka yang berstatus
guru berpenghasilan tetap, guru PNS dan juga guru yayasan yang
akan dapat menikmati program ini.
Agar kredit rumah untuk guru ini tepat sasaran, Kemdikbud
bekerjasama dengan dinas pendidikan di daerah (provinsi/
kabupaten/ kota) untuk melakukan pemetaan guru-guru yang belum
memiliki hunian. Seperti diketahui, guru tingkat pendidikan dasar
dan pendidikan masyarakat berada di bawah kewenangan dinas
pendidikan kabupaten kota. Sedangkan guru pendidikan menengah
dan pendidikan khusus berada di pemerintah provinsi.
Untuk tahap awal, Kemdikbud akan memberikan fasilitas likuiditas
pembiayaan perumahan (FLPP) bagi 2.000 guru khusus di kawasan
terjauh, terpencil dan terluar. Program dalam pemberian kredit juga
bervariasi, antara lain Program Kredit Pemilikan Rumah Sejahtera
(KPRS), dan Program Kredit Pemilikan Properti (KPP) bagi Guru dan
Tenaga Kependidikan.
Sebagai pilot project subsidi perumahan ini akan dikembangkan di
Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Papua. Dan tipe rumah yang bisa
dibangun minimal tipe 21 dengan luas tanah 70 meter. Kisaran
harganya bervariasi sesuai area masing-masing. Yang termurah itu
Rp130 jutaan, tenor 20 tahun dan jika bunga 5% maka cicilan per
bulannya Rp900.000an.
Selanjutnya Kemdikbud akan berkoordinasi dengan developer dan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpu-PR)
untuk memastikan kualitas tempat tinggal yang dibangun bagi guru
ini layak tinggal.
Pada bulan Mei 2015 lalu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) telah mengirimkan 798 Guru Garis Depan ke daerah
tidak terjangkau dan terpencil. Mereka disebar ke 28
Kabupaten/Kota pada empat provinsi terdepan, yaitu Papua, Papua
Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Aceh. Bukan perkara mudah untuk
seseorang bisa dan mau menjadi Guru Garis Depan (GGD). Tak
hanya dituntut mempunyai kompetensi terbaik, mereka juga
diharuskan memilikikomitmen yang kuat untuk mengajar. Selain itu
GGD juga merupakan lulusan sarjana, Pendidikan Profesi Guru (PPG),
dan menyandang status CPNS atau PNS.
Sebelumnya, Kemdikbud menggandeng pengembang PT. Elang
Peradaban Mulia untuk membangun 1.000 hunian para guru di
Bogor. Lewat program Bulan Bakti untuk Guru itu, rumah murah
untuk kalangan guru dapat dicicil mulai Rp1jutaan. Impian bisa
memiliki rumah sendiri bagi pahlawan tanpa tanda jasa/ guru
tersebut diberikan bersama momentum Hari Pendidikan Nasional.

Rumah dan Harapan Bagi Guru Garis Depan


Tri Wahyuni, CNN Indonesia | Kamis, 11/06/2015 21:15 WIB

Bagikan :

Sejumlah guru dan Staf kementerian mengikuti upacara peringatan Hari Guru Nasional di Kemenbuddikdasmen,
Jakarta, Selasa 25 November 2014. Peringatan Hari Guru yang jatuh pada Tanggal 25 November ini mengusung
tema "Mewujudkan Revolusi Mental Melalui Penguatan Peran Strategis Guru." (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Jakarta, CNN Indonesia -- Pada Mei 2015 lalu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) telah mengirimkan 798 Guru Garis Depan ke daerah tidak terjangkau dan terpencil.
Mereka disebar ke 28 Kabupaten/Kota pada empat provinsi terdepan, yaitu Papua, Papua Barat,
Nusa Tenggara Timur, dan Aceh.

Bukan perkara mudah untuk seseorang bisa dan mau menjadi Guru Garis Depan (GGD). Tak hanya
dituntut mempunyai kompetensi terbaik, mereka juga diharuskan memilikikomitmen yang kuat untuk
mengajar. Selain itu GGD juga merupakan lulusan sarjana, Pendidikan Profesi Guru (PPG), dan
menyandang status CPNS atau PNS.

Menurut Direktur Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar Kemendikbud
Sumarna Surapranata mereka akan ditempatkan di daerah tersebut selamanya. Artinya, jika dalam
waktu beberapa tahun saja mereka sudah tidak betah mengajar, otomatis mereka akan keluar dari
program tersebut.

PILIHAN REDAKSI "Ini untuk selamanya. Kalau


tidak betah, mereka keluar
 Kemendikbud: Tak Apa Tunjangan Guru untuk jadi PNS, kalau mereka
Beli Mobil sudah PNS," tegas Sumarna
 Tunjangan Profesi Guru Dipakai untuk Beli saat ditemui di kantornya di
Mobil Kompleks Kemendikbud,
 Eddy Soeparno: Cuma Saya Sekjen Partai Bukan Jakarta, Kamis (11/6).
Orang Politik
 Sertifikasi Guru Tak Jamin Peningkatan Mutu Untuk itu, menurut Sumarna,
pemerintah akan membuat para GGD tersebut merasa betah. Salah satunya dengan cara
memberikan fasilitas dan tunjangan lebih karena tidak bisa dimungkiri lagi, mereka adalah orang-
orang terpilih dan terbaik yang mau terlibat dalam pemerataan pendidikan Indonesia.

"Supaya mereka betah, mereka harus menjadi center of excellent dan harus diberikan fasilitas.
Misalnya perumahan. Kami sudah bicarakan dengan pihak terkait,"ujar Sumarna.

Sebenarnya, dengan menjadi GGD pun, seorang guru sudah mendapatkan tunjangan yang lebih
besar. Ini sebagai bentuk apresiasi terhadap mereka atas sumbangsihnya tersebut. "Mereka kan
dapat gaji pokok, tunjangan khusus, di luar tunjangan profesi," katanya. Tunjangan khusus tersebut
merupakan tunjangan daerah terpencil.

Rencananya, pada Desember 2015 mendatang, Kemendikbud akan kembali mengirimkan GGD ke
daerah, namun belum ada jumlah yang pasti. "Sedang dihitung. Sudah ada permintaan dari Pemda.
Tapi ini kan harus dibicarakan dulu dengan Menpan (Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi) dan BKN (Badan Kepegawaian Negara),"ucap Sumarna.

Program GGD ini akan menjadi program Kemendikbud sampai tahun 2019. Tujuannya dilakukan
program ini adalah untuk mengisi kekosongan dan kekurangan guru di daerah serta mengingkatkan
pendidikan di daerah. Dengan adanya program ini, Kabupaten/Kota tidak diperbolehkan lagi untuk
mengangkat guru yang memiliki pendidikan di bawah S1 dan PPG. Ini supaya daerah terangkat
pendidikannya," ujar Sumarna. (pit/pit)

Anda mungkin juga menyukai