Latar Belakang
Guru merupakan salah satu tokoh yang berperan didalam proses pembelajaran, berkat jasa para
guru maka anak didik dapat mengerti tujuan hidup. Tugas guru sangat mulia yaitu memberikan
secercah harapan kepada anak didik bahwa masa depan cerah itu masih terbuka lebar. Tugas
mulia seorang guru tidak lepas dari rasa kepercayaan orangtua yang telah diamanahkan kepada
seorang guru. Tentunya ini merupakan tugas besar bagi seorang guru, selain tujuannya untuk
memberikan pengetahuan kepada siswa, guru juga dituntut professional dalam memberikan
segala macam pelayanan kepada siswa termasuk mengantarkan siswa pulang sekolah jika belum
dijemput orangtuanya. Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar
dinas, dalam bentuk pengabdian.
Guru merupakan profesi / jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai
guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang
kependidikan walaupun kenyataannya masih dilakukan orang di luar kependidikan. , dan
psikomotorik dalam proses pembelajaran (Salirawati, 2008). Hal ini sejalan dengan yang
diamanatkan dalam Pasal 1 ayat 1 UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, dimana
seorang guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Pada tingkat pelaksanaan
pembelajaran di kelas, gurulah yang sangat berperan dalam membawa peserta didiknya ke arah
pembelajaran yang diisyaratkan dalam kurikulum.
Tugas seorang guru cukup besar, mulai menyiapkan rencana pembelajaran, melakukan proses
belajar mengajar, sampai mengevaluasi hasil dari capaian siswanya. Tentunya ini merupakan
akumulasi tugas besar guru untuk mencerdaskan kehidupan anak bangsa. Disisi lain, tentunya
kita semua sudah tahu bahwa pendapatan seorang guru tidak sebanding dengan tugas besar yang
diembannya, terlebih jika guru yang bekerja di sekolah swasta.
Berita ini tentunya tidak lama sudah sampai di tataran diskusi hangat pemerintah, para -
stakeholderdengan sigap menangkap berita ini menjadi agenda serius agar para guru
mendapatkan jaminan kehidupan yang lebih layak. Salah satu produk untuk mensejahterahkan
guru adalah membuat Program Guru Garis Depan (GGD), program ini merupakan agenda
holistik pemerintah dalam mensejahterahkan guru sekaligus memeratakan guru ke penjuru negeri
ini. Dalam kondisi dan situasi yang jauh dari perkotaan tentunya ini merupakan tantangan bagi
para guru yang mengikuti Program Guru Garis Depan (GGD) agar tetap survivedalam
menjalankan tugas mulianya. Kata professional harus tetap dijalankan supaya anak didik tetap
mampu menerima pengetahuan sebagai bekal kehidupan yang lebih layak.
Profesionalisme Guru
Ikhtiar untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional seperti yang telah diamanatkan dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia seutuhnya maka sangat dibutuhkan peran pendidik yang profesional.
Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, jabatan guru sebagai pendidik merupakan jabatan profesional. Oleh sebab
itu guru dituntut agar terus mengembangkan kapasitas dirinya sesuai dengan perkembangan
jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kebutuhan masyarakat termasuk kebutuhan
terhadap sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kapabilitas untuk mampu bersaing
baik di forum regional, nasional maupun internasional.
Namun pada kenyataanya, banyak ditemui menjadi guru seperti pilihan profesi terakhir.
Kurang bonafide, jika sudah tidak ada lagi pekerjaan yang maka profesi sebagai guru yang
menjadi pilihan. Bahkan guru ada yang dipilih secara asal, yang penting ada yang mengajar.
Padahal guru adalah operator sebuah kurikulum pendidikan. Ujung tombak pejuang pemberantas
kebodohan. Bahkan guru adalah mata rantai dan pilar peradaban dan benang merah bagi proses
perubahan dan kemajuan suatu masyarakat atau bangsa (Hidayat, 2009).
Guru sebagai tenaga profesional merupakan tekad pemerintah dan semua pihak dalam upaya
menigkatkan mutu pendidikan di Indonesia, agar nantinya mutu SDM Indonesia mampu berdiri
sejajar dengan negara lain. Sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan
kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efesiensi untuk menghadapi
tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu
dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan (Utomo,
2010).
Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang inginnatau
akan ditekuni seseorang. Profesi juga dapat diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan
tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari
pendidikan akademis yang intensif. Jadi pengertian profesionalisme adalah suatu pandangan
terhadap keahlian tertentu yang diperlukan dalam pekerjaan tertentu, yang mana keahlian itu
hanya diperoleh melalui pendidikan khusus atau latihan khusus (Rusman, 2012).
Menurut UU RI No. 14/2005 Pasal 1 ayat 4, profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi. Guru merupakan keteram-pilan profesional yang untuk
menyandang profesi tersebut harus menempuh jenjang pendidikan tinggi pada program studi
kependidikan (Mohamad Ali, 1985 dalam Salirawati, 2008). Pekerjaan yang profesional adalah
pekerjaan yang hanya dapat dilakukan mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan
pekerjaan yang dikerjakan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain
(Nana Sudjana, 1988 dalam Salirawati, 2008).
Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasar-kan prinsip-
prinsip, yaitu memiliki :
2. komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.
3. kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas.
9. organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan
tugas keprofesionalan guru.
Program Guru Garis Depan (GGD) merupakan strategi dan upaya pemerintah memeratakan
akses pendidikan dengan meningkatkan ketersediaan tenaga pendidik di daerah 3T. Pemerintah
berkomitmen meningkatkan program Guru Garis Depan (GGD), baik dari segi jumlah guru yang
dikirim maupun jumlah daerah tujuan. Program GGD merupakan upaya pemerintah
memeratakan akses pendidikan di seluruh wilayah Indonesia, jadi perlu terus ditingkatkan.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan menyatakan hal tersebut
dalam konferensi pers akhir tahun 2015 di Kantor Kemendikbud Jakarta1).
Pada Tahun 2017 ini sebanyak 6.296 guru garis depan yang diseleksi tahun lalu, sudah dapat
diangkat pegawai ASN tahun ini. Ini diputuskan dalam ratas kemarin," kata Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy dalam rapat kerja (Raker) Komisi X DPR RI2).
Tentunya ini menjadi angin segar bagi para guru calon PNS yang akan ditempatkan di daerah 3T
dan tentunya mereka para guru membawa misi perubahan.
Untuk itu, Pemerintah menyiapkan program khusus untuk menempatkan guru yang ditugaskan di
daerah khusus yang dibutuhkan atas dasar pertimbangan kepentingan nasional melalui program
Guru Garis Depan (GGD). Dalam konteks tersebut, GGD merupakan kebijakan afirmasi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui penempatan guru pegawai
negeri sipil (PNS) di daerah terdepan, terluar dan tertinggal berdasarkan data dari Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi serta usulan daerah3).
Program guru garis depan ini tentunya harus diimbangi dengan kapabilitas dan manajerial
seorang guru dalam meningkatkan kualitas anak didik khususnya di daerah 3T. Sebab perlu
diketahui bahwa di rata-rata SDM guru yang dikirim ke daerah 3T adalah guru yang
masih freshgraduate yang masih minim pengalaman, ditambah lagi guru yang ditempatkan
didaerah 3T belum faham betul kondisi medan fisik dan medan sosial daerah yang akan menjadi
tujuan, tentunya ini bukan hambatan namun perlu usaha lebih untuk meningkatkan jam terbang
agar program guru garis depan ini membuaiakan hasil yang maksimal.
Kesimpulan
Profesionalisme guru sangat menentukan didalam membentuk karakter siswa didik, maka
berbagai upaya untuk mendapatkan hasil yang maksimal tentunya semua lini harus berperan,
mulai dari orangtua, guru, dan pemeritah. Semuanya harus mampu berjalan seimbang sehingga
apa yang dicita-citakan dapat terlaksana. Salah satu upaya pemerintah untuk memeratakan
pendidikan adalah membuat program guru garis depan, program ini tentunya sudah didiskusikan
dengan matang dengan harapan pendidikan di Negara ini kualitasnya dapat meningkat.
Daftar Pustaka
Hidayat, RF. 2009. Profesionalisme Guru. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan,
Universitas Negeri Jakarta.
Utomo, Agus. 2010. Profesionalisme Guru. Program Studi Administrasi Pendidikan, UHAMKA
Jakarta.
2)www.JPNN.COM
3)Bahan Paparan Program Guru Garis Depan 2016 dan Pengiriman Tahun 2017. Direktorat
Pembinaan Guru Dikdas . Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
PENDIDIKAN
PARA siswa Sekolah Dasar Negeri 01 Cicau, Kecamatan Cikarang Pusat, Kabupaten
Bekasi belajar di lantai di salah satu ruangan di kantor desa setempat lantaran ruang
kelas mereka ambruk.*/TOMMI ANDRYANDY/PR
"Karena itu saya minta ada perubahan kebijakan yaitu kebijakan rotasi
itu. Setiap guru harus sudah punya pengalaman kerja di wilayah 3T,”
katanya.
0 Komentar
Bagikan :
Sejumlah guru dan Staf kementerian mengikuti upacara peringatan Hari Guru Nasional di Kemenbuddikdasmen,
Jakarta, Selasa 25 November 2014. Peringatan Hari Guru yang jatuh pada Tanggal 25 November ini mengusung
tema "Mewujudkan Revolusi Mental Melalui Penguatan Peran Strategis Guru." (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pada Mei 2015 lalu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) telah mengirimkan 798 Guru Garis Depan ke daerah tidak terjangkau dan terpencil.
Mereka disebar ke 28 Kabupaten/Kota pada empat provinsi terdepan, yaitu Papua, Papua Barat,
Nusa Tenggara Timur, dan Aceh.
Bukan perkara mudah untuk seseorang bisa dan mau menjadi Guru Garis Depan (GGD). Tak hanya
dituntut mempunyai kompetensi terbaik, mereka juga diharuskan memilikikomitmen yang kuat untuk
mengajar. Selain itu GGD juga merupakan lulusan sarjana, Pendidikan Profesi Guru (PPG), dan
menyandang status CPNS atau PNS.
Menurut Direktur Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar Kemendikbud
Sumarna Surapranata mereka akan ditempatkan di daerah tersebut selamanya. Artinya, jika dalam
waktu beberapa tahun saja mereka sudah tidak betah mengajar, otomatis mereka akan keluar dari
program tersebut.
"Supaya mereka betah, mereka harus menjadi center of excellent dan harus diberikan fasilitas.
Misalnya perumahan. Kami sudah bicarakan dengan pihak terkait,"ujar Sumarna.
Sebenarnya, dengan menjadi GGD pun, seorang guru sudah mendapatkan tunjangan yang lebih
besar. Ini sebagai bentuk apresiasi terhadap mereka atas sumbangsihnya tersebut. "Mereka kan
dapat gaji pokok, tunjangan khusus, di luar tunjangan profesi," katanya. Tunjangan khusus tersebut
merupakan tunjangan daerah terpencil.
Rencananya, pada Desember 2015 mendatang, Kemendikbud akan kembali mengirimkan GGD ke
daerah, namun belum ada jumlah yang pasti. "Sedang dihitung. Sudah ada permintaan dari Pemda.
Tapi ini kan harus dibicarakan dulu dengan Menpan (Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi) dan BKN (Badan Kepegawaian Negara),"ucap Sumarna.
Program GGD ini akan menjadi program Kemendikbud sampai tahun 2019. Tujuannya dilakukan
program ini adalah untuk mengisi kekosongan dan kekurangan guru di daerah serta mengingkatkan
pendidikan di daerah. Dengan adanya program ini, Kabupaten/Kota tidak diperbolehkan lagi untuk
mengangkat guru yang memiliki pendidikan di bawah S1 dan PPG. Ini supaya daerah terangkat
pendidikannya," ujar Sumarna. (pit/pit)