Anda di halaman 1dari 1

Ujian anamnesis pasien dan pemeriksaan fisik

Awalnya saya terus bertanya dalam hati, ini beneran ujian pakai pasien dan ibunya? Bener gak
nih. Iyak saya pastikan ini benar dan semua yang kita lakukan di ruangan itu DIREKAM.
Degdegannya seperti apa, habis dari ujian jurnal lalu masuk ke ujian pasien jujur butuh kekuatan.

Anda cuma mendapat soal di selembar kertas lalu di depan anda sudah ada ibu pasien. Bagi saya
yang kerjanya di luar Jawa tentu bukan hal mudah mengisi space otak saya deng an ilmu penyakit
yang umumnya terjadi di Jawa. Tapi setelah saya jalani, ujian ini sebenarnya lebih ingin melihat
keseharian kita berinteraksi dengan pasien seperti apa. Habis baca soal seketika itu juga saya
tidak peduli ada penguji di ruangan tersebut, s aya langsung menjadi dokter untuk ibu pasien di
depan saya.

Jangan kaget jika nanti ibu pasiennya pinter banget yak. Tetap pakai prinsip dokter umum yang
sudah anda jalani yaitu sapa pasien, kenalan dengan pasien, dan mulai anamnesis keluhan utama.
Jangan lupa pula tanyakan berat badan dan riwayat persalinan, imunisasi, perkembangan, gizi,
penyakit dahulu secara singkat. Karena waktu anda hanya 7 menit saja jadi minimal hal sederhana
itu dilakukan. Jangan lupa edukasi juga ibunya jika mengalami sakit yang sama. Cukup gak waktu
segitu? Cukup gak cukup sebenarnya tapi kalau dipikir lagi kadang kita dokter malah kurang dari
7 menit sudah selesai menulis resep di keseharian kita. Nah resep, di akhir anda diminta untuk
menuliskan resep thats why penting tanya b erapa berat badan anaknya.

Lalu setelah selesai anamnesis anda akan pindah ke pasien yang sesungguhnya. Kasusnya akan
beda tidak berhubungan dengan kasus anamnesis anda. Jadi lupakan anamnesis ketika ujian
pemeriksaan fisik. Fokus pada pasien anda yang bi asanya sudah terbaring di kasur.

Lakukan semua tindakan berdasarkan prinsip dasar UGM dan RSUP Sarjito yaitu pasien safety. Ini
super duper penting. Semua alat PF mulai dari timbangan, termometer, stetoskop,tensimeter,
midline lengkap sudah disediakan. Ja ngan lupa cuci tangan sebelum menyentuh pasien, hangatkan
tangan anda, sembari berkenalan dengan pasien selayaknya anda dokter. Di bagian ini anda
diminta untuk menuliskan kelainan yang anda temui. Tapi di bagian ini mereka ingin lihat seperti
apa anda memeriksa pasien lengkap dari ujung kepala hingga kaki. Lakukan itu, tidak perlu
khawatir jika ada bagian yang terlupa.

Jujur dulu awalnya saya bingung masa iya harus lengkap tapi ya bagitulah. Misalnya saja anak gak
panas kenapa saya mesti cek suhu dih. Ken apa juga saya mesti tensi si anak. Hal sederhana yang
sekarang baru saya renungkan ujian pemeriksaan fisik itu lagi lagi menggambarkan seperti apa
keseharian kita dengan pasien. Malu sendiri mengingat ujian fisik saat itu banyak yang terlewat
apalagi pas keluar ruangan dan sadar alias baru lihat ada palu reflek dll. Arrrggh gimana dong
kelewatan gitu. Santai aja, pastikan anda selalu berkomunikasi dengan pasien.

Misalnya saja anda sedang memeriksa parunya, minta anak tarik napas. Atau saat anda memeriksa
perutnya, bilang ke anak untuk katakan sakit jika tekanan tangan kita membuatnya tidak nyaman.
Jangan sampai pasien kita merintih atau auuu saat ujian. Alamaaak bahaya karena kita bisa dikira
menyakiti pasien. Jangan lupa juga lepas baju pasien kalau meme riksa paru, jantung, atau
perutnya. Haram hukumnya memeriksa pasien dengan stetoskop menempel pada baju.

Dan yang terakhir ucapkan terima kasih pada pasien sambil cuci tangan lagi. Bagian sederhana
begini jujur sering dilupakan dan terkadang kita jatuh ka rena hal sederhana yang tidak kita
sadari.Beruntung jika ada yang langsung mengoreksi kesalahan kita sehingga ke depan kita tidak
melakukan kesalahan yang sama lagi.

Anda mungkin juga menyukai