Anda di halaman 1dari 10

Pola Komunikasi dokter-pasien pada kasus pasien dengan Systemic lupus

erythematosus/SLE

Skenario kasus
Seorang wanita bernama Ny X berumur 25 tahun datang ditemani oleh ibunya dengan
keluhan sering lemas 2 minggu terakhir. Pasien mengatakan cukup istirahat dan tidur
namun tetap saja lemas. Pasien juga tidak tahan berada di bawah terik matahari dan setiap
kali di bawah terik matahari timbul kemerahan pada kedua pipi. 1 bulan terakhir pasien
juga mengalami kerontokan rambut. Pasien juga mengeluhkan terdapatnya nyeri pada
bagian sendi, jari-jari tangan dan kaki 2 minggu terakhir

D : Dokter B
P : Pasien (Ny. X )
A : Ibu pasien

D Selamat pagi, Perkenalkan nama sata Dokter B, ada yang bisa saya bantu?

P Selamat pagi dokter. Ini dok saya sering lemas akhir akhir ini, saya sudah menjaga
pola tidur saya tapi tetap merasa lemas. Tiba tiba saya tidak tahan di luar ruangan saat
siang dan pagi hari di terik matahari dan di bagian pipi saya ada kemaran dok.

D Untuk lemasnya sudah berapa lama bu kira kira?

P Saya merasa lemas sekitar 2 minggu terakhir dok.

D Apakah dalam 2 minggu terakhir ini selama lemas Ny X juga menstruasi?

P Tidak dok untuk bulan ini saya belum melewati jadwal menstruasi saya.

D Baik, Apakah Ny X juga mengalami kerontokan di area rambut?

P Iya dokter sudah sekitar 1 bulan saya mengalami kerontokan di area rambut saya kira
karena rambut saya sudah rusak atau sampo saya tidak cocok.

D Bukan Ny X gejala rambut rontok yang berlangsung lama juga dapat memicu gejala
penyakit lainnya.
P Oh begitu ya dok

D Iya, untuk gejala lainnya apakah ada nyeri mungkin yang Ny X rasakan?

A Ada dok, anak saya ini sering mengeluh nyeri katanya, padahal sudah istirahat,
kemarin sempat pijat tapi katanya sering nyeri juga belum hilang.

P Benar dok saya merasa nyeri 2 minggu terakhir ini di area sendi dan jari jari tangan dan
kaki.

D Baik bu, selain keluhan yang membawa ibu ke sini hari ini, saya ingin bertanya
mengenai riwayar penyakit dahulu, sebelumnya apakah pernah ada gejala seperti yang
dirasakan Ny X saat ini?

P Sepertinya pernah dok tapi saya belum sadar karena saya menganggap semua itu wajar
karena pubertas.

D Apakah gejala seperti yang Ny X rasakan, pernah dialami juga oleh keluarga atau
kerabat dari Ny X?

A Sepertinya tidak dok, saya juga tidak tahu jika ada keluarga yang memiliki tanda tanda
seperti anak saya

D Selain yang tadi sudah saya tanyakan apakah ada keluhan lain yang dirasakan?

P Tidak ada dok.

A Kira-kira anak saya sakit apa ya dok?

D Untuk menentukan Ny X sakit apa, saya tidak bisa menentukannya saat ini, ada
beberapa pemeriksaan yang harus dilakukan terlebih dahulu. Setelah pemeriksaan
keluar, baru kita dapat menentukan apa diagnosis dari Ny X saat ini

P Baik dok.

D Saya akan melanjutkan dengan pemeriksaan fisik pada anak ibu. Mohon izin untuk
memeriksa ya bu.
A Baik dok silakan.

Pada pemeriksaan fisik tanda vital didapatkan kesadaran compos mentis dengan tekanan
darah 130/60 mmHg, denyut nadi 108 kali per menit, frekuensi pernapasan 26 kali per
menit, dan suhu aksila 37,6oC. terdapat beberapa tanda pada pasien. Terdapat konjungtiva
anemis, status lokalis tangan kanan dan kiri sama, tidak hiperemis. Selain itu terdapat
nyeri tekan dan gerak pada proximal interphalanx (PIP) jari 2-4 dan distal interphalanx
(DIP) jari 2-4. Suhu kulit pasien hangat.

D Dari hasil pemeriksaan fisik, Saya menemukan adanya nyeri tekan dan gerak di area
ibu jari tengah dan ujung jari, dan pasien sedikit hangat, jika diizinkan apakah ibu
bersedia jika dilakukan pemeriksaan laboratorium?

P Baik dok, silakan.


da
n
A

Pada pemeriksaan hasil uji darah lengkap adalah Hemoglobin 9 g/dL yang menunjukkan
kurang dari normal, Leukosit 7.000/μL dalam batas normal, Trombosit 140.000/μL pada
pemeriksaan trombosit kurang dari normal, Hematokrit 27% menunjukkan kurang dari
normal. Dimana nilai normal untuk Hb wanita dewasa adalah 12-15 g/dl, Kadar Ht wanita
dewasa 36-46%, jumlah leukosit normal adalah 4.500-10.000/μl dan jumlah trombosit
normal adalah 150.000-400.000/μl

D Berdasarkan hasil laboratorium terdapat sel darah merah,trombosit dan hematokrit


yang rendah bu, anak ibu dicurigai mengalami Anemia Hemolitik Autoimun yang
merupakan penyakit di mana sistem kekebalan tubuh malah menghancurkan sel darah
merah yang sehat, sehingga kondisi imunitas anak ibu sering terganggu dan akhirnya
menimbulkan lemas,kerontokan pada rambut,nyeri pada area sendi dan jari-jari.
A Bagaimana dok apakah penyakit anak saya parah seiring berjalannya waktu?

D Bisa dikatakan begitu ibu, namun untuk memastikan kondisi dan penegakan diagnosis
dibutuhkan pemeriksaan lainnya yaitu ANA (anti nuclear antibody) untuk memeriksa
mengukur kadar dan pola imunitas dalam tubuh yang melawan serangan penyakit. Nah
untuk hasilnya masih menunggu, nanti setelah hasilnya keluar maka kita bisa
simpulkan apa diagnosis dan penanganan yang dapat saya berikan pada anak ibu.

A Baik dok

Pada hasil pemeriksaan ANA (anti nuclear antibody) dinyatakan bahwa positif

D Mohon maaf ibu, berdasarkan seluruh pemeriksaan yang sudah kita lakukan hingga
pemeriksaan terakhir tadi yaitu ANA (anti nuclear antibody), dapat saya simpulkan
bahwa ibu mengalami yaitu Systemic lupus erythematosus (SLE) atau yang sering di
kenal dengan lupus. Hal inilah yang menyebabkan Ny X berada dalam kondisi seperti
saat ini.

P Jadi saya harus bagaimana dok?

D Hal yang paling penting dan harus dilakukan saat ini adalah Ny X harus dirawat inap.
Untuk dilakukan prosedur pengobatan, pada pasien lupus, belum ditemukan obat
untuk mengobati sepenuhnya. Jadi bisa dikatakan bahwa penyakit yang diderita anak
ibu tidak ada obat untuk menyembuhkan namun beberapa pengobatan yang harus
dilakukan di rumah sakit untuk memberikan kualitas hidup dan memperpanjang
kualitas hidup anak ibu.

P Jadi penyakit saya tidak bisa disembuhkan dok, dan obat obatannya harus dikonsumsi
seumur hidup untuk kelangsungan hidupnya?

D Secara garis besar seperti itu, karena pada kondisi ini hanya dapat menjaga dari
paparan matahari supaya tidak menimbulkan ruam di kulit dan menghindari stress
karena kondisi stress dan menghindari untuk kegiatan yang berat yang dapat
menurunkan imunitas pada anak ibu, sehingga bisa menimbulkan beberapa kondisi
yang serius seperti lemas berkepanjangan dan tidak bisa melakukan sesuatu,
mimisan,nyeri dan sesak pada bagian dada.

P Apa yang akan saya derita jika saya melewatkan pengobatan secara jangka panjang
tersebut dok?

D Komplikasi yang dapat timbul pada pasien lupus adalah salah satunya gagal ginjal.
Gangguan pada otak dan sistem saraf pusat yang menyebabkan sakit kepala, masalah
penglihatan, kejang, bahkan stroke, bisa juga menyerang pada jantung dan
menyebabkan serangan jantung.

A Saya tidak terima karena dengan kondisi anak saya, karena anak saya masih muda dok
banyak yang harus dikejar, dan apakah tidak ada cara lain selain mengonsumsi obat
secara jangka panjang karena jujur saya saya sebagai orang tua sedang kesusahan
dengan ekonomi saya dan anak saya juga perlu bekerja dan bagaimana jika dilakukan
pengobatan terus menerus, hal tersebut pastinya akan menghabiskan banyak uang dok.

D Untuk sampai saat ini, memang benar bahwa terapi dengan secara berkala di rumah
sakit karena perlu menjalani kontrol seumur hidup, untuk menentukan perlu tidaknya
obat diberikan, ditambahkan, penyesuaian dosis, mengevaluasi fungsi-fungsi organ
untuk meminimalkan kekambuhan dan menjaga imunitas pada tubuh Ny X. Metode
diagnosis dini dan penatalaksanaan yang baik maka 80-90% pasien dapat
mencapai harapan hidup 10 tahun dengan kualitas hidup yang hampir normal. Akan
tetapi, keputusan tetap berada di tangan keluarga, kami sebagai tenaga medis akan
mengikuti keputusan dari keluarga. Tentu saja, pengobatan dan perawatan yang
terbaik akan tetap kami berikan sembari menunggu keputusan.

A Jadi sebaiknya bagaimana ya dok? Kami tidak bisa memberikan keputusan, terserah
dokter saja. Dokter saja yang menentukan, karena dokter yang tahu mana yang terbaik
untuk ibu kami. Kami bingung dan dilema sekali harus bagaimana.

D Maaf sekali ibu,.Saya sebagai dokter di sini tidak bisa menjadi seseorang yang
mengambil keputusan dalam kasus ini. Ibu lah yang memiliki hak dan wewenang
untuk memutuskan tindak lanjut medis yang sudah direkomendasikan oleh kami. Saat
ini, saya akan memberikan perawatan dan pertolongan pertama untuk pasien terlebih
dahulu ya. Silahkan ibu untuk berdiskusi untuk mencari jalan keluar terbaik yang
disetujui oleh seluruh anggota keluarga dan juga diketahui oleh pasien.

A Baik dok, mohon bantuannya ya dok dalam memberikan yang terbaik untuk anak
saya.

D Baik bu.
Masalah komunikasi dokter-pasien dalam kasus ini
Masalah komunikasi yang terjadi pada kasus ini adalah adanya kesulitan antara dokter
dan anggota keluarga pasien yaitu ibu Ny X dalam mengambil keputusan akhir mengenai
tatalaksana lanjutan untuk pasien (Ny. X). Hubungan antara dokter dan anggota keluarga pasien
pada kasus ini tidak mencapai titik persetujuan karena adanya perbedaan pendapat antara seluruh
anak pasien. Dokter juga diminta oleh anak pasien untuk memutuskan sendiri tindak lanjut medis
untuk pasien dan anak-anak pasien menerima keputusan apapun dari dokter. Sehingga di kasus
ini, dokter mengalami kebingungan dalam mengambil keputusan.
Dalam kasus ini, pasien dan keluarga diberikan wewenang untuk mengambil keputusan
akan tatalaksana dan perawatan yang akan diberikan kepada pasien selama di rumah sakit.
Dokter pada kasus ini telah menjelaskan beberapa penjelasan dan pengubatan yang harus
dilakukan oleh Ny X dan menyarankan untuk menghindari sinar matahari dan stress yang
berlebihan serta aktivitas tersebut yang dapat menurunkan imunitas pada Ny X. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran dan Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran, menyatakan bahwa persetujuan akan suatu tindak kedokteran yang diberikan oleh
pasien atau keluarga terdekat harus setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai
tindakan kedokteran yang dilakukan terhadap pasien. Selain itu, juga dikatakan bahwa semua
tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
Pada kasus ini, dapat dilihat bahwa dokter sudah memberikan penjelasan, uraian, dan
rekomendasi mengenai rencana tindakan selanjutnya untuk pasien baik kepada pasien itu sendiri
maupun kepada anggota keluarga pasien. Keluarga pasien juga diberikan wewenang dari dokter
untuk memberikan keputusan akan tatalaksana pasien atas semua rekomendasi yang sudah
dijelaskan kepada mereka. Namun, juga perlu diketahui bahwa suatu pelaksanaan tindakan medis
yang akan dilaksanakan oleh dokter setelah mendapatkan persetujuan tindakan dari pasien atau
keluarganya, merupakan salah satu bentuk penghargaan atas Hak Asasi Manusia (HAM) yang
bertumpu pada hak asasi untuk menentukan diri sendiri (the right to self determination) dan Hak
Asasi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan (the right to health care). Hak menentukan diri
sendiri dalam dunia medis diartikan sebagai hak asasi manusia dalam menentukan apa yang
boleh atau tidak boleh dilakukan oleh dokter terhadap diri pasien. Hak atas pelayanan kesehatan
adalah hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman, berkualitas, terjangkau dan non
diskriminatif.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2014
tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien, tepatnya pada pasal 29, dikatakan bahwa
setiap pasien perlu memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan
kesehatan yang dimilikinya dan harus mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh
tenaga kesehatan di rumah sakit dan disetujui oleh pasien yang bersangkutan setelah
mendapatkan penjelasan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasien juga harus
bersedia menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak rencana terapi
yang sudah direkomendasikan dalam rangka penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya.
Pada kasus ini, keluarga pasien sebagai wakil dari pasien sudah memberikan informasi
dan menjelaskan kondisi finansial mereka serta menyampaikan kepada dokter pendapat dari hasil
perbincangan mereka walaupun terdapat dua pendapat yang berbeda. Keluarga pasien memiliki
keraguan untuk memberikan keputusan akhir karena memiliki pendapat yang berbeda dari
masing-masing individu, yang juga membuat dokter kebingungan untuk memberikan tatalaksana
lanjutan kepada pasien. Ibu pasien (Ny X) mengatakan bahwa mereka takut dan khawatir tentang
biaya yang dikeluarga selama pengobatan Ny X karena harus melakukan pengecekan terapi
farmakologi di rumah sakit secara berkala untuk memenuhi kualitas hidupnya dan mencegah
kekambuhan yang akan dialami pada Ny X.
Permasalahan hubungan komunikasi antara dokter dan pasien disini dapat menyebabkan
keterlambatan pemberian tatalaksana medis kepada pasien, yang nantinya akan berujung menjadi
terjadinya perburukan pada kondisi pasien akibat terlalu lama menunggu keputusan dari hasil
diskusi antara dokter dan keluarga pasien. Dokter bisa saja memberikan tindak lanjut medis
sesuai dengan kompetensinya tanpa persetujuan dari pihak keluarga, tetapi hal ini merupakan
tindak ilegal dan menentang peraturan yang ada.
Pada penelitian tahun 2021 tentang proses pengambilan keputusan terapi bantuan hidup
pada anak sakit kritis, setelah dilakukan edukasi dan penjelasan kepada pihak keluarga mengenai
pemberian terapi bantuan hidup, beberapa anggota keluarga memilih untuk menyerahkan
keputusan kepada dokter, sebagian menolak pemberian terapi, dan sebagian menyetujui
pemberian terapi bantuan hidup. Proses pengambilan keputusan ini disebut juga sebagai shared
decision making. Pada penelitian ini, dokter juga memberikan seluruh wewenang penentuan
keputusan akhir tindak medis kepada pihak keluarga pasien. Proses serta hubungan antara dokter
dan pasien di penelitian sama seperti yang terjadi pada kasus ini.

Analisis hubungan dokter-pasien pada kasus ini


Dalam kasus ini, pasien terdiagnosis dengan Anemia hemolitik dan Systemic lupus
erythematosus (SLE). Pada kasus tersebut pasien dan ibu pasien panik dan terkejut mendengar
bahwa anaknya yang masih muda terkena lupus yang artinya pasien harus menimalkan aktifitas,
meminimalkan stress dan paparan sinar matahari untuk mengatasi dan meminimalisir
kekambuhan, namun dengan kondisi pasien yang masih muda ibu pasien khawatir tentang masa
depan anaknya yang harus bekerja dan masih banyak yang harus di kejar dengan kondisi
tersebut. Berbagai penjelasan dan uraian mengenai rencana tindak lanjut kepada pasien mulai
dari pemberian obat serta tindakan non-invasif dan invasif sudah diberikan kepada anggota
keluarga pasien. Akan tetapi, terjadi kesulitan dalam pemberian keputusan akhir dari anggota
keluarga pasien akibat adanya perbedaan pendapat. Dokter pada kasus ini juga mengalami
dilema dan kebingungan dalam memberikan tindak lanjut medis terhadap pasien.
Pola hubungan komunikasi dokter pasien yang terbangun pada kasus ini adalah hubungan
komunikasi informatif. Hubungan komunikasi informatif merupakan suatu kondisi dimana
dokter memberikan berbagai fakta dan informasi yang lengkap kepada pasien dan keluarga.
Selanjutnya, pasien akan menentukan pilihan intervensi atau memberi keputusan yang nantinya
akan diimplementasikan oleh dokter. Disini, dokter akan menjelaskan kondisi terkini pasien,
berbagai pilihan intervensi, keuntungan dan kerugian dari setiap tindakan yang
direkomendasikan. Akan tetapi, pada jenis hubungan ini, dokter hanya berperan untuk
memberikan fakta dan tidak memberikan preferensinya.
Hal yang dapat menjadi penyebab dari gagalnya komunikasi antara dokter dan pasien
pada kasus ini adalah adanya terkejut dan kepanikan ibu pasien karena anaknya didiagnosis
lupus dan khawatir tentang masa depan anaknya yang masih muda dan banyak yang harus
dikejar serta bekerja, namun harus membatasi aktivitas dan terhalang dalam mencapai masa
depannya dengan kondisi tersebut, serta adanya masalah finansial, kurangnya pengetahuan akan
penyakit yang dialami oleh pasien, hingga stigma harus memberikan yang terbaik kepada orang
tua yang sudah merawat sejak kecil.
Mempertimbangkan segala aspek di atas, terlihat bahwa ibu dan pasien perlu penjelasan
dan pengetahuan yang cukup mengenai penyakit yang diderita oleh pasien, serta pasien dapat
diikutsertakan dalam pembuatan keputusan akan kondisi kesehatannya saat ini. Hubungan
komunikasi antara dokter dan pasien yang diharapkan pada kasus ini adalah hubungan
deliberatif, dimana dokter berperan sebagai seorang guru atau teman. Dokter selain berperan
dalam memberikan informasi dan fakta secara lengkap, dokter juga dapat memberikan opininya
dan preferensi menurut dirinya sendiri. Dengan ini, mungkin anggota keluarga pasien dapat
terbantu dalam menentukan pilihan yang terbaik untuk pasien.

Anda mungkin juga menyukai