Anda di halaman 1dari 6

BACA SEBELUM OSCE

OSCE (Objective-Structured Clinical Examination) merupakan salah satu mata kuliah profesi
apoteker UGM yang berbobot 1 SKS (hanya 1 sks ya, tapi horornya..) OSCE itu bukan seperti mata
kuliah lain yang ada kuliahnya, tapi (harap sabar) ini adalah ujian praktek. Kalo di fakultas sebelah
(read: FK), OSCE sudah dijadikan ujian nasional. Tapi kalo di Fakultas Farmasi, OSCE masuk
sebagai ujian lokal saja (internal kampus maksudnya). Itupun tidak semua kampus ada OSCE nya
(setau gue). Bakal sedih banget kalo nilainya sampe jelek, karena gak ada ujian ulang kayak comdis
(siap-siap nangis setelah ujian).

OSCE itu bentuk ujiannya pos-pos. Dari masa ke masa jumlah posnya beda-beda tapi kurang lebih
isi posnya sama aja. Sebelum hari H, biasanya ada pembekalan dulu dari dosen. Nah, ini sangat
membantu sekali karena kita dikasih tau apa yang harus dilakukan, poin yang dimasukkan
penilaian, bahkan ada contoh soalnya juga. Tapi siap-siap mencatat dengan secepat kilat ya, karena
ppt pembekalan tidak boleh dicopy dan tidak boleh difoto juga slide nya.

Setelah pembekalan, bakal ada Try Out OSCE, tapi eh tapi pesertanya HANYA beberapa orang saja
(T.T) jadi gak semua orang bisa ikut. Terus siapa aja yang ikut? Tergantung kebijakan kelas karena
yang milih anak kelas. Kalo pas jaman gw yang ikut itu kan 7 orang, diantaranya harus ada yang
pinter, medium, dan kurang, supaya bisa merepresentatif semua orang di kelas. Terus pemilihannya
melalui voting kelas, satu orang harus milih 3, boleh kalo mau nulis dirinya sendiri. Mereka yang
terpilih ikut Try Out harus siap menjelaskan ke teman-temannya. Baik itu tentang TKP per posnya
seperti apa, apa saja yang dilakukan, terus evaluasi kekurangan sebagai masukkan ke dosen untuk
memperbaiki OSCE pada hari H nya.

Nah, sekarang gue akan bahas satu per satu tiap posnya. Sebelumnya, gue kasih tau dulu kalo tiap
pos itu ada dosen dan laboran yang akan berperan sebagai pasien, dokter ataupun penilai. Ada 7 pos
dan 1 pos istirahat, setiap pos diberi waktu 7 menit, jadi gunakan waktu 7 menit itu dengan sebaik-
baiknya ya. Jika bel berbunyi, peserta geser ke pos setelahnya. Tiap pos ini ada pos transit untuk
membaca resep selama 1 menit.
Yuk kita bahas satu per satu!

POS 1
Swamedikasi
Dapet resep di pos transit, tidak dijelaskan pasiennya sakit apa, tapi dari keluhan di resep kita bisa
tau. Jangan mikir jauh-jauh penyakitnya apa, paling sekitaran yang diajarin di mata kuliah
swamedikasi, seperti diare, konstipasi, batuk flu, sakit kepala, cacingan, kulit gatal, dll. Makanya
sebelum itu kamu harus pelajari tentang panyakit-penyakit itu mulai dari gejala, obat dan terapi non
farmakologi. Untuk obat, sudah disediakan di meja beberapa obat (berbeda indikasi) tinggal milih
sesuai penyakitnya. Di pos ujian, sudah ada dosen (penilai) dan laboran (pasien), juga ada lembar
PMR yang wajib diisi. Untuk lembar PMR ini adalah identitas, informasi pasien yang kita gali dan
tindakan kita.

Hal yang perlu dilakukan :

1. Sikap profesional (salam, perkenalan,identitas)


2. Jebakan pertama : Tanya ke pasien yang sakit SIAPA
karena orang yang berperan sebagai pasien itu belum tentu pasien yang sebenarnya tapi bisa saja
orang tua atau kerabat dari pasien.
3. Isi identitas pasien sesuai dengan format di PMR
4. Penggalian informasi :
- keluhan (beratnya, frekuensi, lamanya)
- kebiasaan pasien dan hal yang dilakukan sehingga timbul keluhan itu
- tindakan apa saja yang sudah dilakukan
- riwayat penyakit dan pengobatan
- alergi,
- dll.
Pokoknya pertanyaannya itu untuk meyakinkan apakah penyakit yang kamu simpulkan itu benar
agar obat yang akan kamu berikan tepat. Selama bertanya, kamu harus sambil mencatat di lembar
PMR. Gak usah lama wawancara, ingat masih ada konseling.
5. Pemilihan obat :
- tanya pasiennya, misal kalo anak-anak bisa menelan atau tidak
- lihat ED obat karena ada obat yang sudah ED, pilih obat yang TIDAK kadaluarsa ya!
- ada beberapa kekuatan sediaan, pilih yang dosisnya sesuai dengan umur pasien
- ada beberapa merk, tanya ke pasien mau pilih yang mana, kalo dia jawab terserah yaudah lu pilihin
aja
- berikan obat dengan jumlah yang tepat (disesuaikan dengan lama terapi)
6. Pemberian informasi obat :
jelaskan dulu dari hasil penggalian informasi, pasien menderita penyakit apa. Nah, ini namanya
diagnosa. Kalo untuk kasus swamedikasi, apoteker berhak menyimpulkan penyakit yang diderita
pasien. Tapi kalo untuk kasus non-swamed, yang berhak melakukan diagnosa adalah dokter. Setelah
pasiennya tau dia sakit apa, lalu dijelaskan informasi tentang obat seperti biasa. Udah tau lah ya,
mulai dari indikasi, cara pakai obat, frekuensi, waktu pemberian, penyimpanan, dst.
7. Konseling tentang non- farmakologi
Biasanya senjata paling pamungkas: makan yang bergizi, istirahat yang cukup, stop kebiasan pasien
yang menyebabkan penyakit itu muncul. Nah, untuk pengobatan swamedikasi itu ada lamanya
pengobatan (tiap penyakit beda-beda, baca di buku Handbook of Non-Prescriptions Drugs by
Rosemary, et, all.). Kalau dalam beberapa hari itu tidak ada perbaikan maka berobat ke dokter.
8. Penutup (feedback, pertanyaan pasien jika ada, salam)

POS 2
Peracikan
Di pos transit kita dikasih resep obat dan sekaligus menghitung jumlah obat yang diambil.
Kalkulator bawa sendiri kalo gak salah. Temen gw ada yang salah koma, hasil penimbangannya bisa
jauh banget. Di pos ini ada dosen dan laboran sebagai penilai.
Perhatikan cara menimbang dan meracik, berikut hal yang perlu dilakukan :
1. Pilih bahan yang akan ditimbang.
Untuk beberapa bahan sudah ada ditempel bobot bahan di kemasannya. Jadi, bahan yang kita
timbang cuma 1 saja. Jebakan disini adalah ED bahan, perhatikan bahan yang diambil untuk
ditimbang!
2. Persiapan menimbang kayak biasanya: dibersihkan dulu sisa-sisa bahan di timbangan bila ada
(disediakan tissue) lalu disetarakan dengan menggeser sekrup timbangan ke kiri atau ke kanan.
Bahan yang ditimbang di kiri, anak timbang di kanan (kidal sebaliknya). Timbangan kiri dan kanan
diseimbangkan dulu dengan penara (posisi kertas/wadah ditaruh terlebih dahulu)
3. Timbangan ada 2 yaitu, timbangan miligram dan gram. Penggunaannya disesuaikan dengan berat
yang ditimbang. Untuk berat < 1 gram gunakan timbangan miligram, jika lebih gunakan timbangan
gram. Tidak boleh menimbang bahan yang beratnya kurang dari 50 mg, harus diencerkan terlebih
dahulu.
4. Meracik. Bentuk sediaan yang diracik biasanya salep, kapsul, pulveres, suspensi, atau rekonstitusi.
Pelajari cara meracik sediaan tersebut, terutama hal yang perlu diperhatikan dan urutan mencampur
bahan. Kalo gw dulu dapetnya sediaan salep, jadi bahan yang ditimbang adalah asam salisilat saja
sedangkan basisnya sudah ada informasi beratnya. Hal yang perlu diperhatikan itu ketika
menggerus asam salisilat harus dijenuhkan dulu dengan tetesan alkohol. Kerjakan basisnya di mortir
lain, setelah digerus lalu dicampur dengan asam salisilat tadi sampai homogen. Lakukan dengan
cepat dan rapi karena waktunya sangat terbatas.
5. Menaruh di wadah, disini gak perlu dibuat etiket.
6. Bersihkan peralatan yang digunakan karena ini dinilai juga.

POS 3
Pelayanan resep
Di pos pelayanan resep ini yang harus diselesaikan adalah masalah interaksi obat pada resep. Ada
dosen yang berperan sebagai dokter. Jadi titik berat disini adalah bagaimana kita sebagai apoteker
dapat komunikasi dengan dokter terkait permasalahan pada resep. Nah disini sudah disediakan
literatur DIH, DIF maupun MIMS. Hal yang perlu diperhatikan :
- potensi interaksi antar obat pada resep
- mekanisme interaksi
- cara komunikasi dengan dokter : diawali dengan perkenalan dulu, tetap komunikasi dengan sopan
jangan terkesan menyalahkan.
- memberi usulan (disesuaikan dengan interaksinya apakah memungkinakan kalau hanya diberi jeda
waktu saja atau harus diganti dengan obat lain)
Kalo gw dulu dapet resep obat simvastatin, gemfibrozil, dan obat2 DM. Kebetulan gw pernah dapet
kasus ini di apotek tempat PKPA. Jadi, simvastatin sama gemfibrozil gak boleh diminum bersamaan.
Penyelesaiannya adalah minum obat yang satu pagi sedangkan satunya lagi malam. Meskipun udah
tau jawabannya, gw tetap cari interaksinya di literatur yang disediakan sebagai data lengkap untuk
ngomong ke dokternya.
Nah, disini juga disediakan kertas untuk nyatet info yang kita dapet dari literatur. Oh iya, yang
paling penting jangan sampai kamu kehabisan waktu untuk nyari di literatur tapi gak sempet
ngomong ke dokternya. Karena yang dinilai itu pada saat kamu komunikasi dengan dokter.
Saran gw pelajari dulu interaksi obat yang sering banget terjadi, meskipun ada literatur tapi kan
kamu udah ada bayangan mau dibawa kemana. Apalagi tau sendiri kan DIF itu in english, kadang
sulit untuk memahami maksudnya. Syalalalaa

POS 4
Etiket dan copy resep
Disini akan ada dosen sebagai penilai. Hal yang kita lakukan adalah menulis copy resep berdasarkan
resep dan obat yang tersedia. Hal yang perlu diperhatikan :
1. Pelajari det, det orig, dll.
Misal: diresep jumlah obatnya XXX disertai dengan iter 2x. Berarti kalo pasiennya ngambil 30 jadi –
det orig- terus ambil lagi 30 (berarti total 60) jadi –det iter 1x- terus ambil lagi 30 (total ambil 90)
jadi –det- Lain lagi kalo ambil 45 jadi det orig+15, dst.
2. Lihat obat yang disediakan. Jebakan disini adalah obat di resep beda dengan obat yang
disediakan. Biasanya sih beda merk aja. Terus gimana? Boleh kalo merk di resep diganti ke merk lain
yang gak sesuai resep atau ganti merk ke generik. Tinggal tulis -det (da nama obat yang lu kasih)-
Nah kalo generik diganti ke branded? Ini sebenernya gak boleh, jadi kalo ga ada yang generik sesuai
resep maka ga usah dikasih jadi ditulis -ne det- Tapi pas gw dulu itu sempet bingung juga, masa
pasiennya gak dikasih obat, terus akhirnya gue kasih haha. Mana dosennya itu berperan sebagai
penilai, jadi bingung juga kalo mau konfirmasi ke dokternya.

Setelah nulis copy resep, lanjut bikin etiket. Hal yang paling penting itu bisa membedakan etiket
putih sama biru. Kalo putih untuk obat yang masuk melalui lambung (per oral) sedangkan biru
untuk obat yang tidak melalui lambung misalnya pemberian lokal di kulit, melalui paru-paru,
insulin, injeksi, dll. Di etiket informasi yang perlu dicantumkan meliputi : no.resep, tanggal, nama
pasien, nama obat, frekuensi penggunaan obat, (berapa kali sehari), waktu minum obat
(siang/malam, sesudah/sebelum makan), penyimpanan (terutama yang perlu suhu dingin, misalnya
insulin) dan tanda tangan. Nah biasanya waktu minum obatnya tidak ada informasi di resep. Jadi,
apoteker yang menentukan. Hoho. Makanya diinget lagi pemberian obat di apotek kapan aja waktu
minum obatnya. Secara garis besar sih obat diminum setelah makan untuk mengurangi mual,
mengurangi efek samping obat (NSAID menyebabkan nyeri lambung), atau memang mekanisme
efek obatnya berefek setelah / saat makan (DM). Ada beberapa obat pula yang diminum sebelum
makan seperti anti hipertensi, anti mual-muntah, lambung, dll.

Beri informasi tambahan apabila ada obat yang dianjurkan untuk diminum pada malam atau pagi
hari. Misalnya : simvastatin (anti kolesterol) malam hari, glimepirid (anti DM) pagi hari, HCT
(diuresis) pagi hari, dsb. Kemungkinan kamu akan ditanya oleh dosen kenapa obatnya
sesudah/sebelum makan atau kenapa diminum malam/pagi hari. Tapi kamu gak perlu memberi PIO
karena dosen disini berperan sebagai penilai saja bukan pasien/dokter.

POS 5
Monitoring Terapi Obat
Di pos ini, kamu diberikan kertas berisi narasi tentang pasiennya. Karena judulnya aja monitoring
pasien maka fokus terhadap pengobatan yang diberikan kepada pasien. Lakukan persiapan sebelum
hari H dengan mempelajari dulu penyakit yang memerlukan pengobatan dalam jangka panjang
seperti : TBC, DM, hipertensi, dll. Saat membaca narasi langsung pikirkan apa yang mau dicari. Hal
yang perlu dilakukan :
1. Gali informasi pasien, biasanya keperluan pasien datang ke apotek adalah untuk mengambil obat
yang diresepkan. Maka minta waktu ke pasien untuk menggali informasi terkait monitoring
pengobatan. Biasanya pasien hanya menjawab seperlunya saja, informasi yang sudah ada di narasi
dapat ditanyakan kembali pada pasien. Disediakan literatur seperti MIMS dan ISO. Gue lupa apakah
ada DIH dan DIH juga, kayaknya sih gak ada soalnya gue inget cuma pake literatur buat nyari efek
samping dari masing-masing obat.
2. Disini kamu harus mengisi lembar monitoring.Terdapat kolom yang wajib diisi yaitu :
a) Efikasi - apakah obat memberikan efek sesuai indikasi? parameter normal nya seperti apa? misal
hipertensi: cek tekanan darah, normalnya 120/80 atau TBC harus rajin cek ke puskesmas dan
dikatakan normal ketika tes dahak hasilnya negatif kuman bakteri TBC. Ini tidak ada diliteratur
sehingga kamu harus pelajari dulu sebelumnya.
b) Keamanan - bagaimana efek samping obat? cara mengatasi efek samping obat? keamanan
obatnya? terutama untuk pasien kondisi khusus (hamil, menyusui, anak2, geriatri, dll). Ini bisa
dilihat di MIMS atau ISO yang disediakan.
c) Parameter lain - kepatuhan pasien, cara penggunaan obat yang benar dan hal-hal yang tidak
termasuk 2 poin diatas. misal: jarum insulin jangan disuntikan di tempat yang sama agar tidak
terjadi penebalan lemak. Cara penggunaan obat termasuk lama pengobatan harus disampaikan juga,
terutama TBC yang ada durasi pengobatan. Obat harus teratur diminum, tidak boleh berhenti. Kalo
terlewat maka harus ngulang lagi pengobatannya dari awal. Gue sempet jelasin ke pasien minum
obatnya sekaligus 4 tablet padahal bentuknya udah FDC (fix combination dose). Haha.

Hal yang paling penting disini adalah jangan kelamaan nyari info di literatur. Nanti waktunya gak
cukup untuk menyampaikan info ke pasiennya. Padahal masuk penilaian juga. Jadi, kalo bisa info
yang udah dapet langsung disampaikan aja ke pasien.

POS 6
Penyimpanan Obat

Di pos ini yang dinilai adalah bagaimana cara menyimpan obat dengan tata letak yang benar. Obat
yang sudah disediakan dalam satu keranjang gitu kita pilih terlebih dahulu, mana yang layak dan
tidak layak untuk dipajang di rak. Obat yang termasuk kategori tidak layak antara lain : sudah ED,
kemasan rusak, dan ilegal (tidak ada nomor registrasi). Nah, obat ini ditaruh di keranjang khusus
yang sudah di labeli sesuai dengan kategori ketidaklayakan obat tersebut.Setelah memisahkan obat
yang tidak layak, maka mulailah kita menyusun obat sesuai dengan kaidah penyimpanan obat yang
benar. Nanti disediakan rak tingkat yang diberi label. Kalo waktu gue OSCE, labelnya itu diantaranya
: OTC, hormon, antihipertensi, anti DM, saraf, vitamin, dll. Kemudian lakukan hal sbb:
1. Mengelompokkan obat sesuai dengan label (indikasi) pada rak.
2. Urutkan bersarkan abjad (kiri ke kanan)
3. Kelompokkan berdasarkan bentuk sediaan. Nah, disini juga gw masih bingung, kalo bentuk
sediaannya beda apakah harus beda rak? Soalnya raknya udah dilabeli sesuai indikasi. Hanya tersisa
rak paling bawah tanpa label apapun, jadi gue pikir itu buat narok obat yang bentuk sediaannya
beda. Tapi ya tetep dibedain yang obat keras dan OTC. Kalo di apotek sih gini urutan penyimpanan :

 suhu penyimpanan
 bentuk sediaan (padat, cair, semi padat )
 indikasi
 huruf abjad
 FEFO/FIFO
Disini kamu disediakan form untuk mengisi apa saja obat yang tidak layak. Jangan lupa
isi formnya karena masuk penilaian juga.

POS 7
Penggunaan obat khusus
Pelajari semua obat khusus seperti handihaler, insulin, betadine vagina, dll. Kumpulan obat khusus bisa
dilihat di buku kapita selekta. Sebenernya kalo mau praktek langsung bisa ke lab farmaset aja, disitu ada
beberapa sediaan khusus. Tapi kalo ga sempet, bisa belajar di youtube. Minimal ngeliat peragaannya,
jadi langsung kebayang cara pakenya. Disini ada dosen sebagai penilai dan laboran sebagai pasien.
Pasien datang nebus obat membawa resep yang berisi sediaan obat khusus. Udah lengkap aturan pakai
nya juga. Setelah membaca resep, lakukan hal berikut :
1. Bersikap profesional seperti biasa (salam,perkenalan,penawaran bantuan)
2. Pastikan resepnya punya pasien itu
3. Menyiapkan obat
4. Jelaskan tentang penggunaan obat mulai dari persiapan (cuci tangan), cara pakai (dipraktekkan
langsung dengan sediaan khususnya),setelah pakai, sampai pencucian bila ada.
5. Beri info terkait aturan pakai obat sesuai dengan resep.
6. Konseling pasien mulai dari gali info (apakah merokok, dll), tentang terapi non-farkol, penggunaan
obat yg teratur, sampai dengan penyimpanan obat.
7. Penutup yang paling penting adalah FEEDBACK
Minta pasien memperagakan cara penggunaan yg kita jelaskan tadi sekaligus mengulang info yg kita
berikan. Kalo ada kesalahan, dibenerin aja.

ENG ING ENG


Dan akhirnyaaaa terselesaikan juga 7 pos ini yeaay! ^,^/
Pasti pada tambah mumet ya. Hahaha. Sebaiknya dibaca lagi setelah dapet pembekalan ya biar gak
lupa.
Semua tips diatas ditulis berdasarkan pengalaman, pembekalan, dan pembelajaran selama persiapan
OSCE gue. Tapi, bukan berarti setelah kalian menghapal semua poin yang gw jabarkan diatas, kalian
pasti akan lancar. Soalnya OSCE itu ujian praktek bukan ujian tulis. Jadi, perlu latihan terus
untuk mempraktekan setiap posnya. Terutama pos yang membutuhkan komunikasi, perlu dilatih
dulu apa saja poin yang ingin disampaikan. Sekali lagi yang namanya ujian praktek itu semua hal
yang tidak terduga bisa saja terjadi. Tadinya sudah hapal banget yang harus dilakukan eh tapi pas
denger bunyi bel semua jadi BLANK :(( Pokoknya tetep tenang aja, gak usah buru-buru takut
kehabisan waktu.
Dan tetap fokus, jangan ada kelewatan sama sekali apa yang harus dilakukan. Pahami betul-betul
jebakan tiap pos, jangan sampai terjebak! Kalau semua sudah OK dan latihan rajin latihan, maka
tanpa ikut try out pun kamu sudah pasti siap mengatakan: OSCE, Siapa takut? :D

Anda mungkin juga menyukai