Anda di halaman 1dari 2

SEJARAH KAMPUNG MAHMUD

Kampung Mahmud adalah salah satu kebudayaan daerah yang berlokasi


di Desa Mekar Rahayu, Kecamatan MargaAsih, Kabupaten Bandung. Kampung Adat
Mahmud, adalah sebuah kampung kecil disisi sungai Citarum. Raden Haji Abdul
Manaf disebut juga Eyang Dalem Mahmud adalah seorang ulama Sunda yang hidup
pada abad peralihan abad ke- 15.
Suatu saat, RH. Abdul Manaf pergi menunaikan haji ke Mekkah. Selama di
Mekah, ia berdoa di Gubah Mahmud, dekat Masjidil Haram. Ia bermunajat kepada
Allah dan mendapat ilham bahwa nanti akan menemukan tanah rawa, di sanalah
tempat tinggalnya. Ketika pulang, ia pun mencari tanah berawa-rawa dan
ditemukanlah tanah rawa yang ternyata lokasinya dekat Sungai Citarum. Selanjutnya
daerah rawa tersebut ditimbun dan Sungai Citarum dibelokkan, sehingga mengitari
daerah yang akan dijadikan tempat tinggal.

Gambar 1. Pintu Masuk Kampung Mahmud


Daerah tersebut dijadikan tempat persembunyian ketika Belanda menjajah.
Pada saat itulah ia mengeluarkan larangan kepada masyarakatnya, bahwa :
 Tidak boleh membuat rumah dari tembok
 Rumah tidak boleh memiliki kaca
 Tidak boleh memelihara soang / angsa
 Tidak boleh membunyikan goong
 Tidak boleh membuat sumur
 Tidak boleh hidup dengan kemewahan duniawi
 Tidak boleh menggunakan genteng barong
Semua larangan yang diterapkan dilatarbelakangi oleh keinginan untuk
menyembunyikan diri dari Belanda. Jadi tidak memperlihatkan diri dari segala bentuk
tampilan, baik keadaan rumah maupun suara.
Selain itu, ketika Eyang Abdul Manaf mengubah tempat itu sebagai tempat
tinggal, ia menanam tanah haram yang dibawa dari Gubah Mahmud. Setelah tanah itu
ditanam, air tanah menjadi kering sama sekali. Jadi segala kebutuhan hidup akan air
didapat dari Sungai Citarum. Untuk selanjutnya, karena tanah haram yang dibawanya
telah ditanamkan di daerah ini, maka daerah itu oleh Eyang Abdul Manaf dinamakan
Kampung Mahmud, sesuai dengan nama tempat di mana tanah itu diambil.

Anda mungkin juga menyukai