Anda di halaman 1dari 14

DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 32, No.

1, Juli 2004: 28 - 41

REKONSTRUKSI ARSITEKTUR ISTANA KOTA PIRING

Totok Roesmanto
Staf Pengajar Jurusan Arsitektur - Universitas Diponegoro

ABSTRAK

Istana Kota Piring terletak di Pulau Biram Dewa, Tanjungpinang, Pulau Bintan adalah pusat pemerintahan
Kesultanan Melayu Johor Riau pada tahun 1722-1784, dan berhubungan kesejarahan dengan Johor dan Pahang
yang menjadi pusat pemerintahan sebelumnya. Istana Kota Piring tinggal menyisakan sebagian dinding tembok
dan pondasi bangunan dalam kondisi memprihatinkan, dan di atasnya telah berdiri banyak bangunan baru
berkonstruksi permanen.
Penelitian ini merupakan kegiatan awal untuk merekonstruksi arsitektur Istana Kota Piring berupa
penelitian lintas-sektoral mencakup arkeologi-sejarah-arsitektur, yang harus dilanjutkan dengan penelitian-
penelitian berikutnya.. Dinding dan pola halaman yang pernah ada dianalisis berdasarkan temuan sisa pondasi di
lapangan. Dengan pendekatan kesejarahan berdasarkan teks kuno “Tuhfat Al Nafis” abad ke-19, bangunan-
bangunan penting yang ada di dalam kompleks Istana Kota Piring dapat diketahui. Penelusuran jenis dan bentuk
bangunannya didasarkan pada pendekatan arsitektural terhadap bangunan tradisional Melayu yang ada di
Kesultanan Johor dan Pahang yang semasa. Untuk mengetahui seluruh bagian bangunan Istana Kota Piring yang
masih terdapat di bawah permukaan tanah harus dilakukan kegiatan ekskavasi. Kegiatan ekskavasi secara
menyeluruh hanya dapat dilakukan setelah seluruh bangunan baru yang ada di situs bersejarah ini direlokasi.

Kata kunci: Istana Kota Piring, Pulau Biram Dewa, Tanjungpinang, rekonstruksi arsitektur.

ABSTRACT

The Kota Piring Palace is located in the little island of Birm Bewa Tanjungpinang, Bintan Island. It was a
centre government of Melayu Riau Sultanate in 1722-1784 after Johor and Pahang. The ruin of Kota Piring
Palace are the part of fortwall and building foundations in aprehensive sondition. In this historical site exists 23
new buildings of permament construction.
This research as the first action of the Kota Piring Palace architectural reconstruction is the trans-sectoral
research included activities of archaeological research, historical research, architectural research, and this
action must be continued by several reseaches. The wall position and courtyard pattern can be analyzed by the
ruins of building foundation in the field of Kota Piring Palace artifact. The essential buildings in the complex of
Kota Piring Palace can be known by historical study based on the text of Tuhfat Al-Nafis ancient book. Also,
based on architectural study of the Melayu traditional building in Johor and Pahang in the same period can be
estimated the building types and building forms of Kota Piring Palace. The artifact of Kota Piring Palace were
burried on the ground can be found by archaeological excavation. This activity can be stars after relocation all
of new buildings in the historical site.

Keywords: Kota Piring Palace, Biram Dewa Island, Tanjungpinang, reconstruction.

PENDAHULUAN bukanlah obyek yang menarik untuk dikunjungi


warga kota Tanjungpinang. Pada hari-hari libur,
Istana Kota Piring terdapat di Pulau Biram situs-situs bersejarah yang ada di Pulau
Dewa (Malam Dewa, Malim Dewa) atau Niram Penyengat banyak dikunjungi wisatawan lokal
Dewa sebagaimana masyarakat sekitar dari Tanjungpinang, Batam dan sekitarnya serta
menyebutnya, pada batu delapan atau sekitar 8 wisatawan manca dari Malaysia dan Singapura.
km dari pusat kota Tanjung pinang. Secara Pulau Biram Dewa dan Penyengat pernah
administratif Istana Kota Piring berada di menjadi tempat istana istana Kesultanan Melayu
wilayah Kelurahan Melayu Kota Piring RT.02 Riau abad 18-19.
RW.03, Kecamatan Tanjungpinang Timur. Pulau Istana Kota Piring menyisakan sebagian
Biram Dewa merupakan pulau terbesar yang dinding benteng dan bentukan yang diduga
terdapat di hulu Sungai Galang yang luasnya 3,5 merupakan bagian pondasi dari bangunan-
ha. . Sedikitnya informasi tentang keberadaannya bangunan yang ada di komplek tersebut. Di atas
menunjukkan situs bersejarah Istana Kota Piring situs bersejarah ini telah berdiri 23 rumah tinggal

28 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
REKONSTRUKSI ARSITEKTUR ISTANA KOTA PIRING (Totok Roesmanto)

keluarga pendatang yang rata-rata mulai dihuni (Gambar 2), dan menurut peta kuno lain yang
tahun 1995, juga 1 bangunan penampungan lebih muda berada di Sunagi Pulai (Gambar 1).
calon tenaga kerja, 1masjid, 2 makam ber- Pada permukaan bidang sisi Barat sisa
cungkup, 1 warung, dinding berdenah U yang dinding benteng terdapat grafiti “1722-1777” dan
dipercaya sebagai dok perahu Lancang Kuning, “1777-1824 VOC” yang ditulis dengan
jalan tanah, kebun, tanaman bakau, dan ruang menggunakan sejenis cat kayu. Dari angkanya,
terbuka sisanya yang terdapat di bagian dalam terkandung maksud pelakunya (M.Ali Sidik,
benteng dibiarkan berupa semak. penduduk setempat, atau bisa juga aparat
Dari slide yang dibuat Murtiyoso pada tahun pemerintah daerah setempat) menginformasikan
1994 dapat diketahui situs Kota Piring tertutup bahwa sisa dinding benteng tersebut adalah
ilalang lebat di atasnya telah ada 4 bangunan peninggalan masa lampau. Niat baik mewartakan
rumah tinggal. Tidak jauh berbeda dengan kesejarahan Istana Kota Piring dengan cara
kondisinya sekitar tahun 2003 sebagaimana hasil demikian justru bertentangan dengan prinsip-
pemotretan yang dimuat pada buku “Bintan prinsip konservasi. Cat kayu dari pertimbangan
Phoenix of the Malay Archipelago”. kimiawi selain sulit dihapus juga dapat merusak
(Massot,2003:25). lapisan permukaan dinding yang berdampak
Pada awal tahun 2004 jumlah bangunan konstruksinya menjadi rapuh.
rumah tinggal telah menjadi 23 rumah (12 rumah Istana Kota Piring yang letaknya tak jauh
berada di dalam dan 11 rumah di luar benteng). dari pusat kota dan dekat Bintan Centre sebagai
Keluarga-keluarga Melayu, Bugis, Jawa ber- komplek pertokoan terbesar kurang dikenal
datangan dari Daik-Lingga, Dabo-Singkep, masyarakat Tanjungpinang, kalah populer
Kalimantan, Sumatera Utara, dan mendirikan dibandingkan kisah kepahlawanan Raja Haji
bangunan rumah tinggalnya di atas kapling Fisabilillah yang membangunnya dan gugur
ukuran 10x20m atau 20x20m yang dibeli dari dalam Perang Sosoh melawan VOC tahun 1784.
M.Ali Sidik penghuni awal dan mengaku sebagai Pembangunan komplek real estat yang hanya
pewaris Pulau Biram Dewa.(Gambar 4) berseberangan sungai dikhawatirkan juga akan
Penduduk membuat jalan tanah selebar 5m dapat mengimbas pada kelestarian artifak Istana
dan panjang 105m ke Jalan Kota Piring (jalan Kota Piring maka usaha penyelamatannya dan
lingkungan terdekat) secara swadaya , meskipun upaya rekonstruksi arsitektur bangunan-
kemudian tetap saja tergenangi air pasang Sungai bangunan yang pernah ada sangat mendesak
Galang.(Gambar 3) untuk dilakukan. Dengan demikian bagian
Beberapa bongkah batuan kemungkinan dinding benteng yang tersisa tidak menjadi lebih
merupakan bagian pondasi bangunan Istana parah kondisinya, peran kesejarahan Istana Kota
Kota Piring ditemukan telah dimanfaatkan untuk Piring di Pulau Biram Dewa dan kekhasan
umpak beberapa rumah tinggal atau disusun arsitektur bangunannya menjadi lebih dikenal.
sebagai pagar halaman.
Pecahan keramik berukuran agak besar yang
pada tahun 1994 mudah ditemukan terserak di ISTANA KOTA PIRING
atas permukaan situs (berdasar penuturan SEBAGAI PUSAT PEMERINTAHAN
Murtiyoso yang berkunjung pada tahun 1994),
tinggal menyisakan fragmen remitan berukuran Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis
kecil. pada tahun 1511,kedaulatannya dilanjutkan
Menurut Meuraxa, Kota Piring berupa Kesultanan Johor, yang dampaknya diserang
pagar yang terdiri dari piring (Meuraxa, Portugis dan juga Kesultanan Aceh secara
1974:591). Pendapat lain mengartikan Kota bergelombang. Kesultanan Johor akhirnya
Piring sebagai tempat penyimpanan koleksi berhasil ditundukkan Sultan Iskandar Muda dari
piring Kesultanan Melayu Riau. Dalam teks Kesultanan Aceh di tahun 1613. Sultan Hammat
kuno Tuhfat Al-Nafis yang ditulis Raja Ali Haji Syah, yang diangkat sebagai sultan boneka Johor
tahun 1865 (Galba dkk,2001:51) istana untuk memperkuat hegemoni Kesultanan Aceh,
Kesultanan Melayu Riau disebutkan berada di kemudian memindahkan pusat pemerintahannya
Biram Dewa dan istana lainnya yang lebih muda ke Bintan. Dengan bantuan VOC kedaulatan
berada di tepi Sungai Galang Besar (Hooker:387- Kesultanan Johor dapat diraih kembali pada
388). Peta kuno yang dibuat setelah berdirinya tahun 1615 dan Sultan Hammat Syah memilih
benteng VOC di Tanjungpinang menunjukkan mendirikan Kesultanan Pahang, sedangkan
Pulau Biram Dewa berada di Sungai Galang Kesultanan Johor yang berpusat di Bintan

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 29
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 32, No. 1, Juli 2004: 28 - 41

diserahkan kepada kemenakannya yang berhak. bawah Van Bram ke Benteng Ketapang dan
Sejak tahun 1615 Kesultanan (Melayu) Johor- menyebabkan Raja Haji gugur 18 Juni 1784.
Riau berdiri dengan pusat pemerintahan di Pulau Kota Piring tahun 1761-1777 masih men
Bintan. jadi tempat kedudukan Sultan Mahmud Syah III,
Pada tahun 1641 Sultan Abdul Jalil III sedangkan Yang Dipertuan Muda Riau sampai
dibantu VOC berhasil menguasai Malaka, masa jabatan Daeng Kamboja berkedudukan di
memindahkan pusat pemerintahannya dari Kota Rebah di dekat Su ngai Rebah (Gambar 1).
Bintan ke Johor, kemudian menetap di Pahang. Karena perjanjian 10 Nopember 1784 Ke
Sultan Ibrahim Syah penggantinya, tidak sultanan Melayu Riau mengakui kekuasaan VOC
menetap di Johor tetapi di Riau. Terbunuhnya dan kehilangan hak monopoli perda gangan di
Sultan Mahmud Syah II, sebagai pengganti Kepulauan Riau. Pada tahun 1785, VOC
Sultan Ibrahim Syah, karena tidak mempunyai menempatkan Residen Belanda di Tanjung-
keturunan resmi menyebabkan terjadinya pinang. Tetapi kemudian, Sultan Mahmud Syah
kemelut suksesi kekuasaan Kesultanan (Melayu) III dengan bantuan orang orang Tumasek
Johor- Riau. Raja Kecil (Kecik) dari (Singapura), Sulu, Ilanun, Bulangingi, Filipina
Minangkabau yang mengaku keturunannya Selatan dapat mengusir kembali VOC dari Riau,
memenangi perseteruan dan menjadi penguasa dan memindahkan pusat pemerintahannya dari
baru bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah. Kota Piring ke Daik-Lingga untuk menghindari
Tengku Sulaiman, anak Bendahara Tun serangan balasan armada VOC..
Abdul Jalil yang pernah menjadi wali Sultan Akibat dari Revolusi Perancis dan terusir
Mahmud Syah II ketika belum cukup umur nya Pangeran Willem V dari Belanda ke Ing gris
menjabat sultan Johor di Riau, bersama ketu pada Februari 1795, seluruh kekuasaan Belanda
runan Raja Bugis-Luwu (Daeng Perani, Da eng di daerah East Indies termasuk Malaka dan Riau
Marewa, Daeng Celak, Daeng Manam bon, diambil alih. Kepulauan Riau diserahkan kepada
Daeng Managasi) berhasil mengusir Sultan Sultan Mahmud Syah III sebagai penguasa
Abdul Jalil Rahmad Syah, kemudian menjadi Kesultanan (Melayu) Johor-Pahang-Riau-Lingga
penguasa Kesultanan (Melayu) Johor-Pahang- yang berpusat di Daik-Lingga.
Riau yang bergelar Sultan Sulaiman Badrul Karena Treaty of London 1824 wilayah
Alam Syah berkedudukan di Istana Kota Piring Kesultanan Melayu (Johor-Pahang) Riau-Lingga
sejak 4 Oktober 1722. Jabatan Yang Dipertuan menjadi terpecah. Johor dan Pahang berada di
Muda (perdana menteri) dipercayakan pada bawah kekuasaan Inggris, dan Riau-Lingga
Daeng Marewa (1722-1728), Daeng Celak termasuk Indragiri Hilir berada di bawah
(1728-1745), Daeng Kamboja (1745-1777), dan pengaruh Belanda (Effendi, 1984:10). Bekas
Raja Haji (1777-1784). Istana Kota Piring tidak pernah lagi digunakan
Pemilihan Kota Piring sebagai pusat untuk kepentingan yang ada kaitannya dengan
pemerintahan Kesultanan (Melayu) Johor- pemerintahan Kesultanan Riau-Lingga. Daik-
Pahang-Riau diawali dengan pencarian lokasi Lingga resmi menjadi pusat pemerintahan para
yang dilakukan Bendahara Tun Abdul Jalil atas Sultan Kesultanan Riau-Lingga sampai tahun
perintah Sultan Mahmud Syah II. Menurut 1883, dan para Yang Dipertuan Muda Riau-
“Sejarah Melayu Riau-Lingga”, sesampai di Lingga berkedudukan di Pulau Penyengat sampai
muara Sungai Riau, Tun Abdul Jalil menugasi tahun 1858.(Yunus, 2003)
Malam Dewa, jurumudi Lancang Kuning yang
digunakan dalam ekspedisi tersebut, meneruskan
pencarian dengan menyusuri Sungai Carang PENYELAMATAN SITUS
(dalam peta kuno disebut Sungai Galang) sampai ISTANA KOTA PIRING
berhasil menemukan lokasi di bagian hulu. Situs adalah lahan yang mengandung atau
(Gambar 1 dan 2). diduga mengandung benda cagar budaya,
Pengganti Sultan Sulaiman Badrul Alam termasuk lingkungannya yang diperlukan bagi
Syah adalah Sultan Jalil Muazam Syah(1760 – pengamanan situs tersebut. Menurut Pedoman
1761), yang kemudian dilanjutkan Sultan Pengelolaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala
Mahmud Syah III (1761-1812). Pada masa 1991, penyelamatan situs merupakan upaya
pemerintahannya, jabatan Yang Dipertuan Muda teknis arkeologis untuk menanggulangi dan
Riau IV dipegang oleh Raja Haji (1777-1784). mencegah rusaknya peninggalan sejarah dan
Raja Haji pernah menyerang VOC di Malaka, purbakala karena pengaruh alam dan perbuatan
yang berdampak serangan balik armada VOC di manusia.

30 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
REKONSTRUKSI ARSITEKTUR ISTANA KOTA PIRING (Totok Roesmanto)

Artifak yang terlihat di atas permukaan (Balar) Jawa Timur di Trowulan terhadap
harus tetap terjaga, sementara bagian artifak bahan-bahan yang diambil dari sisa dinding
yang terpendam di dalam tanah diupayakan benteng di Istana Kota Piring dengan dapat
untuk dapat dikuak. Karena di atas situs Istana diketahui bahwa konstruksi dinding dan
Kota Piring terdapat bangunan rumah tinggal pondasinya disusun dari batu gamping dan pasir
masyarakat pendatang, sedangkan di bawah laut. Untuk pembanding, tembok kubu
bangunan tersebut mungkin masih terdapat pertahanan di Johor terbuat dari lumpur.(Yussof,
bentukan atau artifak yang ada kaitannya dengan 1992:336), jauh lebih sederhana dibandingkan
Istana Kota Piring, maka kepada penghuninya dinding benteng Istana kota Piring.
harus ditumbuhkan kesadaran untuk tidak Beberapa bagian dinding benteng ada yang
menambah luasan dan merubah konstruksi diisi dengan bata menandakan pernah dilakukan
bangunannya yang akan berdampak rusaknya perbaikan fisik mengimbuhkan bahan bangunan
artifak yang berada di bawah bangunan. baru, pada masa yang lebih muda. Bahan
Tahapan pelaksanaan penyelamatan situs bangunan yang sama juga digunakan untuk
bersejarah Istana Kota Piring meliputi: konstruksi dinding pagar keliling di kompleks
1). merancang tindakan teknis yang terkait Pemandian Putri Raja Hamidah di Pulau
dengan kegiatan ekskavasi (pembukaan) Penyengat yang berusia lebih muda.
bagian bawah permukaan tanah), Tidak adanya sambungan khusus antara
2). memeriksa peninggalan yang ada di situs bagian pondasi dan dinding yang disangga
3). melakukan pendokumentasian data, menunjukkan sistem konstruksinya masih
4). menilai data secara arkeologis, sederhana. Bahan penyusun pondasi dan dinding
5). mengemas temuan arkeologis untuk dasar ditumpuk begitu saja tanpa ikatan yang kuat.
pelaksanaan penelitian lanjutan, Menurut Perret, pagar keliling kota yang
6). menentukan batas wilayah konservasi. menjadi pusat pemeritahan merupakan sistem
pertahanan berupa benteng untuk mencegah
Penyelamatan situs Istana Kota Piring telah adanya gangguan keamanan dari luar, biasanya
dimulai sejak adanya perjanjian antara Kesul- dibuat dari pagar kayu atau batu. Pusat
tanan Riau dan VOC pada tahun 1899 Dari surat- pemerintahan yang bercorak Islam dan maritim
surat perjanjian tersebut dapat diketahui bahwa umumnya terletak di pesisir atau di muara
“......... kedua pulau kecil Beram Dewa, Kam- sungai. Dalam catatan Tome Pires, sungai yang
pung Melayu ........tidak boleh diduduki tanpa masuk ke kota Samudera Pasai dipagari batu
seijin pemerintah negeri di Tanjungpinang dan tegak yang disebut padrao. Umumnya dinding
Raja-raja, ..........”. Peraturan khusus tersebut benteng dilengkapi pintu gerbang dan dijaga
telah melestarikan Pulau Biram Dewa yang petugas keamanan. Benteng Malaka memiliki
terdiri dari pulau tempat Istana Kota Piring empat gerbang dan beberapa menara pengawas
terletak dan pulau kecil yang berada di dilengkapi genderang, seperti diberitakan dalam
hadapannya. Keberadaan Kampung Melayu Yang Yai Sheng Lan.(Perret,1999: 46,65,68).
Kota Piring menegaskan letak Kampung Melayu Dinding benteng Istana Kota Piring yang
Lama berada di sekitar Pulau Biram Dewa. tersisa memiliki ketebalan rata-rata sekitar 30cm
Kegiatan ekskavasi merupakan penelitian dengan ketinggian maksimal 2m, tanpa adanya
lapangan yang membutuhkan waktu cukup lama. akhiran atas dindingnya yang utuh. Untuk
Pembukaan situs pada bagian-bagian yang memperkirakan bentuknya, harus mempertim-
diperkirakan terdapat lanjutan lajuran pondasi bangkan bentuk dinding dengan sistem
akan menghadapi kendala apabila di atasnya konstruksi yang sama yang terdapat pada
terdapat bangunan rumah tinggal berkonstruksi bangunan yang berusia sama atau lebih tua, atau
permanen. Untuk mengetahui lanjutan beberapa bila tidak ada dapat mempertimbangkan bentuk
bentukan yang terlihat di permukaan tanah yang dinding pada bangunan yang lebih muda.
diperkirakan sebagai bagian pondasi bangunan di Dari sistem konstruksi dan penggunaan
kompleks Istana Kota Piring dapat dilakukan bahan utama penyusunnya dapat dipastikan
dengan merabas semak ilalang yang ada. bentuknya juga akan sederhana. Bentuk dinding
benteng Istana Kota Piring mungkin akan lebih
a. Analisis Temuan Arkeologikal sederhana atau sama dengan bentuk dinding
keliling halaman yang ada di situs bersejarah di
Analisis mikroskopis terhadap di Labora- pusat pemerintahan Kesultanan Melayu Riau di
torium Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Pulau Penyengat yang berusia lebih muda.

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 31
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 32, No. 1, Juli 2004: 28 - 41

Dinding keliling keliling kompleks Pemandian 3). konstruksi bentukan yang disangga kemung-
Putri Raja Hamidah yang berusia lebih muda dari kinan memiliki bagian konstruksi yang
Istana Kota Piring memiliki bagian utuh dari atas berperan sebagai penyangga/umpak yang
permukaan tanah sampai akhiran atas dinding- akan menyangga bangun di atasnya,
nya, dapat dijadikan rujukan untuk memperkira- 4). belum menggunakan teknik sambungan
kan bentuk dinding benteng Istana Kota Piring. yang cukup kuat untuk menghubungkan
Pendapat Meuraxa bahwa dinding benteng bagian pondasi dan bentukan di atasnya.
Istana Kota Piring merupakan dinding pagar dari
piring tidak dapat dipastikan. Dinding benteng Dari penggambaran hasil temuan pondasi
yang tersisa memiliki permukaan rata dan tidak lajur dan petak dapat dianalisis keberadaan
ada tanda-tanda bekas tertancapnya dasaran dinding pagar yang lain dan pola halaman.
piring ataupun bibir piring (seperti pada dinding Halaman paling selatan yang dibatasi oleh
serambi makam Sunan Gunungjati dan dinding temuan pondasi lajur berdenah segi empat
keliling Sitinggil Kraton Kasepuhan di Cirebon). panjang. Lajuran pondasi di sisi Timur dapat
Penjelasan M.Ali Sidik sebagai penghuni diteruskan ke arah Utara sampai mendekati tepi
paling lama di Kota Piring yang mengaku masih sungai. Dengan pertimbangan perahu Lancang
keturunan dan pewaris keluarga Kesultanan Kuning lebih dulu melalui Sungai Carang
Melayu Riau (tanpa adanya bukti yang sebelum mencapai dok, maka bagian Utara dari
ditunjukkan kepada peneliti) mengatakan di atas halaman dalam akan wajar berupa sebuah
dinding terdapat piring-piring yang dipasang halaman juga. Batas halaman dapat berupa pagar
tegak dan berderet rapat. Penjelasan tersebut kayu yang merupakan jenis pagar benteng yang
agak meragukan, karena dengan cara lebih sederhana sebelum benteng batu
pemasangan demikian maka hiasan pada digunakan, juga pertimbangan tidak ditemukan-
permukaan piring akan tidak terlihat. Akhiran nya lajuran pondasi sejenis yang terlihat di
atas dinding keliling yang ada di halaman permukaan situs. (Gambar 5)
kompleks Pemandian Putri Pulau Penyengat
tidak berupa kisis-kisi tegak ataupun rata. b. Analisis Temuan Artefaktual
Selain lajuran pondasi dinding, juga dite
mukan pondasi berdenah segi empat 9x12m yang Temuan di permukaan situs berupa remit an
diperkirakan mendasari sebuah ruang di atasnya, fragmen keramik dari Masa Dinasti Yuan (abad
pondasi berdenah segi empat 12x 13m yang ke 13-14), Dinasti Ming (abad ke14-17), Dinasti
diperkirakan di atasnya adalah ba ngunan masjid Ching (abad ke 17-20), dan piring dari
istana, dan pondasi berdenah bujursangkar 6x6m Sawankhalok Siam (abad ke-13).
yang diperkirakan men dasari bangunan Keramik-keramik tersebut tidak diproduksi
penyimpanan harta Juga terdapat semacam di Nusantara, maka keberadaannya di Istana
dinding dengan denah berbentuk ceruk yang Kota Piring karena kegiatan perdagangan yang
diperkirakan sebagai bekas dok perahu Lancang berlangsung, atau karena penguasanya memiliki
Kuning. Untuk memastikan jenis bangunan yang hubungan persahabatan dengan penguasa negara
pernah ada harus memperhatikan jenis-jenis lain disertai pertukaran benda-benda berharga.
bangunan yang ada di kompleks Istana Kota Piring sebagai bandar Kesultanan
Kesultanan Melayu yang lebih tua (Kesultanan (Melayu) Johor-Pahang-Riau pernah ramai oleh
Melayu Johor), karena kompleks istana Kesultan kegiatan perdagangan. Sebagai Yang Dipertuan
Melayu yang lebih muda (yang terdapat di Pulau Muda, Raja Haji bersikap terbuka dalam
Penyengat dan di Daik Lingga sudah hancur). kebijakan perdagangan dan dari cukai yang
Temuan pondasi berbentuk petakan didapat kemudian digunakan untuk membangun
mengarahkan pada kesimpulan awal bahwa: istana di Pulau Biram Dewa yang diperindah
1). sistem konstruksinya terdiri dari konstruksi dengan porselin dan akar bahar yang dengan
pondasi dan konstruksi bentukan yang dicampur tembaga. (Galba dkk,2001:50-51).
disangga, Menurut Reid, kegiatan perniagaan mulai
2). konstruksi bentukan yang disangga meng- mengalami kemunduran sejak paruh kedua abad
gunakan bahan yang kekuatannya lebih ke-17 (Reid,2004:21), yang berdampak pada
rendah (misalnya kayu) dibanding bahan merosotnya peran bandar-bandar di Samudera
pondasi dasarannya, bahan pondasi bisa dari Hindia seperti Malaka.
kayu, Lokasi Istana Kota Piring di hulu Sungai
Riau sangat aman dari serangan dari luar. Maka

32 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
REKONSTRUKSI ARSITEKTUR ISTANA KOTA PIRING (Totok Roesmanto)

penyerangan Raja Haji ke Malaka yang dikuasai cermin adalah tiang balai itu bersalut dengan
Belanda menunjukkan strategi untuk menguasai kaki pahar/ kaki tiang itu iaitu/ tembaga dan
kegiatan perdagangan di jalur Samudera Hindia, kota itu sebelah atasnya berkisi-kisikan
dan menerapkan cukai bagi kapal niaga yang bocong.
masuk ke wilayahnya (untuk memasuki Sungai Adapun kota itu apakala kena/ sinar/ mata hari
Riau kapal niaga memerlukan jasa perahu tunda mancar-mancar/ lah cahayanya.
beruukuran kecil). Kemudian diperbuat/ nya/ satu istana pula di
Keramik-keramik yang dikoleksi dalam Sungai Galang Besar sangat juga indah –
bangunan-bangunan di Istana Kota Piring telah indah perbuatannya, iaitu istana paduka
terseleksi kualitasnya. Dengan temuan banyak anakanda baginda itu Sultan Mahmud, dan
fragmen keramik di permukaan situs menunjuk- perhiasan istana Yang Dipertuan Besar dan
kan keramik-keramik tersebut tidak disembunyi- Yang Dipertuan Muda itu daripada emas dan
kan di dalam tanah, dan kemungkinan ditinggal perak hingga rantai-rantai setolobnya dengan
begitu saja ketika Pulau Biram Dewa tidak rantai perak jua
difungsikan lagi oleh Sultan Mahmud Syag 2. dan seperti talam dan ceper kebanyakan di
setelah gugurnya Raja Haji. perbuat di Negeri China dan seperti tepak
dan balang air mawar daripada emas dan
c. Analisis Arsitektural Tata Bangunan perak diperbesar di Negeri Benila yang ber
karang bertahtakan intan dan yang ber
Istana Kota Piring difungsikan sebagai pusat serodi.
pemerintahan Kesultanan Melayu (Jo hor) Riau Dan adapun pinggan mangkuk dan cawan
sejak 4 Oktober 1722 sampai 10 November kahwa dan/cawan/ teh kebanyakan diperbu at
1784, dan ditinggalkan begitu saja atau dibumi- di Negeri China serta tersurat dengan air
hanguskan penghuninya pada tahun 1787. emas pada pantat cawan itu tersebut/ nama/
Pembumi-hangusan Istana Kota Piring akan Pulau biram dewa atau Malim dewa. Ada pun
menyisakan pondasi dan dinding benteng yang cawan itu hingga sampai kepada anak
terbuat dari batu gamping dan pasir laut. cucunyaiaitu sah dengan nyatanya.
Kota-raja tertua di Semenanjung Melayu (Hooker,1991:387-388)
yang dikisahkan dalam karya sastra Melayu lama
kemungkinan kota Gangga Nagara di Negeri Dari teks Tuhfat Al Nafis dapat diketahui
Perlak, memiliki sistem pertahanan dengan
benteng dan parit. 1). Istana di Pulau Biram Dewa (yang dimaksud
Dengan tidak adanya artifak berbentuk Istana Kota Piring) dibangun oleh Yang
bangunan yang tersisa di situs Istana Kota Piring, Dipertuan Muda Raja Haji Fisabilillah,
maka untuk memperkirakan lanskap dan tata 2). Kota (yang dimaksud adalah benteng keliling)
bangunannya harus menggunakan kajian berupa kota batu ,yang pada abad ke-18
kesejarahan berdasarkan teks kuno yang ada. merupakan karya arsitektur yang sangat
Teks kuno yang dianggap paling dapat dipercaya indah),
adalah Tuhfat Al Nafis yang ditulis oleh Raja Ali 3). Dinding benteng bertahtakan/berhiaskan
Haji. Sebagian dari teks Tuhfat Al Nafis pinggan dan piring.
menyebutkan: Pemasangan pinggan dan piring:
1. Syahadan maka tiada berapa lamanya) ba a). ditancapkan sebagian pantatnya keper
ginda Sultan Mahmud serta paduka ayahan mukaan dinding;
da, (baginda itu) Yang Dipertuan Muda Ra ja b). ditancapkan satu-satu, berderet rapat,
Haji/ di dalam. Pahang/ maka berangkat lah/ bertolak punggung di permukaan atas
keduanya itu/ balik ke Riau.. (Maka Da tuk dindingnya,
Bendahara pun mengantarlah kedua ra 4). Balai berdinding cermin, bertiang dilapis
ja.raja itu). Syahadan (tiada berapa lama nya tembaga,
di jalan maka Yang Dipertuan Muda pun 5). Bagian atas dari kota (benteng keliling)
berbuatlah istana di (pulau) Biram De wa, merupakan kisi-kisi dari bocong (?),
serta dengan kotanya yang indah-indah (iaitu 6). Kota (benteng keliling) memantulkan sinar
kota batu) yang bertatah dengan ping gan matahari, karena sinar matahari dipantulkan
(dan) piring sangatlah indah-indah)/ dan oleh permukaan bidang yang licin dan
sekarang ini masih ada bekas kota itu di Ulu mengkilat yang kemungkinan berupa pinggan
Riau adanya/ (dan satu pula balai dindingnya dan piring yang terdapat pada kota,

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 33
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 32, No. 1, Juli 2004: 28 - 41

7). Istana lain yang indah untuk Sultan Mahmud Letak pekan/pasar tidak pasti. Pekan Johor
dibuat setelah pembangunan Istana Kota Mengkaleh Tana Jata menurut Hikayat Terung
Piring dan terletak di tepi Sungai Galang Pipit semula terletak di luar kotaraja, dan di
Besar (sekarang disebut Kota Rebah karena bagian ujungnya terdapat sebuah gelanggang
sebagian besar dindingnya yang masih tersisa sabung ayam dan sebuah tempat judi. Pasar di
dalamkeadaan roboh), Indrapura Pahang berada di luar kotaraja, tetapi
8). Istana Sultan dihias emas dan perak, di Melaka di dalam kota raja. (Perret, 1999)
9). Istana Yang Dipertuan Muda Raja Ali juga Hikayat Siak juga memuat pemberitaan
dihias emas dan perak, tentang bangunan-bangunan yang terdapat di
komplek Istana Siak yang pernah dilihat oleh
Istana Kota Piring sebelum Raja Haji Sultan Mahmud Syah, sebagai berikut:
menjadi Yang Dipertuan Muda Riau IV sudah Alkisah, tersebutlah perkataan Sultan
menjadi istana Kesultanan (Melayu) Johor- Mahmud Syah, kerajaan di dalam Ngeri
Pahang-Riau. Setelah Raja Haji dan calon Siak. Maka baginda pun mufakat hendak
menantunya (Yang Dipertuan Besar Sultan membuat negeri di Sungai Mampuna. Maka
Mahmud) pulang dari Pahang, Raja Haji lebih segala Orang Besar-besar pun berkerahlah
dahulu singgah atau menetap di Pulau Biram orang negeri, menebas dan menebang, dan
Dewa dan membangun istana yang kota-nya dari berbuat kota, parit, dan istana balairung,
konstruksi batu, berarti: dan balai gendang, dan masjid, pedapuran,
1). sebelum di bangun kota batu sudah ada istana penanggah.
yang benteng kelilingnya tidak berkonstruksi Setelah sudah, maka baginda pun pindah
batu, dari Buatan, semayam di Mampuna, dengan
2). kota batu dibuat sebagai benteng yang segala Orang Besar-besar, menteri, hulu-
mengelilingi istana yang lama. balang, bentara, sida-sida, sekalian.
(Hashim, 1992:146)
Dari kajian arkeologis, sistem pertahanan
telah diterapkan pada pusat pemerintahan di Istana yang dibuat oleh Sultan Mahmud
Banten Girang dari abad ke-10. Dalam Sejarah Syah bukanlah Istana Kota Piring, karena
Melayu dikisahkan kota raja tertua adalah berkaitan dengan peperangan melawan Raja
Gangga Nagara yang diperkirakan berada di Kecil yang sudah melarikan diri ke Siak.
Negeri Perlak telah memiliki sistem pertahanan Istana kota Piring kemungkinan dibangun
dengan benteng dan parit. Benteng Pasir Raja di setelah Istana Mampuna. Dengan demikian dapat
Johor menggunakan pagar dari kayu kulim dan diduga,bangunan-bangunan yang ada di komplek
paritnya dibuat dengan membelokkan aliran Istana Kota Piring akan sama dengan yang ada di
sungai. Hikayat Merong Mahawangsa mengisah- Istana mampuna, akan meliputi:
kan benteng Kota Palas di Kedah dari pagar kayu 1). istana balairung
palas. (Perret, 1999). Sistem pertahanan di Istana 2). balai gendang
Kota Piring dengan menggunakan kota batu 3). masjid
merupakan sistem pertahanan canggih untuk 4). pedapuran
sebuah kotaraja pada masanya. 5). penanggah.
Komplek istana Melayu terdiri dari: d. Analisis Arsitektural Bangunan
1). Dalam/Mahligai tempat tinggal raja
2). Balairong/Balai Paseban sebagai tempat Bentuk bangunan yang ada di komplek
untuk menghadap raja, memiliki ruang yang Istana Kota Piring akan memiliki beberapa
jumlahnya terkadang sebanyak jumlah ruang kesamaan dengan bangunan yang ada di
di dalam kompleks istana kerajaan yang ada kaitan
3). Penanggahan atau dapur istna kesejarahan dengan Kesultanan Melayu Riau
4). Balai penghadapan sementara yang diguna- yaitu Istana Kesultanan Melayu Riau-Lingga,
kan bila ada upacara khusus, Istana Kesultanan Melayu Riau di Pulau
5). Balai apit Penyengat (Gambar 6)yang sekarang sudah
6). Ruang tunggu pengikut raja terletak di antara musnah, Istana Kesultanan Johor,, Istana
balairong dan dalam, Kerajaan Pahang, bangunan rumah tinggal
7). Mesjid, Melayu tradisional yang terdapat di Johor,
8). Bangunan untuk kerabat raja Pahang, dan Malaka.

34 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
REKONSTRUKSI ARSITEKTUR ISTANA KOTA PIRING (Totok Roesmanto)

Dari sisa-sisa pondasi di situs Istana Kota Rumah bumbung panjang Malaka tiang dua
Piring dapat dipastikan adanya bangunan belas memiliki rumah ibu yang ber-serambi dan
berdimensi a).6m x 6m atau lebih kecil, b).9m x dihubungkan dengan pelantar tak ber atap ke
12m atau lebih kecil, dan c).12m x 13m atau rumah dapur (Gambar 12). Sedang kan rumah
lebih kecil, yang berdiri di atas dasaran bumbung panjang Malaka tiang enambelas
perkerasan. memiliki rumah ibu mewadahi serambi, ruang
Bangunan rumah tradisional Melayu yang tengah kelana anak, dan ruang samping.
tumbuh sebelum masuknya budaya dari luar Pelantar tanpa atap dicapai dari tangga selang
berbentuk rumah bumbung panjang (Nasir & dan menghubungkan rumah ibu ke rumah tengah
Wan Teh,1994:25). yang mewadahi ruang tengah, bilik dan ruang
Bangunan tradisional Melayu umumnya bertangga da lam dan berpintu menuju pelantar
berbentuk rumah panggung dari kayu, yang belakang yang menghubungkan ke rumah dapur.
ditempati sebuah keluarga dan menantunya.
Selain itu terdapat rumah balai, rumah ibadah, e. Analisis Tata Lingkungan
dan tempat penyimpanan. Kepok padi/rumah
petak untuk menyimpan padi, rumah bangsal/ Kota Piring sebagai bandar yang penting
limbungan/pondok bagan untuk menyimpan pada abad ke-18 menghidupkan kawasan di
benda-benda lainnya. sekitarnya yang merupakan perkampungan
Bentuk bangunan ditentukan berdasarkan beberapa etnik terutama Bugis (mengingat
bentuk atapnya, (Effendy, 1993: 4, 5, 14-15, 65- dominasi peran orang-orang Bugis sejak
67), yaitu: terusirnya Raja Kecil di Kesultanan Melayu
1). Rumah Limas beratap limasan, Bangunan Johor-Pahang-Riau) dan Melayu.
balai pada istana Melayu umumnya ber- Dapat dipastikan di seberang perairan
bentuk rumah limas. Sungai Galang yang mengelilingi Istana Kota
2). Rumah Belah Bubung/Bumbung Melayu: Piring terdapat pemukiman masyarakat Bugis
Rumah Lipat Pandan atap pelana curam dan Melayu. Dari peta kuno (Gambar 2) di
Rumah Lipat Kajang atap pelana landai sekitar Fort Tanjungpinang sudah terdapat
Rumah Limas Berperabung Belah adalah Kampung Bugis dan Kampung Melayu yang
kombinasi keduanya. Rumah Belah Bumbung keberadaannya (tetap ada sampai sekarang)
Bertinggam/Rumah Berempang Leher/Rumah menjadi benteng hidup bagi Istana Kota Piring.
Ampar Labu/ Rumah Tebar Layar/ Rumah Setelah gugurnya Raja Haji, pengikutnya
Bersayap apabila atapnya bertingkat. meninggalkan kota raja tersebut, tersebar
Rumah Perabung Panjang bila bubungannya menjauhkan diri dari Kota Piring.
sejajar dengan jalan, dan disebut Rumah Menurut informasi dari beberapa orang
Melintang bila tidak sejajar jalan. tetua masyarakat Tanjungpinang, di sekitar Kota
3). Rumah Lontik/Rumah Pelancang/Rumah Piring pernah ada Kampung Cina yang
Lancang memiliki bubungan yang melentik keberadaannya bisa dikaitkan dengan naluri
ke atas. (Effendy, 1993:4,5,14-16,65,67). masyarakat Cina untuk bermukim di dekat
bandar ataupun sungai sebagai jalur trans portasi
Rumah tradisional Melayu terdiri dari yang penting di wilayah kepulauan. Banyaknya
rumah ibu dan rumah dapur (Gambar 10). temuan keramik Cina di situs Istana Kota Piring
Rumah bumbung panjang Johor memiliki rumah juga memperkuat dugaan di sekitar kotaraja dan
ibu yang terdiri dari rumah serambi, ruang ibu, kota-bandar tersebut juga terdapat pemukiman
dan ruang gajah menyusu, yang dihubungkan Cina.
oleh ruang selang tak beratap ke rumah dapur.
Bangunan jenis ini banyak memiliki banyak
kesamaan dengan rumah tradisonal Bugis di PENGKONSERVASIAN
Sulawesi. KAWASAN KOTA PIRING
Rumah bumbung panjang Pahang/rumah
serambi Pahang/rumah Melayu tradisi Pa hang Penyelamatan situs bersejarah Istana Kota
memiliki rumah ibu dengan 16 tiang utama, yang Piring akan melibatkan pulau-pulau di sekitarnya
mewadahi serambi, pebalai, pentas, laluan, dan yang memiliki kaitan kesejarahan Rencana
kelek anak yang meng hubungkan ke rumah konservasi situs bersejarah Istana Kota Piring
dapur yang di bela kangnya terdapat ruang memerlukan skala prioritas penanganan dengan
memasak (Gambar 11). cakupan konservasinya berdasarkan rencana

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 35
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 32, No. 1, Juli 2004: 28 - 41

Zonasi Konservasi. Rencana penzonaan tersebut segi empat panjang. Sementara temuan pondasi
akan mencakup bagian-bagian yang termasuk petak di situs Istana Kota Piring berbentuk bujur
Zona Inti, Zona Penyangga, dan Zona sangkar. Kenyataan tersebut mengarahkan pada
Pengembangan (Gambar 9) dugaan adanya bagian bangunan Istana Kota
Zona Inti meliputi seluruh bagian Pulau Piring berbentuk bangunan panggung yang
Biram Dewa dan perairan di sekitarnya yang pilar-pilar kayunya ditancapkan ke dalam tanah.
kemungkinan masih menyimpan fragmen yang Karenanya kegiatan ekskavasi lanjutan perlu
ada kaitannya dengan Istana Kota Pi ring. Lebar dilakukan untuk menguak bagian artifak yang
perairan di sekeliling Pulau Bi ram Dewa adalah masih tersembunyi di dalam tanah.
sejauh lemparan sebuah pinggan dan piring oleh
orang dewasa. Mes kipun kebiasaan melempar
barang pecah belah tidak lazim dilakukan DAFTAR PUSTAKA
menurut budaya Melayu ketika seseorang sedang
marah, kemungkinan tersebut justru terjadi Andaya, Leonard Y., Kerajaan Johor 1641-
setelah Pulau Biram Dewa menjadi pulau 1728. Pembangunan Ekonomi dan Politik,
kosong, dan pelemparan fragmen-fragmen Dewan Bahasa & Pustaka, Kemen terian
keramik dilakukan oleh orang yang Pendidikan Malaysia, Kuala Lumpur.
menemukannya di permukaan situs tersebut. 1987.
Zona Penyangga mencakup daerah perair an
di sekitar pulau pasangan Biram Dewa, pulau Effendi, Pulau Penyengat Bekas Pusat Pemerin-
kecil di depannya, termasuk daerah te pi sungai tahan Raja-Raja Melayu di Kepulauan
yang diperkirakan pernah menjadi Riau, Jakarta: Proyek Media Kebudayaan
perkampungan kuno di sekitar Istana Kota Dirjen Kebudayaan Departemen P&K
Piring. 1983-1984.
Zona Pengembangan meliputi bagian da
ratan yang ada di luar Zona Penyangga, da lam Effendy, Tenas, Lambang dan Falsafah Dalam
hal ini termasuk bagian dari Bintan Cen tre dan Arsitektur dan Ragam Hias Tradisional
komplek real estat yang sedang diba ngun. Melayu Riau, Proyek Inventarisasi &
Dokumentasi Kebudayan DaerahRiau,
Pemda Tk.I.Propinsi Riau. 1993.
REKONSTRUKSI
ISTANA KOTA PIRING Galba,S, Winoto,G, Gafnesia,DN, Wijaya,A
Swastiwi,Anatasia W., Sejarah Kerajaan
Untuk dapat merekonstruksi Istana Kota Riau Lingga,Bappeda Kab. Kepri
Piring sebagaimana kondisinya pada masa bekerjasama dengan Balai Kajian Sejarah
kejayaan pemerintahan Kesultanan Melayu & Nilai Tradisional Tanjungpinang, 2001.
Johor-Pahang-Riau dibawah pasangan Yang
Hashim, Muhammad Yussof, Hikayat Siak.
Dipertuan Besar (Sultan) Mahmud Syah dan
Dirawikan oleh Tengku Said, Dewan
Yang Dipertuan Muda (perdana menteri) Raja
Bahasa & Pustaka Kementerian Pen-
Haji tahun 1777-1784 memerlukan penelitian
didikan Malaysia, Kuala Lumpur. 1992.
berkelanjutan, meliputi kegiatan ekskavasi dan
penelitian arsitektur yang berkaitan dengan Hooker, Virginia Matheson, Tuhfat Al Nafis.
sistem konstruksi dan tata ruang bangunan- Sejarah Melayu - Islam, Ekonomi dan
bangunan yang ada di kompleks Istana Kota Politik, Dewan Bahasa & Pustaka,
Piring. Kementerian Pendidikan Malaysia,
Temuan petak pondasi di situs Istana Kota Kuala Lumpur. 1991.
Piring, dan dengan melihat bentuk bangunan
tradisional Melayu di Johor dan Pahang, Masot,Gilles, Bintan. Phoenix of the Malay
menunjukkan di atasnya akan terdapat bangunan Archipelago, Tanjung Pinang: Gunung
penting berkonstruksi panggung. Apabila Bintan. 2003.
dikaitkan dengan bentuk bangunan rumah
bumbung panjang Melayu yang terdiri dari Meuraxa, Dada, Sejarah Kebudayaan Sumatera,
bangunan induk yang disebut dengan rumah ibu, Penerbit Firma Hasmar, Medan, 1974.
dan bangunan di belakangnya yang disebut
dengan rumah dapur, memiliki denah berbentuk

36 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
REKONSTRUKSI ARSITEKTUR ISTANA KOTA PIRING (Totok Roesmanto)

Nasir, Abdul Halim & Wanteh,Wan Hashim,


Rumah Melayu Tradisi, Penerbit Fajar
Bakti SDN.BHD, Kuala Lumpur. 1994.

Perret, D, “Kotaraja Dalam Melayu Lama”dalam


Chambert-Loir, Henri & Ambary, HM ed,
Panggung Sejarah. Persembahan Kepada
Prof. DR.Denys LombardEcole francaise
d’Extreme-Orient, Pusat Penelitian Arke-
ologi Nasional, Yayasan Obor Indonesia,
Jakarta. 1999.

Reid,Anthony, Sejarah Modern Awal Asia


Tenggara, LP3ES, Jakarta. 2004.

Tjandrasasmita, Uka, Pertumbuhan dan Perkem-


bangan Kota-Kota Muslim di Indonesia
dari Abad XIII sampai XVIII Masehi,
Kudus: Penerbit Menara Kudus. 2000.

Vlatseas, S., A History of Malaysian


Architecture, Longman Singapore Pte.Ltd
Singapore. 1990.

Wahyuningsih, Abu, Rivai, Arsitektur Tradisi-


onal Daerah Riau,Proyek Inventa risasi &
Dokumentasi Kebudayaan Daerah Depdik-
bud, Jakarta. 1984.

Yuan. Lim Yee, The Malay House Rediscovering


Malaysia’s Indigenous Shelter System,
Institut Masyarakat, Pulau Pinang. 1987.

Yunus, Hamzah, Peninggalan-peninggalan


Sejarah di Pulau Penyengat, Pekanbaru:
Unri Press & Yayasan Kebudayaan Indera
Sakti Pulau Penyengat. 2003.

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 37
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 32, No. 1, Juli 2004: 28 - 41

LAMPIRAN GAMBAR.

38 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
REKONSTRUKSI ARSITEKTUR ISTANA KOTA PIRING (Totok Roesmanto)

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 39
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 32, No. 1, Juli 2004: 28 - 41

40 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
REKONSTRUKSI ARSITEKTUR ISTANA KOTA PIRING (Totok Roesmanto)

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 41
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/

Anda mungkin juga menyukai