Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KLIPING BMR

Bandar – Bandar Lama Di Riau


D
I
S
U
S
U
N
Oleh:

Nama : Indah Palupi Utami


Kelas : 9B

SMP Negeri 4 Tambang


Tahun Ajaran 2021/2022

1. Istana Kerajaan Rokan


Istana Rokan terletak sekitar 159 kilometer dari Pekanbaru, Ibu Kota Provinsi
Riau dan sekitar 69 Kilometer dari Pasir Pengaraian, Ibu kota Kabupaten Rohul,
dan hanya 33 kilometer dari Kota Ujung Batu. Istana Rokan terletak tepatnya di
Negeri atau Luhak Rokan IV Koto, kecamatan Rokan IV Koto, Kabupaten Rokan
Hulu, Riau. Istana ini di sebut juga dengan nama istana berukir naga karena hampir
di setiap bagian sisi dari istana ini terdapat kayu yang berukiran gambar naga.
Diperkirakan, kerajaan Rokan sudah berdiri sejak abad ke 18, usai
runtuhnya kerajaan Rokan Tua. Kini, Istana Rokan IV koto satu-satunya istana
kerajaan yang tersisa di kabupaten Rohul. Kerajaan Rokan IV koto terletak
berdampingan dengan Kerajaan Kunto Darussalam yang sama-sama terletak di
kawasan Rokan Kiri. Sementara tiga kerajaan lainnya terletak di kawasan Rokan
kanan, yakni kerajaan Tambusai, kerajaan Rambah, dan kerajaan Kepenuhan.
Sementarara di kompleks istana empat kerajaan lainnya, yakni, Rambah, Kunto
Darussalam, Tambusai dan Kepenuhan sudah hilang.
Istana ini terdiri dari dua tingkat. Pada tingkat pertama, merupakan ruang
pertemuan raja serta beberapa kamar raja dan tingkat ke dua merupakan ruang
pribadi raja. Dibagian depan lantai satu istana Rokan IV Koto ada empat buah
jendela satu pintu, dan satu pintu masuk ruang istana yang berukuran besar.
Sedangkan di samping kiri dan kanan, terdapat masing-masing satu jendela
memiliki kain gorden berwarna kuning. Pada lantai dua yang lebih berukuran kecil
ada tiga pintu jendela di bagian depan dan satu jendela di bagian samping.
Penempatan dan struktur rumah tampak penuh estetika dan unik.
Keelokan kian dipadu dengan beranda istana dengan tiga tangga masuk.
Dinding istana yang terbuat dari kayu dan di beri sentuhan cat berwarna kuning
lembut dan kuning keemasan terang, yang merupakan perlambangan dari
kemakmuran. Ada keagungan yang terpancar dari istana ini ketika memandangnya
dari luar. Sementara arsitektur atapnya bersilang di bagian ujung dan lantai pada
bagian bawahnya.
Di beranda ini terdapat enam tiang yang berbeda ukirannya. Empat tiang di
beranda mewakili suku asli di Rokan IV Koto dan dua tiang lainnya
melambangkan dua suku yang datang kemudian. Selain itu, beberapa bagian istana
terdapat ukiran motif naga, kalajengking dan sulur-suluran. Ada juga cumonde
yang dibuat dengan motif naga sedang mengarungi sungai lengkap dengan motif
sulur-sulurannya. Di bagian dinding luar istana juga terdapat dua buah ukiran
dangan motif naga yang melambangkan raja dan ratu kerajaan tersebut, ukiran juga
terdapat pada tiang-tiang beranda serta disetiap bagian anak tangga menuju pintu
masuk istana.
Kemudian, di dalam istana terdapat ruang pertemuan kerajaan. Di dalam
ruang pertemuan tersebutlah Raja Rokan IV Koto menggelar pertemuan-pertemuan
penting dengan kalangan-kalangan bangsawan, alim ulama dan tokoh adat. Di
bagian dinding dalamnya dilapisi dengan kain tirai panjang berwarna kuning
keemasan dan berbagai hiasan lainnya yang juga berwarna keemasan. Kemudian
bagian dilangit-langit istana juga di lapisi kain yang berwarna hijau dan merah.
Pada bagian lantai, terhampar tikar anyaman rotan.
Di bagian salah satu ujung rumah, terdapat singgasana Raja Rokan IV
Koto. Singgasana ini terletak lebih tinggi dari lantai. Bagian singgasana yang
empuk tersebut ada juga bantal-bantal untuk sandaran atau alas duduk bersulam
emas. Disebelah kiri dan kanan singgasana, beberapa payung raja berwarna
keemasan. Pada setiap ujung-ujung payung ada hiasan-hiasan keemasan. Warna
kuning keemasan yang sangat dominan pada singgasana raja Rokan jelas
memperlihatkan keagungan. Sedangkan di sebelah di sebelah kiri dan sebelah
kanan dari singgasana raja, terdapat bantalan duduk memanjang dengan ketebalan
sepuluh centimeter.
Tempat duduk tersebut diperuntukkan bagi kaum bangsawan, alim ulama,
tokoh adat dan tamu yang datang berkunjung. Bagian dinding dalam istana juga
terdapat ukiran dua naga yang sedang beradu. Dalam istana juga terdapat satu anak
tangga untuk ke loteng tingkat pertama. Di loteng ini terdapat anak tangga kecil
untuk naik ke tinggat kedua, yang merupakan tempat raja ada permaisuri
beristirahat. Di bangunan depan istana terdapat rumah datuk bendahara kerajaan
dan beberapa rumah adat pesukan.
Rumah yang disebut dengan rumah pagodaan dalam bahasa melayu Rokan
ini sengaja dibangun untuk merefleksi suku-suku yang ada di kerajaan Rokan IV
Koto diantaranya suku mais, suku modang, suku melayu, dan suku minangkabau.
Kini rumah-rumah pada kompleks istana Rokan IV Koto tersebut masih ada yang
didiami dan sebagian lainnya sudah kosong dan menjadi simbol pelengkap sejarah
istana Rokan IV Koto. Selain rumah dan benda cagar alam lainnya, kompleks
istana ini juga dilenggkapi beberapa makam raja IV koto dan para tetua suku yang
tinggal di dalam kompleks istana Rokan IV Koto.
2. Istana Sayap

Riau memiliki ikon istana yang disebut sebagai istana Pelalawan. Istana ini
didirikan pada masa Pemerintahan Sultan Assyaidi Syarif Hasim (1892—1930 M),
raja ke-11 Kerajaan Pelalawan, pada tahun 1910. Istana Pelalawan yang sudah
direkonstruksi pada tahun 2003 dapat ditemui di desa Pelalawan 30 Km dari kota
Pangkalan Kerinci, Riau. Pemerintah Daerah setempat mengharapkan tempat ini
ramai dikunjungi wisatawan.
Istana ini juga dikenal dengan sebutan istana Sayap karena terdiri dari
bangunan utama seluas 4.327 meter persegi dan diapit dua bangunan penunjang di
kanan dan kirinya dengan luas masing-masing 103, 5 meter persegi. Istana megah
dan menawan ini memiliki bangunan utama bercat kuning dengan memiliki tangga
melengkung yang dipenuhi ukiran khas Melayu di tiap anak dan pegangan tangga.
Bangunan ini disokong empat tiang beratap limas yang disebut Balai Penghadapan,
tempat tamu dan masyarakat menghadap raja. Empat tiang ini merupakan simbol
bahwa kerajaan memiliki empat orang wakil. Dua bangunan yang mengapit kiri
dan kanan bangunan utama bercat hijau merupakan Balai Panca Persada dan Balai
Ruang sari. Kedua balai tersebut adalah tempat bermusyawarah dan memutus
perkara menyangkut urusan masyarakat.
Di dalam bangunan utama dipamerkan beberapa barang peningggalan kerajaan
berupa Keris, Tombak, serta senjata lainnya. Selain itu, terdapat juga barang-
barang yang terbuat dari keramik, singgasana, payung raja, alat tenun, dan sulaman
khas Pelalawan atau yang biasanya disebut Tekad, dan lukisan-lukisan. Istana
Pelalawan, secara lokasi memiliki karakteristik yang sama dengan istana Siak,
yaitu berada di dekat sungai. Dahulu sungai menjadi tempat yang paling ramai
didatangi dan menjadi pusat kegiatan ekonomi sehingga banyak kerajaan
mendirikan istananya di tempat strategis tersebut. Hanya saja akses untuk
mengunjungi istana Pelalawan lebih sulit dibandingkan istana Siak. Untuk
mencapai istana Pelalawan pengunjung yang tidak membawa kendaraan pribadi
dapat menggunakan ojek dari Pangakalan Kerinci. Jalan yang dilewati masih sepi
dan jarang penduduk. Di tepi kiri dan kanan jalan hanya terdapat hutan produksi
dan kebun kelapa sawit. Jika memang pemerintah setempat menginginkan istana
tersebut ramai dikunjungi sudah seharusnya memikirkan solusi atas sulitnya akses
ke tempat tersebut.
3. Mesjid Jami’ Air Tiris

Masjid Jami Air Tiris ini dibangun tahun 1901. Namun, jauh sebelum itu
Masjid Jami Air Tiris ini sebelumnya merupakan Mushala. Dulu Masjid Jami Air
Tiris ini dikenal dengan nama Masjid Pasar Usang, karena memang letaknya tidak
jauh dari sebuah pasar yang tua didaerah tersebut yakni Pasar Usang. Masjid Jami
Air Tiris di Kabupaten Kampar ini sangatlah unik dan masih tetap
mempertahankan bangunan lama sehingga, Masjid Jami Air Tirs ini bukan hanya
menjadi tempat ibadah saja. Namun bisa menjadi wisata sejarah dan wisata religi.
/Bangunan Masjid Jami Air Tiris ini terbuat dari matrial kayu, yang menarik
dalam pembangunannya tidak menggunakan paku sama sekali untuk merangkai
balok-balok kayu. dari Pusat Kota Pekanbaru lokasi Masjid Jami Air Tiris ini
berjarak sekitar 50 kilometer, membutuhkan waktu sekitar 1 jam 30 menit dengan
mengendarai kendaraan bermotor.
Di luar masjid terdapat bak air yang di dalamnya terendam batu besar yang
mirip kepala kerbau. Konon, batu tersebut selalu berpindah tempat tanpa ada yang
memindahkannya. Masjid ini selalu dikunjungi wisatawan nusantara dan
mancanegara, terutama dari Singapura dan Malaysia. Terutama dikunjungi pada
bulan puasa dan setelah hari raya idul fitri yakni hari ke 7 yang di kenal hari raya
puasa enam.

Anda mungkin juga menyukai