Anda di halaman 1dari 26

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Umum
Masjid Al-Hadiid merupakan masjid yang terletak di Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya. Pelaksanaan pembangunan Masjid Al-Hadiid ini terdiri dari berbagai
rangkaian pekerjaan yang saling berkaitan antara satu pekerjaan dengan pekerjaan-
pekerjaan lainnya. Untuk itu, supaya kegiatan pelaksanaan pembangunan dapat
memberikan hasil yang optimal diperlukan metode pelaksanaan yang baik.

Gambar 4.1 Masjid al-hadiid tampak timur


Sumber: Data kontraktor, 2018

Masjid Al-Hadiid terdiri dari 3 (tiga) lantai yaitu lantai dasar atau basement, lantai 1
dan lantai 2. Luas setiap lantai adalah 324 m2. Lantai dasar digunakan untuk kamar mandi
dan tempat wudu. Lantai 1 digunakan untuk ruang shalat laki laki dan lantai 2 digunakan
untuk ruang shalat perempuan. Dapat dilihat pada Gambar 4.2.

31
32

Lantai 2

Lantai 1

Lantai Dasar

Gambar 4.2 Masjid al-hadiid tampak selatan dan penjelasan lantai


Sumber: Data kontraktor, 2018

4.2. Realisasi Pekerjaan


Dalam pelaksanaannya, beberapa jenis pekerjaan dapat dilaksanakan secara bersama-
sama ataupun menunggu suatu jenis pekerjaan selesai terlebih dahulu. Maka dari itu,
supaya kegiatan pelaksanaan pembangunan dapat terlaksana secara efektif dan efisien,
diperlukan koordinasi yang baik antara kontraktor, konsultan pengawas, dan pemilik
pekerjaan. Manajemen sumber daya proyek serta koordinasi yang baik antara pihak-pihak
terkait menjadi kunci supaya pelaksanaan proyek dapat menuai hasil yang optimal dengan
memanfaatkan sumber daya secara efektif dan efisien.
Pelaksanaan pembangunan Masjid Al-Hadiid Fakultas Teknik terbagi menjadi
beberapa pekerjaan sebagai berikut:
1. Pekerjaan Pendahuluan
a. Pengukuran dan Pemasangan Bouplank
b. Pembersihan Lokasi
c. Papan Nama Proyek
d. Air Kerja
e. Listrik Kerja
f. Bongkar Bangunan Lama
33

g. Potong Pohon
h. Pindah tiang telkom dan bok panel
2. Pekerjaan Struktur Lantai Dasar
a. Pekerjaan Tanah
b. Pekerjaan Pondasi
c. Pekerjaan Beton
3. Pekerjaan Struktur Lantai 1
a. Pekerjaan Beton
4. Pekerjaan Struktur Lantai 2
a. Pekerjaan Beton
5. Pekerjaan Struktur Atap
a. Pekerjaan Baja dan Penutup Atap
Karena keterbatasan waktu yang dimiliki penyusun dalam melaksanakan kegiatan
Kuliah Kerja Nyata – Praktik (KKN-P) pada Proyek Pembangunan Masjid Al-Hadiid
Fakultas Teknik ini, maka penyusun hanya akan membahas beberapa bagian di pekerjaan
lantai dasar dan lantai 1 yang di dalamnya terdapat pekerjaan beton.
Pada pelaksanaan suatu proyek, pihak kontraktor berkewajiban untuk membuat time
schedule (jadwal pelaksanaan pekerjaan) sesuai dengan kemampuan kontraktor serta
disesuaikan dengan batas waktu pelaksanaan dalam kontrak kerja. Tujuan pembuatan time
schedule adalah agar pelaksanaan pekerjaan dapat selesai tepat waktu atau bahkan sebelum
waktu yang ditentukan, sehingga berpengaruh juga pada benefit yang didapatkan dari hasil
pekerjaan.
Untuk dapat mencapai target prestasi dari time schedule tersebut, kontraktor menyusun
kembali penjadwalan kerja dengan sedetail mungkin baik rencana kerja harian, mingguan,
dan bulanan melalui monitoring pekerjaan secara harian, yang meliputi tenaga kerja,
material, maupun seluruh peralatan kerja. Untuk memudahkan pembuatan time schedule
yang ideal dalam pelaksanaan suatu proyek dikenal istilah Kurva-S. Kurva-S atau S-Curve
adalah suatu grafik hubungan antara waktu pelaksanaan proyek dengan nilai akumulasi
progres pelaksanaan proyek mulai dari awal hingga proyek selesai. Kurva-S ini secara
garis besar terdiri atas dua grafik yaitu grafik yang merupakan rencana dan grafik yang
merupakan realisasi pelaksanaan. Perbedaan garis grafik pada suatu waktu yang diberikan
merupakan deviasi yang dapat berupa ahead (realisasi pelaksanaan lebih cepat dari
rencana) dan delay (realisasi pelaksanaan lebih lambat dari rencana). Beberapa manfaat
dari Kurva-S yang dapat diaplikasikan di proyek antara lain:
34

1. Sebagai alat yang dapat membuat prediksi atau forecast penyelesaian proyek.
2. Sebagai alat untuk review dan membuat program kerja pelaksanaan proyek dalam
satuan waktu mingguan atau bulanan.
3. Sebagai dasar perhitungan eskalasi proyek.
4. Sebagai alat bantu dalam menghitung cash flow.
5. Untuk mengetahui perkembangan program percepatan.
6. Untuk dasar evaluasi kebijakan manajerial secara makro
Proyek Pembangunan Masjid Al-Hadiid Fakultas Teknik direncanakan mulai pada
Bulan Oktober 2018 dan berakhir pada Bulan April 2019. Selama total 13 minggu pertama
pelaksanaan proyek didapatkan deviasi realisasi pelaksanaan, yakni selisih komulatif
rencana pelaksanaan dan komulatif realisasi pelaksanaan, deviasi ini yang menjadi acuan
terjadinya ahead atau delay. Realisasi pada pelaksanaan proyek terjadi 9 minggu delay dan
4 minggu ahead. Realisasi kemajuan pembangunan dapat dilihat pada Gambar 4.3. Kurva
berwarna merah menunjukkan komulatif rencana kemajuan dan kurva berwarna hitam
menunjukkan komulatif realisasi kemajuan.

Gambar 4.3 Perbandingan rencana pelaksanaan dan realisasi pelaksanaan proyek selama
13 minggu pertama
Sumber: Data kontraktor, 2018

Terjadinya delay atau realisasi pelaksanaan lebih lambat dari rencana pada proyek ini
disebabkan karena pekerjaan pendahuluan yang mengalami kendala, yaitu pada pengalihan
aset musala lama. Aset mushola lama belum bisa dibongkar pada jadwal yang telah
ditentukan karena adanya sengketa tanah. Sembari mengurus proses kepemilikan aset
musala lama, pekerjaan di lapangan tetap dilaksanakan dengan membongkar bangunan
teras musala lama terlebih dahulu, selaian itu dilakukan adendum perpanjangan waktu dan
35

perubahan schedule atau re-schedule. Rincian rencana pekerjaan yang ditargetkan tercapai
pada setiap minggunya dapat dilihat pada Tabel 4.1. Sedangkan rincian perubahan rencana
pekerjaan yang ditargetkan tercapai pada setiap minggunya dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Pada schedule awal direncanakan pekerjaan selesai pada Bulan April 2019, namun setelah
sering terjadinya delay di 13 minggu pertama maka dilakukan adendum perpanjangan
waktu. Adendum perpanjangan waktu pekerjaan direalisasikan dengan menambah 8
minggu, sehingga pelaksanaan proyek direncanakan selesai pada Bulan Juni 2019 yang
dapat dilihat pada Tabel 4.2.

4.3. Proses Pelaksanaan Pekerjaan


Pada tahap pelaksanaan ini diperlukan pengawasan yang seksama serta koordinasi
untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Agar dalam pelaksanaan pembangunan Masjid
Al-Hadiid Fakultas Teknik pada Oktober 2018 – April 2019 dapat berlangsung dengan
baik, lancar, efektif dan efisien, maka diperlukan suatu metode kerja yang tepat sehingga
dapat terbentuk urutan kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya. Urutan kerja bertujuan
untuk mengetahui kebutuhan tenaga/pekerja, bahan material, serta alat-alat yang digunakan
pada suatu item pekerjaan.
Pengawasan Pekerjaan Pembangunan Masjid Al-Hadiid Fakultas Teknik yang dibahas
pada laporan ini berlangsung pada tanggal 24 Desember 2018 hingga 17 Februari 2019.
Dilakukan pekerjaan beton lantai dasar dan pekerjaan beton lantai 1, pekerjaan ini
dilakukan dalam beberapa tahap pengerjaan, yaitu:
1. Pengerjaan Bekisting
2. Pengerjaan Tulangan
3. Pengerjaan Pengecoran
4.3.1. Pengerjaan Bekisting
4.3.1.1. Pemasangan Bekisting
Pekerjaan bekisting dilakukan setelah pekerjaan pembesian. Hal tersebut berlaku pada
pekerjaan pembuatan kolom. Sedangkan pada pembuatan balok dan plat, bekisting terlebih
dahulu dikerjakan. Dalam membuat sambungan-sambungan bekisting hendaknya kita
memperhatikan hal-hal berikut:
a. Biasanya batang-batang yang akan disambung akan mengalami pelemahan dalam
penampangnya (ulir sekrup).
b. Penentuan letak sambungan dilakukan dengan cermat.
c. Sebuah sambungan dapat bergeser oleh pembebanan.
36

Tabel 4.1 Rincian Rencana Pekerjaan Proyek Pembangunan Masjid Al-Hadiid

Bulan Minggu ke- Tanggal Uraian Pekerjaan Bobot (%) Total Bobot(%)
1 22-28 Pekerjaan Pendahuluan 0,661 0,661
Oktober
2 29-04 Pekerjaan Pendahuluan 0,661 0,661
3 05-11 Pekerjaan Pendahuluan 0,661 0,661
Pekerjaan Pendahuluan 0,661
4 12-18 1,091
Pekerjaan Tanah Lantai Dasar 0,430
Pekerjaan Pendahuluan 0,661
November
5 19-25 Pekerjaan Tanah Lantai Dasar 0,230 4,301
Pekerjaan Pondasi Lantai Dasar 3,410
Pekerjaan Tanah Lantai Dasar 0,530
6 26-02 5,440
Pekerjaan Pondasi Lantai Dasar 4,910
Pekerjaan Tanah Lantai Dasar 0,530
7 03-09 5,440
Pekerjaan Pondasi Lantai Dasar 4,910
Pekerjaan Pondasi Lantai Dasar 4,410
8 10-16 6,290
Desember Pekerjaan Beton Lantai Dasar 1,880
Pekerjaan Pondasi Lantai Dasar 4,410
9 17-23 6,290
Pekerjaan Beton Lantai Dasar 1,880
10 24-30 Pekerjaan Beton Lantai Dasar 6,581 6,581
11 31-06 Pekerjaan Beton Lantai Dasar 6,581 6,581
12 07-13 Pekerjaan Beton Lantai Dasar 6,581 6,581
Pekerjaan Beton Lantai Dasar 2,350
13 14-20 5,675
Pekerjaan Beton Lantai 1 3,325
Januari
Pekerjaan Beton Lantai Dasar 2,350
14 21-27 4,750
Pekerjaan Beton Lantai 1 2,400
Pekerjaan Beton Lantai Dasar 1,880
15 28-03 4,605
Pekerjaan Beton Lantai 1 2,725
Pekerjaan Beton Lantai 1 1,575
16 04-10 4,340
Pekerjaan Beton Lantai 2 2,765
Pekerjaan Beton Lantai 1 1,275
17 11-17 4,040
Pekerjaan Beton Lantai 2 2,765
Februari
Pekerjaan Beton Lantai 1 2,825
18 18-24 3,675
Pekerjaan Beton Lantai 2 0,850
Pekerjaan Beton Lantai 1 2,825
19 25-03 3,675
Pekerjaan Beton Lantai 2 0,850
20 04-10 Pekerjaan Beton Lantai 2 3,831 3,831
21 11-17 Pekerjaan Beton Lantai 2 3,831 3,831
Maret
22 18-24 Pekerjaan Beton Lantai 2 2,993 2,993
23 25-31 Pekerjaan Baja dan Penutup Atap 2,500 2,500
24 01-07 Pekerjaan Baja dan Penutup Atap 2,500 2,500
April 25 08-14 Pekerjaan Baja dan Penutup Atap 2,000 2,000
26 15-19 Pekerjaan Baja dan Penutup Atap 1,008 1,008
Sumber: Data Kontraktor, 2018
37

Tabel 4.2 Rincian Perubahan Rencana Pekerjaan Proyek Pembangunan Masjid Al-Hadiid

Total
Minggu Bobot
Bulan Tanggal Uraian Pekerjaan Bobot
ke- (%)
(%)
Oktober 1 22-28 Pekerjaan Pendahuluan 0,570 0,570
2 29-04 Pekerjaan Pendahuluan 0,570 0,570
3 05-11 Pekerjaan Pendahuluan 0,570 0,570
Pekerjaan Pendahuluan 0,570
November 4 12-18 Pekerjaan Tanah Lantai Dasar 0,260 1,150
Pekerjaan Pendahuluan (tambahan item
0,320
pekerjaan)
Pekerjaan Pendahuluan 0,570
5 19-25 Pekerjaan Tanah Lantai Dasar 0,460 1,350
Pekerjaan Pendahuluan (tambahan item
0,320
pekerjaan)
6 26-02 Pekerjaan Tanah Lantai Dasar 0,560 2,560
Pekerjaan Pondasi Lantai Dasar 2,000
7 03-09 Pekerjaan Tanah Lantai Dasar 0,560 2,560
Pekerjaan Pondasi Lantai Dasar 2,000
Desember Pekerjaan Pondasi Lantai Dasar 2,600
8 10-16 2,850
Pekerjaan Struktur Lantai Dasar
0,250
(tambahan item pekerjaan)
Pekerjaan Pondasi Lantai Dasar 2,600
9 17-23 3,100
Pekerjaan Struktur Lantai Dasar
0,500
(tambahan item pekerjaan)
Pekerjaan Pondasi Lantai Dasar 2,500
10 24-30 3,500
Pekerjaan Struktur Lantai Dasar
1,000
(tambahan item pekerjaan)
Pekerjaan Pondasi Lantai Dasar 4,000
11 31-06 4,200
Pekerjaan Struktur Lantai Dasar
0,200
Januari (tambahan item pekerjaan)
Pekerjaan Pondasi Lantai Dasar 4,300
12 07-13
Pekerjaan Struktur Lantai Dasar
0,300 0,300
(tambahan item pekerjaan)
Pekerjaan Beton Lantai Dasar 4,500
13 14-20 4,650
Pekerjaan Struktur Lantai Dasar
0,150
(tambahan item pekerjaan)
14 21-27 Pekerjaan Beton Lantai Dasar 3,750 3,750
15 28-03 Pekerjaan Beton Lantai Dasar 1,880 1,880
16 04-10 Pekerjaan Beton Lantai Dasar 3,750 3,750
Februari
Pekerjaan Beton Lantai Dasar 2,750
17 11-17 3,500
Pekerjaan Struktur Lantai Dasar
0,750
(tambahan item pekerjaan)
18 18-24 Pekerjaan Beton Lantai Dasar 2,750 3,500
Sumber: Data Kontraktor, 2018
38

Lanjutan Tabel 4.2 Rincian Perubahan Rencana Pekerjaan Proyek Pembangunan Masjid
Al-Hadiid
Total
Minggu Bobot
Bulan Tanggal Uraian Pekerjaan Bobot
ke- (%)
(%)
Pekerjaan Struktur Lantai Dasar
18 18-24 0,750
(tambahan item pekerjaan)
Pekerjaan Beton Lantai Dasar 2,750
Februari 19 25-03 3,500
Pekerjaan Struktur Lantai Dasar
0,750
(tambahan item pekerjaan)
Pekerjaan Beton Lantai Dasar 0,710
20 04-10 3,360
Pekerjaan Beton Lantai 1 2,200
Pekerjaan Struktur Lantai Dasar
0,450
(tambahan item pekerjaan)
Pekerjaan Beton Lantai Dasar 0,150
Maret 21 11-17 Pekerjaan Beton Lantai 1 2,460 3,350
Pekerjaan Struktur Lantai Dasar
0,590
(tambahan item pekerjaan)
Pekerjaan Struktur Lantai 2 (tambahan
0,150
item pekerjaan)
Pekerjaan Beton Lantai 1 3,000
Pekerjaan Struktur Lantai 1 (tambahan
22 18-24 0,040 3,440
item pekerjaan)
Pekerjaan Struktur Lantai 2 (tambahan
0,300
item pekerjaan)
Pekerjaan Struktur Atap (tambahan item
0,100
pekerjaan)
Pekerjaan Beton Lantai 1 3,000
23 25-31 Pekerjaan Struktur Lantai 2 (tambahan 3,430
0,330
item pekerjaan)
Pekerjaan Struktur Atap (tambahan item
0,100
pekerjaan)
Pekerjaan Beton Lantai 1 1,700
24 01-07 Pekerjaan Beton Lantai 2 1,530 3,430
Pekerjaan Struktur Lantai 2 (tambahan
April 0,100
item pekerjaan)
Pekerjaan Struktur Atap (tambahan item
0,100
pekerjaan)
Pekerjaan Beton Lantai 1 1,550
25 08-14 Pekerjaan Beton Lantai 2 1,670 3,420
Pekerjaan Struktur Lantai 2 (tambahan
0,100
item pekerjaan)
Pekerjaan Struktur Atap (tambahan item
0,100
pekerjaan)
26 15-19 Pekerjaan Beton Lantai 2 3,300 3,400
Sumber: Data Kontraktor, 2018
39

Lanjutan Tabel 4.2 Rincian Perubahan Rencana Pekerjaan Proyek Pembangunan Masjid
Al-Hadiid
Total
Minggu Bobot
Bulan Tanggal Uraian Pekerjaan Bobot
ke- (%)
(%)
Pekerjaan Struktur Atap (tambahan item
26 15-19 0,100
pekerjaan)
Pekerjaan Beton Lantai 2 2,000
27 22-28 Pekerjaan Struktur Lantai 2 (tambahan 3,350
1,000
item pekerjaan)
Pekerjaan Struktur Atap (tambahan item
April 0,350
pekerjaan)
Pekerjaan Beton Lantai 2 2,980
28 29-5 Pekerjaan Struktur Lantai 2 (tambahan 3,320
0,090
item pekerjaan)
Pekerjaan Struktur Atap (tambahan item
0,250
pekerjaan)
Pekerjaan Beton Lantai 2 2,400
Pekerjaan Struktur Lantai Dasar
29 6-12 0,290 3,450
(tambahan item pekerjaan)
Pekerjaan Struktur Lantai 2 (tambahan
0,260
item pekerjaan)
Pekerjaan Struktur Atap (tambahan item
Mei 0,500
pekerjaan)
Pekerjaan Beton Lantai 2 2,470
30 13-19 Pekerjaan Struktur Lantai Dasar 3,220
0,250
(tambahan item pekerjaan)
Pekerjaan Struktur Atap (tambahan item
0,500
pekerjaan)
Pekerjaan Baja dan Penutup Atap 0,850
31 20-26 Pekerjaan Struktur Lantai Dasar 3,100
0,500
(tambahan item pekerjaan)
Pekerjaan Struktur Atap (tambahan item
1,750
pekerjaan)
Pekerjaan Baja dan Penutup Atap 0,850
32 27-2 Pekerjaan Struktur Lantai Dasar 2,850
0,500
(tambahan item pekerjaan)
Pekerjaan Struktur Atap (tambahan item
1,500
pekerjaan)
Pekerjaan Baja dan Penutup Atap 1,780
Juni 33 3-9 1,860
Pekerjaan Struktur Atap (tambahan item
0,080
pekerjaan)
34 10-16 Pekerjaan Baja dan Penutup Atap 1,010 1,010
Sumber: Data Kontraktor, 2018
40

d. Pada pembebanan yang berbeda-beda pergeserannya akan lebih besar, dengan


demikian sambungan yang bersangkutan harus dibuat lebih berat.
e. Suatu kombinasi dan cara penyambungan yang berbeda-beda tidak selamanya akan
menghasilkan sambungan yang lebih kuat.
f. Batasilah banyaknya sambungan oleh suatu pendetailan yang baik.
Berikut ini adalah pekerjaan bekisting pada kolom dan balok serta plat lantai dari
bangunan:
4.3.1.1.1. Pemasangan Bekisting Kolom
Bekisting kolom yang digunakan pada proyek pembangunan ini menggunakan
bekisting konvensional dan bekisting Knock Down. Bekisting konvensional atau bekisting
tradisional hanya mengandalkan triplek dan kayu atau papan. Jenis kayu yang digunakan
pada prokyek ini adalah kayu sengon meranti. Papan bekisting dari kayu yang umum
digunakan memiliki ketebalan 2 cm sampai 3 cm. Sementara itu untuk ketebalan triplek
bekisting sekitar 3 mm sampai 9 mm. Bekisting Knock Down menggunakan bahan besi
hollow dan plat baja. Tentunya penggunaan material tersebut akan menghasilkan bentuk
yang lebih presisi jika dibandingkan dengan penggunaan triplek dan papan pada sistem
bekisting konvensional. Pemasangan bekisting yang berbeda ini disesuaikan dengan tinggi
dan ukuran kolom yang akan dibentuk. Terlihat pada Gambar 4.4 bekisting konvensional
digunakan untuk ukuran kolom yang lebih kecil.

Keterangan:
= Bekisting Konvensional
= Bekisting Knock Down

Gambar 4.4 Penggunaan bekisting konvensional dan bekisting knock down


Sumber: Sketsa oleh penyusun, 2019

Sebelum pemasangan bekisting perlu dilakukan fabrikasi. Fabrikasi adalah pembuatan


bekisting sebelum dirakit di lapangan. Untuk bekisting konvensional harus disiapkan
terlebih dahulu bahan-bahan yang akan digunakan antara lain Multiplek, Paku, kaso,
sedangkan untuk bekisting Knock Down fabrikasi dilakukan dengan cara dipesan.
Bekisting Knock Down rangka 5/7 dengan ukuran 50x50 cm, tinggi 3,6 m dan ketebalan 1
mm. Untuk pemakaian bekisting konvensional bisa digunakan untuk 2 hingga 3 kali,
41

sedangkan bekisting Konck Down bisa digunakan lebih dari 3 kali. Hal ini tergantung pada
pemakaian dan perawatan bekisting. Bekisting Knock Down lebih mahal jika dilihat dari
harga pembelian, namun jika dibandingkan dengan bekisitng konvensional yang dapat
digunakan hanya beberapa kali kedua jenis bekisting ini imbang. Seperti yang telah
dijelaskan di atas bahwa pemilihan penggunaan bekisting tergantung ukuran dan tinggi
kolom yang diingiinkan. Berikut langkah-langkah dalam memasang bekisting pada kolom
struktur:
1. Menyiapkan alat bantu yang dibuat pada bawah tulangan kolom yang berhubungan
dengan pondasi yang sudah dicor. Fungsinya agar bekisting tepat berada pada titik
koordinatnya sesuai dengan gambar perencanaan, biasanya menggunakan besi stek
yang dibor pada lantai.
2. Memasang bekisting kolom seperti pada gambar di atas. Pasang beton decking. Tujuan
beton decking ini untuk menjaga jarak selimut beton agar tidak berubah selama proses
pengecoran.
3. Memasang tierod untuk memperkuat. Ukuran balok yang digunakan biasanya 6/12
atau 8/12 kayu kruing. Tierod bisa buat sendiri atau membeli jadi. Jika ingin membuat
sendiri menggunakan as drat ukuran 10 mm, besi ulir 10 mm dan plat besi tebal 3-5
mm. Jarak balok sangat tergantung dari tinggi kolom. Apabila tinggi kolom sekitar 3-4
m maka jumlah sabuk balok 4 dengan jarak dibagi rata. Namun jika tinggi kolom lebih
dari 4 m maka menyesuaikan dengan prinsip semakin ke bawah jarak sabuk semakin
pendek karena bebannya lebih besar di bawah.
4. Memasang pipa support Untuk menjaga vertikaliti dari kolom. Untuk mendapatkan
kolom struktur yang sempurna, bekisting tidak boleh miring ataupun goyang saat
pengecoran Oleh karena itu pemasangan pipa support dinilai sangat penting.
Berikut dokumentasi pemasangan bekisting kolom:
 Pemasangan Bekisting Knock Down pada Kolom
42

Gambar 4.5 Tahap pelapisan solar pada bekisting knock down


Sumber: Dokumentasi penyusun, 2019

Gambar 4.6 Tahap pemasangan bekisting knock down pada Kolom


Sumber: Dokumentasi penyusun, 2019

Gambar 4.7 Bekisting knock down pada kolom


Sumber: Dokumentasi penyusun, 2019
43

 Bekisting Kenvensional pada Kolom

Gambar 4.8 Bekisting konvensional pada kolom


Sumber: Dokumentasi penyusun, 2019
4.3.1.1.2. Pemasangan Bekisting Balok dan Plat
Sebelum pemasangan perancah dimulai pastikan dasar tempat pijakan perancak kuat
untuk menahan beban beton, ini sangat penting untuk menghindari terjadinya setel
(penurunan) akibat pengecoran plat lantai berlangsung.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengecoran balok dan plat antara lain :
 Menentukan elevasi lantai atasnya kemudian lakukan penandaan sebagai acuan dalam
pembigestingan plat lantai dan balok.
 Elevasi dasar atas begisting plat lantai adalah = El. LT II - (tebal spesi + keramik) -
tebal plat beton.
 Elevasi dasar atas begisting Balok lantai adalah = El. Dasar atas begisting plat - (tinggi
balok - tebal plat).
 Pasangkan scafolding untuk balok terlebih dahulu searah balok.
 Pasangkan balok 8/12 searah balok beton.
 Pasangkan suri-suri 5/7 dengan jarak 40 cm.
 Pasangkan bekisting sesuai ukuran dimensi balok yang akan di cor.
 Masukan pembesian yang sudah dirakit kedalam bekisting balok yang sudah
disiapkan.
 Kemudian dengan cara yang sama lakukan pada pembekistingan pada plat beton.
 Pasangkan Hori beam dengan jarak per 40 cm.
 Pasangkan bekisting dengan plywood dengan ketebalan 15 mm.
 Lakukan pemasangan pembesian plat.
44

 Bekisting harus dibuat dan dipasang sesuai dengan bentuk, ukuran dan posisi seperti
yang disyaratkan pada gambar.
 Bekisting harus cukup kuat untuk memikul tekanan atau beban yang diakibatkan oleh
beton basah, beban pelaksanaan dan beban-beban lainnya.
 Bekisting harus cukup kaku (stabil) artinya harus dapat menghasilkan bentuk yang
tetap bag struktur beton sesuai yang direncanakan.
 Perencanaan bekisting harus didasarkan oleh kemudahan pemasangan, kemudahan
pembongkaran, kecepatan pemasangan dan biaya yang efisien..
 Sambungan bekisting harus baik sehingga tidak rusak/bocor pada saat pelaksanaan
pengecoran dan juga tidak merusak beton.
 Dalam pemasangan bekisting harus selalu di kontrol elevasi bekisting.
Berikut dokumentasi bekisting plat dan balok:

Gambar 4.9 Tahap pemasangan bekisting pada balok


Sumber: Dokumentasi penyusun, 2019

Gambar 4.10 Tahap pemasangan bekisting pada plat


Sumber: Dokumentasi penyusun, 2019
45

Gambar 4.11 Pemasangan bekisting balok dan plat tampak memanjang


Sumber: Dokumentasi penyusun, 2019

4.3.1.2. Pelepasan Bekisting


4.3.1.2.1. Bahan-Bahan Pelepasan Bekisting
Bahan-bahan pelepas bekisting kita tempatkan menjelang pengecoran beton pada
permukaan kontak dengan bekisting. Tujuan utamanya adalah untuk menghindarkan
melekatnya beton pada bekisting, sehingga pelepasan bekisting dapat dilakukan dengan
mudah. Selain pemudahan pelepasan, dan bahan pelepas hanya dapat kita harapkan sedikit
perlindungan (pengawetan) terhadap bekisting. Bahan-bahan pelepas bekisting dapat kita
bagi menjadi minyak-minyak mineral tanpa zat-zat aktif permukaan , minyak-minyak
mineral dengan zat-zat aktif permukaan, emulsi air dalam minyak, emulsi minyak thiam air
dan bahan lainnya. Pada proyek Pembangunan Masjid Al-Hadiid ini digunakan pelapisan
bekisting dengan solar sebelum dilakukan pengecoran. Gambar dapat dilihat pada Gambar
4.5.
4.3.1.2.2. Proses Pelepasan Bekisting
Pada saat melepas bekisting, beban harus dipindahkan secara beraturan dan tanpa
hentakan pada konstruksi beton bersangkutan. Dalam hal ini tidak dibenarkan penggunaan
linggis dan alat penolong lainnya yang dapat memberikan gaya tarik yang besar. Alat-alat
ini dapat menimbulkan kerusakan pada kulit beton. Apabila terjadi kesulitan, lebih baik
kita menggunakan pasak-pasak lebar dan kayu. Suatu pemilihan yang tepat dan
pemasangan yang baik, sebuah alat pelepas bekisting dapat memperlancar pelepasan
bekisting. Hendaknya panel-panel bekisting dapat mempertahankan ukuran-ukuran
bekisting dan bagian-bagian tepi tetap pada kondisi baik. Panel, stempel dan lain
sebagainya tiak boleh kita jatuhkan, melainkan harus kita turunkan dengan bantuan tenaga
46

manusia atau dengan bantuan tambang atau alat penolong lain untuk menghindari adanya
kerusakan.

Gambar 4.12 Bentuk beton setelah bekisting kolom dibuka


Sumber: Dokumentasi penyusun, 2019
4.3.2. Pengerjaan Tulangan
Penting agar tulangan dapat dipasang pada letak yang benar serta didukung dengan
baik, untuk menjamin bahwa tidak akan terjadi pergeseran ketika beton dicor. Pemasang
tulangan yang telah terlatih mutlak perlu, bilamana pekerjaan hendak dilakukan secara
efisien, terutama pada tulangan yang rumit dimana dibutuhkan banyak pekerjaan khusus.
Di dalam beberapa hal tulangan dibangun pada rangka pendukung dan kemudian
diangkat posisinya dalam acuan, perakitannya diselesaikan setelah ini ditempatkan pada
posisinya. Ini sering memudahkan pekerjaan dan membawa akurasi yang lebih besar,
meskipun beberapa toleransi harus diberikan “selimut”.

Gambar 4.13 Pekerjaan tulangan


Sumber: Dokumentasi penyusun, 2019
47

Berbagai jenis dukungan tersedia untuk mencegah pergerakan selama pembetonan.


Bahan yang umumnya digunakan adalah beton (lebih disukai) dan blok atau gelang plastik
untuk mendapatkan suatu jarak antara tertentu, gelang asbes semen, pendukung logam dan
sarana yang cocok lainnya. Disini penting agar beberapa peralatan demikian misalnya
dipakai untuk mencegah gerakan tulangan yang mungkin mengurangi selimut dan
menimbulkan penggelembungan setelah terkena pengaruh cuaca di lapangan. Batang
tulangan biasanya dirangkai satu dengan lainnya mempergunakan kawat besi lunak sebagai
pengikat. Keuntungannya ialah dapat dikelem dengan cepat.
4.3.2.1. Pekerjaan Tulangan Kolom
Perlu diketahui bahwa pada tulangan kolom difungsikan untuk menahan gaya tekan dari
penampang atas dan mencegah elemen beton dari kehancuran. Berikut adalah pelaksanaan
tulangan kolom:
 Pemasangan tulangan kolom dilanjutkan dengan memasang tulangan yang disambung
pada tulangan kolom sebelumnya.
 Pemasangan tulangan kolom dilakukan dengan bantuan perancah untuk menyangga
tulangan agar tetap tegak.
 Setelah selesai memasang semua tulangan kolom (tulangan memanjang), pasang
tulangan sengkang yang berfungsi menjaga tulangan memanjang tidak bergeser atau
berubah posisinya.
 Tulangan sengkang dapat dipasang dengan cara dimasukkan dari atas atau samping
mengelilingi tulangan memanjang.
 Setelah itu pasang beton decking yang berukuran 4 cm yang berguna untuk menjadi
pengatur selimut beton.
 Pada kondisi tertentu tulangan kolom dapat dipasang di tempat terpisah setelah itu
dirangkai langsung pada posisi yang telah direncanakan. Namun pada pelaksanaan
yang demikian diperlukan alat untuk mengangkat rangkaian tulangan secara utuh,
misalnya menggunakan crane.
Berikut dokumentasi tulangan kolom yang berada dilapangan:
48

Gambar 4.14 Pemasangan tulangan kolom


Sumber: Dokumentasi penyusun, 2019

4.3.2.2. Pekerjaan Tulangan Plat


Dalam pekerjaan tulangan plat lantai ini menggunakan Wire Mesh yang menjadi
alternatif pilihan untuk mendapatkan hasil pekerjaan terbaik. Dari segi waktu pekerjaan
jauh lebih cepat jika dibanding dengan sistem konvensional, hal ini menyebabkan metode
Wire Mesh dari segi waktu pekerjaan juga jauh lebih cepat jika dibanding dengan sistem
konvensional, sehingga metode Wire Mesh banyak digunakan dalam pembangunan
gedung-gedung pencakar langit di Indonesia maupun di dunia.
Berikut adalah tahapan pemasangan tulangan plat lantai Wire Mesh :
 Dipasang Wire Mesh bawah lapis 1 diatas beton decking dengan ketebalan 2,5 cm.
Tulangan ini dipasang melewati tulangan atas balok.
 Dipasang tulangan bawah lapis 2 diatas lapis 1 dengan arah tegak lurus lapis 1
kemudian persilangan tulangan diikat dengan kawat beton.
 Untuk mendapatkan jarak tertentu antara tulangan atas dan bawah dipasang tulangan
coret yaitu potongan besi yang dipotong sedemikian rupa sehingga dapat menjaga
jarak antara tulangan atas dengan tulangan bawah plat.
 Tulangan atas lapis 2 dipasang. Tulangan ini juga melewati dan diletakkan dibagian
atas tulangan atas balok. Tulangan atas lapis 2 dipasang tegak lurus dengan tulangan
atas lapis1.
 Persilangan tulangan atas diikat dengan kawat beton.
Berikut dokumentasi tulangan Lantai Wire Mesh yang berada di lapangan :
49

Gambar 4.15 Bentuk tulangan plat


Sumber: Dokumentasi penyusun, 2019

Gambar 4.16 Pemasangan tulangan plat dan decking


Sumber: Dokumentasi penyusun, 2019

4.3.2.3. Pekerjaan Tulangan Balok


Pemasangan tulangan balok dan plat lantai dilakukan secara serentak setelah
pemasangan bekisting balok dan plat lantai. Pemasangan tulangan balok dilakukan sebagai
berikut :
 Dipasang tulangan bawah diatas beton decking tebal 2 cm. ujung tulangan bawah
dimasukkan ke dalam tulangan kolom sebagai penjangkaran sepanjang minimal 25D.
Apabila terdapat sambungan pada penulangan dilakukan sambungan lewatan sekitar
40D. Sambungan tulangan dilakukan selang seling dan harus dihindarkan penempatan
50

sambungan ditempat-tempat dengan tegangan maksimum.


 Pemasangan tulangan sengkang yang diatur jaraknya dimana jarak pada tumpuan lebih
rapat dibandingkan jarak tengah bentang. Sengkang diikat dengan kawat beton.
 Tulangan atas dipasang dengan cara dimasukkan satu per satu kedalam tulangan
sengkang dibagian atas kemudian diikat dengan kawat. Ujung tulangan atas
dimasukan kedalam tulangan kolom sebagai panjang penjangkaran sepanjang 40D
atau ¾ kali tinggi manfaat balok jika balok berukuran besar. Sebagai pengaku dipakai
tulangan pinggang sesuai dengan perencanaan.
 Dibagian samping, atas, dan bawah di kaitkan beton decking yang berguna untuk
menjadi pengendali selimut beton ketika pelaksanaan pekerjaan pengecoran.
Berikut dokumentasi tulangan balok yang berada di lapangan:

Gambar 4.17 Pemasangan tulangan balok


Sumber: Dokumentasi penyusun, 2019
51

Gambar 4.18 Tulangan balok


Sumber: Dokumentasi penyusun, 2019

4.3.3. Pengerjaan Pengecoran


Pekerjaan pengecoran adalah pekerjaan penuangan beton segar ke dalam cetakan suatu
elemen struktur yang telah dipasangi besi tulangan. Sebelum pekerjaan pengecoran
dilakukan, harus dilakukan inspeksi pekerjaan untuk memastikan cetakan dan besi
tulangan telah terpasang sesuai rencana.
4.3.3.1. Pekerjaan Pengecoran Kolom
Pengecoran kolom dilakukan setelah pengecoran plat lantai dan balok minimal selang
waktu 10 jam dari pengecoran, berikut langkah kerja pengecoran kolom yang diamati:
 Sebelum dilaksanakan pengecoran, kolom harus benar-benar bersih dari kotoran agar
tidak membahayakan konstruksi dan menghindari kerusakan beton.
 Dilakukan penentuan stop cor pada bekisting kolom, untuk menentukan sampai mana
52

batas pengecoran pada kolom


 Pengecoran dilakukan dengan menggunakan bucket cor yang dihubungkan dengan
pipa tremi yang langsung diarahkan oleh operator concrete pump untuk memudahkan
pengerjaan
 Penuangan beton dilakukan secara bertahap, hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya segregasi yaitu pemisahan agregat yang dapat mengurangi mutu beton
 Selama proses pengecoran berlangsung, pemadatan beton dilakukan dengan
menggunakan vibrator. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan rongga-rongga
udara serta untuk melakukan pemadatan yang maksimal.
Pada Proyek Pembangangunan Masjid Al-Hadiid, pengecoran kolom lantai dasar tidak
menggunakan bucket cor, pipa kremi dan concrate pump. Pengecoran lantai dasar
dilakukan dengan cara manual seperti pada Gambar 4.19.

Gambar 4.19 Proses pengecoran kolom


Sumber: Dokumentasi penyusun, 2019

Gambar 4.20 Penggunaan vibrator pada proses pengecoran kolom


Sumber: Dokumentasi penyusun, 2019
53

4.3.3.2. Pekerjaan Pengecoran Plat dan Balok


Pengecoran plat dilaksanakan bersamaan dengan pengecoran balok. Peralatan
pendukung untuk pekerjaan perngecoran yaitu : bucket, truck mixer, vibrator, lampu kerja
(dikarenakan pekerjaan pengecoran lebih sering dilakukan pada malam hari), papan perata.
Adapun proses pengecoran plat dan balok sebagai contoh pengamatan yaitu adalah sebagai
berikut:
 Pembersihan lahan area yang akan dicor sambil menunggu loading truk mixer datang
dengan menggunakan air compressor sampai benar-benar bersih.
 Setelah mendapatkan ijin pengecoran disetujui, engineer menghubungi pihak batching
plan untuk mengecor sesuai dengan mutu dan volume yang dibutuhkan di lapangan.
 Setelah dinyatakan OK, pengecoran siap dilaksanakan.
 Sampel benda uji diambil bersamaan selama pengecoran berlangsung untuk
mengetahui bukti Slump test dan pembuatan benda uji silinder beton.
 Langsung pelaksanaan pengecoran plat dan balok, digunakan concrete pump yang
menyalurkan beton readymix dari truck mixer ke lokasi pengecoran, dengan
menggunakan pipa pengecoran yang disambung-sambung.
 Dialirkan beton readymix sampai ke lokasi pengecoran, lalu dipadatkan dengan
menggunakan vibrator.
 Setelah beton dipadatkan, maka dilakukan perataan permukaan coran dengan
menggunakan alat-alat manual.
 Setelah proses pengecoran selesai sampai batas pengecoran (stop cor), maka dilakukan
finishing.
Berikut dokumentasi pengecoran plat dan balok yang berada di lapangan:
54

Gambar 4.21 Truck mixer pada proses pengecoran plat dan balok
Sumber: Dokumentasi penyusun, 2019

Gambar 4.22 Proses pengecoran plat dan balok


Sumber: Dokumentasi penyusun, 2019

Pengecoran Plat dan Balok Lantai 1 dilakukan pada 28 Januari 2019 dan pembukaan
bekisting dilakukan pada 4 Februari. Beton readymix pada proyek ini dipesan di Merak
Jaya Beton. Berikut foto setelah bekisting dibuka pada Gambar 4.24.
55

Gambar 4.23 Hasil pengecoran


Sumber: Dokumentasi penyusun, 2019
56

Halaman ini sengaja dikosongkan

Anda mungkin juga menyukai