Anda di halaman 1dari 21

1

NOVI RAHMADHANI, ST, MT

TEORI DAN
KRITIK
ARSITEKTUR
RTA-3322
»KRITIK TERHADAP BUKU
ARSITEKTUR YANG LAIN
2

KELOMPOK 4

IBA APRINA TAMBUNAN (180406040)


DINDA PUTRI WAHYUNI (180406042)
FATIHUL ILMI (180406045)
ANDI SURYA GINTING (180406046)
LENA PUSPITA SARI (180406048)
3

BAB 3
4

3 AM: Jakarta adalah kota yang mati suri.


Kepadatan yang menguras emosi dan energi di
 Kritik Deskriptif Metode Depiktif
siang hari, kini tak menyisakan
jejak. Poros utara-selatan-barat-timur
(Thamrin-Senayan-S. Parman-MT. Haryono)
yang sepanjang hari mendetakkan kesibukan
(dan kemacetan) luar biasa cuma tinggal ruang Metode yang menyatakan apa yang
Mengkritisi suatu karya arsitektur dengan
terbuka luas yang telantar. Kemeriahan hedonis sesungguhnya ada dan terjadi secara
cara mendeskriptifkan berdasarkan
yang baru saja kutinggalkan tidak teresonansi nyata. Berfokus pada elemen bentuk,
kenyataan atau fakta
ke seluruh kota, namun terkonsentrasi di ruang- bahan, dan permukaan
ruang tertutup yang eksklusif. Kota ini
”kosong”.
5

Metode Kritik Evokatif


 Kritik Interpretif
(Evocative) 
Komodifikasi ruang, di mana semua ruang
abstrak ditakar hanya dari ”nilai tukar”,
bukan ”nilai guna”, memang menyebabkan
”kepadatan yang palsu”. Secara sederhana, hal Kritik Interpretif (Interpretive Criticism)
itu bisa dijelaskan seperti ini: Modal menguasai yang berarti adalah sebuah kritik yang
ruang, sehingga yang tak bermodal terpaksa menafsirkan namun tidak menilai Menggugah pemahaman intelektual atas
menyingkir. Hal itu mengakibatkan kota secara judgemental, Kritikus pada jenis makna yang dikandung pada suatu
melebar ini dipandang sebagai pengamat yang bangunan. Sehingga kritik ini tidak
dan meluas tak terkendali, terfragmentasi dan professional. Bentuk kritik cenderung mengungkap suatu objek itu benar atau
terkonsentrasi dalam kotak-kotak fungsi yang subyektif dan bersifat mempengaruhi salah melainkan pengungkapan
menyisakan ruang-ruang negatif yang membuat pandangan orang lain agar sejalan pengalaman perasaan akan ruang.
kota jadi ”berongga”. dengan pandangan kritikus tersebut. Metode ini bisa disampaikan dalam
Dalam penyajiannya menampilkan bentuk naratif (tulisan) dan fotografis
sesuatu yang baru atau memandang (gambar).
sesuatu sudut pandang lain
6

Mungkin New York adalah contoh yang baik, di Metode Kritik Evokatif
 Kritik Interpretif
mana kepadatan tinggi bukan cuma berarti (Evocative) 
kuantitatif penduduk, tetapi juga kekayaan
pengalaman dan kehadiran bersama dari hal-
hal yang berbeda. Culture of congestion
adalah eksploitasi kepadatan sintetik dengan Kritik Interpretif (Interpretive Criticism)
moda: pencakar langit—hal yang esensial dan yang berarti adalah sebuah kritik yang
tidak bisa dipisahkan dari budaya ini karena ia menafsirkan namun tidak menilai Menggugah pemahaman intelektual atas
memaksimalkan kepadatan dan memfabrikasi secara judgemental, Kritikus pada jenis makna yang dikandung pada suatu
realitas. Multiplikasi lantai pada bangunan ini dipandang sebagai pengamat yang bangunan. Sehingga kritik ini tidak
pencakar langit berarti bahwa pada satu lahan professional. Bentuk kritik cenderung mengungkap suatu objek itu benar atau
yang sempit dapat diciptakan dunia yang subyektif dan bersifat mempengaruhi salah melainkan pengungkapan
majemuk, terakomodasi secara terpisah di pandangan orang lain agar sejalan pengalaman perasaan akan ruang.
dalam tiap-tiap 31 lantai pencakar langit. dengan pandangan kritikus tersebut. Metode ini bisa disampaikan dalam
Padanya, kepadatan dan artifisialitas Dalam penyajiannya menampilkan bentuk naratif (tulisan) dan fotografis
berdasarkan teknologi bertemu bersama. sesuatu yang baru atau memandang (gambar).
sesuatu sudut pandang lain
7

Di Jakarta, penyelesaian masalah kepadatan


yang menyerah pada komodifikasi ruang justru
memaksa keluarnya pemukiman  Kritik Deskriptif Metode Depiktif
buat kelas menengah ke pinggir-pinggir kota,
hilangnya ruang-ruang terbuka untuk anak-
anak di tengah kota, dan ketiadaan prasarana-
prasarana sosial. Betul ada gedung-gedung
tinggi, tapi kebanyakan dari gedung-gedung itu Metode yang menyatakan apa yang
adalah volume-volume yang terisolasi dengan Mengkritisi suatu karya arsitektur dengan
sesungguhnya ada dan terjadi secara
satu fungsi. Kepadatan kualitatif dan cara mendeskriptifkan berdasarkan
nyata. Berfokus pada elemen bentuk,
kuantitatif tidak bertemu di situ. Dan fragmen kenyataan atau fakta
bahan, dan permukaan
metropolitanisme berupa gedung tinggi tanpa
kepadatan tinggi ini akhirnya harus
berdampingan dengan kampung rendah
berkepadatan tinggi.
8

Di pusat-pusat kota kita, bangunan-bangunan


tidak lagi saling melengkapi, melainkan  Kritik Deskriptif Metode Depiktif
bersaing. Pusat kota terpecah menjadi sejumlah
jamak pusat kota; suatu kumpulan otonomi,
berupa bangunan-bangunan otonom yang
lengkap, baik berupa satu mal, atau suatu
kumpulan multiguna dalam satu bangunan Metode yang menyatakan apa yang
yang terus membesar. Seperti Senayan City, Mengkritisi suatu karya arsitektur dengan
sesungguhnya ada dan terjadi secara
Grand Indonesia, cara mendeskriptifkan berdasarkan
nyata. Berfokus pada elemen bentuk,
Taman Anggrek Mal, Plaza Indonesia, Mall of kenyataan atau fakta
bahan, dan permukaan
Indonesia, dan masih akan banyak lagi. Makin
ambisius otonomi ini, makin
mereka meniadakan kota.
9

Namun, seperti ditulis oleh Goenawan


Mohamad, “Karena malam tak sepenuhnya
tertembus, juga oleh kelelawar yang mabuk,
taufan antah-berantah dan rembulan yang gila,  Kritik Deskriptif Metode Depiktif
harapan jangan-jangan bermula dari sikap yang
tak mengeluh pada batas”sendiri, di dalam
taksi, saya melihat bahwa resistensi itu ada.
Tidak klise, tapi—benar, telah terjadi intervensi
informal oleh penduduk marjinal dari kota. Metode yang menyatakan apa yang
Mengkritisi suatu karya arsitektur dengan
sesungguhnya ada dan terjadi secara
cara mendeskriptifkan berdasarkan
nyata. Berfokus pada elemen bentuk,
kenyataan atau fakta
bahan, dan permukaan
10

Metode Kritik Evokatif


 Kritik Interpretif
Di sini terasa sekali bagaimana yang lemah (Evocative) 
mengatasi problem keterbatasan ruang dalam
kota dan melawan sektor modern yang dikuasai
modal besar dan tata kota. Orang-orang ini
Kritik Interpretif (Interpretive Criticism)
punya moda 37
yang berarti adalah sebuah kritik yang
bertahan sendiri yang bisa dinilai anarkis.
menafsirkan namun tidak menilai Menggugah pemahaman intelektual atas
Mereka bergerak seperti air, mengisi setiap
secara judgemental, Kritikus pada jenis makna yang dikandung pada suatu
celah dan ruang-ruang kosong yang mungkin,
ini dipandang sebagai pengamat yang bangunan. Sehingga kritik ini tidak
bahkan yang kita pikir tidak mungkin. ”Pasar
professional. Bentuk kritik cenderung mengungkap suatu objek itu benar atau
tumpah” semacam ini tidak hanya terjadi di
subyektif dan bersifat mempengaruhi salah melainkan pengungkapan
sini, meski kurang lebih di waktu yang sama:
pandangan orang lain agar sejalan pengalaman perasaan akan ruang.
Kramat Jati, Pasar Minggu, Senen, Cipinang,
dengan pandangan kritikus tersebut. Metode ini bisa disampaikan dalam
Caringin, ….
Dalam penyajiannya menampilkan bentuk naratif (tulisan) dan fotografis
sesuatu yang baru atau memandang (gambar).
sesuatu sudut pandang lain
11

Metode Kritik Evokatif


 Kritik Interpretif
Sebenarnya, modernitas dalam bentuk (Evocative) 
urbanisasi di Jakarta tidak pernah berjalan
dengan kecepatan penuh. Pada saat yang
bersamaan, terjadi juga ruralisasi yang
menahan laju komodifikasi ruang oleh modal Kritik Interpretif (Interpretive Criticism)
besar. Sebuah daya yang selama ini justru selalu yang berarti adalah sebuah kritik yang
disingkirkan karena dianggap mengganggu menafsirkan namun tidak menilai Menggugah pemahaman intelektual atas
tatanan, ketertiban, dan keteraturan yang secara judgemental, Kritikus pada jenis makna yang dikandung pada suatu
dijaga betul dalam modernitas. Tapi juga ini dipandang sebagai pengamat yang bangunan. Sehingga kritik ini tidak
sebuah daya dari bawah yang bila dikelola professional. Bentuk kritik cenderung mengungkap suatu objek itu benar atau
dengan benar akan menjadikan Jakarta sebuah subyektif dan bersifat mempengaruhi salah melainkan pengungkapan
kota yang raya, padat, dan sehat. Sebuah pandangan orang lain agar sejalan pengalaman perasaan akan ruang.
metropolitan, dalam arti yang dengan pandangan kritikus tersebut. Metode ini bisa disampaikan dalam
sebenarnya. Dalam penyajiannya menampilkan bentuk naratif (tulisan) dan fotografis
sesuatu yang baru atau memandang (gambar).
sesuatu sudut pandang lain
12

BAB 4
13

Namun kita sering lupa, bahwa yang tak terlihat


itulah justru hakikat arsitektur yang sesungguhnya.
Mata – begitu mendominasi persepsi kita akan
Metode Kritik Advokatif
segala sesuatu; sehingga hal dalam wilayah visual  Kritik Interpretif
itulah yang biasanya disebutkan dalam kalimat (Advocatory)
pertama seorang klien yang ingin membuat rumah
atau bangunan apapun. “saya ingin desain yang
minimalis.” “saya ingin desain yang modern.” Atau
yang plin plan. “Saya ingin desain yang minimalis, Kritik Interpretif (Interpretive Criticism)
tapi tidak terlalu minimalis.” bahkan kontradiktif yang berarti adalah sebuah kritik yang
“Saya ingin yang klasik modern.” menafsirkan namun tidak menilai Kritik yang membela, memposisikan diri
secara judgemental, Kritikus pada jenis seolah-olah kita adalah arsitek tersebut
Mungkin tidak salah. Tapi ketika banyak media
ini dipandang sebagai pengamat yang
membantu (memperburuk?) kondisi dengan
mereduksi arsitektur hingga sebatas style, maka professional. Bentuk kritik cenderung
para arsitek terbebani gaya berat yang membuatnya subyektif dan bersifat mempengaruhi
terseret dalam arus pusaran konsumerisme tanpa pandangan orang lain agar sejalan
sempat mengendap. Arsitektur, dikonsumsi sebatas dengan pandangan kritikus tersebut. Metode yang mengarahkan pada suatu
baju atau ornamen, yang menjebak arsitek Dalam penyajiannya menampilkan topik yang dianggap perlu untuk
dalamkurungan label-label tertentu seperti tersebut sesuatu yang baru atau memandang diperhatikan mengenai karya tersebut
di atas. Ia jadi impoten, kehilangan fungsi utamanya sesuatu sudut pandang lain
untuk menggubah lingkungan binaan yang lebih
baik. Sekali lagi, mungkin tidak salah, karena
kebanyakan klien juga tidak menuntut lebih. Hanya
menunjukkan gambar-gambar dari halaman-
halaman majalah desain yang mereka beli lalu
bilang, “Saya mau yang seperti ini.” Selesai. Cepat.
Dan mesin cash register berbunyi ”Ting!” Hari gini,
siapa yang mau susah?
14

Seorang pemimpi. Seorang pemimpi yang tidak


cukup puas dengan kesenangan-kesenangan yang Kritik Impresionis
mudah. Yang mencari—pertama-tama—bukan  Kritik Interpretif (Imppressionis Criticism)
penampilan, tapi denyut kehidupan di bawah
permukaan kulit. Seorang pemimpi yang terpesona
pada hal-hal yang sepele.

Seperti aspal yang tertutup daun chestnut di musim Kritik Interpretif (Interpretive Criticism)
gugur, kelakar kerikil di bawah kaki ketika berjalan yang berarti adalah sebuah kritik yang
dari kebun ke dapur, handel pintu—licin dan dingin menafsirkan namun tidak menilai Kritik dipakai sebagai alat untuk
dalam genggaman—yang membuka satu dunia lain secara judgemental, Kritikus pada jenis melahirkan karya seni baru
dengan rasa dan bau-bauan yang berbeda: wangi ini dipandang sebagai pengamat yang
vanilla dan kayu manis dan terpentin yang meruap professional. Bentuk kritik cenderung
dari kabinet yang baru dicat, lantai segi enam yang subyektif dan bersifat mempengaruhi
padat terinjak, suara berat pintu yang menutup di pandangan orang lain agar sejalan Kritik impresionis dapat berbentuk :
balik punggung, pantulan sayu pada anak tangga
dengan pandangan kritikus tersebut.
kayu oak, langit-langit yang hilang di samar cahaya, • Verbal discourse (narasi verbal puisi
dan hangatnya sinar matahari yang membanjiri
Dalam penyajiannya menampilkan
sesuatu yang baru atau memandang atau prosa).
ruang pada kulit.
sesuatu sudut pandang lain • Caligramme (paduan kata)
• Painting (lukisan)
• Photo image (imagi foto)
• Modification of building (Modifikasi
bangunan)
• Cartoon (menampilakan gambar
bangunan dengan cara yang lebih
menyenangkan).
15

Kritik Impresionis
 Kritik Interpretif (Imppressionis Criticism)
Fashion, dimulai dengan yang kasat mata.
Arsitektur, dimulai dari kekosongan. Bukan
bangun batu-bata atau beton yang kokoh,
struktur yang serta-merta ada dan berwujud,
Kritik Interpretif (Interpretive Criticism)
atau bentuk massa dan konfigurasi fasade
yang berarti adalah sebuah kritik yang
mutakhir yang memukau seketika. Kritik dipakai sebagai alat untuk
menafsirkan namun tidak menilai
secara judgemental, Kritikus pada jenis melahirkan karya seni baru
Bukankah kosong, ruang di antara dinding-
ini dipandang sebagai pengamat yang
dinding yang dapat kita huni? Juga keteduhan
professional. Bentuk kritik cenderung
di bawah atap tempat berlindung dari basah
subyektif dan bersifat mempengaruhi
hujan dan sengat matahari? Dan gang-gang Kritik impresionis dapat berbentuk :
pandangan orang lain agar sejalan
sempit di mana kita bisa berjalan berhimpit?
dengan pandangan kritikus tersebut.
Dalam penyajiannya menampilkan • Verbal discourse (narasi verbal puisi
sesuatu yang baru atau memandang atau prosa).
sesuatu sudut pandang lain • Caligramme (paduan kata)
• Painting (lukisan)
• Photo image (imagi foto)
• Modification of building (Modifikasi
bangunan)
• Cartoon (menampilakan gambar
bangunan dengan cara yang lebih
menyenangkan).
16

Peter Zumthor, ketika bercerita tentang


persinggungan pertamanya dengan arsitektur
dalam bukunya Thinking Architecture, tidak
berkisah tentang sosok bangunan-bangunan
hebat yang pernah dilihatnya, melainkan
pengalaman sensorik yang diperoleh saat
singgah di dapur bibinya. Imaji- imaji itu—
sederhana dan subtil—tersimpan dalam
memori, sebuah reservoir bagi atmosfer dan
emosi yang selalu muncul kemudian, ketika ia
berpikir tentang arsitektur.

 Kritik Deskriptif Metode Biografis

Karenanya ia nyaris tak dikenal. Tidak seperti


starchitect Rem Koolhaas yang fasih berbicara Metode yang hanya mencurahkan
Mengkritisi suatu karya arsitektur dengan
tentang teori-teori arsitektur, atau Frank Gehry perhatian kepada sang arsitek yang
cara mendeskriptifkan berdasarkan
dan Zaha Hadid yang menerapkan metodologi membuat karya arsitektur, khususnya
kenyataan atau fakta
mendesain dan bentuk arsitektur yang aktifitas yang telah dilakukannya
kontroversial, Zumthor adalah arsitek yang
”diam”. Hingga tahun 1996, ketika karyanya
Thermal Bath Vals selesai, ia tiba-tiba menjadi
perbincangan dunia.
17

Terletak di Vals, Swiss, 1.200 meter dari


permukaan laut, tempat pemandian ini adalah
bagian dari sebuah kompleks hotel dan spa
yang telah ada sejak 1960. Gunung dan batu,
geologi dari Vals, muncul ketika Zumthor
membaca tapak. Maka ia mengeruk tanah,
 Kritik Deskriptif Metode Depiktif
menyusun batu, membolongi massa yang
membiaskan batas antara interior dan eksterior,
membuat torehan yang membocorkan cahaya
dan ruang ke ruang.
Metode yang menyatakan apa yang
Mengkritisi suatu karya arsitektur dengan
Ruang-ruang seolah rongga-rongga yang terjadi sesungguhnya ada dan terjadi secara
cara mendeskriptifkan berdasarkan
dan tersisa, lubang-lubang dengan proporsi dan nyata. Berfokus pada elemen bentuk,
kenyataan atau fakta
skala yang berbeda, yang disusun dalam sebuah bahan, dan permukaan
simfoni penuh kejutan: menyempit, meninggi,
mendaki, menurun, tiba-tiba melebar dan
hilang batas, atau mampat berhenti. Elastis,
bahkan plastis. Ruang-ruang ini saling bertaut
tak terputus, tapi pada saat yang sama memiliki
privasinya masing-masing
18
Dari langit-langit yang ditoreh tipis segaris atau
Metode Kritik Evokatif
kotak-kotak yang serupa titik-titik, cahaya  Kritik Interpretif
merembes samar—menjadi bagian yang integral (Evocative) 
dari pengalaman spasial: bermain dalam ruang,
terpantul di air dan udara yang lembap, berjalan
tanpa jejak pada dinding-dinding batu, dan
berubah tiap waktu. Tiap ruang tak akan pernah Kritik Interpretif (Interpretive Criticism)
dialami dengan sama. Separuh batu, separuh yang berarti adalah sebuah kritik yang
air, bangunan ini adalah kontras antara yang menafsirkan namun tidak menilai Menggugah pemahaman intelektual atas
diam, keras, dan disiplin, dengan yang cair dan secara judgemental, Kritikus pada jenis makna yang dikandung pada suatu
bergerak dan hidup. Airini menetes, mengucur ini dipandang sebagai pengamat yang bangunan. Sehingga kritik ini tidak
dari dinding, berpusar, atau tinggal tenang. professional. Bentuk kritik cenderung mengungkap suatu objek itu benar atau
Suaranya digemakan pada batu-batu, subyektif dan bersifat mempengaruhi salah melainkan pengungkapan
menyangatkan sunyi dalam ruang. Bunyi, tak pandangan orang lain agar sejalan pengalaman perasaan akan ruang.
seperti penglihatan, tak dapat dipatok pada dengan pandangan kritikus tersebut. Metode ini bisa disampaikan dalam
satu fokus. Ia lepas dari ruang yang disiplin, Dalam penyajiannya menampilkan bentuk naratif (tulisan) dan fotografis
namun mengurung kita dalam kerangka linear— sesuatu yang baru atau memandang (gambar).
waktu. Ruang jadi kehilangan batas definitifnya. sesuatu sudut pandang lain
Tak selesai.
19

Metode Kritik Evokatif


 Kritik Interpretif
(Evocative) 
Kontras juga terasa pada kulit, ketika
bersentuhan dengan batu —kadang halus,
kadang kasar—dan air dengan temperatur yang
Kritik Interpretif (Interpretive Criticism)
berbeda-beda—kadang hangat, kadang panas,
yang berarti adalah sebuah kritik yang
jugadingin menggigilkan. Mungkin pada saat
menafsirkan namun tidak menilai Menggugah pemahaman intelektual atas
inilah arsitekturmenjadi begitu wajar, karena
secara judgemental, Kritikus pada jenis makna yang dikandung pada suatu
bebas dari ukuran dan begitu intim menyentuh
ini dipandang sebagai pengamat yang bangunan. Sehingga kritik ini tidak
kita. Karena, bagaimana kita mengukur rasa? Ia
professional. Bentuk kritik cenderung mengungkap suatu objek itu benar atau
hanya lewat sejenak, menyentuh, lalu
subyektif dan bersifat mempengaruhi salah melainkan pengungkapan
mengendap dalam memori, jadi imaji-imaji
pandangan orang lain agar sejalan pengalaman perasaan akan ruang.
yang mungkin akan muncul kemudian.
dengan pandangan kritikus tersebut. Metode ini bisa disampaikan dalam
Dalam penyajiannya menampilkan bentuk naratif (tulisan) dan fotografis
sesuatu yang baru atau memandang (gambar).
sesuatu sudut pandang lain
20

Metode Kritik Advokatif


“In order to design buildings with a sensuous  Kritik Interpretif
connection tolife, one must think in a way that (Advocatory)
goes far beyond form and construction,” tulis
Zumthor, masih dalam buku yang sama.
Karenanya, arsitektur Peter Zumthor adalah
Kritik Interpretif (Interpretive Criticism)
arsitektur yang membebaskan. Bangunannya
yang berarti adalah sebuah kritik yang
punya tubuh yang nyata, tapi yang tak nyata,
menafsirkan namun tidak menilai Kritik yang membela, memposisikan diri
yang tinggal dalam memorilah yang hadir, lebih
secara judgemental, Kritikus pada jenis seolah-olah kita adalah arsitek tersebut
nyata dari yang ”ada”. Tubuh akhirnya hanya
ini dipandang sebagai pengamat yang
instrumen,alat untuk menghadirkan yang tak
professional. Bentuk kritik cenderung
kasat mata. Dengan Thermal Bath Vals,
subyektif dan bersifat mempengaruhi
Zumthor seperti mengingatkan kita pada satu
pandangan orang lain agar sejalan
fakta yang sangat purba, bahwa Tuhan
dengan pandangan kritikus tersebut. Metode yang mengarahkan pada suatu
melengkapi manusia untuk ”mengalami”—
Dalam penyajiannya menampilkan topik yang dianggap perlu untuk
bukan cuma ”melihat ”.
sesuatu yang baru atau memandang diperhatikan mengenai karya tersebut
sesuatu sudut pandang lain
21

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai