Anda di halaman 1dari 10

Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing) Pengertian dari kepejalan adalah penampilan gedung dalam

alan adalah penampilan gedung dalam konteks kota. Kepejalan


suatu gedung ditentukan oleh perbandingan tinggi : luas : lebar : panjang, olahan massa
(desai bentuk), dan variasi penggunaan material.
Membahas mengenai bagaimana bentuk dan massa-massa bangunan yang ada dapat
membentuk suatu kota serta bagaiman hubungan antar-massa (banyak bangunan) yang ada.
Pada penataan suatu kota, bentuk dan hubungan antar-massa seperti ketinggian bangunan,
jarak anatar-bangunan, bentuk bangunan, fasad bangunan, dan sebagainya harus
diperhatikan sehingga ruang yang terbentuk menjadi teratur, mempunyai garis langit-horizon
(skyline) yang dinamis serta menghindari adanya ruang tidak terpakai (lost space).

Building form and massing dapat meliputi kualitas yang berkaitan dengan penampilan
bangunan yaitu:

a. Ketinggian Bangunan
Ketinggian bangunan berkaitan dengan jarak pandang manusia, baik yang berada
dalam bangunan maupun yang berada pada jalur pejalan kaki (luar bangunan).
Krtinggian bangunan suatu kawasan membentuk sebuah garis horizon (skyline).
Ketinggian bangunan ditiap fungsi ruang perkotaan akan berbeda, tergantung dari tata
guna lahan. Sebagai contoh, bangunan di sekitar bandara akan memilik ketinggian lebih
rendah disbanding bangunan dikawasan perekonomian.

Sumber : nytimes.com

sumber : nytimes.com

b. Kepejalan Bangunan
c. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
Koefisien Lantai Bangunan adalah jumlah luas lantai bangunan berbanding luas tapak
f. Langgam
2
(jika KLB = 200%, maka di tapak seluas 100 m dapat dibangun bangunan dengan luas Langgam atau gaya dapat diartikan sebagai suatu kumpulan karakteristik bangunan
lantai 200 m2 lantai banyak). dimana struktur, kesatuan dan ekspresi digabungkan di dalam satu periode atau wilayah
Koefisien Lantai Bangunan dipengaruhi oleh daya dukung tanah, daya dukung
tertentu. Pean dari langgam ini dalam skal urban jika direncanakan dengan baik dapat
lingkungan, nilai harga tanah, dan factor-faktor khusus tertentu dengan peraturan atau
menjadi guide line yang dapat menyatukan fragmen-fragmen dan bentuk bagnan di
kepercayaan daerah setempat.
kota.

g. Skala
Rasa akan skala dan perubahan perubahan dalam ketinggian ruang atau bangunan
dapat memainkan peranan dalam menciptakan kontras visual yang dapat
membangkitkan daya hidup dan kedinamisan.

h. Material
Peran material berkenaan dengan komposisi visual dalam perancangan. Komposisi
yang dimaksud diwujudkan oleh hubungan antarelemen visual.

i. Tekstur
Dalam sebuah komposisi yang lebih besar (skala urban) sesuatu yang dilihat dari jarak
tertentu maka elemen yang lebih besar dapat menimbulkan efek-efek tekstur.

j. Warna
Dengan adanya warna (kepadatan warna, kejernihan warna), dapat memperluas
kemungkinan ragam komposisi yang dihasilkan.

sumber: nytimes.com

d. Koefisien Dasar Bangunan (Building Coverage) Menurut Spreegen (1965), prinsip dasar perancangan kota mensintesis berbagai hal
Adalah luas tapak yang tertutup dibandingkan dengan luas tapak keseluruhan.
penting berkaitan bentuk dan massa bangunan, meliputi berbagai hal sebagai berikut:
Koefisien Dasar Bangunan dimaksudkan untuk menyediakan area terbuka yang cukup
dikawasan perkotaan agar tidak keseluruhan tapak diisi dengan bangunan. Hal ini a. Skala, dalam hubungannya dengan sudut pandang manusia, sirkulasi,

dimaksudkan agar daur lingkungan tidak terhambat, terutama penyerapan air ke dalam bangunan disekitarnya dan ukuran kawasan.
b. Ruang kota, yang merupakan elemen dasar dalam perencanaan kota yang
tanah.
harus memperhatikan bentuk (urban form), skala, sense of enclosure dan tipe
urban space.
e. Garis Sepadan Bangunan (GSB) c. Massa Kota (urban mass), yang didalamnya meliputi banguna, permukaan
Garis Sepadan Bangunan merupakan jarak bangunan terhadap as jalan. Garis ini tanah, objek-objek yang membentuk ruang kota dan pola aktivitas.
sangat penting dalam mengatur keteraturan bangunan di tepi jalan kota. Selain itu juga
berfungsi sebagai jarak keselamatan pengguna jalan, terutama jika terjadi kecelakaan. Manfaat :
1. Mewujudkan kawasan yang selaras dengan morfologi kawasan tersebut serta - Pola hubungan/konekvitas (jaringan penguhubung menjamin terciptanyan interaksi
keserasian dan keterpaduan pengaturan konfigurasi blok, kaveling, dan bangunan. social)
- Kejelasan orientasi dan kontinuitas (kontinuitas ruang public berupa arcade)
2. Meningkatkan kualitas ruang kota yang aman, nyaman, sehat, menarik, dan - Menghindari eksklusivitas
berwawasan ekologis, serta akomodatif terhadap keragaman kegiatan.
b. Fisik dan non-fisik
- Pola, dimensi, dan standar umum (penetapan GSB, GSpB/GSbB, GMB, garis
3. Optimalisasi keserasian antara ruang luar bangunan dan lingkungan public. sepadan sungai/pantai, set back bangunan langgam bangunan)
- Estetika, karakter, dan citra kawasan (desain khas/jati diri, kualitas visual, nilai
budaya dan makna, karakter visual garis langit)
4. Penciptaan berbagai citra dan karakter khas dari berbagai sub-kawasan yang
- Kualitas fisik (memperhatikan iklim tropis)
direncanakan. - Ekspresi bangunan dan lingkungan (ekspresi arsitektur local, berkolerasi dengan
kultur perilaku/budaya, nilai-nilai historis, kontekstualitas lingkungan sekitar)
5. Terciptanya keseimbangan dan keterpaduan elemen tata bangunan (kinerja, fungsi,
c. Aspek lingkungan
estetika) - Keseimbangan kawasan perencanaan dengan sekitar
- Keseimbangan dengan daya dukung lingkungan
- Kelesatarian ekologis kawasan
Komponen Perencanaan dan Perancangan
Penerapan pada Kawasan Fakultas Ekonomika dan Bisnis di Universitas
1. Pengaturan blok bangunan (bentuk dan ukuran blok, pengelompokkan dan konfigurasi
Diponegoro
blok, ruang terbuka dan tata hijau)

2. Pengaturan kaveling/petak lahan (bentuk dan ukuran kaveling, pengelompokkan dan a. Ketinggian Bangunan
konfigurasi kaveling, ruang terbuka dan tata hijau)

3. Pengaturan bangunan (pengelompokkan bangunan, letak dan orientasi bangunan,


sosok masa bangunan, ekspresi arsitektur bangunan)

4. Pengaturan ketinggian dan elevasi lantai bangunan (ketinggian bangunan, komposisi


garis langit bangunan, ketinggian lantai bangunan)

Prinsip-prinsip Perencanaan dan Perancangan


a. Fungsional :
- Optimalisasi dan efisiensi (desain dan bentuk kaveling, ukuran)
- Kejelasan pendefinisian ruang yang diciptakan (ruang public dimuka bangunan dan
ruang privat, enclosure)
- Keragaman fungsi dan aktivitas yang diwadahi (adaptasi dan adopsi kebutuhan
keragaman fungsi/ peruntukkan dalam blok/kaveling bangunan. sumber : berita.suaramerdeka.com
- Skala dan proporsi ruang yang berorientasi pada pejalan kaki (skala dan proporsi
Dari hasil foto diatas dapat dilihat ketinggian bangunan pada kawasan FEB Undip
mempertimbangkan aspek visual dan skala manusiawi)
- Fleksibilitas (akomodatif terhadap pengembangan) relative memiliki ketinggian yang sama.
Gedung dekanat FEB memiliki ketinggian yang paling tinggi dibandingkan gedung-
gedung lainnya karena fungsinya sebagai birokrat.

b. Kepejalan Bangunan

sumber: http://agassemarang.blogspot.co.id

c. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)


Menurut Peraturan Daerah Kota Semarang No. 11 Tahun 2004 ,Tentang Rencana
Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Kota Semarang Bagian Wilayah Kota VI
(KECAMATAN TEMBALANG) Tahun 2000 2010
Penentuan Ketinggian Bangunan dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
Pasal 32
Penentuan Ketinggian Bangunan dan KLB ditetapkan dengan jumlah luas lantai
bangunan dan luas persil pada setiap peruntukan yang disesuaikan dengan fungsi
jalan.
sumber: http://agassemarang.blogspot.co.id
Pasal 33

Fasilitas umum untuk bangunan yang berada di jalan kolektor sekunder :

- Pendidikan maksimal 4 lantai dan KLB 1,6

- Peribadatan maksimal 2 lantai dan KLB 0,8

- Kesehatan maksimal 3 lantai dan KLB 1,2

- Bangunan Pelayanan Umum maksimal 2 lantai dan KLB 0,8


- Perguruan Tinggi maksimal 4 lantai dan KLB 1,6

Pada kawasan FEB semua bangunannya berlantai 4, sesuai dengan KLB

Sebagai contoh gedung C-Fakultas Ekonomi e. Garis Sepadan Bangunan (GSB)


Menurut Peraturan Daerah Kota Semarang No. 11 Tahun 2004 ,Tentang Rencana
Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Kota Semarang Bagian Wilayah Kota VI
(KECAMATAN TEMBALANG) Tahun 2000 2010

Pasal 36
Fasilitas Umum untuk bangunan yang berada di jalan kolektor sekunder:

a. - Pendidikan 23 meter

b. - Peribadatan 23 meter

c. - Kesehatan 23 meter

sumber: http://agassemarang.blogspot.co.id d. - Bangunan Pelayanan Umum 23 meter

d. Koefisien Dasar Bangunan (Building Coverage) e. - Perguruan Tinggi 23 meter.

Menurut Peraturan Daerah Kota Semarang No. 11 Tahun 2004 ,Tentang Rencana
Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Kota Semarang Bagian Wilayah Kota VI
(KECAMATAN TEMBALANG) Tahun 2000 2010 f. Langgam

Pasal 30
Kawasan FEB memiliki langgam atau gaya bentuk bangunan yang modern atau
Fasilitas Umum untuk bangunan yang berada di jalan kolektor sekunder:
minimalis. Hal ini ditunjukkan dengan adanya karakteristik-karakteristik tiap

- Pendidikan KDB yang direncanakan 40 % (empat puluh perseratus) bangunan yang membentuk suatu ekspresi tertentu di wilayah tersebut.

- Peribadatan KDB yang direncanakan 40 % (empat puluh perseratus) Karakterisitik langgam tiap bangunan yang ada di kawasan tersebut di antara lain

- Kesehatan KDB yang direncanakan 40 % (empat puluh perseratus) adalah:

- Bangunan Pelayanan Umum KDB yang direncanakan 40 % (empat puluh perseratus) - 1. Eksterior yang didominasi oleh jendela atau kaca yang lebar dan tinggi
2. Eksterior yang didekorasi dengan ornament garis horizontal, vertical dan
- Olahraga dan Rekreasi KDB yang direncanakan 20 % (dua puluh perseratus)
diagonal yang sederhana pada dinding yang luas
- Perguruan Tinggi KDB yang direncanakan 40% (empat puluh perseratus) 3. Bangunan-bangunan pada kawasan FEB memiliki ornament yang minim dan
fungsional
h. Material
Material-material dalam kawasan FEB UNDIP yang digunakan dalam bangunan
berupa material beton sebagai material utama yang mendominasi kawasan, GRC
Board, granit tile, glossy tile dan sebagainya yang merupakan dominasi dari gaya
bangunan yang modern. Penggunaan ini menjelaskan adanya hubungan kesatuan
gaya modern antar elemen visual di kawasan FEB UNDIP

i. Tekstur
Tekstur bangunan-bangunan dalam kawasan FEB UNDIP dibentuk oleh elemen-
elemen visual yang lain seperti garis dan warna serta penggunaan material dalam
bangunan-bangunannya. Tekstur yang dibentuk dari garis-garis horizontal dan
vertical yang sederhana mempertegas ukuran atau dimensi dari bagian-bagian
dalam bangunan tersebut. Pemilihan warna dan material membentuk tekstur yang
terkesan halus dan rata pada umumnya. Tekstur pada bangunan-bangunan di
kawasan FEB UNDIP didominasi dengan tekstur buatan.

g. Skala
j. Warna
Warna pada bangunan FEB semuanya memiliki warna yang cerah yaitu dominan
Rata-rata skala gedung di kawasan FEB merupakan skala yang kesannya agak
dengan wana kuning, merah dan putih
sempit.
sumber: google maps
sumber: http://akhsadew.blogspot.co.id
a. Ketinggian Bangunan

Gedung Widya Puraya

Gedung Perpustakaan Undip


Penerapan pada Kawasan Widya Puraya di Universitas Diponegoro

Kawasan Widya Puraya Undip hanya memiliki 2 massa utama bangunan yaitu gedung
Widya Puraya dan Perpustakaan Undip
c. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
Menurut Peraturan Daerah Kota Semarang No. 11 Tahun 2004 ,Tentang Rencana
Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Kota Semarang Bagian Wilayah Kota VI
Ketinggian (KECAMATAN TEMBALANG) Tahun 2000 2010
Penentuan Ketinggian Bangunan dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
bangunan pada kawasan ini
termasuk tinggi karena fungsinya sebagai pusat birokrat dan perpustakaan. Karena Pasal 32
letak perpustakaan yang tepat dibelakang gedung widya puraya maka dibuat lebih tinggi Penentuan Ketinggian Bangunan dan KLB ditetapkan dengan jumlah luas lantai
agar terlihat dari depan. bangunan dan luas persil pada setiap peruntukan yang disesuaikan dengan fungsi
jalan.

Pasal 33
Fasilitas umum untuk bangunan yang berada di jalan kolektor sekunder :
- Pendidikan maksimal 4 lantai dan KLB 1,6

- Peribadatan maksimal 2 lantai dan KLB 0,8

- Kesehatan maksimal 3 lantai dan KLB 1,2

- Bangunan Pelayanan Umum maksimal 2 lantai dan KLB 0,8

- Perguruan Tinggi maksimal 4 lantai dan KLB 1,6

Pada gedung widya puraya memiliki 3 lantai dan perpustakaan berlantai 4, sesuai dengan KLB

b. Kepejalan Bangunan d. Koefisien Dasar Bangunan (Building Coverage)


Menurut Peraturan Daerah Kota Semarang No. 11 Tahun 2004 ,Tentang Rencana
Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Kota Semarang Bagian Wilayah Kota VI
(KECAMATAN TEMBALANG) Tahun 2000 2010

Pasal 30
Fasilitas Umum untuk bangunan yang berada di jalan kolektor sekunder: g. Skala
- Pendidikan KDB yang direncanakan 40 % (empat puluh perseratus) Skala gedung kawasan Widya Puraya termasuk jenis skala yang kesannya agak sempit
- Peribadatan KDB yang direncanakan 40 % (empat puluh perseratus)
- Kesehatan KDB yang direncanakan 40 % (empat puluh perseratus)
- Bangunan Pelayanan Umum KDB yang direncanakan 40 % (empat puluh perseratus) -
- Olahraga dan Rekreasi KDB yang direncanakan 20 % (dua puluh perseratus)
- Perguruan Tinggi KDB yang direncanakan 40% (empat puluh perseratus)

e. Garis Sepadan Bangunan (GSB)


Menurut Peraturan Daerah Kota Semarang No. 11 Tahun 2004 ,Tentang Rencana
Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Kota Semarang Bagian Wilayah Kota VI
(KECAMATAN TEMBALANG) Tahun 2000 2010

Pasal 36
Fasilitas Umum untuk bangunan yang berada di jalan kolektor sekunder:
a. - Pendidikan 23 meter
h. Material
Penggunaan material dalam kawasan widya puraya cenderung didominasi oleh material
utamanya yaitu beton dan penggunaan material berikutnya seperti glossy tile, genting
b. - Peribadatan 23 meter
keramik, dan sebagainya
c. - Kesehatan 23 meter
i. Tekstur
Tekstur pada kawasan widya puraya UNDIP menunjukkan kedalaman suatu area atau
d. - Bangunan Pelayanan Umum 23 meter
bangunan yang disebabkan oleh elemen-elemen visual lainnya seperti garis-garis

e. - Perguruan Tinggi 23 meter. dalam bangunan yang menunjukkan atau mempertegas arah bangunan atau luas
ukuran sisi-sisi bangunan, Tekstur yang mendominasi adalah tekstur buatan

j. Warna
Komposisi warna pada kawasan widya puraya cendrung netral karena didominasi

f. Langgam warna putih.


Kawasan Widya Puraya UNDIP memiliki gaya atau langgam dalam bentuk
bangunannya yaitu gaya bangunan yang konvensional. Hal ini ditunjang oleh
karakteristik-karakteristik yang ada pada fasad bangunan seperti penggunaan atap
perisai, banyaknya jendela pada sisi bangunan, dan ornamentasi art deco (sebuah gaya
lama dari arsitketur colonial Belanda)
SUMBER :

http://fariable.blogspot.co.id/2011/01/elemen-perancangan-kota-hamid-shirvani.html

http://berita.suaramerdeka.com/ini-dia-hasil-jepretan-pilot-drone-jawa-tengah/

http://www.nytimes.com/2011/02/06/realestate/06zoning.html

http://agassemarang.blogspot.co.id/2012/04/beberapa-pengalaman-desain-
arsitektur.html

http://www.jdih.setjen.kemendagri.go.id/files/KOTA_SEMARANG_11_2004.pdf

http://akhsadew.blogspot.co.id/2015/03/mengenal-lebih-dekat-universitas.html

Anda mungkin juga menyukai