rusunawa
pencapaian
rusunawa
sambutan
Mari kuatkan sinergi lintas sektoral seperti yang diamanatkan oleh Undang-Undang. Semua pihak diharapkan kontribusi nyatanya, sehingga percepatan pencapaian target program dapat terpenuhi.
penyelenggaraan perumahan dan permukiman pada umumnya, dan penyelenggaraan rusunawa khususnya. Penyelenggaraan Rusunawa oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya senantiasa dikembangkan untuk mendapatkan hasil yang memadai dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat, membantu pemerintah kota/kabupaten dalam menata kembali perumahan dan permukiman di wilayahnya serta mendorong efisiensi pemanfaatan lahan perkotaan. Keberhasilan penyelenggaraan rusunawa tidak lepas dari kerjasama dari seluruh pemangku kepentingan termasuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat
yang akan mendapatkan manfaat dari pembangunan rusunawa, dan keberhasilan penyelenggaraan rusunawa adalah bagian keberhasilan menuntaskan permasalahan perumahan dan permukiman kumuh yang sudah di deklarasikan akan selesai pada tahun 2020 nanti. Jakarta, September 2012
budi Yuwono P
kata pengantar
Saat ini merupakan momentum yang tepat untuk melakukan percepatan pembangunan Rusunawa. Telah diaturnya dengan jelas tugas dan kewajiban masing-masing pihak sangat membantu kelancaran proses pembangunan rusunawa.
Diakui bahwa masih ada kendala yang sedikit menghambat percepatan penyelenggaraan Rusunawa, namun dengan semangat kerjasama yang tinggi dan sinergitas dari banyak sektor serta makin sempurnanya sistem penyelenggaraan rusunawa, maka kendala tersebut dapat diperkecil dan pada gilirannya tidak akan ada lagi kendala yang berarti. Dengan itikad baik seluruh pemangku kepentingan, semoga apa yang telah dirintis oleh Ditjen Cipta Karya melalui pembangunan rusunawa yang menjadi salah satu entry point penanganan perumahan dan permukiman kumuh spektrumnya tidak sekedar berdampak lokal maupun regional tapi lebih dari itu selain memberi pelayanan prima bagi seluruh warga masyarakat dan memperindah estetika kota juga memberikan kontribusi bagi negara untuk memenuhi komitmen bangsa dalam forum dunia yaitu menjadikan Indonesia bebas kawasan kumuh pada tahun 2020. Jakarta, September 2012
amwazi idrus
rusunawa untuk nelayan, kota baubau 02 04 Sambutan Direktur Jenderal Cipta Karya, Kementerian PU. Kata Pengantar Direktur Pengembangan Permukiman, Kementerian PU. latar belakang : komitmen dan kesadaran Bersama Penanganan Multi Sektoral Pemahaman Sebagai Landasan Rencana Aksi Strategi Pembangunan infrastuktur Permukiman dan Pengembangan Perkotaan Penanganan Kualitas Lingkungan/Kawasan Upaya Pencegahan Kawasan Permukiman Kumuh rusunawa sebagai salah satu solusi
10 12 13 13 17
28 28 29 29
daftar isi
30 30 30 31 31 31 31 31
Peluang Komersialisasi Status Aset Teknis Pengelolaan Penghunian Bantuan Teknis Uang sewa atau iuran Kelembagaan
peran dan kontribusi para pemangku kepentingan 44 Pemerintah Pusat 45 Pemerintah Provinsi 45 Pemerintah Kabupaten/Kota.
5 6 7 8
proses dan tahapan pembangunan rusunawa 35 Perjanjian Kerja sama 35 Usulan 36 Kelengkapan Usulan 37 Sosialisasi Hingga Konstruksi 38 Pelaksanaan Fisik 38 Persiapan Penghunian dan Hibah 39 Proses dan Persyaratan Hibah 39 Status Penghunian Rusunawa
latar belakang
latar belakang
komitmen dan kesadaran bersama Indonesia telah menyampaikan komitmennya di mata dunia untuk ikut berpartisipasi menghapus kawasan kumuh. Tekad tersebut dikukuhkan dengan telah ditandatanganinya Deklarasi Millenium, yang menegaskan kesepakatan Pemerintah Indonesia untuk mengikatkan diri bersama-sama beberapa negara lain di dunia mencapai target-target MDGs.
Dalam kaitan tersebut, Ditjen Cipta Karya bertugas dan bertanggungjawab menuntaskan target ke 11 MDGs, yaitu mencapai perbaikan yang berarti untuk meningkatkan kehidupan sedikitnya 100 juta masyarakat miskin yang hidup di permukiman kumuh hingga tahun 2020. Target tersebut salah satunya diimplementasikan dengan kegiatan penyelenggaraan Rusunawa yang telah dirintis pelaksanaannya sejak tahun 2003. Dalam perjalanannya, program ini cukup berdampak untuk mengurangi luasan dan jumlah enclaves permukiman kumuh secara parsial dibeberapa daerah, namun belum sepenuhnya memberikan dampak yang signifikan pada pengurangan jumlah kawasan permukiman kumuh secara nasional. Berbagai upaya perbaikan dan terobosan telah dilakukan, termasuk dengan lahirnya regulasi tentang Rumah Susun (Rusun). Kelahiran UndangUndang No. 20 tahun 2011 ini diharapkan dapat membangkitkan semangat dan menyuntikkan energi baru untuk mendorong kemajuan program pembangunan Rusun yang lebih baik bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Berbekal kesungguhan komitmen dan kerja keras semua pemangku kepentingan yang bergerak dengan kesadaran dan pemahaman yang sama, diharapkan pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan dan permukiman kumuh di Indonesia dapat segera diatasi.
latar belakang
yang dihuni sekelompok warga masyarakat tanpa adanya kepastian hukum yang umumnya juga berada dibawah standar kelayakan hunian jika tidak tertangani dengan baik dapat menimbulkan berbagai ekses yang merugikan. Penanganan menyeluruh terhadap masalah ini membutuhkan kesadaran dan komitmen berbagai kalangan berdasarkan kewenangan dan fungsinya masing-masing. Sinergi multi sektoral antara Pemerintah Pusat, Daerah, wakil masyarakat, masyarakat umum dan pihak-pihak yang memiliki kompetensi dan kepedulian yang bergerak berdasarkan koridor-koridor yang telah ditetapkan akan mampu mendorong pencapaian hasil yang lebih baik. Kesadaran akan pentingnya sinergi penanganan lintas sektoral dilandasi ketentuan Undang-Undang yang telah menetapkan lingkup tugas Pemerintah
Pusat dalam melaksanakan pembinaan dan penyelenggaraan rumah susun. Kewenangannya terbatas meliputi : perumusan kebijakan dan strategi, sinkronisasi dan sosialisasi, koordinasi, fasilitator, pengalokasian dana pembangunan, pencadangan dan pengadaan tanah, penyelenggaraan fungsi operasionalisasi serta pengembangan lingkungan dan pemberdayaan pemangku kepentingan ditingkat nasional. Adapun wewenang implementasi pembangunannya berada ditangan Pemerintah Kota/Kabupaten. Pemerintah Kota/Kabupaten memulai langkah ini dengan terlebih dahulu mengenali permasalahan sekaligus mengidentifikasikan sebab dan akibat dari keberadaan perumahan dan permukiman kumuh tersebut sebagai dasar perencanaan permukiman yang mengacu pada produk perencanaan penataan ruang serta strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang dimiliki. Dalam
11
kondisi saat terjadi penyesuaian kebijakan Pemerintah Pusat yang mewajibkan Pemerintah Kota/Kabupaten melakukan revisi atas RTRW-nya, rencana penanganan perumahan dan permukiman kumuh dapat dipertimbangkan sebagai masukan untuk saling memperbaiki dalam rangka kontrol kualitas yang menerus (quality control circle). Kesadaran dan kemauan untuk melakukan penanganan secara komprehensif dan terintegrasi ini nantinya diharapkan dapat memberikan dampak yang lebih signifikan pada upaya penanganan perumahan dan permukiman kumuh yang selama beberapa tahun pelaksanaannya belum memberikan hasil memuaskan secara kumulatif nasional. Namun demikian, dibeberapa daerah yang memiliki pemimpin yang berkemauan kuat dan bersedia bekerja keras menangulangi masalah ini, hasilnya sudah dapat dilihat serta dinikmati langsung oleh masyarakat. Upaya terintegrasi secara vertikal dan horisontal dalam penanggulangan kawasan kumuh ini diharapkan dapat terus mengurangi jumlah luasan kantungkantung kumuh perkotaan. Kunci keberhasilannya adalah kemauan pimpinan daerah dan jajarannya untuk serius dan benar benar mau memperjuangkan dan berkeinginan untuk membangun dan memperbaiki wajah kota secara terencana tanpa meninggalkan semangat keberpihakan bagi warga masyarakat perkotaan yang kurang beruntung. masalah. Untuk menjamin keberlanjutan program pendekatan sosial dan ekonomi kemasyarakatan, termasuk aspek sosial budaya sangat dibutuhkan. Kenyataan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia belum terbiasa hidup di hunian vertikal membutuhkan kerja keras pemerintah untuk mensosialisasikan kebiasaan baru tersebut. Program sosialisasi yang terencana dan berkelanjutan harus terus menerus dilakukan untuk meyakinkan masyarakat bahwa hidup pada hunian vertikal yang layak, akan jauh lebih baik daripada hidup di lingkungan permukiman kumuh yang tidak terjamin keamanan, kenyamanan maupun kesehatannya. Untuk menjamin keberhasilan dan keberlanjutannya, proses penyelenggaraan rusunawa memerlukan koordinasi yang serius sejak tahap awal. Format penanganan sebaiknya dirumuskan melalui pendifinisian bersama atas berbagai komponen
latar belakang
yang telah disepakati antara para pemangku kepentingan. Kemudian berlandaskan pemahaman yang sama tersebutlah dilakukan kesepakatan yang akan menjadi acuan rencana tindakan sekaligus target yang ingin dicapai oleh para pihak. Adanya persamaan pemahaman akan sangat membantu saat masing-masing instansi menjalankan tugasnya berdasarkan tugas pokok dan fungsinya (tupoksi). Kementerian Pekerjaan Umum melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya akan lebih fokus melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan insfrastruktur yang meliputi kegiatan: perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemanfaatannya. Selanjutnya, masing-masing pihak kemudian menentukan rencana tindakan berdasarkan tugas pokok dan fungsinya, sehingga dalam pelaksanaan di lapangan semua pihak yang terlibat telah memahami dengan baik tugas dan kewenangannya.
13
namun juga dunia sejalan dengan tumbuh masifnya berbagai kawasan perkotaan untuk menunjang gaya hidup modern. Dunia tak hentihentinya menghimbau dan mengirimkan pesan agar semua negara peduli terhadap penghapusan kemiskinan dan kawasan kumuh perkotaan melalui perencanaan kota yang baik dan tetap berpihak kepada masyarakat yang berpenghasilan rendah. Salah satu upayanya adalah penyediaan hunian sehat yang berkaitan dengan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan. Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum bekerjasama dengan berbagai pihak telah melakukan upaya-upaya untuk mencegah dan meningkatkan kualitas perumahan dan permukiman kumuh melalui berbagai program peningkatan kualitas permukiman kumuh sejak lama, misalnya :
Program perbaikan kampung, program penanganan lingkungan permukiman kumuh, program peningkatan kualitas lingkungan serta, programprogram lain dibidang perumahan dan permukiman seperti rumah susun sederhana sewa (rusunawa), rumah susun sederhana (rusuna), dan Neighborhood Upgrading and Shelter project (NUSSP), serta program-program lain yang dilakukan bersama pihak swasta dan masyarakat. Dalam proses penanganan perumahan dan permukiman kumuh diterapkan 2 (dua) pendekatan yang disesuaikan dengan skala masalah dan kondisi eksisting kawasan tersebut yang diuraikan sebagai berikut :
latar belakang
a. Kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota; b. Kesesuaian dengan rencana tata bangunan dan lingkungan; c. Kondisi dan kualitas prasarana, sarana, dan utilitas umum yang memenuhi persyaratan dan tidak membahayakan penghuni; d. Tingkat keteraturan dan kepadatan bangunan; e. Kualitas bangunan; dan f. Kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat. (2) Penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh wajib didahului proses pendataan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan lokasi dilaksanakan oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah.
Penetapan Lokasi
(1) Penetapan lokasi perumahan dan permukiman kumuh wajib memenuhi persyaratan:
15
Pemugaran
Pemugaran dilakukan untuk perbaikan dan/ atau pembangunan kembali, perumahan dan permukiman menjadi perumahan dan permukiman yang layak huni.
Pemukiman Kembali
(1) Pemukiman kembali sebagaimana dimaksud dilakukan untuk mewujudkan kondisi rumah, perumahan, dan permukiman yang lebih baik guna melindungi keselamatan dan keamanan penghuni dan masyarakat. (2) Pemukiman kembali dilakukan dengan memindahkan masyarakat terdampak dari lokasi yang tidak mungkin dibangun kembali karena tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan/ atau rawan bencana serta dapat menimbulkan bahaya bagi barang ataupun orang. (3) Pemukiman kembali dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota. Lokasi yang akan ditentukan sebagai tempat untuk pemukiman kembali ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat.
Peremajaan
(1) Peremajaan sebagaimana dilakukan untuk mewujudkan kondisi rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang lebih baik guna melindungi keselamatan dan keamanan penghuni dan masyarakat sekitar. (2) Peremajaan harus dilakukan dengan terlebih dahulu menyediakan tempat tinggal bagi masyarakat terdampak. (3) Kualitas rumah, perumahan, dan permukiman yang diremajakan harus diwujudkan secara lebih baik dari kondisi sebelumnya. (4) Peremajaan dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dengan melibatkan peran masyarakat.
latar belakang
dan kualitas hidup masyarakat serta menggangu semangat belajar para mahasiswa yang tinggal dan belajar di kota tersebut. Pada tanggal 30 Agustus 2012, Kementerian PU telah meresmikan rusunawa mahasiswa ITB sebagai salah satu upaya preventif pencegahan perumahan dan permukiman kumuh di Jatinangor. Keberadaan rusunawa berikut fasilitas penunjangnya di lingkungan kampus ini telah dibangun dengan konsep eco campus dan green campus untuk mendukung green city yang sejalan dengan upaya Kementerian PU dalam mencapai prinsip permukiman yang berkelanjutan. Kawasan rusunawa ITB Jatinangor menjadi istimewa karena telah dilengkapi penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang akan menjadi model bagi penataan dan pengembangan rusunawa Kementerian PU ditahun-tahun yang akan datang.
17
pencapaian
rusunawa
rusunawa
sebagai salah satu solusi Multidimensionalnya penanganan kawasan kumuh melalui pembangunan rusunawa membutuhkan kerjasama lintas sektoral yang didasari pemahaman dan komitmen untuk membantu masyarakat mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik
Rusunawa sebagai salah satu strategi penataan permukiman kumuh perkotaan membawa beberapa implikasi positif antara lain : (1) Membantu mengatasi permasalahan pemukiman kumuh perkotaan dengan penerapan urban renewel atau peremajaan kota. (2) Sebagai bentuk keberpihakan kepada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang belum atau tidak mampu menghuni rumah milik. (3) Menjamin kepastian dan keamanan tinggal (secure tenure) terutama bagi komunitas yang semula menghuni lingkungan dan atau kawasan ilegal.
21
(4) Penggunaan lahan yang efisien akan berdampak pada pelestarian lingkungan karena memperluas daerah resapan air dan Ruang Terbuka Hijau (RTH), serta memberikan ruang/lahan untuk fungsi-fungsi sosial yang bermanfaat bagi kehidupan dan kesejahteraan komunitas yang tinggal dilingkungan tersebut. (5) Teknik pembangunan fisik rusunawa telah dikembangkan (diantaranya dengan sistem prototype dan sistem terkini) yang mempercepat proses konstruksi yang dapat diandalkan dalam efisiensi waktu, pengatasan permasalahan runtuh dan tahan gempa. (6) Bentuk bangunan vertikal menekankan pada efisiensi pemanfaatan lahan. (7) Konsentrasi hunian yang terpusat menciptakan efisiensi dalam investasi dan pemeliharaan infrastruktur perkotaan. (8) Radius pencapaian yang relatif dekat dengan pusat kota akan mengurangi pemborosan biaya hidup keluarga dan penghematan energi berkaitan dengan transportasi.
jawab dan memfasilitasi penyediaanya diperuntukan bagi MBR dengan cara sewa.
yang
Renstra Kementerian PU 2010-1014 mengamanatkan pembangunan 250 Twin Block (TB) yang difokuskan untuk membantu Pemda dan menata permukiman perkotaan. Pada periode tahun 2010-2012 telah dibangun sebanyak 110 TB, sisanya sebanyak 140 TB direncanakan akan dibangun pada periode tahun 2013-2014. Menurut UU No. 20/2011, penyelenggaraan rusun meliputi : 1. Perencanaan, Pembangunan dan Penguasaan. 2. Pemanfaatan, Pengelolaan dan Pemeliharaan. 3. Perawatan, Pengendalian, Kelembagaan, Pendanaan dan Sistem Pembiayaan. 4. Peran serta masyarakat yang dilaksanakan secara sistematis, terpadu, berkelanjutan dan bertanggungjawab.
Renstra Kementerian PU mengamanatkan pembangunan 250 TB sepanjang tahun 20102014. Dalam periode tahun 2010-2012 telah dibangun 110 TB. Sisanya sebanyak 140 TB direncanakan dibangun tahun 2013-2014
23
pencapaian
pembangunan rusunawa
mempersiapkan
3
25
mempersiapkan
pembangunan rusunawa Rumah adalah tempat pertama pembentukan karakter dan jati diri. Pada anak-anak yang tumbuh di rumah dengan lingkungan yang baik dan sehat, masa depan bangsa dipertaruhkan
Kriteria Kota
Kota yang sudah harus mempertimbangkan pengembangan hunian vertikal adalah kota metropolitan, kota besar dan kota sedang (yang memiliki permasalahan kawasan kumuh yang ada diwilayahnya melalui penyusunan SPPIP/RPKPP, RPIJM). Disamping karena faktor besarnya jumlah penduduk dan kepadatannya, maka kota-kota yang berciri sebagaimana disebutkan dibawah ini sudah harus bersiap mengembangkan penanganan hunian vertikal. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut : 1. Kota yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) sesuai PP No. 26 tahun 2007 tentang RTRWN. 2. Kota potensial pendorong pertumbuhan yang dicirikan sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan atau simpul transportasi regional maupun nasional. 3. Kota penyangga kota besar/metropolitan dengan basis kegiatan ekonomi perkotaan, kawasan-kawasan industri, pelabuhan/transportasi, perdagangan dan lain sebagainya yang berada diwilayahnya dan atau berada disekitar wilayah administrasinya.
Lokasi
Lokasi tempat rusunawa akan dibangun ditetapkan sendiri oleh masingmasing Pemerintah Daerah sesuai kebijakan lokal berdasarkan kriteria dan peraturan nasional yang berlaku serta pertimbangan radius atau jarak serta kemudahan transportasi bagi warga calon penghuni dari tempat awal dan atau tempat mereka bekerja. Hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan antara lain adalah : Bertolak dari penanganan permukiman kumuh yang diawali dengan pemetaan dan kajian kelayakan untuk menetapkan tingkatan kekumuhan sehingga memerlukan upaya peremajaan yang berdampak pada kebutuhan akan hunian sewa vertikal sebagai salah satu solusinya. Tinjauan terhadap RTRW untuk menentukan kelayakan lokasi ditilik dari fungsi lahan dan tata guna tanah.
mempersiapkan pembangunan
tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan (diperlukan kajian amdal). 4. Tidak berdampak sosial negatif, artinya bahwa pembangunannya diyakini tidak menimbulkan gejolak sosial yang merugikan dan berlangsung lama. Luas lahan minimal yang disyaratkan adalah : 50m2 x 100m2 = 5000 meter persegi dan kondisi lahan matang/siap bangun.
Tinjauan sosial dan ekonomi yang akan meyakinkan bawah komunitas yang dipindahkan dan nantinya menghuni rusunawa di lokasi yang baru tidak tercabut dari akar kehidupan dan penghidupannya yang mendasar.
Lahan
Tempat gedung negara yang berupa rusunawa tersebut dibangun harus dijamin bahwa : 1. Memenuhi syarat administratif yang diartikan bahwa lahan tersebut adalah milik Pemda (atau perguruan tinggi/lembaga-lembaga lain yang telah selasai diseleksi dan disetujui oleh Ditjen Cipta Karya) yang syah dan tidak menyalahi peraturan lokal, regional maupun nasional. 2. Memenuhi persyaratan fisik yang dimaksudkan bahwa lahan tersebut tidak rawan bahaya dan atau bencana permanen periodik yang tidak bisa diatasi. 3. Memenuhi persyaratan ekologi yang artinya dibangunnya hunian bertingkat jamak tersebut
27
Peluang Komersialisasi
Peluang komersialisasi sangat mungkin dilakukan dengan cara membangun hunian vertikal campuran dalam satu lingkungan, yang terdiri atas hunian sewa bagi masyarakat menengah keatas dengan tarif sewa sesuai dengan harga pasar yang pengadaan dan pengelolaannya dikelola swasta dengan hunian rusun sewa bagi MBR. Disamping itu juga bisa didirikan bangunan komersial lainnya sebagai sumber pendapatan. Kondisi ini tentu hanya bisa dilakukan jika lokasi bangunannya terletak di kawasan yang strategis dengan luas kawasan memadai serta dukungan peraturan yang kondusif untuk implementasinya.
Status Aset
Gedung negara berupa rusunawa sebelum diserahkan kepada Pemda sebagai status aset tetap, masih menjadi aset Negara yang pembangunannya telah dibiayai APBN. Penyerahan kepada Pemda secara bertahap dimulai saat proses konstruksi dimulainya yaitu dengan melengkapi dokumen-dokumen sesuai peraturan yang ada, yakni berdasarkan UU No.1 tahun 2004, dan PP No.6 tahun 2006.
rusunawa siap huni
Teknis
Teknis pelaksanaan pembangunan rusunawa ditetapkan sebagai kebijakan Kementerian Pekerjaan Umum C/q Ditjen Cipta Karya yang telah dipertimbangkan secara matang dari berbagai sisi baik teknis sosial maupun ekonomi dengan tidak mengabaikan peraturan yang ada baik lokal, regional maupun nasional. Beberapa hal yang menjadi ketentuan spesifikasi teknis bangunan rusunawa adalah sebagai berikut : 1. Bangunan vertikal berlantai 5 (lima), sebuah bangunan vertikal masih diijinkan tanpa elevator. 2. Satuan bangunan yang disebut twin blok yang memuat 48 unit sarusun setiap bloknya atau 96 unit sarusun. Setiap twin block ditambah 3 (tiga)
unit hunian yang diletakkan di ground floor bagi warga penderita cacat. 3. Prasarana dan sarana dalam bangunan, lingkungan dan atau kawasan disediakan sesuai dengan persyaratan yang mempertimbangkan jumlah pemakai dan intensitas pemakainya. 4. Dilaksanakan melalui desain prototype yang dikembangkan dan masih memungkinkan adanya sentuhan arsitektur lokal dan adaptasi kondisi lokal lainnya yang tidak banyak berpengaruh terhadap garis kebijakan yang ditetapkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum. 5. Luasan unit satuan rusun adalah 24 m2 dilengkapi dengan pantry dan kamar mandi dan WC. 6. Persyaratan bangunan termasuk penyediaan instalasiinstalasi dalam bangunan dipenuhi sesuai peraturan yang ada. 7. Menggunakan sistem precast sesuai dengan persyaratanpersyaratan yang ditetapkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum .
mempersiapkan pembangunan
Pengelolaan
Pengelolaan rusunawa paska konstruksi menjadi tanggungjawab Pemerintah Daerah. Berdasarkan UU No. 20 tahun 2011 pasal 57 ayat 3 dimungkinkan bagi Pemerintah Daerah untuk memberikan subsidi biaya pengelolaan bagi rusunawa tersebut. Pengelolaan rusunawa merupakan tahap lanjut yang menjadi tanggung jawab semua pemangku kepentingan termasuk masyarakat berkaitan dengan keberlanjutan kemanfaatan yang harus senantiasa dijaga, dimulai sejak gedung rusunawa tersebut dinyatakan layak untuk dihuni. Dalam hal ini peran aktif Pemerintah Daerah sangat berpengaruh pada keberhasilan pemanfaatan rusunawa sebagai salah satu program penanggulangan kemiskinan dan bentuk keberpihakan kepada MBR hingga keberadaannya sebagai ikon kota yang bebas dari kawasan kumuh.
3. Pemahaman tentang kebijakan perencanaan bangunan gedung negara dan pelaksanaan konstruksi. 4. Pemahaman lain berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab masingmasing Pemangku Kepentingan. Pasca Konstruksi Bantuan teknis Paska Konstruksi kepada Pemda dapat berupa : 1. Administrasi pengelolaan termasuk kelembagaan. 2. Pelaksanaan penghunian termasuk sistem sewa.
Penghunian
Penghunian rusunawa merupakan bagian penting dari pengelolaan yang harus segera dilakukan oleh Pemerintah Kota/Kabupaten pada proses paska kontruksi. Hal terkait penghunian semestinya telah dipersiapkan dengan matang, termasuk penghuni yang diperbolehkan menyewa atau tinggal di unit-unit sarusun saat Pemerintah Kota/Kabupaten mengusulkan pembangunan rusunawa.
Kelembagaan
Pengelolaan rusunawa pada awal penghunian dilakukan oleh UPT (Unit Pengelola Teknis) yang keanggotaan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Setelah berkembang dan status gedung negara tersebut sudah dihibahkan kepada Pemda, maka Pemda dianjurkan untuk mengembangkan manajemen pengelolaan yang disesuaikan dengan kondisi lokal tempat gedung tersebut berada. Badan Layanan Umum (BLU) atau sistem Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah kelembagaan dan cara legal yang dapat dipertimbangkan dalam rangka pengelolaan aset rusunawa ketika gedung negara tersebut telah diserahkan sebagai aset tetap .
Bantuan Teknis
Bantuan teknis pengelolaan dan penghunian rusunawa akan dilakukan oleh Pemerintah Pusat dalam hal ini Ditjen Cipta Karya untuk mengantisipasi pra dan pasca konstruksi. Kegiatan tersebut berupa pendampingan dilapangan yang sebelumnya telah diawali dengan proses sosialisasi dengan panduanpanduan sebagai berikut : Pra Konstruksi Bantuan teknis pra konstruksi kepada Pemda dapat berupa : 1. Pemahaman tentang penanganan kawasan kumuh. 2. Pemahaman tentang pemberdayaan masyarakat.
29
pencapaian
4
31
Proses dan tahapan pelaksanaan pembangunan rusunawa meliputi : 1. Usulan dari Pemda diterima dan dibahas oleh Tim Pokja rusunawa di Pusat; 2. Sosialisasi dan pematangan usulan oleh Tim Sosialisasi Pokja rusunawa; 3. Investigasi terhadap (form 1 s/d 4) dan tinjauan lapangan termasuk melihat kemungkinan
dampak sosial dan aspirasi masyarakat secara selintas; 4. Sosialisasi kepada masyarakat dilakukan oleh Pemda; 5. Alokasi kegiatan pada tahun yang telah disepakati oleh Pemerintah Pusat maupun daerah berkaitan dengan kesiapan sesuai dengan persyaratan;
Mengajukan proposal dengan lebih dulu menyusun SPPIP dan RPKPP serta RPUM yang mengidentifikasikan kebutuhan Rusunawa.
6. Pembuatan DED yang mempertimbangkan persyaratan/peraturan yang berlaku, kebijakan teknis Kementerian Pekerjaan Umum serta semaksimal mungkin mengadaptasi aspirasi masyarakat; 7. Pelaksanaan fisik; 8. Bantuan teknis pengelolaan dan penghunian dan pendampingan pelaksanaan di lapangan.
1. Program dan pembiayaan penyelenggaraan rumah susun umum sewa (rusunawa). 2. Sosialisasi penyelenggaraan rusunawa. 3. Pelaksanaan pembangunan rusunawa. 4. Pengelolaan yang terdiri dari pemanfaatan, penghunian, pemeliharaan dan perawatan. 5. Pelaksanaan hibah aset Barang Milik Negara. Tugas dan tanggungjawab, pendanaan, jangka waktu, penyelesaian perselisihan, keadaan memaksa, perubahan perjanjian dan ketentuan penutup.
Usulan
Usulan pembangunan rusunawa oleh Pemerintah Kota/Kabupaten disampaikan kepada Kementerian Pekerjaan Umum c/q Ditjen Cipta Karya dengan memperhatikan beberapa hal berikut : 1. Pemerintah Kota/Kabupaten sudah memiliki rencana penanganan kawasan pemukiman kumuh perkotaan (tercantum dalam Rencana Strategis Daerah), SPPIP/RPKPP yang memuat profil kawasan kumuh.
33
2. Tercantum dalam RPIJM bahwa rusunawa merupakan salah satu solusi permasalahan penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan. 3. Pemerintah Kota/Kabupaten menyediakan lahan (milik Pemerintah Daerah) yang memenuhi persyaratan administratif, sosial, teknis (siap bangun) dan ekologis. 4. Pemerintah Kota/Kabupaten menyelesaikan semua ijin yang berada dalam kewenangannya. 5. Pemerintah Kota/Kabupaten bersedia menyediakan prasarana dan sarana dasar antara lain sambungan air minum dan listrik. 6. Pemerintah Kota/Kabupaten bersedia mengelola secara baik dan berkelanjutan setelah bangunan secara teknis dinyatakan siap huni.
Kelengkapan Usulan
Usulan pembangunan rusunawa yang dipersiapkan Pemerintah Daerah harus dilengkapi Surat
Permohonan Pembangunan rusunawa yang ditujukan kepada Dirjen Cipta Karya, Kementerian PU yang dilengkapi lampiran berupa proposal yang bermuatan halhal sebagai berikut : 1. Konsepsi penanganan kawasan pemukiman kumuh dikaitkan dengan rencana kebutuhan rusunawa yang diusulkan termasuk SPPIP/RPKPP atau draft atau proses penyusunan SPPIP/RPKPP dan profil kumuh. 2. Produk perencanaan yang ada (memuat rencana penanganan pemukiman). 3. Gambar lahan, peta kota yang memuat informasi kawasan kumuh dan rencana lokasi rusunawa serta datadata pendukung lainnya luasan, kondisi sekitar, status lahan, dll.) 4. Sertifikat lahan atau tanda bukti sewa tanah lebih lama dari 20 tahun terhitung mulai bangunan difungsikan. 5. Bukti bahwa tanah sudah siap bangun dan tidak terganggu oleh segala bentuk aktifitas yang berada diatas lahan tempat rusunawa akan dibangun .
Pelaksanaan Konstruksi
1. Penyerahan lokasi kerja. 2. SPMK. 3. Program mutu. 4. Rapat pra pelaksanaan kontrak. 5. Mobilisasi 6. Pemeriksaan bersama. 7. Pekerjaan dimulai. 8. Pekerjaan selesai PHO-FHO.
konsultan perencana dan wakil Pemprov dan wakil Pemkab/Kota yang membahas program mutu, teknis dan jadwal pelaksanaan, metode kerja dan lain-lain. 4. Pengendalian Pelaksanaan meliputi kegiatan : Pelaporan oleh manajemen konstruksi (harian, mingguan dan bulanan); Rapat Koordinasi (rutin dan berkala, mingguan dan bulanan) melibatkan tim pelaksana/ direksi pekerjaan. Monitoring dan evaluasi. 5. Show Case Meeting (SCM) dilakukan ketika ada keterlambatan progress fisik sebagai berikut : Deviasi 5%-7%, SCM antara satker, konsultan, pengawas lapangan (MK) dan kontraktor. Deviasi 7%-10%, SCM antara kadinas PU Provinsi, satker, konsultan (MK) dan kontraktor. >10%-<15% ditingkat pusat dengan Direktur Pengembangan Permukiman yang memutuskan kontraktor boleh lanjut atau tidak. Penyelesaian kontrak PHO; Serah Terima Pekerjaan (PHO) ke STP II (FHO) jangka waktunya 6 (enam) bulan)=masa pemeliharaan.
Pelaksanaan Fisik
Dalam tahapan pelaksanaan tahapan fisik, dilakukan beberapa kegiatan yang dimulai sejak penyerahan lokasi hingga serah terima yang prosesnya diuraikan sebagai berikut : 1. Penyerahan lokasi kerja dilakukan PPK kepada kontraktor setelah sebelumnya PPK menerima lokasi tersebut dari Pemerintah Daerah. 2 Program mutu dibuat oleh kontraktor yang diserahkan saat rapat persiapan pelaksanaan kontrak yang berisi pekerjaan yang akan dilaksanakan, organisasi kerja, jadwal pelaksanaan, prosedur pelaksanaan, prosedur instruksi kerja dan pelaksanaan kerja. 3. Rapat persiapan pelaksanaan kontrak, dihadiri oleh PPK, kontraktor, manajemen konstruksi,
35
peresmian rusun asrama mahasiswa itb jatinangor oleh menteri pekerjaan umum, djoko kirmanto dan rektor itb Prof. dr. akhmaloka didampingi wakil menteri pekerjaan umum, hermanto dardak dan dirjen cipta karya, budi yuwono
Pengelolaan/Penghunian
Perawatan dan pemeliharaan bangunan. Sewa/iuran penghuni. Pemberdayaan penghuni. Pengelolaan uang keluar/masuk. Tata tertib penghuni. Tugas dan tanggungjawab pengelola/ penghuni. Hak dan kewajiban. Pendaftaran ulang. Penalti/denda.
Proses Hibah
Proses oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan. Koordinasi dengan PBMN. Kelengkapan dokumen.
BMN
RUSUNAWA TERBANGUN
TOTAL TA 2003-2011 : 235,5 TB Tahun Anggaran 2003 - 2009 : 195,5 TB
RUSUNAWA TERhuni
TOTAL TA 2003-2011 : 142,5 TB Presentase Terhuni 61% Tahun Anggaran 2003 - 2009 : 135,5 TB
37
Pemerintah Pusat
Selaku pelaksana pembangunan rusunawa Pemerintah Pusat, Kementerian Pekerjaan Umum berperan memfasilitasi dan memberikan bantuan teknis bagi penyediaan rusun. Hal tersebut dilakukan sejalan dengan tingginya dinamika kebutuhan hunian diperkotaan serta sebagai langkah penting untuk menghilangkan kawasan kumuh tanpa harus memarjinalkan komunitas tidak mampu. Dalam kaitan ini Pemerintah Pusat berperan mendorong kemandirian Pemda dalam pengelolaan dan pengembangan rusunawa dengan menetapkan : 1. Pedoman Perencanaan, Pengembangan, Pengawasan, dan Pengendalian Pembangunan. 2. Menetapkan Pedoman tentang standar pelayanan minimal yang dapat ditindak lanjuti oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan rusunawa di wilayahnya. 3. Melakukan bantuan teknis pembangunan, penghunian dan pengelolaan rusunawa pra konstruksi sampai konstruksi.
41
peresmian rusunawa sukoharjo, jawa tengah oleh menteri pekerjaan umum, djoko kirmanto
Pemerintah Pusat dalam hal ini Ditjen Cipta Karya bertugas melaksanakan dan menyukseskan program tersebut dengan menjalankan tugas sebagai berikut : 1. Mengamankan amanat RPJMN dan Renstra Kementerian Pekerjaan Umum untuk membangun 250 TB pada periode tahun 20102014. 2. Menjaga kesesuaian program (penanganan perumahan dan permukiman kumuh yang direncanakan oleh Pemerintah Daerah). 3. Pembangunan fisik rusunawa.
4. Menjaga kualitas, estetika dan keandalan bangunan. 5. Pembinaan dalam pengelolaan dan penghunian. 6. Fasilitator dalam proses hibah.
Pemerintah Provinsi
Pemerintah Provinsi berperan sebagai (agen of development) dari Pemerintah Pusat utamanya dalam menunjang pembangunan rusunawa. Pemerintah Provinsi memfasilitasi dan mengkoordinasikan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Kabupaten/Kota, pembinaan
pencapaian
penyelenggaraan rusunawa serta membantu dalam proses pelaksanaan fisik. Kewajibannya meliputi : 1. Memasukan konsepsi pembangunan rusunawa dalam Jakstra pemukiman tingkat provinsi. 2. Memberi masukan kepada Pemerintah Pusat tentang peta permasalahan berkaitan dengan kebutuhan rusunawa diwilayahnya. 3. Melakukan bantuan teknis pembangunan rusunawa, penghunian dan pengelolaan sesuai kebijakan nasional dan provinsi. Garis besar tugas Pemerintah Provinsi diuraikan sebagai berikut : 1. Memfasilitasi dan mengkoordinasikan hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kabupaten dan Kota. 2. Pembinaan penyelenggaraan rusunawa. 3. Membantu dalam proses pelaksanaan fisik.
Pemerintah Kabupaten/Kota
Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki peran penting dalam suksesnya pembangunan fisik hingga pengelolaan dan penghunian Rusunawa. Keberhasilan pengelolaan Rusunawa pada akhirnya ikut mencerminkan kesuksesan peran Pemda didalam menangani wilayahnya. Peran Pemda sangat penting sejak tahap awal
hingga keberlanjutannya ketika Pemerintah Pusat dan Provinsi sudah harus menurunkan tingkat perhatiannya kepada kota/kabupaten bersangkutan. Garis besar tugas Pemerintah Kabupaten/Kota adalah : 1. Penyusunan Rencana Penanggulangan Perumahan dan Permukiman kumuh melalui SPPIP, RPKPP dan RPIJM. 2. Menyediakan lahan siap bangun dengan luasan dan dimensi yang memenuhi Persyaratan lahan. 3. Mengalokasikan dana APBD untuk penunjangan pembangunan insfrastuktur (PSD) rusunawa seperti listrik dan penyediaan air bersih dan subsidi pengelolaan rusunawa jika diperlukan. 4. Sosialisasi atau pengkondisian warga masyarakat calon penghuni serta masyarakat sekitar tentang bagaimana cara hidup di/ dan sekitar Rusunawa. 5. Melengkapi dokumen pembangunan dan hibah. 6. Membentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT). 7. Bertanggungjawab dalam pengelolaan dan penghunian, perawatan dan pemeliharaan bangunan. 8. Mengalokasikan subsidi pengelolaan, jika iuran/uang sewa tidak dapat menutup biaya operasional gedung.
43
pencapaian
6
45
best practices
Kota Probolinggo merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Timur dengan luas wilayah 56.667 km2. Kota yang memiliki pelabuhan perikanan yang cukup besar ini berbatasan langsung dengan Selat Madura di sebelah utara, serta Kabupaten Probolinggo di sebelah timur, selatan dan tengah. Secara administrasi pemerintahan Kota Probolinggo terbagi dalam 5 (lima) Kecamatan dan 29 Kelurahan. Kawasan permukiman di Kota Probolinggo rnerupakan kawasan yang paling dominan diantara kawasan yang ada, yaitu mencapai luas 2.090 Ha (36,88% dari luasan Kota). Pola persebaran kawasan permukiman cenderung mengikuti arah dan pola perkembangan kota yaitu disekitar pusat kegiatan jasa atau sekitar pusat distribusi potensi sumber daya alam. Sedangkan untuk pola
perkembangan permukiman dibagi menjadi 2 yakni kampung tradisional yang sejak awal terbentuknya dipengaruhi oleh keberadaan potensi sumber daya alamnya. Kampung tradisional tersebut adalah : kampung petani di wilayah selatan yang merupakan wilayah pertanian dan kampung nelayan yang menempati wilayah pesisir serta real estate yang merupakan lahan kosong, dulunya merupakan sawah atau lahan tidak produktif yang kemudian berkembang menjadi kawasan permukiman. Komitmen Pemerintah Kota Probolinggo dalam pengentasan kekumuhan memang sangat tinggi. Program pengentasannya tidak hanya dilakukan terbatas pada anggaran yang kami miliki (APBD) tetapi juga melalui kerjasama dengan provinsi, lembaga lain seperti ICETT, USAID, Kementerian Perumahan Rakyat serta Kementerian Pekerjaan
47
best practices
Umum yang telah membangun 2 twin block rusunawa di kota kami, jelas H. M. Buchori SH., M.Si., Walikota Probolinggo. Menurut Buchori, pembangunan rusunawa di Kota Probolinggo merupakan program yang cukup strategis, karena merupakan salah satu program untuk mengatasi kekurangan (backlog) rumah dan dapat meningkatkan aksesibilitas penduduk miskin terhadap hunian yang sehat, nyaman dan layak, sehingga dapat mengurangi kantong-kantong kekumuhan di Kota Probolinggo. Dari data jumlah backlog yang mencapai 10.887, maka dapat diketahui bahwa masyarakat Kota Probolinggo memang sangat membutuhkan lahan untuk hunian dan salah satu pemecahannya adalah dengan pembangunan rusunawa, tambah Buchori.
49
mengatakan bahwa fasilitas dan harga sewanya sangat terjangkau. Lantai I dan II Rp 100 ribu per bulan, lantai III dan IV Rp 90 ribu sedangkan lantai V lebih murah yaitu Rp 80 ribu sehingga membuat masyarakat yang masuk dalam daftar tunggu waiting list rusunawa Bayuangga maupun Bestari terus bertambah. Saat ini DPPKA memang dipercaya untuk mengelola rusunawa Kota Probolinggo agar tetap terpelihara dengan baik. Untuk tahun 2011, DPPKA menganggarkan Rp 285.000.000,- dan Rp 303.100.000 pada tahun 2012 untuk keperluan pemeliharaan sarana dan prasarana yang ada di rusunawa dalam skala kecil diantaranya pengadaan genset, pemeliharaan hydrant, pengecatan dinding rusunawa dan lain lain. Kelak, rusunawa akan dikelola secara mandiri jika telah terbentuk UPTD. Pujo juga menegaskan kepada penghuni untuk menjaga hal yang akan menimbulkan ketidaknyamanan sesama penghuni lainnya. Pihaknya menghimbau kepada penghuni agar rusunawa dipergunakan sesuai peruntukannya, tidak disewakan ke orang lain apalagi bukan warga dari Kota Probolinggo.
best practices
guyub (kumpul) di teras, menjaga kebersihan lingkungan dengan kerja bakti, imbuhnya. Seperti keluarga lainnya, Avianto menempati ruangan berukuran 21m2 bersama isteri dan satu orang anak. Alhamdulilah, terasa cukup bagi kami, ungkapnya sambil tersenyum. Begitu pula yang dirasakan Sujiwo (54 tahun) pedagang makanan matang yang tinggal di Blok B Lantai 2, Saya dan isteri merasa nyaman tinggal disini walaupun harus angkat barang naik turun tangga sehabis berjualan. Ongkos sewanya pun murah, hanya Rp 100.000,-/ bulan. Keamanan juga terjamin. Daripada rumah kontrakan saya yang dulu, bayarnya lebih mahal tapi rumahnya sudah rusak. Solehudin (34 tahun) Ketua RT 01 Blok A yang sangat bersyukur bisa menempati rusunawa
ini. Kami ini rata-rata dulunya tetangga waktu tinggal di Kecamatan Mayangan. Jadi kami sudah saling kenal. Sudah seperti saudara. Ibu-ibu juga banyak kegiatannya, ada senam aerobik setiap minggu, posyandu, dan pengajian. Banyak orang beranggapan kalau tinggal di rusun kegiatannya jadi terbatas atau anggapan lain yang tidak baik. Oleh karena itu kami ingin menunjukkan pada masyarakat lain bahwa tinggal di rusunawa lebih sehat dan layak daripada tinggal di permukiman yang padat penduduknya,tukasnya penuh semangat. Ya, tanpa disadari, kebersamaan yang mereka ciptakan menimbulkan rasa memiliki satu sama lain sehingga mampu memupuk rasa persaudaraan yang kuat menjadi sebuah keluarga besar, Keluarga Rusunawa Kota Probolinggo.
51
pencapaian
53
penutup
penutup
pemanfaatan dan pengelolaan perkelanjutan landasan penguatan sinergi antara Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan masyarakat didasari oleh adanya pemahaman yang sama sebagai landasan aksi
Rusunawa merupakan salah satu alternatif penanganan kawasan kumuh yang terus bertambah luasannya sejalan dengan masifnya pengembangan perkotaan diberbagai wilayah Indonesia. Disamping bertujuan mengurangi kawasan kumuh terutama diperkotaan, rusunawa juga diharapkan mampu meningkatkan kualitas lingkungan permukiman melalui peremajaan, pemugaran dan relokasi. Pembangunan rusunawa juga diarahkan pada pembangunan perkotaan yang lebih manusiawi sekaligus solusi peningkatan kualitas permukiman karena ketersediaan sarana dan prasarana dasar bagi perumahan dan permukiman. Upaya rintisan pembangunan rusunawa telah dilakukan Ditjen Cipta Karya sejak tahun 2003. Hingga saat ini telah sukses membangun 235,5 twin block dan akan terus ditingkatkan akselerasinya sehingga target untuk menjadikan Indonesia bebas daerah kumuh ditahun 2020 dapat terpenuhi. Pemenuhan komitmen ini penting artinya, tidak hanya karena komitmen Indonesia untuk memenuhi capaian ke-11 dari program MDGs, namun lebih dari itu karena program pemenuhan hunian yang layak bagi masyarakat merupakan salah satu tugas negara yang layak diprioritaskan. Negara melalui Undang-Undang Dasarnya pada Pasal 28 H ayat 1 menegaskan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Rumah sebagai tempat tinggal bermakna sangat strategis karena dirumahlah pembentukan watak, karakter, jadi diri dan kepribadian bangsa sebagai tahapan penting pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dimulai. Menilik esensi pesan tersebut, keberpihakan, kepedulian dan tanggungjawab negara dalam menjamin pemenuhan hak akan tempat tinggal/rumah yang layak dan terjangkau makin penting maknanya. Lahirnya Undang-Undang nomor 20 tahun 2011 tentang Rumah Rusun (Rusun) menggantikan Undang-Undang nomor 16 tahun 1985 yang sudah
penutup
kepentingannya sejak perencanaan hingga pengelolaan. Ketentuan mengenai penyelenggaraan rusunawa sejak usulan hingga serah terima/ hibah telah diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan para pemangku kepentingan dalam menjalankan proses ini. Kriteria kota, lokasi,lahan dan aspek teknis lainnya juga telah ditetapkan ketentuannya sehingga Pemerintah Daerah selaku penyelenggara memiliki panduan dalam merencanakan dan menyusun proposal awal yang ditujukan kepada Pemerintah Pusat melalui tim Direktorat Jenderal Cipta Karya. Setelah itu masing-masing pihak akan menjalankan tugas dan fungsinya yang secara jelas telah diatur dalam undang-undang rusun yang baru. Masyarakat sebagai calon penghuni juga sejak awal telah dilibatkan melalui kegiatan sosialisasi pemberdayaan yang pelaksanaannya dilakukan secara pararel dengan penyusunan Detail Engeneering Design (DED). Proses ini diarahkan pada tujuan agar masyarakat siap menerima keberadaan rusunawa, siap dipindahkan serta meniadakan hambatan sejak proses konstruksi hingga pemanfaatannya. Fase yang juga sangat menentukan dalam penyelenggaraan rusunawa adalah fase persiapan penghunian, pengelolaan hingga hibah. Dalam proses ini Ditjen Cipta Karya melakukan berbagai tahapan dari masing-masing proses untuk menjamin pemanfaatan dan pengelolaan yang optimal atas aset negara yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal. Pola pengelolaan yang tepat serta mampu menjamin tetap terpeliharanya bangunan dan fungsi-fungsi rusunawa dalam jangka panjang akan berdampak pada peningkatan kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat sesuai tujuan penyelenggaraan rusunawa yakni : memenuhi kebutuhan MBR atas hunian yang sehat dan layak.
tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan dinamika masyarakat memberikan optimisme baru akan penyelenggaraan rusun yang lebih baik dan lebih cepat dimasa yang datang. Undang-Undang yang mengatur secara komprehensif berbagai aspek penting penyelenggaraan rusun ini, telah memperkuat legitimasi dan menegaskan peran para pemangku kepentingan sehingga yang diharapkan dapat bekerja sama, membangun sinergi lintas sektoral yang kokoh dan berkelanjutan. Landasan penguatan sinergi antara Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan masyarakat didasari oleh adanya pemahaman yang sama sebagai landasan aksi. Kesepahaman ini selanjutnya akan mendorong lahirnya kesadaran bersama untuk bergerak, mendukung dan mensukseskan program rusunawa sesuai koridor tugas dan fungsi masing-masing. Sukses pembangunan rusunawa membutuhkan keterlibatan yang intens antara seluruh pemangku
57
Sumatera
2 Banda Aceh (2)
riau 2
Batam, muka kuning (2)
kepulauan riau 4 2 4
batam 1, sekupang (2). Batam 2, Sekupang (2) kota Batam, muka kuning (2) kota Batam 1 (2), kota Batam 2 (2)
bangka-belitung 2 2
kota pangkal pinang (2) kota pangkal pinang (2)
sumatera barat
Padang, UNAND (1) 1 Kota Padang (2) 2
bengkulu
bengkulu (1)
2 2
1 1 2
Jawa
banten 3 2
Jawa tengah 1 2 8
Surakarta, Begalon (1) Semarang, Kali Gawe (1). Semarang, UNDIP (1) Semarang, Kaligawe (2), Surakarta, Begalon (1), Sukoharjo (1)Cilacap (1), Semarang, UNDIP (2), Karanganyar (1) Pekalongan, Krapyak (1), Wonosobo, UNSIQ (1), Surakarta, UNS (1) Sukoharjo (2). Surakarta, UMY (1), Pekalongan, Krapyak (2), Karanganyar, Sroyo (1), Cilacap, Tg. Kemulyaan (1), Semarang 1, Kaligawe (2), Semarang 2, Kaligawe (2) Kab. Semarang (1). Surakarta, Kel. Semanggi (2). Kab. Kudus (2). Kab. Jepara (1) Kab. Jepara 1 (2). Kab. Jepara 1 (1). Kota Surakarta 1 (1). Kota Surakarta 2 (1). Kota Salatiga (2)
dki jakarta 3 2
Jakarta Utara, Marunda (3) Jakarta Utara, Marunda (1)
Komarudin 1 (2). Cipinang Besar 10 Selatan (2). Pinus Elok 1 (2). Pinus Elok 2 (2). Cakung Barat (2)
11
PTIQ, Jl. Pasar Jumat (1). DKI, Jl. Komarudin 1 & 2 (4)
6 7
yogyakarta 1 1 1 5 1 2 3 2
Yogyakarta, Cokrodirjan (1) Sleman (1) Yogyakarta, UGM (1) Yogyakarta, Kalicode (1). Yogyakarta, UGM (1). Yogyakarta, UMY (3). Sleman (1) Yogyakarta, Tg. Panggung (1). Yogyakarta, Gowongan (1) Kab. Bantul (2). Kab. Sleman (1) Kab. Sleman (1). Kab. Bantul (1)
jawa timur 5 3 11 3
Surabaya Penjaringan Sari (2). Surabaya Wonorejo (1). Surabaya Penjaringan Sari (1). Gresik (1) Sidoarjo, Tambak Sawah (1). Surabaya, Wonorejo (2) Surabaya, ITS (4), Sidoarjo (2). Surabaya, Sidotopo (3), Gresik (2) Surabaya, Tanah Merah (2) Sidoarjo, Tambakwaru (1) Kota Surabaya, Kalikedinding (2). Kota Surabaya, Penjaringan Asri (1). Kota Sidoarjo, Agro (2). Kab. Sidoarjo, Ngelom (2). Kota Probolinggo (1). Jember (1) Kab. Sidoarjo 1 (1). Kab. Sidoarjo 2 (2). Kota Probolinggo 1 (1). Kota Probolinggo 2 (1). Kota Madiun (1). Kota Kediri (2). Kota Surabaya (1).
Kota Bandung Sadang-Serang (1). 5 Bandung Cingised (1). Kab. Cimahi 1 & 2 (3)
Kalimantan
Kalimantan barat 1 1
Entikong (1) Kota Pontianak, Kel. Sungai Beliung (1)
Kalimantan timur 1 2 1
Nunukan, Kws Sedadap (1) samarinda (1), Tarakan, Boom Panjang (1) Kota balikpapan (1)
Kalimantan selatan 1 1 KETERANGAN 2003-2004 2004-2005 2005-2006 2006-2007 2007 2007-2008 2008-2009 2010-2011 1
banjarmasin, kalayan selatan (1) banjarmasin (1) Kota banjarmasin (1)
sulawesi utara 1 3
sulawesi tengah
kota palu (1)
sulawesi selatan
Makassar, Daya (1) Makassar, Marisso (3) Makassar, UNHAS (2). Makassar Kota (1) Makassar, UNISMU (2). Luwu Timur, Malili (3) Kota Makassar, Mariso (2). Kota Makassar, Daya (1) Kota Bantaeng (1)
1 3 3 5 3 1 sulawesi tenggara 3 2
Kendari (1), Bau-bau, barataguru (2) kab kolaka (2)
Papua
papua
Jayapura, UNCEN (1), Jayapura, Dok 9 (1) Jayapura, UNCEN (1)
2 1
TA 2004-2005
No 1 2 3 Propinsi Sumatera Utara DKI Jakarta Jawa Barat Kota/Kabupaten/Lokasi Medan, Belawan Jakarta Utara, Marunda Depok, Cimanggis Bekasi, Jaya Bogor, Menteng Asri Karawang, Jl. Truno 4 DI Yogyakarta Sleman Type 21 30 21 21 27 30 21 Twin Blok 1 3 1 1 1 1 1 9 Jml Unit 96 300 96 96 80 80 96 844
65
TA 2005-2006
No 1 2 3 4 Propinsi Sumatera Utara Sumatera Selatan DKI Jakarta Jawa Barat Kota/Kabupaten/Lokasi Tanjung Balai, Sei Raja Medan, USU Palembang, Kasnaryansyah Jakarta Utara, Marunda Bogor, Menteng Asri Bandung, Cingised Parung Panjang, Bogor 5 6 7 8 9 10 11 Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Kalimatan Barat Kalimatan Timur Sulawesi Selatan Papua Semarang, Kali Gawe Semarang, UNDIP Yogyakarta, UGM Sidoarjo, Tambak Sawah Surabaya, Wonorejo Entikong Nunukan, Kws. Sedadap Makassar, Marisso Jayapura, Dok 9 Jayapura, UNCEN Type 21 21 21 30 27 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 Twin Blok 1 1 1 2 1 1 3 1 1 1 1 2 1 1 3 1 1 23 Jml Unit 96 96 96 200 80 96 288 96 96 96 96 192 96 96 288 96 96 2200
TA 2006-2007
No 1 Propinsi Sumatera Utara Kota/Kabupaten/Lokasi Medan, Belawan Medan, USU Tanjung Balai 2 3 4 Sumatera Selatan Sumatera Barat Jawa Barat Palembang, UNSRI Padang, UNAND Sumedang, UNPAD Bandung, Cingised Bandung, ITB Depok 5 Jawa Tengah Semarang, Kaligawe Surakarta, Begalon Sukoharjo Cilacap Semarang, UNDIP Karanganyar 6 DI Yogyakarta Yogyakarta, Kalicode Yogyakarta, UGM Yogyakarta, UMY 7 Jawa Timur Surabaya, ITS Sidoarjo Surabaya, Sidotopo Gresik 8 9 10 11 Kalimantan Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Papua Banjarmasin, Kelayan Selatan Makassar, UNHAS Makassar Kota Bitung Jayapura, UNCEN Type 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 Twin Blok 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 3 4 2 3 2 1 2 1 1 1 42 Jml Unit 96 96 96 192 96 192 96 96 192 192 96 96 96 192 96 96 96 288 384 192 288 192 96 192 96 96 96 4032
67
TA 2007
No 1 2 3 Lampung Jawa Barat Jawa Tengah Propinsi Kota/Kabupaten/Lokasi Bandar lampung Bogor Pekalongan, Krapyak Wonosobo, UNSIQ Surakarta, UNS 4 DI Yogyakarta Sleman Type 21 27 21 21 21 21 Twin Blok 1 1 1 1 1 1 6 Jml Unit 96 80 96 96 96 96 560
TA 2007-2008
No 1 2 3 4 5 Propinsi Kepulauan Riau Sumatera Utara Bengkulu Lampung DKI Jakarta Kota/Kabupaten/Lokasi Batam 1, Sekupang Batam 2, Sekupang Medan, Belawan Bengkulu Bandar Lampung, Keteguhan Komarudin 1 Cipinang Besar Selatan Pinus Elok 1 Pinus Elok 2 Cakung Barat 6 7 Jawa Barat Jawa Tengah Bogor, Menteng Bandung, Cingides Sukoharjo Surakarta, UMY Pekalongan, Krapyak Karanganyar, Sroyo Cilacap, Tg. Kemulyaan Semarang 1, Kaligawe Semarang 2, Kaligawe 8 9 10 11 12 13 DI Yogyakarta Jawa Timur Kalimanta Timur Kalimantan Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Yogyakarta, Tg. Panggung Yogyakarta, Gowongan Surabaya, Tanah Merah Sidoarjo, Tambakwaru Samarinda Tarakan, Boom Panjang Palangkaraya Kendari Bau-Bau, Barataguru Makassar, UNISMU Luwu Timur, Malili Type 24 24 21 21 21 30 30 30 30 36 27 21 21 21 21 21 21 24 24 21 21 21 21 21 24 21 21 24 21 21 Twin Blok 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 3 46 Jml Unit 198 198 96 96 96 200 200 200 200 160 80 96 192 96 192 96 96 198 198 96 96 192 96 96 99 96 96 198 192 288 4433
69
TA 2008-2009
No 1 2 3 4 5 6 7 Propinsi Nangroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Kepulauan Riau Bangka Belitung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Kota/Kabupaten/Lokasi Banda Aceh Kota Tebing Tinggi Kota Medan Kota Batam, Muka Kuning Kota Pangkal Pinang Kota Tangerang Kab. Serang PTIQ, Jl. Pasar Jum'at DKI, Jl. Komarudin 1 & 2 Kota Bandung Sadang-Serang Bandung Cingised Kab. Cimahi 1 & 2 8 Jawa Tengah Kab. Semarang Surakarta, Kel. Semanggi Kab. Kudus Kab. Jepara 9 10 DI Yogyakarta Jawa Timur Kab. Bantul Kab. Sleman Kota Surabaya, Kalikedinding Kota Surabaya, Penjaringan Asri Kota Sidoarjo, Agro Kab. Sidoarjo, Ngelom Kota Probolinggo Jember 11 12 13 14 15 16 17 18 Nusa Tenggara Barat Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimanta Timur Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah Sulawesi Utara Mataram Kota Pontianak, Kel. Sungai Beliung Banjarmasin Kota Balikpapan Kota Makassar, Mariso Kota Makassar, Daya Kab. Kolaka Kota Palu Kota Manado Kota Bitung Kota Bitung Type 24 24 24 24 24 24 21 24 30 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 21 24 24 24 24 24 24 24 24 Twin Blok 2 2 2 2 2 2 1 1 4 1 1 3 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 54 Jml Unit 198 198 198 198 198 198 96 99 400 99 99 297 99 198 198 99 198 99 198 99 198 198 99 99 99 99 96 99 198 99 198 99 99 99 99 5344
TA 2010-2011
No 1 2 3 4 5 6 7 8 Propinsi Sumatera Barat Sumatera Utara Kepulauan Riau Sumatera Selatan Bangka Belitung Lampung Banten Jawa Barat Kota/Kabupaten/Lokasi Kota Padang Kota Tanjung Balai Kota Batam 1 Kota Batam 2 Kota Palembang Kota Pangkal Pinang Kota Bandar Lampung Kota Tangerang Kota Cimahi 1 Kota Cimahi 2 Kab. Bandung 1 Kab. Bandung 2 9 Jawa Tengah Kab. Jepara 1 Kab. Jepara 1 Kota Surakarta 1 Kota Surakarta 2 Kota Salatiga 10
11
Type 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
24 24 24 24 24 24 24 24 24
Twin Blok 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1
1 2 1 1 1 2 1 1 1 40
Jml Unit 198 99 198 198 198 198 198 198 198 99 198 99 198 99 99 99 198 99 99
99 198 99 99 99 198 99 99 99 4059
DI Yogyakarta
Jawa Timur
12 13
71
TA 2011-2012
No 1 2 Propinsi Nangroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Kota/Kabupaten/Lokasi Kota Banda Aceh Kota Tanjung Balai Kota Sibolga Kota Medan Kota Binjai 3 4 5 6 7 Sumatera Barat Sumatera Selatan Kepulauan Riau Riau Jawa Barat Kota Sawah Lunto Kota Palembang Kota Batam Kota Pekanbaru Kab.Bandung 1 Kota Bandung Kota Sukabumi Bandung (ITB) Kab. Bandung 2 8 Jawa Tengah Kota Tegal Kab. Cilacap Kota Semarang 1 Kota Kudus Kab. Pemalang Kota Semarang 2 Kab. Klaten 9 D I Yogyakarta Kab. Bantul Kab. Sleman 1 Kab. Sleman 2 10 Jawa Timur Kota Surabaya Kab. Sidoarjo 1 Kota Probolinggo Kota Kediri Kota Blitar Kab. Lumajang Kota Pasuruan Kab. Sidoarjo 2 Type 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 Twin Blok 2 1 2 2 1 2 3 4 3 3 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 3 1 0,5 0,5 1 2 1 3 2 2 2 2 Unit 198 99 198 198 99 198 297 396 297 297 99 99 198 99 198 198 198 198 99 198 198 99 297 99 49,5 49,5 99 198 99 297 198 198 198 198
TA 2011-2012
No 11 Propinsi Kalimantan Timur Kota/Kabupaten/Lokasi Kota Tarakan Kota Balikpapan 12 13 Kalimantan Barat Sulawesi Selatan Kota Pontianak (STAIN) Kab. Jeneponto Kab. Bantaeng 14 15 Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Kota Palu Kota Bau Bau Type 24 24 24 24 24 24 24 Twin Blok 1 1 1 1 1 1 2
70
Unit 99 99 99 99 99 99 198
6930
Dalam upaya menangani permasalahan kawasan permukiman kumuh perkotaan, Kementerian Pekerjaan Umum melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya, pada tahun 2003-2009 telah membangun 193,5 TB. Dilanjutkan dengan 110 TB yang telah terbangun di tahun 2010-2012. Sedangkan tahun 2012-2013 masih ada 48 TB dalam proses pembangunan. Sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum, pada tahun 2013-2014 akan dibangun 67 TB dan 25 TB di tahun 2014, sehingga tahun 2010-2014 total rusunawa yang terbangun sebanyak 250 TB.
73
75
77
79
81
marunda, jakarta
marunda, jakarta
83
85
87
jayapura, papua
jayapura, papua
jayapura, papua
89
dok 9, papua
91
93
95
97
ugm, yogyakarta
ugm, yogyakarta
99
101
103
rusunawa, bengkulu
105
107
rusunawa, bengkulu
109
penjaringan, jakarta
111
113
Daftar Istilah
APBD : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBN : Anggaran Pendapatan Belanja Nasional BLU : Badan Layanan Umum DED : Detail Engineering Design DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran DPR : Dewan Perwakilan Rakyat DPPKA : Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset ICETT : International Center for Environmental Technology Transfer MBR : Masyarakat Berpenghasilan Rendah MDGs : Millenium Development Goals PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum Pokja : Kelompok Kerja PKN : Pusat Kegiatan Nasional PKW : Pusat Kegiatan Wilayah PNPB : Penerimaan Negara Bukan Pajak PP : Peraturan Pemerintah PPK : Pejabat Pembuat Komitmen PSD : Pembangunan Sarana Dasar RPIJM : Rencana Program Investasi Jangka Menengah RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPKPP : Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas RTH : Ruang Terbuka Hijau RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah RT/RW : Rukun Tetangga/Rukun Warga RTRWN : Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Rusun : Rumah Susun SCM : Show Case Meeting SPPIP : Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan TB : Twinblok Tupoksi : Tugas Pokok dan Fungsi UU : Undang-undang UPT : Unit Pengelola Teknis USAID : United States Agency for International Development
Budi Yuwono
Pengarah
Amwazi Idrus
Penanggung Jawab
Nieke Nindyaputri Christ Robert Marbun Hendarko Rudy Susanto Th. Sri Mulyantini Respati Fitri Peranginangin
Pelaksana
Deva Kurniawan Kusumawardhani Muhammad Danial Arifandi Pohan Astri Paramitha Irawanto Dessiana Sinukaban
Penerbit
Jl. Pattimura No. 20, Kebayoran Baru - Jakarta Selatan Telp/Fax. (021) 72797427 rusunawa, 116
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh
Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat jenderal cipta karya direktorat pengembangan permukiman