Anda di halaman 1dari 84

PEDOMAN UMUM

KEMISKINAN
EKSTREM
PEDOMAN UMUM
KEMISKINAN
EKSTREM

TIM PENYUSUN

• Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas


• Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
• Kementerian Koordinator Perekonomian
• Kementerian Dalam Negeri
• Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
• Kementerian Keuangan
• Kementerian Sosial
• Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
• Kementerian Agama
• Kementerian Koperasi dan UKM
• Badan Pusat Statistik
• Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
• Kantor Staf Presiden
• Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

3
4
1. PENDAHULUAN 8
1.1 Latar Belakang 9
1.2 Tujuan 10

2. KONSEP TANTANGAN DAN STRATEGI 12


2.1 Konsep dan Definisi Kemiskinan Ekstrem 13
2.2 Cara Mengukur dan Identifikasi Kemiskinan Ekstrem 13
2.3 Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan Ekstrem 16
2.4 Tantangan Penanggulangan Kemiskinan Ekstrem 17

3. KEBIJAKAN SAAT INI 20


3.1 Pendekatan dan Prasyarat Kebijakan 21
3.2 Program Penghapusan Kemiskinan Ekstrem 22
3.3 Prasyarat Konvergensi Program 23
3.4 Struktur Kelembagaan 26
3.5 Alur Sumber Pendanaan 27
3.5.1. Sumber Pendanaan APBN 27
3.5.2. Sumber Pendanaan APBD 28
3.5.3. Sumber Pendanaan Nonpemerintah 28

4. PERCEPATAN PENGHAPUSAN KEMISKINAN 30


EKSTREM OLEH PEMERINTAH PUSAT
DAN DAERAH
4.1 Prinsip Koordinasi 31
4.2 Mekanisme Pelaksanaan 32
4.2.1. Spesifikasi Penargetan program 32
4.2.2. Konvergensi dan Komplementaritas Program 39
4.2.3. Koordinasi dan Kerja Sama 45
4.2.4. Sosialisasi dan Edukasi 61
4.2.5. Perencanaan dan Penganggaran 63

5. PENGENDALIAN MONITORING DAN EVALUASI 68


5.1 Kerangka dan Alur Kerja 69
5.1.1. Pelaksanaan Melalui Sistem Terintegrasi 72
5.1.2. Pelaksanaan Melalui Kegiatan Lapangan 73
5.2 Ruang Lingkup Tim Monev Pusat dan Daerah 74
5.2.1. Persiapan 75
5.2.2. Pelaksanaan 75
5.2.3. Hasil, Pelaporan, dan Pembelajaran 77
5.3 Komponen dan Indikator Capaian 78
5.4 Graduasi Program 79
5.5 Evaluasi Dampak dan Status Kesejahteraan 79
5.6 Pengaduan 82

5
TABEL

Tabel 1 Strategi Penanggulangan Kemiskinan Ekstrem 11


di Beberapa Negara

Tabel 2 Contoh Jenis Intervensi Program 43

Tabel 3 Pokok Peran dan Tugas Kementerian/Lembaga 51


dalam Penghapusan Kemiskinan Ekstrem

Tabel 4 Peran Kementerian/Lembaga dalam 55


Pengembangan Registrasi Sosial Ekonomi

Tabel 5 Pelaksanaan Pemantauan Dan Evaluasi 76

GAMBAR

Gambar 1 Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan 14


Miskin Ekstrem, 2014-2021

Gambar 2 Karakteristik Kelompok Miskin 15


dan Miskin Ekstrem

Gambar 3 Contoh Alur Pendataan BLT Desa 38

Gambar 4 Struktur Kelembagaan 48

Gambar 5 Alur Penentuan Penduduk Miskin 57


Ekstrem menggunakan Data
Registrasi Sosial Ekonomi

Gambar 6 Persandingan peringkat desil penduduk 58


dengan tingkat kesejahteraan penduduk

Gambar 7 Alur Kerja dan Pelaksana Pemantauan serta Evaluasi 71

PEDOMAN UMUM
KEMISKINAN
EKSTREM
6
U
paya mewujudkan kemiskinan
ekstrem "0%" tahun 2024
dilakukan melalui tiga pilar,
yaitu komitmen pemerintah;
konvergensi program, anggaran,
dan sasaran; serta pemantauan
dan evaluasi.
BAB 1
PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM
KEMISKINAN
EKSTREM
8
1

1.1 Latar Belakang

1. Penghapusan kemiskinan ekstrem telah menjadi fokus pemerintah


sebagai amanat dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(Sustainable Development Goals) dan arahan Presiden pada Rapat
Terbatas tanggal 4 Maret 2020 menginstruksikan kemiskinan
ekstrem diturunkan menjadi 0% pada tahun 2024.

2. Tantangan dalam percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem


diantaranya:
a. rendahnya akurasi basis data kelompok miskin dan rentan;
b. keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) penyelenggara di
tingkat daerah;
c. belum meratanya kelembagaan Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) yang kuat di daerah;
d. standar layanan dan prosedur yang belum optimal; serta
e. fragmentasi pelaksanaan program lintas Organisasi Perangkat
Daerah (OPD).

3. Upaya percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem memerlukan


upaya multidimensi dan kolaboratif lintas sektor di tingkat pusat
dan daerah. Tiga strategi utama yang diusung:
a. menurunkan beban pengeluaran,
b. meningkatkan pendapatan,
c. meminimalkan wilayah kantong kemiskinan.

4. Intervensi berfokus pada perbaikan akurasi penyaluran dan


konvergensi program lintas sektor.

5. Untuk mendorong konvergensi program dan anggaran dalam


pencapaian target penghapusan kemiskinan ekstrem 0% pada
tahun 2024, telah ditentukan wilayah prioritas hingga tingkat
desa/kelurahan (rincian terlampir) dengan tahapan sebagai berikut:
a. Tahap 1 tahun 2021 di lokus 35 kabupaten/kota.
b. Tahap 2 tahun 2022, 250 kabupaten/kota prioritas perluasan
(termasuk di dalamnya 35 kabupaten/kota prioritas tahun 2021).

BAB 1 | Pendahuluan 9
1

c. Tahap 3 tahun 2023-2024 untuk perluasan secara bertahap di


514 kabupaten/kota.
Lokasi prioritas sampai level desa/kelurahan dapat diakses
pada tautan berikut ini https://bit.ly/LokasiPKE.

1.2 Tujuan

Tujuan Panduan percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem


adalah untuk memberikan pedoman bagi Kementerian/Lembaga
dan pemerintah daerah menyusun dan melaksanakan kebijakan
kolaboratif, integratif dan spasial dalam mencapai kemiskinan
ekstrem “0%” pada tahun 2024.

KONDISI KEMISKINAN EKSTREM DI DUNIA


Pembangunan pada tahun 2020 - 2021 dihadapkan pada
tantangan yang berat dengan adanya pandemi Covid-19.
Perekonomian mengalami kontraksi, pengangguran terbuka
dan angka kemiskinan juga mengalami peningkatan.
Dampak ini masih mungkin terus berlanjut hingga tahun 2022,
sebagian dari penduduk juga jatuh pada kategori miskin ekstrem.

CHINA DAN KEMISKINAN EKSTREM


China menjadi salah satu negara maju dengan penduduk terbanyak di dunia (1.4 Milyar jiwa)
yang berhasil menurunkan angka kemiskinan ekstrem di negaranya. Tingkat kemiskinan
ekstrem China turun dari 66,3% (1990) menjadi hanya 0,3% pada 2018. Dibalik keberhasilan
tersebut, China memiliki sejarah yang panjang dalam memerangi kemiskinan ekstrem.
Strategi penghapusan kemiskinan ekstrem dilaksanakan secara komprehensif dan terpadu,
diantaranya melalui integrasi sistem pendataan dan informasi penanggulangan kemiskinan;
penargetan program yang lebih baik; pemberdayaan petani dan pengembangan usaha lokal
berbasis e-commerce; relokasi perumahan di daerah sulit; pembangunan industri; serta
perbaikan infrastruktur dasar dan konektivitas seperti jalan dan jembatan.

BAB 1 | Pendahuluan 10
Tabel 1
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Ekstrem (KE)
di Beberapa Negara

STRATEGI PERCEPATAN PENGURANGAN KE

NEGARA MENGURANGI MENINGKATKAN MIN. KANTONG STRATEGI LINTAS KEKUATAN & PRASYARAT
BEBAN PENDAPATAN KEMISKINAN PROGRAM AWAL KESUKSESAN KE

GLOBAL
Situasi KE Perlindungan Program Pendidikan, Kesehatan, Sanitasi, Kelembagaan koordinasi
Sosial Peningkatan Rumah Layak yang kuat, minimal
734 Juta
Jiwa (Bansos, Jamsos) Penghidupan konflik dan kekerasan,
pertumbuhan ekonomi
10% positif

INDONESIA
Situasi KE Perlindungan Bumdes, KUR, Padat Pendidikan Gratis, JKN, Kelembagaan koordinasi

10.4 Juta Sosial (Bansos- Karya, Prakerja, Umi, Pembangunan Infrastruktur, penanggulangan kemiskinan,
Jiwa PKH, PIP, BLT Desa, Asuransi Ternak Tani, Sanitasi, Rumah Layak, KB. DTKS, program-program

4%
Sembako, Jamsos, Nelayan, dll. penanggulangan kemiskinan
Kesehatan & TK) di KL dan Pemda.

CINA
Situasi KE Dibao (bansos Membangun industri Relokasi Pendidikan gratis, Kelembagaan koordinasi

98.9 Juta pendapatan (membangun produksi Penduduk kesehatan dasar, yang kuat, pendataan dan
Jiwa minimum), lokal). rumah aman, validasi data sumber daya

7%
Pensiun Dasar. Akses ke pinjaman, akses listrik dan air, (manusia dan fiskal),
subsidi, kredit, dan pembangunan pertumbuhan ekonomi
Bantuan Kompensasi infrastruktur positif.
Ekologi
INDIA
Situasi KE Makan siang MGNREGA (Padat Promosi Pendidikan dan KB, Mengkombinasi program

84 Juta gratis bagi siswa Karya), Akses ke Kontrol Harga Pasokan perlindungan sosial dan
Jiwa SD dan SMP, Pinjaman, Peningkatan Kebutuhan Dasar peningkatan pendapatan/

6%
Subsidi makanan. Kemampuan Teknis penghidupan
Pertanian

VIETNAM
Situasi KE Jamsos (Kesehatan Koordinasi, kolaborasi dan

9.5 Juta & Jaminan kejelasan dalam tanggung


Jiwa Pengangguran). jawab antar berbagai pihak,

9%
Bansos (Lansia 80+, mulai dari pemerintah,
PD, dll), Program masyarakat dan juga donor.
berbasis wilayah
untuk bencana

Sumber: Berbagai sumber, Bappenas-TNP2K, berbagai tahun.

BAB 1 | Pendahuluan 11
BAB 2
KONSEP
TANTANGAN
DAN STRATEGI

PEDOMAN UMUM
KEMISKINAN
EKSTREM
12
2

2.1 Konsep dan Definisi Kemiskinan Ekstrem

a. Kemiskinan ekstrem adalah kondisi ketidakmampuan dalam


memenuhi kebutuhan dasar yaitu kebutuhan makanan, air minum
bersih, sanitasi layak, kesehatan, tempat tinggal, pendidikan, dan
akses informasi yang tidak hanya terbatas pada pendapatan, tapi
juga akses pada layanan sosial (United Nations, 1996).

b. Berdasarkan Bank Dunia, penduduk miskin ekstrem adalah


penduduk yang memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari tidak lebih
dari USD 1,9 PPP (Purchasing Power Parity).

c. Purchasing Power Parity adalah unit harga yang telah disesuaikan


sehingga nilai mata uang di berbagai negara dapat dibandingkan
satu dengan yang lain.

d. Pada Maret 2021, Garis Kemiskinan Ekstrem diperkirakan sebesar


Rp11.941,12/orang/hari atau Rp358.233,6/orang/bulan (BPS, 2021).

e. Penghapusan miskin ekstrem menjadi salah satu indikator Tujuan 1


yaitu: Tanpa Kemiskinan di Sustainable Development Goals (SDGs).

2.2 Cara Mengukur dan Identifikasi Kemiskinan Ekstrem

a. Perhitungan jumlah dan angka miskin ekstrem dihitung oleh BPS


setiap tahunnya dengan menggunakan data Survei Sosial Ekonomi
Nasional (SUSENAS). September 2021, angka kemiskinan ekstrem
sebesar 3,73% dari total penduduk Indonesia.

b. Pada tahun 2021, Provinsi Papua dan Papua Barat menjadi provinsi
dengan tingkat kemiskinan ekstrem tertinggi yaitu masing-masing
sebesar 14,15% dan 13,87%.

c. Jumlah penduduk miskin ekstrem tertinggi tersebar di 3 provinsi di


Pulau Jawa yaitu Jawa Timur (1,73 juta jiwa), Jawa Barat (1,66 juta
jiwa), dan Jawa Tengah (1,62 juta jiwa).

BAB 2 | Konsep, Tantangan, dan Strategi 13


Gambar 1
Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Miskin Ekstrem 2014-2021

11,25 11,22 10,86 10,64


10,19 10,14
9,82 9,78 9,71
9,41

7,9
7,2
6,5
5,7
4,6
4,2 4,0
3,7 3,8 3,73

2014 2015 2016 2017 2018 2019 Mar-20 Sep-20 Mar-21 Sep-21

Kemiskinan Ekstrem (1.9 $PPP)% Kemiskinan (<GK)%

d. Sekitar 10,6 Juta KRT tidak lulus sekolah dasar dan 594 ribu (5,95%)
masuk ke dalam kelompok miskin ekstrem.

e. Penduduk miskin ekstrem memiliki rasio ketergantungan lebih


tinggi yaitu sebesar 71,31% dengan jumlah anak rata-rata 2,3 per
rumah tangga, dibandingkan dengan penduduk bukan miskin
ekstrem per rumah tangga 1,8.

f. Identifikasi penduduk miskin ekstrem menggunakan Proxy Means


Test (PMT), yaitu perkiraan pengeluaran rumah tangga dengan
melihat aspek sosial ekonomi.

g. Persentase penduduk miskin ekstrem penyandang disabilitas dan


lansia lebih tinggi secara umum.

h. Kepala rumah tangga perempuan yang termasuk miskin ekstrem


sebanyak 3,16%. Kepala rumah tangga ini cenderung tidak tamat
sekolah dasar.

BAB 2 | Konsep, Tantangan, dan Strategi 14


Gambar 2
Karakteristik Kelompok Miskin dan Miskin Ekstrem

MISKIN
MISKIN
EKSTREM

Kepala Rumah
Tangga Tidak 7,07% 5,59%
Bersekolah dari KRT tidak bersekolah dari KRT tidak bersekolah
terkategori kelompok miskin. terkategori kelompok
miskin ekstrem.

Kelompok Anak dan


Rasio Ketergantungan 7,77% 4,88%
Penduduk usia 0-17 tahun Penduduk usia 0-17 tahun terkategori
terakategori miskin. Kelompok miskin ekstrem. Kelompok miskin
miskin Indonesia memiliki rasio ekstrem Indonesia memiliki rasio
ketergantungan sebesar 65,77%. ketergantungan sebesar 71,31%.

Lansia dan
Penyandang 6,33% 5,48%
Disabilitas Penduduk lanjut usia terkategori Penduduk lanjut usia terkategori
miskin. Sementara 7,70% dari miskin ekstrem. Sementara 7,42%
penduduk penyandang disabilitas dari penduduk penyandang
terkategori miskin. disabilitas terkategori ekstrem.

Kepala Rumah Tangga


Perempuan 4,29% 3,16%
Rumah Tangga dengan KRT Rumah Tangga dengan KRT
Perempuan Indonesia Perempuan Indonesia termasuk
termasuk kategori miskin. kategori miskin ekstrem.

Bekerja di
Sektor Informal 6,40% 4,45%
Penduduk Indonesia berstatus Penduduk Indonesia berstatus
miskin dan bekerja di sektor miskin ekstrem dan bekerja
informal. di sektor informal.

Sanitasi dan
Air Minum 10,23% 6,76%
Bersih dari seluruh Rumah Tangga yang dari seluruh Rumah Tangga yang
tidak punya akses terhadap tidak punya akses terhadap
sanitasi dan air minum layak sanitasi dan air minum layak
adalah kelompok miskin. adalah kelompok miskin ekstrem.

BAB 2 | Konsep, Tantangan, dan Strategi 15


2

i. Kelompok pekerja informal yang masuk kategori miskin ekstrem


sebesar 4,45% dan lebih dari 60% merupakan usia produktif di
bawah 50 tahun.

j. Akses penduduk miskin ekstrem terhadap akses sanitasi layak relatif


sama rendahnya dengan penduduk miskin.

2.3 Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan Ekstrem

Beberapa faktor penyebab kemiskinan ekstrem, adalah:

1. Akses terhadap sumber ekonomi


Hambatan struktural terhadap sumber mata pencaharian
merupakan penyebab utama kemiskinan ekstrem sulit untuk
dihapuskan.

2. Pemenuhan kebutuhan gizi seimbang dan hidup sehat


Kurang gizi membuat kondisi penduduk miskin ekstrem mengalami
pertumbuhan intelektual yang lambat dan menjadi kurang
produktif. Selain itu, kurangnya pemahaman pentingnya hidup
sehat dan ketiadaan jaminan kesehatan membuat mereka rentan
terhadap guncangan ekonomi akibat kondisi kesehatan.

3. Akses dan informasi tentang pendidikan


Keterbatasan akses dan informasi pentingnya pendidikan
menghambat individu untuk memperoleh pendidikan formal
maupun informal. Hal ini menyebabkan mereka kurang mempunyai
keterampilan dan kemampuan berkompetisi di pasar kerja.

4. Akses infrastruktur dan transportasi


Keluarga miskin ekstrem mempunyai akses yang terbatas terhadap
infrastruktur dasar dan layanan transportasi yang menyebabkan
rendahnya produktivitas. Sebagai contoh, kesulitan akses jalan yang
baik dan transportasi murah membuat petani kurang berdaya saing
untuk menjual produknya sehingga pendapatannya rendah.

BAB 2 | Konsep, Tantangan, dan Strategi 16


2

5. Diskriminasi gender
Peluang ekonomi perempuan dibatasi oleh akses yang tidak setara
terhadap kepemilikan aset ekonomi, pendidikan, dan pekerjaan
yang dibayar. Di lain pihak, perempuan memiliki tanggung jawab
lebih besar untuk merawat keluarga, upah lebih sedikit dibanding
laki-laki, menabung lebih sedikit, dan memiliki pekerjaan yang jauh
lebih tidak aman.

6. Lansia dan penyandang disabilitas


Penduduk lanjut usia dan penyandang disabilitas, terlebih yang
tinggal sendiri, sangat rentan menjadi miskin ekstrem karena tidak
mempunyai pekerjaan dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
layak.

2.4 Tantangan Penanggulangan Kemiskinan Ekstrem

a. Peningkatan akurasi data sasaran program

Ketidaktepatan sasaran program merupakan kondisi dimana rumah


tangga yang tidak berhak menerima bantuan sosial namun
menerima bantuan (inclusion error). Sebaliknya, rumah tangga yang
berhak menerima bantuan sosial namun tidak menerima bantuan
(exclusion error). Penyebab rendahnya akurasi data penerima
manfaat, adalah:
1. Data yang belum dimutakhirkan secara berkala.
2. Pemeringkatan kesejahteraan penduduk tidak dilakukan.
3. Sistem rujukan tidak dijalankan dengan baik.
4. Pendataan tidak inklusif.

b. Peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM)


penyelenggara

SDM penyelenggara program dan layanan di tingkat pusat dan


daerah memiliki tiga keterbatasan, yaitu:
1. Pemahaman terkait konsep dan permasalahan kemiskinan
ekstrem.
2. Mengakses data penduduk dengan kondisi sosial-ekonomi.

BAB 2 | Konsep, Tantangan, dan Strategi 17


2

3. Proses perencanaan, penganggaran, intervensi dan evaluasi


untuk program dan layanan kemiskinan ekstrem.

c. Konvergensi pelaksanaan program dan anggaran lintas sektor

1. Integrasi antara program, anggaran, dan sasaran penghapusan


kemiskinan ekstrem di pusat dan daerah masih lemah.
2. Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) provinsi
dan kabupaten/kota belum berperan optimal.
3. Sinkronisasi dan koordinasi lintas OPD belum berhasil
memastikan ketepatan sasaran kelompok miskin ekstrem.
4. Proses penentuan target program belum inklusif, yaitu
melibatkan kelompok rentan dalam Musyawarah Rencana
Pembangunan (Musrenbang) di berbagai tingkatan.

d. Regulasi dan pedoman pelaksanaan percepatan penghapusan


kemiskinan ekstrem

Belum adanya regulasi dan pedoman bersama dalam pelaksanaan


program penghapusan kemiskinan ekstrem sebagai acuan
Kementerian/Lembaga, pemerintah provinsi, kabupaten/kota,
hingga desa/kelurahan.

BAB 2 | Konsep, Tantangan, dan Strategi 18


Upaya mewujudkan kemiskinan
ekstrem “0%” tahun 2024
dilakukan berdasar pada
tiga pilar, yaitu
komitmen pemerintah;
konvergensi program,
anggaran, dan sasaran;
serta pemantauan dan evaluasi.
BAB 3
KEBIJAKAN
SAAT INI

PEDOMAN UMUM
KEMISKINAN
EKSTREM
20
3

3.1 Pendekatan dan Prasyarat Kebijakan

Upaya mewujudkan kemiskinan ekstrem “0%” tahun 2024 dilakukan


berdasar pada tiga pilar, yaitu (i) komitmen pemerintah; (ii)
konvergensi program, anggaran, dan sasaran; serta (iii) pemantauan
dan evaluasi.

a. Pilar I: Komitmen Pemerintah

1. Program dan kegiatan dalam mendukung percepatan


penghapusan kemiskinan ekstrem tertuang dalam Rencana
Kerja Pemerintah (RKP) 2022-2024.
2. Penetapan regulasi dan wilayah prioritas penghapusan
kemiskinan ekstrem.

b. Pilar II: Konvergensi Program, Anggaran, dan Sasaran

1. Tingkat pusat, melalui:


• Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar
Teknis Pelayanan Dasar untuk urusan wajib.
• Pengalokasian APBN dan pedoman penyusunan RKPD dan
APBD terhadap pelayanan dasar sektor pendidikan dan
kesehatan.
• Pemutakhiran data sasaran program.
• Mendorong pelibatan sektor swasta dan masyarakat.
• Memastikan afirmasi pelaksanaan program terhadap kelompok
rentan, antara lain lansia, penyandang disabilitas, anak, dan
perempuan.

2. Tingkat daerah, melalui:


• Dukungan terhadap program nasional terkait cakupan
penerima, ketercukupan manfaat, dan manajemen
pelaksanaan.
• Inovasi program komplementer/inisiatif daerah.
• Penguatan kapasitas kelembagaan koordinasi antar sektor
terkait.
• Penguatan kemitraan pemerintah daerah dengan sektor bukan
pemerintah.

BAB 3 | Kebijakan Saat Ini 21


3

c. Pilar III: Pemantauan dan Evaluasi

• Penetapan indikator capaian penghapusan kemiskinan


ekstrem.
• Penyusunan mekanisme pemantauan yang dilakukan berkala.
• Evaluasi berkala capaian penghapusan kemiskinan ekstrem
tingkat kabupaten/kota.

3.2 Program Penghapusan Kemiskinan Ekstrem

Upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin ekstrem


dilaksanakan melalui tiga strategi utama, yaitu: (i) penurunan beban
pengeluaran masyarakat; (ii) peningkatan pendapatan masyarakat;
serta (iii) meminimalkan wilayah kantong kemiskinan.

a. Penurunan beban pengeluaran masyarakat.


Strategi pengurangan beban pengeluaran masyarakat
diselenggarakan melalui program bantuan sosial dan jaminan
sosial, yaitu:

1. Bantuan sosial reguler, seperti Program Keluarga Harapan dan


Kartu Sembako.
2. Bantuan sosial khusus, seperti Bantuan Langsung Tunai Desa
(BLT Desa), Bantuan Sosial Tunai, Bantuan Sosial Presiden, Top
Up bansos reguler.
3. Pemberian Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Nasional.
4. Bantuan dan rehabilitasi sosial bagi kelompok berkebutuhan
khusus seperti lanjut usia, anak, dan penyandang disabilitas.

b. Peningkatan pendapatan masyarakat.


Strategi peningkatan pendapatan masyarakat diselenggarakan
melalui peningkatan produktivitas dan pemberdayaan masyarakat,
diantaranya melalui:

1. Peningkatan akses pekerjaan, melalui program Padat Karya,


bantuan individu/kelompok, serta penyediaan sarana dan
prasarana.

BAB 3 | Kebijakan Saat Ini 22


3

2. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia, melalui program


vokasi dan pelatihan.
3. Peningkatan akses terhadap aset produktif, akses pinjaman
modal, dan akses penggunaan lahan.
4. Pendampingan dan penguatan kewirausahaan, melalui
peningkatan akses pembiayaan dan pasar serta pendampingan
dan penguatan kewirausahaan.
5. Pengembangan dan penjaminan keberlanjutan usaha ultra
mikro dan mikro.

c. Meminimalkan wilayah kantong kemiskinan.


Strategi ini adalah sinergi kebijakan peningkatan produktivitas dan
pemberdayaan masyarakat, diantaranya melalui:

1. Pemenuhan pelayanan dasar, seperti peningkatan akses


layanan dan infrastruktur pendidikan, layanan dan infrastruktur
kesehatan, dan infrastruktur sanitasi air minum layak.
2. Peningkatan konektivitas antar wilayah, seperti pembangunan
dan peningkatan sarana transportasi serta pembangunan
infrastruktur jalan.

3.3 Prasyarat Konvergensi Program

a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, melalui:

1. Pengembangan skema insentif atau kemudahan perijinan


untuk mendorong investasi di sektor yang memberikan
kesempatan kerja untuk masyarakat miskin dan rentan.
2. Stabilitas harga komoditas bahan pokok untuk memastikan
inflasi terkendali.
3. Peningkatan daya beli masyarakat, khususnya dari kelompok
40% terbawah melalui dukungan kebijakan afirmatif.
4. Perbaikan iklim investasi dan pembangunan infrastruktur untuk
meningkatkan produktivitas perusahaan dan pekerja.
5. Penetapan protokol kesehatan yang terus diperketat dan
perluasan cakupan vaksinasi.

BAB 3 | Kebijakan Saat Ini 23


3

b. Menyediakan data penerima target yang mutakhir, akurat, dan


berdasarkan status kesejahteraan, melalui:

1. Pendataan seluruh penduduk berdasarkan nama, lokasi dan


tingkat kesejahteraan sebagai data Registrasi Sosial Ekonomi
yang dikelola sampai tingkat desa/kelurahan.
2. Perluasan dan pemutakhiran data sasaran dengan
menggunakan metode yang standar, termasuk verifikasi dan
validasi status kesejahteraan melalui pendaftaran mandiri.
3. Validasi identitas penduduk berbasis NIK dengan tiga basis
data, yaitu data rumah tangga, kegiatan usaha, dan wilayah
prioritas.
4. Tersedianya perangkingan status kesejahteraan bagi seluruh
penduduk.
5. Tersedianya data terpilah yang lengkap berdasarkan gender,
kondisi disabilitas, dan usia.
6. Pemutakhiran data kondisi sosial ekonomi seluruh penduduk
dengan metode terstandar yang disetujui BPS.
7. Tersambungnya data Registrasi Sosial Ekonomi dengan data
administrasi kependudukan berbasis NIK dan data penerima
program seperti Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), Data
Pokok Pendidikan (Dapodik), Pendataan Keluarga, dan Data
Tunggal UMKM.

c. Konvergensi program lintas Kementerian/Lembaga, OPD, dan


pemangku kepentingan lain, melalui:

1. Koordinasi lintas sektor tim pelaksana percepatan penurunan


kemiskinan ekstrem nasional, TKPK provinsi, TKPK kabupaten/
kota, dan sistem rujukan lintas program antara lain melalui
Pusat Layanan Kesejahteraan Sosial (Puskesos).
2. Konvergensi bidang/sektor yang menunjang 3 (tiga) strategi
penghapusan kemiskinan ekstrem.
3. Penggunaan basis data mutakhir yang sama sampai pada
individu penerima manfaat program.
4. Integrasi dan harmonisasi skema pendanaan dari swasta dan
masyarakat dengan program Kementerian/Lembaga dan
pemerintah daerah.

BAB 3 | Kebijakan Saat Ini 24


3

d. Mendorong konvergensi berbasis pada kebutuhan penduduk


melalui:

1. Pemenuhan bantuan sosial seluruh penduduk miskin ekstrem,


antara lain PKH, Program Sembako, subsidi listrik dan subsidi
LPG.
2. Pemberdayaan ekonomi melalui kewirausahaan, pelatihan, dan
akses pinjaman modal diberikan berdasarkan minat dan
kemampuan, yang diberikan kepada kepala rumah tangga,
anak yang telah lulus SMA/SMK atau perguruan tinggi, atau
penduduk lanjut usia yang masih mampu.
3. Pemenuhan pelayanan dasar dalam bentuk pendidikan dan
kesehatan oleh seluruh anggota rumah tangga yang
memerlukan.

e. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan layanan


terstandarisasi, melalui:

1. Peningkatan pengetahuan dan pengalaman SDM dalam


penanganan kemiskinan ekstrem.
2. Peningkatan kapasitas aparat daerah meliputi proses
perencanaan, penganggaran, dan penentuan target program
penurunan kemiskinan ekstrem yang tepat dan efektif.
3. Peningkatan pengetahuan tentang Standar Pelayanan Minimal
(SPM) pelayanan dasar.

f. Memastikan inklusivitas dalam perencanaan, penganggaran,


penentuan target, dan pelaksanaan program percepatan
penghapusan kemiskinan ekstrem, melalui:

1. Pelibatan kelompok pemuda dan kelompok rentan seperti


penyandang disabilitas, penduduk lanjut usia, dan kelompok
adat.
2. Memastikan kesetaraan gender.
3. Pelaksanaan forum tematik kelompok rentan dalam
Musyawarah Rencana Pembangunan. Sebagai contoh Forum
Tematik Disabilitas menjadi wadah dalam evaluasi ketepatan
sasaran dan program pembangunan berkelanjutan.

BAB 3 | Kebijakan Saat Ini 25


3

g. Menetapkan prosedur percepatan penurunan kemiskinan


ekstrem, melalui:

1. Penyusunan regulasi teknis pelaksana Pedoman Umum


Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem di tingkat pusat,
seperti: Surat Keputusan Penetapan Wilayah Prioritas dan
regulasi Kementerian/Lembaga teknis mengenai pelaksanaan
program sektoral.
2. Penyusunan regulasi di tingkat daerah yang mendukung
pelaksanaan Pedoman Umum Percepatan Penghapusan
Kemiskinan Ekstrem, seperti: Surat Keputusan Kepala Daerah
terkait pemanfaatan APBD untuk mendukung program
percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem.
3. Penyusunan regulasi di tingkat desa/kelurahan yang
mendukung pelaksanaan Pedoman Umum Percepatan
Penghapusan Kemiskinan Ekstrem, seperti: Surat keputusan
penetapan sasaran program melalui musdes/muskel dan Surat
keputusan mengenai rujukan desa/kelurahan melalui Puskesos,
dan penggunaan Dana Desa untuk pemutakhiran data.

3.4 Struktur Kelembagaan

a. Struktur kelembagaan pelaksana percepatan penghapusan


kemiskinan ekstrem di tingkat pusat merujuk pada Peraturan
Presiden Nomor 96 tahun 2015 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan dan Instruksi Presiden Nomor 4 tahun
2022 tetang Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem.
Berdasarkan Hasil Rapat Terbatas tanggal 21 Juli 2021, Bapak Wakil
Presiden ditugaskan untuk mengkonsolidasikan penghapusan
kemiskinan ekstrem 0% pada tahun 2024.

b. Pada tingkat daerah, struktur kelembagaan dapat mengacu pada


Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 53 tahun
2020 tentang Tata Kerja dan Penyelarasan Kerja serta Pembinaan
Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Provinsi dan Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kabupaten/Kota.

26
3

c. Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) berperan


sebagai ketua/koordinator tim yang mengoordinasikan berbagai
OPD dan pihak terkait lainnya di daerah.

d. Pada tingkat desa/kelurahan, koordinasi proses perencanaan dan


penganggaran dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan
aparatur desa, pendamping dan tenaga kesejahteraan sosial
lainnya, serta masyarakat.

3.5 Alur Sumber Pendanaan

Pendanaan Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem


bertujuan untuk mendanai program-program bantuan sosial;
layanan pendidikan, kesehatan dan sosial; intervensi air bersih dan
sanitasi; serta pemberdayaan ekonomi masyarakat hingga tingkat
desa/kelurahan. Tiga alur sumber pendanaan yang digunakan,
yaitu:

3.5.1 Sumber Pendanaan APBN

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mendanai


program dan kegiatan melalui Kementerian/Lembaga (K/L), yaitu:

1. Program/Kegiatan Pusat (K/L) yang berfokus pada penurunan


beban pengeluaran masyarakat; peningkatan pendapatan
masyarakat; meminimalkan kantong kemiskinan; sinergitas
kebijakan.
2. Dana Sektoral untuk percepatan penghapusan kemiskinan
ekstrem yang dikerjakan oleh unit pelaksana teknis (UPT) di
Kementerian/Lembaga terkait.
3. Dana Dekonsentrasi yang dilimpahkan ke gubernur.
4. Dana Tugas Pembantuan yang ditugaskan ke gubernur/bupati/
walikota.
5. APBN yang dikelola oleh Bendahara Negara untuk kegiatan
strategis yaitu subsidi tepat sasaran untuk menjaga stabilitas
harga dan daya beli masyarakat, khususnya masyarakat miskin
ekstrem.

BAB 3 | Kebijakan Saat Ini 27


3

3.5.2 Sumber Pendanaan APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan


transfer APBN ke daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD), pos Dana
Perimbangan, dan pos lain-lain yang dapat dialokasikan khusus
untuk Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem melalui:

1. Dana Otonomi Khusus (Otsus) dan Keistimewaan DIY untuk


program-program percepatan penghapusan kemiskinan
ekstrem di Aceh, Papua, Papua Barat dan Daerah Istimewa
Yogyakarta.
2. Dana Perimbangan melalui Dana Alokasi Umum (DAU), Dana
Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
3. Dana Insentif Daerah (DID) yang dialokasikan untuk
memberikan insentif/penghargaan kepada daerah atas kinerja
pemerintah daerah dalam perbaikan/pencapaian kinerja di
bidang percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem.
4. Dana Desa untuk mendukung program-program percepatan
penghapusan kemiskinan ekstrem di desa.
5. Alokasi Dana Desa bersumber dari APBD untuk mengatasi
kemiskinan dan mengurangi kesenjangan di Desa.
6. Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk mendanai pelaksanaan
otonomi daerah dalam rangka percepatan penghapusan
kemiskinan ekstrem.

3.5.3 Sumber Pendanaan Nonpemerintah

Pendanaan nonpemerintah menjadi alternatif dalam membiayai


pelaksanaan percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem baik di
tingkat pusat maupun di tingkat desa/kelurahan. Skema pendanaan
ini antara lain:

1. Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate


social responsibility) yang ditujukan khusus untuk kegiatan
pengentasan kemiskinan ekstrem.
2. Pendanaan dari masyarakat yang berupa amal (charity),
filantropi dan pemanfaatan dana zakat, infaq dan shadaqah
(ZIS).

BAB 3 | Kebijakan Saat Ini 28


3

3. Pendanaan multi donor untuk organisasi atau perusahaan yang


menangani isu sosial serta kegiatan yang memberikan dampak
positif terukur dari sisi sosial.

Sumber pendanaan nonpemerintah perlu dikoordinasikan agar


dapat tercatat dan diintegrasikan. Alur pendanaan ini dapat
langsung dilakukan oleh K/L terkait dan pemerintah daerah
berdasarkan ketentuan regulasi yang berlaku.

BAB 3 | Kebijakan Saat Ini 29


BAB 4
PERCEPATAN PENGHAPUSAN
KEMISKINAN EKSTREM OLEH
PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

PEDOMAN UMUM
KEMISKINAN
EKSTREM
30
4

4.1 Prinsip Koordinasi

Prinsip pelaksanaan program percepatan penghapusan kemiskinan


ekstrem (PKE) sebagai berikut:

1. Tepat sasaran
Seluruh penduduk miskin ekstrem memperoleh program PKE
dengan menggunakan data sasaran yang akurat dan terkini.

2. Pendekatan multidimensi
Pelaksanaan program PKE dilakukan dengan tetap memperhatikan
berbagai dimensi, misalnya terkait kesetaraan gender, inklusi sosial
(disabilitas, lanjut usia, kelompok rentan), dan pembangunan
berkelanjutan.

3. Konvergen dan komplementer


Penduduk miskin ekstrem menerima berbagai program
perlindungan sosial melalui pendekatan siklus hidup serta
dilengkapi dengan berbagai program pemberdayaan agar
penduduk miskin ekstrem dapat keluar dari kondisi kemiskinannya.

4. Koordinasi dan kerja sama multipihak


Pelaksanaan program PKE memerlukan koordinasi dan kerja sama
antar pemangku kepentingan, baik antar tingkatan pemerintahan
di pusat dan daerah maupun dengan pihak nonpemerintah.

5. Sosialisasi dan edukasi


Diperlukan sosialisasi dan edukasi yang intensif untuk
meningkatkan pemahaman kepada seluruh pihak terkait program
PKE.

6. Terpantau dan terkendali


Pemantauan dan pengendalian terhadap pelaksanaan kebijakan
dan program PKE dilakukan secara rutin dengan menggunakan
indikator yang terukur.

BAB 4 | Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem oleh Pemerintah Pusat dan Daerah 31
4

4.2 Mekanisme Pelaksanaan

Mekanisme pelaksanaan percepatan penghapusan kemiskinan


ekstrem oleh pemerintah pusat dan daerah terdiri atas:
• spesifikasi penargetan program;
• kovergensi dan komplementaritas program;
• koordinasi dan kerja sama;
• sosialisasi dan edukasi;
• perencanaan dan penganggaran.

4.2.1 Spesifikasi Penargetan Program

a. Sasaran Penargetan Program


Kementerian/Lembaga dan pemerintah daerah menentukan
indikator dan kriteria penerima program bantuan atau target
spesifik program/kegiatan, sesuai dengan strategi percepatan
penghapusan kemiskinan ekstrem.

1. Program Menurunkan Beban Pengeluaran

a. Kementerian/Lembaga dan pemerintah daerah menentukan


kriteria penerima dengan mengutamakan masyarakat miskin
ekstrem.

b. Kementerian/Lembaga dan pemerintah daerah berkoordinasi


untuk memastikan adanya komplementaritas dalam seluruh
program pengurangan beban pengeluaran sesuai dengan
kriteria program. Sebagai contoh: masyarakat miskin ekstrem
menerima kombinasi Program Sembako, PKH, PBI-JKN
Kesehatan, PIP, Subsidi LPG 3 Kg, dan Subsidi Listrik secara
bersamaan.

c. Kementerian Koordinator Bidang PMK mengkoordinasikan


proses integrasi program dalam rangka menurunkan beban
pengeluaran.

d. Pelaksanaan program untuk penurunan beban pengeluaran


diutamakan bagi penduduk miskin ekstrem yang ada,
berdasarkan basis data penargetan.

BAB 4 | Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem oleh Pemerintah Pusat dan Daerah 32
4

e. Kementerian/Lembaga dan pemerintah daerah berkoordinasi


untuk memastikan adanya komplementaritas dengan progam
peningkatan pendapatan dan meminimalkan kantong
kemiskinan.

2. Program Meningkatkan Pendapatan

a. Kementerian/Lembaga dan pemerintah daerah menentukan


kriteria dan jumlah target penerima program peningkatan
pendapatan.

b. Kementerian/Lembaga dan pemerintah daerah melakukan


asesmen dan kesiapan penerima program untuk memperoleh:
• Akses terhadap pekerjaan/pendapatan;
• Peningkatan produktivitas SDM melalui peningkatan
keterampilan dan keahlian; dan
• Peningkatan kapasitas pengembangan UMKM.

c. Program untuk memperoleh akses terhadap


pekerjaan/pendapatan antara lain meliputi program Padat
Karya Tunai sektoral, reforma agraria, perhutanan sosial,
program Padat Karya Tunai desa, pengalihan pengelolaan aset,
perluasan kesempatan kerja melalui pengembangan usaha
mikro dan kecil, dan perluasan kesempatan kerja dari investasi
di daerah.

d. Program untuk peningkatan produktivitas SDM antara lain


meliputi program pelatihan K/L termasuk Prakerja, pendidikan
vokasi, peningkatan keterampilan dan keahlian di Balai Latihan
Kerja.

e. Program untuk peningkatan kapasitas UMKM antara lain


meliputi peningkatan akses pembiayaan, pendampingan
wirausaha, peningkatan akses pasar, dan digitalisasi dan akses
terhadap teknologi tepat guna.
• Kementerian/Lembaga dan pemerintah daerah
memastikan pendampingan wirausaha yang profesional,
bekerja sama dengan BUMDES, koperasi, atau unit usaha
lain untuk memastikan pemasaran produk yang dihasilkan

BAB 4 | Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem oleh Pemerintah Pusat dan Daerah 33
4

masyarakat dan menjaga kesinambungan usaha.


• Kementerian/Lembaga dan pemerintah daerah
memastikan terjadinya kerja sama dengan UMKM, pihak
swasta, BUMD, BUMN, dan lainnya untuk menyalurkan
tenaga kerja yang telah diberikan pelatihan keterampilan
atau keahlian bidang lainnya.

f. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian


mengkoordinasikan proses integrasi program dalam rangka
meningkatkan pendapatan.

g. Pelaksanaan program untuk peningkatan pendapatan


diutamakan bagi penduduk miskin ekstrem, berdasarkan basis
data penargetan.

h. Kementerian/Lembaga dan pemerintah daerah berkoordinasi


untuk memastikan adanya komplementaritas dengan program
pengurangan beban dan meminimalkan kantong kemiskinan.

3. Program Meminimalkan Kantong Kemiskinan

a. Kementerian/Lembaga dan pemerintah daerah melakukan


intervensi di lokasi kabupaten/kota dan desa/prioritas untuk
percepatan penurunan kemiskinan ekstrem.

b. Kementerian/Lembaga dan pemerintah daerah melakukan


asesmen lokasi program berdasarkan kebutuhan pelayanan
dasar dan infrastruktur yang bersumber dari aspirasi
masyarakat, data sekunder yang tersedia (SUSENAS, Registrasi
Sosial Ekonomi atau sumber data lainnya) yang dapat diolah
menggunakan SEPAKAT-SIMPEL dan SEPAKAT Desa/Kelurahan.

c. Program untuk meminimalkan kantong kemiskinan termasuk


diantaranya perbaikan infrastruktur jalan, perbaikan rumah
tidak layak huni, perbaikan sarana pendidikan dan kesehatan,
perbaikan sanitasi lingkungan dan air bersih, dan pemenuhan
akses jaringan komunikasi.

BAB 4 | Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem oleh Pemerintah Pusat dan Daerah 34
4

d. Kementerian Koordinator Bidang PMK mengkoordinasikan


program untuk meminimalkan kantong kemiskinan.

e. Pelaksanaan program untuk meminimalkan kantong


kemiskinan diutamakan bagi lokasi kabupaten/kota hingga
desa/kelurahan yang merupakan lokasi prioritas dan memiliki
jumlah penduduk miskin ekstrem lebih dari 100
jiwa/desa/kelurahan.

f. Kementerian/Lembaga dan pemerintah daerah berkoordinasi


untuk memastikan adanya komplementaritas dengan program
pengurangan beban dan peningkatan pendapatan.

b. Mekanisme Penargetan dan Integrasi Program di Tingkat


Daerah
Mekanisme penargetan integrasi program di tingkat daerah dapat
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Integrasi program percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem di


daerah mencakup: (i) program penurunan beban pengeluaran; (ii)
program peningkatan pendapatan; dan (iii) program untuk
meminimalkan kantong kemiskinan.

2. TKPK provinsi dan TKPK kabupaten/kota melaksanakan rapat


koordinasi untuk membahas sinergi kebijakan, perencanaan, dan
pemantauan pelaksanaan program percepatan penghapusan
kemiskinan ekstrem dari Kementerian/Lembaga dan Rencana
Penghapusan Kemiskinan Daerah (RPKD) dan Rencana Aksi Tahunan
(RAT) Penghapusan Kemiskinan.

3. TKPK provinsi dan TKPK kabupaten/kota menetapkan penargetan


program percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem dengan
basis data yang sama dengan program pemerintah pusat.

4. TKPK kabupaten/kota dapat melakukan penjangkauan tambahan ke


masyarakat untuk memastikan seluruh penduduk miskin ekstrem
tercakup.

BAB 4 | Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem oleh Pemerintah Pusat dan Daerah 35
4

5. Tugas penjangkauan tersebut dapat dilaksanakan dengan


mengoptimalkan tugas dan fungsi Puskesos menggunakan
instrumen yang sama dengan pusat.

6. TKPK provinsi dan TKPK kabupaten/kota mengidentifikasi dan


memetakan keseluruhan program penghapusan kemiskinan
ekstrem, baik program pemerintah pusat, pemerintah daerah
maupun program yang dikelola oleh organisasi kemasyarakatan
dan/atau dunia usaha.

7. Pemetaan digunakan untuk:


• Dasar penargetan dan rujukan program, untuk mendorong
intervensi lintas sektor yang integratif dan holistik.
• Identifikasi kebutuhan program tambahan yang
diselenggarakan kota/kabupaten dan desa/kelurahan.
Pengembangan program tambahan dapat mengadopsi dua
bentuk: i) program daerah sebagai perluasan program pusat;
dan ii) program daerah sebagai pelengkap/komplementer
program pusat.
• Dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program
percepatan penurunan kemiskinan ekstrem dilaporkan kepada
bupati/walikota dalam rapat koordinasi.

8. TKPK kabupaten/kota menggunakan pemetaan program sebagai


dasar pemenuhan analisa kebutuhan masyarakat berdasarkan
nama dan berdasarkan alamat (BNBA).

9. TKPK kabupaten/kota melalui perangkat daerah yang membidangi


urusan sosial dan/atau Puskesos-SLRT merespon keluhan
masyarakat terkait program percepatan penghapusan kemiskinan
ekstrem.

10. TKPK kabupaten/Kota menindaklanjuti dengan melakukan


penanganan dan/atau melakukan rujukan ke lembaga yang
berwenang. Sistem rujukan dapat memanfaatkan SEPAKAT
Desa/Kelurahan.

BAB 4 | Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem oleh Pemerintah Pusat dan Daerah 36
4

c. Ketentuan Komplementaritas dan Program yang tidak dapat


Tumpang Tindih

1. Program yang tidak dapat tumpang tindih adalah program yang


memiliki tujuan dan manfaat yang sama namun disalurkan dalam
waktu bersamaan dan diberikan kepada keluarga yang sama.
Contoh: Bantuan Langsung Tunai Desa (BLT Desa) dengan Program
Keluarga Harapan (PKH) Program Sembako.

2. Sementara itu komplementaritas program merupakan program


yang bertujuan untuk saling melengkapi bantuan yang diberikan,
dengan manfaat dan tujuan berbeda. Contoh: Penerima manfaat
Program Keluarga Harapan (PKH) memperoleh Pembiayaan Ultra
Mikro (UMi); Penerima manfaat Program Sembako memperoleh
pelatihan usaha dan perbaikan sanitasi air bersih serta perumahan.

3. Kementerian/Lembaga memetakan penerima program/kegiatan


sejenis dan/atau memiliki tujuan serupa yang tidak dapat diberikan
secara bersamaan (tumpang tindih) baik secara sistem maupun
prinsip guna mengoptimalkan dampak program/kegiatan.

4. Pemerintah daerah memastikan di lapangan tidak ada penerima


manfaat menerima program yang tumpang tindih di luar aturan
yang berlaku. Pemerintah daerah menyampaikan rekomendasi
pencabutan penerima program apabila terindikasi adanya tumpang
tindih penerima program di lapangan.

5. Program yang berdiri sendiri dan tidak dapat diberikan kepada


penerima manfaat program lain, antara lain:
• Penerima BLT Desa tidak dapat diberikan kepada penerima PKH
dan/atau Sembako.
• Penerima Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM) bukan
merupakan penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR).
• Peserta yang tidak memenuhi kriteria fakir miskin atau rentan
(tidak mampu) tidak dapat menjadi peserta PBI-JKN Kesehatan.

BAB 4 | Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem oleh Pemerintah Pusat dan Daerah 37
Gambar 3
Contoh Alur Pendataan BLT Desa

CONTOH KASUS:
Ibu Yohanna
Kepala keluarga miskin
kehilangan pekerjaan Apakah miskin/
rentan menurut
Data desa/kriteria
penilaian desa? rentan karena COVID-19

TIDAK YA
DTKS
(penerima PKH,
BPNT), data
TIdak terima
Apakah dari Disnaker
menerima
BLT Desa (Kartu Prakerja)
PKH/BPNT/
Kartu Prakerja?

TIDAK YA

Data Apakah TIdak terima


Adminduk mempunyai BLT Desa
NIK?

TIDAK YA

Calon penerima
Calon penerima
BLT Desa
BLT Desa
dengan Surat
dengan NIK
Keterangan Domisili

MUSDESUS Ibu Yohanna menerima


BLT Desa dan difasilitasi
untuk mendapatkan NIK

38
4

4.2.2 Konvergensi dan Komplementaritas Program

Pelaksanaan konvergensi dan komplementaritas program bagi


penduduk miskin ekstrem mencakup, antara lain:
i. prasyarat konvergensi dan komplementaritas;
ii. prinsip Konvergensi dan Komplementaritas (integrasi
pendampingan, keterkaitan antar program, dan kolaborasi
lintas sektor).

a. Prasyarat Konvergensi dan Komplementaritas

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, melalui:

• Pengembangan skema insentif atau kemudahan perijinan


untuk mendorong investasi di sektor yang memberikan
kesempatan kerja untuk masyarakat miskin dan rentan.
• Stabilitas harga komoditas bahan pokok untuk memastikan
inflasi terkendali.
• Peningkatan daya beli masyarakat, khususnya dari kelompok
40% terbawah melalui dukungan kebijakan afirmatif.
• Perbaikan iklim investasi dan pembangunan infrastruktur untuk
meningkatkan produktivitas perusahaan dan pekerja.
• Penetapan protokol kesehatan yang terus diperketat dan
perluasan cakupan vaksinasi.

2. Menyediakan data penerima target yang mutakhir, akurat, dan


berdasarkan status kesejahteraan, melalui:

• Pendataan seluruh penduduk berdasarkan nama, lokasi dan


tingkat kesejahteraan sebagai data Registrasi Sosial Ekonomi
yang dikelola sampai tingkat desa/kelurahan.
• Perluasan dan pemutakhiran data sasaran dengan
menggunakan metode yang standar, termasuk verifikasi dan
validasi status kesejahteraan melalui pendaftaran mandiri.
• Validasi identitas penduduk berbasis NIK dengan tiga basis
data, yaitu data rumah tangga, kegiatan usaha, dan wilayah
prioritas.
• Tersedianya perangkingan status kesejahteraan bagi seluruh
penduduk.

BAB 4 | Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem oleh Pemerintah Pusat dan Daerah 39
4

• Tersedianya data terpilah yang lengkap berdasarkan gender,


kondisi disabilitas, dan usia.
• Pemutakhiran data kondisi sosial ekonomi seluruh penduduk
dengan metode terstandar yang disetujui BPS.
• Tersambungnya data Registrasi Sosial Ekonomi dengan data
administrasi kependudukan berbasis NIK dan data penerima
program seperti Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), Data
Pokok Pendidikan (Dapodik), Pendataan Keluarga, dan Data
Tunggal UMKM.

3. Konvergensi dan komplementaritas program lintas


Kementerian/Lembaga, OPD, dan pemangku kepentingan lain,
melalui:

• Koordinasi lintas sektor tim pelaksana percepatan penurunan


kemiskinan ekstrem nasional, TKPK provinsi, TKPK
kabupaten/kota, dan sistem rujukan lintas program antara lain
melalui Pusat Layanan Kesejahteraan Sosial (Puskesos).
• Konvergensi dan komplementaritas bidang/sektor yang
menunjang 3 (tiga) strategi penghapusan kemiskinan ekstrem.
• Penggunaan basis data mutakhir yang sama sampai pada
individu penerima manfaat program.
• Integrasi dan harmonisasi skema pendanaan dari swasta dan
masyarakat dengan program Kementerian/Lembaga dan
pemerintah daerah.

4. Mendorong konvergensi dan komplementaritas berbasis pada


kebutuhan penduduk melalui:

• Pemenuhan bantuan sosial seluruh penduduk miskin ekstrem,


antara lain PKH, Program Sembako, subsidi listrik dan subsidi
LPG.
• Pemberdayaan ekonomi melalui kewirausahaan, pelatihan, dan
akses pinjaman modal diberikan berdasarkan minat dan
kemampuan, yang diberikan kepada kepala rumah tangga,
anak yang telah lulus SMA/SMK atau perguruan tinggi, atau
penduduk lanjut usia yang masih mampu.
• Pemenuhan pelayanan dasar dalam bentuk pendidikan dan
kesehatan oleh seluruh anggota rumah tangga yang
memerlukan.
BAB 4 | Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem oleh Pemerintah Pusat dan Daerah 40
4

5. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan layanan


terstandarisasi, melalui:

• Peningkatan pengetahuan dan pengalaman SDM dalam


penanganan kemiskinan ekstrem.
• Peningkatan kapasitas aparat daerah meliputi proses
perencanaan, penganggaran, dan penentuan target program
penurunan kemiskinan ekstrem yang tepat dan efektif.
• Peningkatan pengetahuan tentang Standar Pelayanan Minimal
(SPM) pelayanan dasar.

6. Memastikan inklusivitas dalam perencanaan, penganggaran,


penentuan target, dan pelaksanaan program percepatan
penghapusan kemiskinan ekstrem, melalui:

• Pelibatan kelompok pemuda dan kelompok rentan seperti


penyandang disabilitas, penduduk lanjut usia, dan kelompok
adat.
• Memastikan kesetaraan gender.
• Pelaksanaan forum tematik kelompok rentan dalam
Musyawarah Rencana Pembangunan. Sebagai contoh Forum
Tematik Disabilitas menjadi wadah dalam evaluasi ketepatan
sasaran dan program pembangunan berkelanjutan.

7. Menetapkan prosedur percepatan penurunan kemiskinan


ekstrem, melalui:

• Penyusunan regulasi teknis pelaksana Pedoman Umum


Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem di tingkat pusat,
seperti: Surat Keputusan Penetapan Wilayah Prioritas dan
regulasi Kementerian/Lembaga teknis mengenai pelaksanaan
program sektoral.
• Penyusunan regulasi di tingkat daerah yang mendukung
pelaksanaan Pedoman Umum Percepatan Penghapusan
Kemiskinan Ekstrem, seperti: Surat Keputusan Kepala Daerah
terkait pemanfaatan APBD untuk mendukung program
percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem.
• Penyusunan regulasi di tingkat desa/kelurahan yang
mendukung pelaksanaan Pedoman Umum Percepatan

BAB 4 | Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem oleh Pemerintah Pusat dan Daerah 41
4

Penghapusan Kemiskinan Ekstrem, seperti: Surat keputusan


penetapan sasaran program melalui musdes/muskel dan Surat
keputusan mengenai rujukan desa/kelurahan melalui Puskesos,
dan penggunaan Dana Desa untuk pemutakhiran data.

b. Prinsip Konvergensi dan Komplementaritas

1. Integrasi pendampingan.

a. Kementerian/Lembaga dan pendamping program memastikan


bahwa penduduk miskin ekstrem dapat menerima program
secara lengkap dan berkelanjutan.
b. Kementerian/Lembaga memastikan pendamping program
mempunyai kemampuan pendampingan yang terstandar.
c. Pendamping program menjadi katalis penghubung program-
program pemenuhan kebutuhan dasar dengan program-
program peningkatan kapasitas dan pemberdayaan ekonomi
di lapangan dan pada tingkat keluarga penerima manfaat.

2. Keterkaitan antar program.

a. Kementerian/Lembaga berkoordinasi untuk memastikan


keterkaitan antar program (interlinkage) sehingga masyarakat
miskin ekstrem dapat menerima program perlindungan sosial
secara berkesinambungan melalui pendekatan siklus hidup.
b. Penyelenggara program memetakan potensi program
pemenuhan kebutuhan dasar yang dapat dihubungkan
dengan program-program pemberdayaan ekonomi dan sosial.

3. Kolaborasi (antar program dalam waktu bersamaan) lintas


sektor.

a. Kementerian/Lembaga memastikan kolaborasi program lintas


sektor dengan penerima manfaat dapat menerima program
perlindungan sosial secara menyeluruh/komprehensif.
b. Kolaborasi dilakukan antara program-program pelatihan,
pendampingan usaha dan vokasi dengan program pemberian
akses modal. Misalnya, kolaborasi program pendampingan
usaha, pelatihan dan vokasi yang diberikan melalui Pusat

BAB 4 | Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem oleh Pemerintah Pusat dan Daerah 42
4

Tabel 2
Contoh Jenis Intervensi Program

BANTUAN PELAYANAN KANTONG


PEMBERDAYAAN
SOSIAL DASAR KEMISKINAN

MISKIN: USIA PRODUKTIF PELAYANAN Inovasi program


PBI, subsidi listrik, MAMPU BEKERJA: DASAR: daerah sesuai
sembako kearifan lokal
Sektor usaha Perumahan (data kualitatif),
CONDITIONAL: pertanian, seperti:
PKH, PIP kehutanan, KKP Ketersediaan infra Bantuan KAT,
dan tenaga pendidik, Program KRT
RENTAN: Pemberian kesehatan (distribusi (gender)
Penyandang akses lahan dan pembangunan)
Disabilitas, Lansia pembiayaan usaha

Layanan Usaha Terpadu (PLUT) yang dimiliki oleh Kementerian


Koperasi dan UKM atau Sentra Kreasi ATENSI (SKA) yang dimiliki
oleh Kementerian Sosial dengan program pemberian bantuan
modal usaha seperti KUR atau Pembiayaan ultra mikro (UMi).
c. Kolaborasi dapat dilakukan di antara program-program
pemenuhan kebutuhan dasar dengan program-program
peningkatan kapasitas dan pemberdayaan ekonomi di
lapangan dalam periode waktu yang sama.
d. Kolaborasi lintas sektor juga dapat dilakukan oleh pemerintah
daerah dengan OPD terkait lainnya sesuai tugas dan fungsi
masing-masing.

4. Program kolaborasi dengan sektor swasta melalui


keperantaraan pasar

a. Pemerintah daerah melakukan kerja sama dan kolaborasi


dengan berbagai pihak, termasuk swasta dalam melaksanakan
program pemberdayaan masyarakat untuk percepatan
penurunan kemiskinan ekstrem, salah satunya melalui skema
keperantaraan pasar.
b. Untuk mendukung skema ini, pemerintah daerah dan
jajarannya memperkuat jejaring dengan dunia usaha/swasta

BAB 4 | Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem oleh Pemerintah Pusat dan Daerah 43
4

sebagai potensi mitra usaha penduduk miskin dan rentan.


Pengembangan jejaring dilaksanakan melalui:
• Identifikasi pelaku swasta di tingkat daerah dan peran apa
yang diharapkan dari masing-masing pelaku swasta dalam
bisnis proses keperantaraan pasar.
• Pemilihan pelaku swasta yang akan diajak bekerja sama
berdasarkan analisis potensi komoditas yang akan
dikembangkan dan peran swasta yang dapat diberikan
dalam pengembangan komoditas tersebut.
• Pengembangan forum diskusi khusus bersama pelaku
swasta terpilih, mitra lokal, dan pelaku usaha untuk
membicarakan potensi kolaborasi serta peran dan nilai
tambah apa yang dapat swasta berikan terhadap
pengembangan usaha.
c. Pemerintah daerah membuat perjanjian kerja sama atau
memfasilitasi proses perjanjian kerja sama antara swasta, mitra
lokal dan pelaku usaha.
d. Pemerintah daerah dapat mengembangkan skema
keperantaraan dengan tahapan sebagai berikut:
• Tahap riset komoditas dengan melibatkan pihak swasta.
Swasta memberikan informasi dan masukan kepada
pelaku usaha, mitra lokal, dan pemerintah daerah terkait
potensi komoditas yang berpotensi dikembangkan dilihat
dari besarnya dampak yang diberikan kepada masyarakat.
• Tahap perencanaan intervensi. Swasta membantu
proses pembuatan model bisnis, kalkulasi bisnis, dan
rencana intervensi dengan bantuan konsultan bisnis lokal
yang ditargetkan terutama pada pelaku usaha miskin dan
rentan.
• Tahap implementasi dan pengukuran hasil. Swasta
menjalankan kegiatan intervensi sesuai kesepakatan dan
membantu dalam pengukuran hasil bersama dengan
pelaku usaha, mitra lokal, dan pemerintah daerah.

BAB 4 | Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem oleh Pemerintah Pusat dan Daerah 44
4

4.2.3 Koordinasi dan Kerja Sama

a. Prinsip Koordinasi
Di Tingkat Pusat, prinsip koordinasi sebagai berikut:

1. Wakil Presiden RI berperan sebagai ketua/penanggungjawab


percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem.

2. Di bawah ketua/penanggungjawab terdapat Koordinator


Perencanaan dan Penganggaran, Koordinator Pelaksanaan
Kewilayahan, dan Koordinator Program Tematik (Gambar 4).

3. Struktur koordinasi dan kelembagaan mengikuti pendekatan lintas


sektor vertikal, horizontal dan pendekatan wilayah.

4. Pelaksanaan konvergensi Percepatan Penghapusan Kemiskinan


Ekstrem mengikuti prinsip Spasial, Integratif, Holistik, dan Tematik
(sektoral).

5. Koordinasi tiga koordinator dilakukan pada awal perencanaan dan


penganggaran untuk memastikan Prinsip Spasial dan Tematik.

6. Koordinator perencanaan dan penganggaran memastikan struktur


program dan kegiatan K/L terkait mempunyai agenda penurunan
kemiskinan ekstrem.

7. Intervensi dilakukan diawali dengan identifikasi permasalahan


kemiskinan, potensi ekonomi, dan kantong-kantong kemiskinan
utama di lokasi prioritas.

8. Koordinator tematik memastikan intervensi setiap sektor yang


dibutuhkan untuk setiap sektor kantong kemiskinan.

9. Koordinator tematik penurunan beban pengeluaran memastikan


semua penduduk miskin ekstrem mendapatkan bantuan sosial.

10. Koordinator tematik peningkatan pendapatan memastikan


pengembangan kewirausahaan dan keterampilan konsisten
dengan potensi ekonomi wilayah.

BAB 4 | Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem oleh Pemerintah Pusat dan Daerah 45
4

11. Koordinator wilayah mengeluarkan Surat Edaran dan/atau


instrumen lain untuk memastikan daerah melaksanakan sesuai
dengan prinsip yang ditetapkan.

12. Koordinator tematik memastikan dan mendorong pendataan,


verifikasi, dan validasi data kependudukan serta penerbitan
seluruh dokumen kependudukan masyarakat miskin ekstrem,
termasuk yang masuk ke dalam kategori penduduk rentan
administrasi kependudukan.

b. Struktur Kelembagaan

1. Pemerintah pusat menetapkan target tingkat kemiskinan ekstrem,


jumlah penurunan penduduk ekstrem, dan wilayah lokasi prioritas.

2. Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan


Kebudayaan (koordinator) melakukan koordinasi strategi
penurunan beban pengeluaran.

3. Kementerian/Lembaga anggota dalam strategi penurunan beban


pengeluaran: Kementerian Dalam Negeri; Kementerian Sosial;
Kementerian Komunikasi dan Informatika; Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral; Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi; Kementerian Agama; Kementerian Kesehatan;
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi; dan Kementerian Ketenagakerjaan.

4. Kementerian/Lembaga tersebut akan menyalurkan bantuan sosial


maupun bantuan pemerintah lainnya bagi masyarakat miskin
ekstrem yang sudah teridentifikasi bersama melalui basis data
Registrasi Sosial Ekonomi atau data lainnya memuat status sosial
ekonomi berdasarkan nama dan berdasarkan alamat.

5. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (koordinator)


melakukan koordinasi pelaksanaan strategi peningkatan
pendapatan.
a. Kementerian/Lembaga anggota dalam strategi peningkatan
pendapatan: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah; Kementerian Ketenagakerjaan; Kementerian

BAB 4 | Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem oleh Pemerintah Pusat dan Daerah 46
4

Perindustrian; Kementerian Pertanian; Kementerian Kelautan


dan Perikanan; Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/
Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Kementerian Badan Usaha
Milik Negara; dan Kementerian Komunikasi dan Informatika.
b. Kementerian/Lembaga tersebut melakukan pemetaan
potensi, pemberdayaan, dan pengembangan ekonomi serta
memperluas akses terhadap pekerjaan serta pelatihan
peningkatan keterampilan dan keahlian kepada masyarakat
miskin ekstrem.
c. Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan (koordinator) melakukan koordinasi pelaksanaan
strategi pengurangan kantong kemiskinan.

6. Kementerian/Lembaga anggota dalam strategi pengurangan


kantong kemiskinan: Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat; Kementerian Komunikasi dan Informatika;
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral; Kementerian
Kesehatan; Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
Kementerian Badan Usaha Milik Negara; Tentara Nasional
Indonesia; dan Kepolisian RI.

7. Kementerian/Lembaga terkait dapat melaporkan perkembangan


secara berkala setiap bulan atau lebih cepat apabila diperlukan.

8. Kementerian PPN/Bappenas dan Kementerian Keuangan


memastikan integrasi perencanaan, penganggaran, dan
monitoring evaluasi program percepatan penghapusan
kemiskinan ekstrem terkonsolidasi.

9. Kementerian Dalam Negeri berperan memetakan, meningkatkan


kualitas pelaksanaan, mendampingi, dan memastikan kesiapan
dan dukungan pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota
dan desa/kelurahan.

10. Kementerian Desa PDTT berperan memetakan, meningkatkan


kualitas pelaksanaan, mendampingi, dan memastikan kesiapan
dan dukungan pemerintah desa.

BAB 4 | Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem oleh Pemerintah Pusat dan Daerah 47
Gambar 4
Struktur Kelembagaan
WAKIL PRESIDEN RI (KETUA/PENANGGUNG JAWAB)

MENKO BIDANG PMK (PENANGGUNG JAWAB HARIAN)

KOORDINATOR PERENCANAAN, KOORDINATOR


PENGANGGARAN & MONEV KEWILAYAHAN
Kementerian PPN/Bappenas Kementerian Dalam Negeri

Kementerian Keuangan Kementerian Desa PDTT

KOORDINATOR TEMATIK

PENURUNAN BEBAN PENGELUARAN PENINGKATAN PENDAPATAN PENGURANGAN KANTONG KEMISKINAN


Koord: Kemenko bidang PMK Koord: Kemenko bidang Perekonomian Koord: Kemenko bidang PMK

Kemenkop KemenATR/
KemenESDM Kemensos Kemenag Kementan Kemenperin KemenESDM KemenLHK
UKM BPN

Kemenkes BKKBN Kemenaker KemenKKP Kemenaker KemenLHK KemenPUPR KemenBUMN Kemenkes

Kemendikbud Ristek Kemenparekraf KemenBUMN Kemendikbud Ristek KemenKomInfo

KELOMPOK K/L LAINNYA

BPS KSP BPKP BPK TNI & POLRI

WAKIL GUBERNUR / WAKIL BUPATI / WAKIL WALI KOTA (SEBAGAI KETUA TKPK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA)

BAPPEDA Dinas Sosial Dinas Dikbud Dinas PUPR Inspektorat Mitra Universitas,
(Sekretaris TKPK) Daerah Dunia Usaha
Dinas Kesehatan Dinas Dukcapil Dinas Perikanan & Swasta
Organisasi
Sekretariat Daerah Keagamaan
Dinas Kominfo BPS Daerah Organisasi Penyandang
Disabilitas/Organisasi
Dinas PMD Dinas Naker Dinas KopUKM OPD KB/BKKBD Kecamatan Masyarakat

KEPALA DESA / LURAH (TKPK DESA DAN KELURAHAN)

Organisasi Penyandang
Sekretaris Desa Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Disabilitas/Organisasi Masyarakat

Seluruh Kepala Pendamping Organisasi


Puskesos Pendamping Sosial Mitra BPS Karang Taruna
Seksi & Urusan Pembangunan Keagamaan

Mitra Universitas, Dunia Usaha, & Swasta TKSK Kader Posyandu Tim Pendamping Keluarga Mahasiswa

Koordinator Tematik Kelompok Tim Pelaksana Kelompok Tim Pelaksana


Koordinator Perencanaan Provinsi/Kota/Kabupaten Desa/Kelurahan
& Penganggaran Koordinator Teknis Alur Koordinasi dan Pelaksanaan
Kelompok Tim Pelaksana di Daerah
Pelaksana Pusat Koordinator Kewilayahan
48
4

11. Kementerian/Lembaga terkait memastikan pelaksanaan dan


percepatan intervensi program yang akan dilakukan berdasarkan
lokus yang sudah ditetapkan.

12. Koordinasi kemiskinan di daerah mengacu kepada Peraturan


Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2020 tentang Tata Kerja
Dan Penyelarasan Kerja Serta Pembinaan Kelembagaan Dan
Sumber Daya Manusia Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan Provinsi Dan Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan Kabupaten/Kota.

13. Gubernur dan bupati/Walikota memastikan koordinasi


perencanaan dan penganggaran, penyusunan regulasi, sosialisasi,
monitoring evaluasi, untuk program penghapusan kemiskinan
ekstrem daerah hingga tingkat desa/kelurahan yang konvergen
dengan pemerintah pusat.

14. Koordinasi perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan di


desa/kelurahan dilakukan secara kolaboratif dengan melibatkan
aparatur desa, pendamping desa dan program, Puskesos, kader
masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan lain seperti organisasi
penyandang disabilitas.

15. Konvergensi Program Penghapusan Kemiskinan Ekstrem dilakukan


dengan struktur dan Prinsip koordinasi sebagai berikut:
a. TKPK provinsi dan TKPK kabupaten/kota menjadi koordinator
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi melibatkan seluruh
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait; perguruan tinggi;
masyarakat; organisasi masyarakat, organisasi keagamaan,
corporate social responsibility (CSR); dan mitra lainnya.
b. TKPK provinsi dan TKPK kabupaten/kota melakukan
koordinasi pelaksanaan program pengentasan kemiskinan
ekstrem sehingga pelaksanaan program tidak tumpang tindih
dan lebih tepat sasaran.
c. TKPK provinsi dan TKPK kabupaten/kota menjembatani
koordinasi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program
lintas OPD dan lintas kementerian termasuk kepada pihak
swasta, masyarakat dan perguruan tinggi.

BAB 4 | Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem oleh Pemerintah Pusat dan Daerah 49
4

d. TKPK provinsi dan TKPK kabupaten/kota memastikan


ketersediaan anggaran program penghapusan kemiskinan
ekstrem dan memastikan program tersebut tertuang dalam
dokumen perencanaan pembangunan daerah melalui
sumber-sumber pendanaan yang sah sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
e. TKPK provinsi dan TKPK kabupaten/kota melalui koordinasi
tersebut menghasilkan Rencana Penanggulangan Kemiskinan
Daerah (RPKD) yang memuat wilayah prioritas dan program
kegiatan penanggulangan kemiskinan ekstrem.
f. TKPK provinsi dan TKPK kabupaten/kota menerjemahkan
RPKD menjadi Rencana Aksi Tahunan (RAT) tahun berjalan
untuk penghapusan kemiskinan ekstrem, yang memuat
analisa kondisi wilayah, analisa penyebab kemiskinan,
kebutuhan program intervensi, dan indikator capaian.
g. TKPK provinsi dan TKPK kabupaten/kota bekerja sama dengan
Inspektorat Daerah melakukan pengawasan program kegiatan
penanggulangan kemiskinan ekstrem.
h. Rencana Penanggulangan Kemiskinan Daerah (RPKD) provinsi
dan kabupaten/kota yang menjadi bagian dari RPJMD
memuat profil kemiskinan penduduk, sehingga intervensi
dapat tepat sasaran dan tepat guna.
i. Dalam melaksanakan RAT dan melakukan koordinasi
pelaksanaan program di lapangan, pemerintah daerah
menggunakan sistem rujukan program di tingkat kabupaten
dan desa.
j. Pemerintah daerah dalam menyusun RKPD dan RAT dapat
mempergunakan Sistem Perencanaan, Penganggaran,
Pemantauan, Evaluasi, dan Analisis Kemiskinan Terpadu
(SEPAKAT) dan Sistem Analisis Kemiskinan, Penganggaran dan
Pelaporan (SIMPEL).
k. Pemerintah daerah mengoptimalkan Puskesos atau institusi
lain di daerah yang berkoordinasi dengan TKPK provinsi dan
TKPK kabupaten/kota untuk pusat layanan sosial dan
penanganan keluhan lintas sektor.
l. Pemerintah desa menerjemahkan RAT kabupaten/kota di
tingkat desa dan menyusun perencanaan dan penganggaran
berbasis bukti mempergunakan SEPAKAT desa/kelurahan
untuk membantu percepatan penurunan kemiskinan ekstrem
sesuai dengan panduan yang ditetapkan.
BAB 4 | Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem oleh Pemerintah Pusat dan Daerah 50
Tabel 3
Pokok Peran dan Tugas Kementerian/Lembaga dalam
Penghapusan Kemiskinan Ekstrem

K/L KEMENTERIAN DALAM NEGERI


Peran dan Tugas

a. Memastikan ketersediaan anggaran dan pendampingan untuk keberlanjutan integrasi kemiskinan ekstrem
berbasis wilayah dalam RKPD dan APBD.
b. Mendorong perbaikan peran TKPKD untuk koordinasi pelaksanaan di tingkat daerah.
c. Menyediakan Surat Edaran ke daerah tentang pedoman umum penghapusan kemiskinan ekstrem yang telah
disusun.
d. Penyelarasan Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) untuk mendukung pengalokasian anggaran
penghapusan kemiskinan ekstrem di daerah.
e. Mendorong pemda melakukan pemberdayaan ekonomi sesuai prinsip keperantaraan & kemitraan, melalui:
pemberdayaan koperasi, kolaborasi swasta, membangun Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT).
f. Mendorong pemda untuk berkolaborasi dengan industri dalam menyalurkan tenaga kerja muda.
g. Mendorong pemda untuk mendirikan dan memperkuat pusat kesejahteraan sosial di kabupaten/kota hingga
desa/kelurahan.
h. Mendorong pemda memperkuat mekanisme pengaduan masyarakat untuk memenuhi SPM pelayanan dasar
dengan melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

K/L KEMENTERIAN DESA DAN PDTT


Peran dan Tugas

a. Menyesuaikan pedoman umum dan regulasi Dana Desa setiap tahun untuk penghapusan kemiskinan ekstrem,
tidak hanya BLT Desa.
b. Memastikan ketersediaan anggaran dan pendampingan untuk keberlanjutan integrasi kemiskinan ekstrem
berbasis wilayah dalam RKPDes dan APBDes di desa prioritas.
c. Membina dan menggerakkan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dan Bumdes Bersama di desa prioritas.
d. Mendorong pemerintah desa untuk mendirikan dan memperkuat pusat kesejahteraan sosial di desa.
e. Mendorong pemerintah desa untuk melakukan pemberdayaan ekonomi sesuai prinsip keperantaraan &
kemitraan, antara lain: pemberdayaan koperasi, kolaborasi swasta, bersama KemKUKM membangun Pusat
Layanan Usaha Terpadu (PLUT).
f. Menyediakan Surat Edaran ke pemerintah desa untuk penyampaian pedoman umum percepatan penghapusan
kemiskinan ekstrem yang telah disusun.
g. Mendorong pemerintah desa memperkuat mekanisme pengaduan masyarakat untuk memenuhi SPM
pelayanan dasar dengan melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
h. Memastikan ketersediaan anggaran keberlanjutan intervensi kemiskinan ekstrem dalam RKPDes dan APBDes.

51
K/L KEMENKO BIDANG PMK
Peran dan Tugas

a. Memastikan konsep kemiskinan ekstrem dijalankan oleh K/L di bawah Koordinasi Kemenko Bidang PMK.
b. Mengawal program penurunan beban pengeluaran masyarakat dan program meminimalkan kantong kemiskinan.
c. Mendorong proses integrasi subsidi energi (listrik dan gas) dengan program sembako.
d. Koordinasi pengawalan, monitoring & evaluasi bersama Bappenas dan TNP2K.

K/L KEMENKO BIDANG PEREKONOMIAN


Peran dan Tugas

a. Memastikan konsep kemiskinan ekstrem dijalankan oleh K/L di bawah Koordinasi Kemenko
Bidang Perekonomian.
b. Mengawal program peningkatan pendapatan masyarakat.
c. Integrasi program-program pemberdayaan ekonomi.
d. Koordinasi pengawalan, monitoring & evaluasi bersama Bappenas dan TNP2K.

K/L BAPPENAS/KEMENTERIAN PPN


Peran dan Tugas

a. Memastikan pelaksanaan integrasi program untuk percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem sesuai
dengan perencanaan.
b. Memastikan pelaksanaan integrasi program untuk percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem sesuai
dengan perencanaan.
c. Mengembangkan modul peningkatan kapasitas pemda dalam perencanaan berbasis bukti dan integrasi
program bersama Kemendagri.
d. Melakukan koordinasi dan sosialisasi dengan Pemda terkait rencana pelaksanaan program kemiskinan ekstrem.
e. Memperkuat pelaksanaan kolaborasi dengan swasta, NGO, BUMN dan Kementerian/Lembaga dalam
pengembangan konsep pemberdayaan ekonomi dan sosial.
f. Memastikan perencanaan & penganggaran untuk percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem dalam RKP
dan RPJMN periode berikutnya.
g. Memastikan pengembangan transformasi data Registrasi Sosial Ekonomi bersama Kementerian Keuangan,
BPS dan Kemendagri.

52
K/L KEMENTERIAN KEUANGAN
Peran dan Tugas

a. Mendorong penyesuaian regulasi penggunaan Dana Desa untuk percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem.
b. Integrasi perencanaan dan penganggaran penghapusan kemiskinan ekstrem bersama Bappenas.
c. Mempersiapkan skema insentif bagi pemerintah daerah terkait pencapaian penghapusan kemiskinan ekstrem.

K/L KEMENTERIAN SOSIAL


Peran dan Tugas

a. Memastikan penduduk miskin ekstrem sebanyak 10 juta jiwa (termasuk anak diluar sekolah, lanjut usia
dan penyandang disabilitas) mendapatkan Program Sembako, PKH, PBI JKN, dan PIP.
b. Mengintegrasikan program subsidi LPG dan listrik kedalam program Sembako bersama Kemenko PMK.
c. Membangun dan memperkuat Puskesos di kabupaten/kota hingga desa/kelurahan.
d. Memberikan rekomendasi daftar penerima bantuan sosial untuk program perbaikan rumah tidak layak huni
kepada Kementerian PUPR dan program pemberdayaan ekonomi kepada Kementerian Koperasi & UKM.
e. Mendorong Pusat Sentra Kreasi Atensi (SKA) di balai bekerja sama dengan PLUT.
f. Memastikan rumah tangga menggunakan bantuan sosial untuk memenuhi kebutuhan dasar dan usaha
(tidak menjadikan bansos sebagai jaminan hutang).

K/L KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


Peran dan Tugas

a. Memastikan data dan penyaluran Program Indonesia Pintar (PIP) terintegrasi dengan bansos lainnya.
b. Memastikan anak usia sekolah dari keluarga miskin ekstrem untuk memperoleh PIP.
c. Melakukan penjangkauan anak tidak sekolah.
d. Mendorong Pemda untuk perbaikan sarana prasarana pendidikan di kantong kemiskinan.

K/L BADAN PUSAT STATISTIK


Peran dan Tugas

a. Melakukan impact evaluation dampak program penghapusan kemiskinan ekstrem (Mini Susenas).

53
K/L KEMENTERIAN KOPERASI & UKM
Peran dan Tugas

a. Memberikan fasilitasi akses pembiayaan, akses pasar, pendampingan dan pelatihan.


b. Memperluas jangkauan PLUT di daerah prioritas penghapusan kemiskinan ekstrem.
c. Memastikan ketersediaan database UMKM yang terintegrasi dengan data penduduk miskin ekstrem/regsosek.
d. Memastikan kerja sama praktik kemitraan pasar bagi pelaku UMKM bersama Kementerian Sosial.

c. Proses Koordinasi

1. Kementerian/Lembaga dan pemerintah daerah menggunakan data


berdasarkan nama dan alamat yang dikelompokan berdasarkan
tingkat kesejahteraan dalam penentuan target sasaran intervensi
program dan kegiatan, seperti Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
(DTKS), Registrasi Sosial Ekonomi, Pendataan Keluarga (PK) BKKBN
atau basis data lainnya.

2. Basis data yang digunakan dengan syarat:


a. telah dimutakhirkan setidaknya satu tahun terakhir;
b. telah dipadu padan dengan data Dukcapil (basis NIK);
c. telah diperingkatkan sesuai dengan tingkat kesejahteraan yang
disetujui melalui proses musdes/muskel di tingkat desa/
kelurahan; dan
d. telah ditetapkan oleh kepala daerah.

3. Pemerintah mengembangkan Registrasi Sosial Ekonomi yang


digunakan untuk seluruh sektor.

4. Pelaksanaan Registrasi Sosial Ekonomi diperluas di 250


kabupaten/kota untuk mendukung integrasi program yang lebih
holistik.

BAB 4 | Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem oleh Pemerintah Pusat dan Daerah 54
Tabel 4
Peran Kementerian/Lembaga dalam Pengembangan
Registrasi Sosial Ekonomi

K/L KEMENTERIAN DALAM NEGERI K/L KEMENTERIAN DESA DAN PDTT


Peran dan Tugas Peran dan Tugas

a. Pelatihan kepada pemerintah daerah tingkat provinsi hingga a. Memastikan alokasi Dana Desa untuk pemutakhiran dan
desa/kelurahan untuk mendukung perencanaan berbasis pengelolaan data Registrasi Sosial Ekonomi tahunan,
bukti, bersama Bappenas, Kemendesa PDTT, dan BPS. minimal 20 juta/tahun.
b. Mendorong Pemda melaksanakan pendataan Registrasi b. Rekrutmen dan mobilisasi pendamping untuk mendukung
Sosial Ekonomi dan perencanaan berpihak. perencanaan berbasis bukti bersama Kemendagri, BPS
c. Membantu BPS dalam memperbaiki DTKS dan perluasan dan Bappenas.
Registrasi Sosial Ekonomi. c. Meningkatkan kapasitas desa bersama Bappenas, BPS,
d. Mendorong pengalokasian dana kelurahan setiap tahun serta Kemdagri untuk konvergensi penghapusan
minimal 30 juta/tahun untuk pemutakhiran dan pengelolaan kemiskinan ekstrem.
Registrasi Sosial Ekonomi. d. Mendorong desa melaksanakan pemutakhiran Registrasi
Sosial Ekonomi dan perencanaan berpihak.

K/L BAPPENAS/KEMENTERIAN PPN K/L KEMENTERIAN KEUANGAN


Peran dan Tugas Peran dan Tugas

a. Mengkoordinasikan Sekretariat Nasional Registrasi Sosial a. Penganggaran untuk perluasan Registrasi Sosial-Ekonomi
Ekonomi. dan program percepatan penurunan kemiskinan ekstrem.
b. Mengembangkan mekanisme peningkatan kapasitas pemda b. Penyediaan anggaran untuk insentif daerah dalam
untuk konvergensi penghapusan kemiskinan ekstrem. pemutakhiran data, melalui Dana Alokasi Khusus dan Dana
c. Memastikan pengembangan transformasi data Registrasi Insentif Daerah.
Sosial Ekonomi bersama Kementerian Keuangan, BPS dan c. Memastikan pengembangan transformasi data Registrasi
Kemendagri. Sosial Ekonomi bersama Kementerian PPN/Bappenas, BPS
dan Kemendagri.

K/L KEMENKO BIDANG PMK K/L BADAN PUSAT STATISTIK


KEMENKO BIDANG PEREKONOMIAN Peran dan Tugas
Peran dan Tugas

a. Koordinasi dan pengawalan konvergensi penghapusan a. Memperbaiki DTKS bersama Dukcapil.


kemiskinan ekstrem. b. Mempersiapkan pelatih pendataan di tingkat provinsi dan
b. Monitoring dan evaluasi secara berkala bersama Bappenas kabupaten/kota.
dan TNP2K. c. Melakukan pendataan Registrasi Sosial-Ekonomi.
d. Menyusun model dan pemeringkatan bersama Bappenas
dan TNP2K.
e. Memastikan pengembangan transformasi data menuju
Registrasi Sosial Ekonomi bersama Kementerian
PPN/Bappenas, Kemenkeu dan Kemendagri.

55
4

5. Perluasan pelaksanaan Registrasi Sosial Ekonomi akan dilakukan


secara bertahap di seluruh kabupaten/kota pada periode 2023-
2024. Pemerintah daerah menyediakan anggaran untuk penyediaan
data tersebut.

6. Kementerian/Lembaga melakukan pemetaan penduduk ekstrem


dilakukan melalui SEPAKAT-SIMPEL.

7. Pemerintah pusat menggunakan data dengan pemeringkatan


sebagai rujukan untuk menentukan:
a. Penduduk miskin ekstrem yang layak mendapatkan bantuan
tetapi belum mendapatkan program bantuan (exclusion error)
sehingga penduduk tersebut dapat diusulkan masuk ke dalam
DTKS agar memperoleh bantuan.
b. Penduduk yang sudah tidak layak mendapatkan bantuan
karena sudah meningkat kesejahteraannya (graduasi) tetapi
saat ini masih mendapatkan bantuan (inclusion error) sehingga
penduduk tersebut dapat diusulkan untuk tidak lagi
memperoleh bantuan sesuai dengan mekanisme program di
setiap Kementerian/Lembaga.
c. Memetakan penduduk dan intervensi program yang
dibutuhkan untuk menjembatani komplementaritas program
antar Kementerian/Lembaga dan pemerintah daerah.

8. Mekanisme penentuan penduduk miskin ekstrem menggunakan


data Registrasi Sosial Ekonomi atau data lainnya yang berkualitas
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Melakukan pemutakhiran kondisi sosial-ekonomi penduduk.
b. Melakukan pemeringkatan status kesejahteraan menggunakan
kondisi rumah, asset, pekerjaan, pendidikan, dan profil ART
dengan pendekatan PMT.
c. Mengidentifikasi penentuan batas kesejahteraan menjadi
ekstrem, miskin, rentan, menuju menengah, dst.
d. Melakukan penetapan status kesejahteraan melalui
Musyawarah Desa/Kelurahan.
e. Menetapkan penduduk miskin ekstrem.

BAB 4 | Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem oleh Pemerintah Pusat dan Daerah 56
Gambar 5
Alur Penentuan Penduduk Miskin
Ekstrem menggunakan Data
Registrasi Sosial Ekonomi

Pemutakhiran dan pendataan kondisi


sosial ekonomi penduduk di masing-
masing desa/kelurahan.
DATA REGISTRASI SOSIAL EKONOMI

Proses pemeringkatan kesejahteraan


penduduk sesuai dengan karakteristik
rumah tangga (kondisi rumah, aset,
pekerjaan, pendidikan, profil ART).

Penentuan cut-off per masing-masing kelas


kesejahteraan penduduk (ekstrem*), miskin,
rentan, menuju kelas menengah (aspire
middle class), kelas menengah, kelas atas).

Pelaksanaan Musdes dan Muskel untuk


mencapai konsensus penduduk yang berhak
mendapat intervensi pemerintah berdasarkan
pemeringkatan ekstrem, miskin, dan rentan.

Penduduk ekstrem by name by


address yang berhak mendapatkan
bantuan pemerintah terpetakan.

* penentuan miskin ekstrem berdasar pada acuan USD$1 PPP


dari BPS sebesar Rp6.284,8 per Maret tahun 2021.

MISKIN
EKSTREM
57
Gambar 6
Persandingan Peringkat Desil Penduduk
dengan Tingkat Kesejahteraan Penduduk
Pengelompokan tingkat kesejahteraan mempergunakan istilah desil, yaitu pembagian
rumah tangga ke dalam sepuluh kelompok sama besar berdasarkan urutan dari rumah
tangga termiskin hingga rumah tangga terkaya.

Untuk menentukan tingkat kesejahteraan mempergunakan metode Proxy Means Test


(PMT) sebagai metode yang memprediksi pengeluaran berdasarkan informasi
karakteristik rumah tangga diantaranya kepemilikan aset, kondisi perumahan,
penguasaan lahan, demografi, pendidikan, pekerjaan, dan kewilayahan.

DESIL KELAS ATAS 0,32%


100%

90%
KELAS 20,85%
MENENGAH

80%

70%
MENUJU 47,78%
KELAS
60% MENENGAH

50%

40%

30%
RENTAN 21,27%
20%

10%
MISKIN 6,58%
EKSTREM 3,2%
58
4

9. Penargetan program pemerintah daerah di tingkat provinsi,


kabupaten/kota hingga desa/kelurahan mengikuti mekanisme
sebagai berikut:
a. Identifikasi program bantuan yang diterima oleh setiap
keluarga/individu miskin ekstrem.
b. Menambahkan program daerah kepada keluarga/individu
kelompok miskin ekstrem penerima program pusat, apabila
belum memperoleh bantuan yang mencukupi.
c. Menargetkan keluarga/individu kelompok miskin ekstrem yang
terdapat di dalam basis data daerah tetapi belum menerima
program pusat.
d. Menargetkan keluarga/individu kelompok miskin ekstrem yang
belum terdapat di dalam basis data daerah dan belum
menerima program pusat.
e. Dalam hal pemerintah daerah mengidentifikasi keluarga/
individu kelompok miskin ekstrem yang belum terdapat di
dalam basis data, pemerintah daerah mengusulkan keluarga/
individu tersebut masuk ke dalam basis data.

10. Pemerintah daerah memperhatikan dan merujukan kebijakan dan


program Pemerintah pusat dalam perumusan kebijakan dan
program percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem di daerah.

11. Penargetan program daerah konsisten dan bersifat komplementer


terhadap penargetan program pusat.

d. Peran Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan Data

1. Pemerintah Daerah Provinsi


a. Pemerintah provinsi mengelola data kemiskinan dengan
cakupan daerah provinsi yang bersumber dari hasil
pengumpulan, verifikasi, dan validasi yang dilakukan oleh
pemerintah kabupaten/kota.
b. Pemerintah provinsi menggunakan data hasil identifikasi
(pemeringkatan) status kesejahteraan yang telah dilakukan di
tingkat pusat maupun di kabupaten/kota sebagai data sasaran
program.

BAB 4 | Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem oleh Pemerintah Pusat dan Daerah 59
4

2. Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Pemerintah kabupaten/kota mengelola data yang mencakup
pendataan, verifikasi, dan validasi data penduduk miskin
ekstrem tingkat kabupaten/kota.
b. Pemerintah kabupaten/kota melakukan peningkatan kapasitas
para pelaksana pendataan dalam proses pengelolaan data
penduduk miskin ekstrem di tingkat kabupaten/kota dan
tingkat desa/kelurahan.
c. Pemerintah kabupaten/kota memfasilitasi dan mengalokasikan
APBD untuk proses pengelolaan data penduduk miskin
ekstrem.
d. Pemerintah kabupaten/kota menginstruksikan pengalokasian
anggaran Dana Desa atau dana kelurahan untuk mendukung
proses pengelolaan data penduduk miskin ekstrem di tingkat
desa/kelurahan.

3. Pemerintah Desa/Kelurahan
a. Pemerintah desa/kelurahan mengelola data yang mencakup
pendataan, verifikasi, dan validasi data melalui Musyawarah
Desa/Musyawarah Kelurahan dengan melibatkan perangkat
desa, pilar sosial, tokoh masyarakat, organisasi penyandang
disabilitas, organisasi keagamaan, dan pihak terkait lainnya.
b. Pemerintah desa/kelurahan mengoptimalkan sistem
pendataan dan analisis data yang sudah tersedia.
c. Pemerintah desa/kelurahan melaksanakan pengawasan
dengan mengaktifkan mekanisme sistem pengaduan yang
melibatkan aparatur desa, ketua RT/RW, organisasi
penyandang disabilitas, organisasi keagamaan, dan tokoh
masyarakat.
d. Pemerintah desa/kelurahan melaksanakan musdes/muskel
untuk penyempurnaan ketepatan sasaran program
penghapusan kemiskinan ekstrem dengan melibatkan
aparatur desa/kelurahan, ketua RT/RW, organisasi penyandang
disabilitas, organisasi keagamaan, dan tokoh masyarakat.

BAB 4 | Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem oleh Pemerintah Pusat dan Daerah 60
4

4.2.4 Sosialisasi dan Edukasi


Penjabaran sosialisasi dan edukasi upaya percepatan PKE, sebagai
berikut:

a. Tujuan Sosialisasi dan Edukasi


Sosialisasi dan edukasi pelaksanaan percepatan PKE bertujuan
untuk:

1. Memberikan pemahaman kepada para pemangku kepentingan


di pusat dan daerah mengenai arah kebijakan, tujuan, strategi
dan mekanisme pelaksanaan percepatan PKE.
2. Memberikan pemahaman kepada masyarakat umum
khususnya penduduk miskin ekstrem mengenai program-
program pemerintah yang terkait percepatan PKE.
3. Membangun pemahaman dan mendapatkan dukungan dari
berbagai pihak termasuk pihak-pihak nonpemerintah untuk
bersinergi dalam pelaksanaan percepatan PKE.

b. Pelaksana Sosialisasi dan Edukasi


Sosialisasi dan edukasi pelaksanaan percepatan PKE merupakan
tugas bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
yang dilaksanakan secara berjenjang sesuai tugas, fungsi dan
kewenangannya, beserta mitra nonpemerintah yang terlibat
program PKE.

c. Sasaran Sosialisasi dan Edukasi


Sasaran pelaksanaan edukasi dan sosialisasi pelaksanaan
percepatan PKE adalah:

1. Kementerian/Lembaga terkait;
2. Pemerintah daerah, termasuk Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan (TKPK) provinsi dan kabupaten/kota, perangkat/
aparatur pemerintah di tingkat kecamatan dan desa/kelurahan;
3. Lembaga penyalur bantuan pemerintah;
4. Pendamping desa dan pendamping program;
5. Penduduk miskin ekstrem;
6. Pihak nonpemerintah; dan
7. Masyarakat umum.

BAB 4 | Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem oleh Pemerintah Pusat dan Daerah 61
4

d. Materi Sosialisasi dan Edukasi


Materi sosialisasi dan edukasi pelaksanaan percepatan PKE
setidaknya mencakup:

1. Arah kebijakan dan tujuan percepatan PKE.


2. Strategi percepatan PKE.
3. Mekanisme pelaksanaan percepatan PKE, antara lain: mengenai
pendataan penerima manfaat, persyaratan penerima manfaat,
dan lain-lain.
4. Mekanisme pengaduan.

e. Media Sosialisasi dan Edukasi


Media sosialisasi dan edukasi yang dapat digunakan dalam
pelaksanaan percepatan PKE di antaranya:

1. Surat yang dikirim oleh pimpinan atau pejabat di


Kementerian/Lembaga kepada gubernur dan bupati/walikota.
2. Pedoman Umum Percepatan PKE, yang berisikan informasi
antara lain mengenai tujuan, arah kebijakan, strategi dan
mekanisme pelaksanaan percepatan PKE.
3. Pedoman umum berbagai program pemerintah yang terkait
pengurangan beban pengeluaran masyarakat, peningkatan
pendapatan masyarakat, dan penurunan jumlah kantong-
kantong kemiskinan.
4. Lembar panduan bagi penerima manfaat, yang berisikan
prinsip pelaksanaan program, informasi mekanisme
pemanfaatan dana bantuan, dan pengaduan program yang
terkait pengurangan beban pengeluaran dan peningkatan
pendapatan.
5. Audio dan/atau video, yang ditujukan kepada masyarakat
umum.

f. Saluran Sosialisasi dan Edukasi


Saluran sosialisasi dan edukasi dalam pelaksanaan percepatan PKE
adalah:

1. Pertemuan/rapat koordinasi (rakor), seminar, lokakarya, dan


diskusi.

BAB 4 | Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem oleh Pemerintah Pusat dan Daerah 62
4

2. Komunikasi tatap muka/kelompok, misalnya melalui


pertemuan kelompok (P2K2) untuk peserta PKH.
3. Media cetak (poster, selebaran, surat kabar, dan lain-lain).
4. Media elektronik (radio, televisi lokal, Short Message Service/
SMS, dan lain-lain).
5. Media daring, seperti situs web resmi Kementerian/Lembaga,
Twitter, Facebook, microsite, WhatsApp, Telegram, dan Instagram.
6. Pagelaran seni budaya, misalnya: wayang, ketoprak, lenong,
rebab dan lain-lain.
7. Jumpa pers.

4.2.5 Perencanaan dan Penganggaran


Penjabaran perencanaan dan penganggaran dalam rangka
percepatan PKE, sebagai berikut:

a. Proses Perencanaan dan Penganggaran

1. Perencanaan dan penganggaran di tingkat pusat (K/L)


berdasarkan kaidah holistik, integratif, dan spasial.

2. Holistik, memastikan perencanaan percepatan penghapusan


kemiskinan ekstrem dilakukan secara komprehensif dari hulu
sampai ke hilir pada satu rangkaian kegiatan.

3. Integratif, memastikan upaya keterpaduan pelaksanaan


perencanaan program lintas Kementerian/Lembaga dan
berbagai sumber pendanaan. Spasial, pelaksanaan pada satu
kesatuan wilayah dan keterkaitan antarwilayah di lokasi
prioritas.

4. Proses perencanaan di desa/kelurahan mengikuti peraturan


perundangan yang ada terkait dengan Musyawarah Desa dan
pembangunan desa. Dengan penekanan atau fokus perlu
diberikan pada permasalahan yang dihadapi oleh kelompok
penduduk miskin ekstrem, miskin, dan rentan melalui langkah-
langkah, antara lain:

BAB 4 | Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem oleh Pemerintah Pusat dan Daerah 63
4

a. Identifikasi akar masalah, analisis permasalahan awal,


dan pemetaan kebutuhan kelompok miskin ekstrem.
Pemerintah desa/kelurahan melakukan, menganalisis akar
masalah, dan memetakan kebutuhan dari kelompok
penduduk miskin ekstrem, miskin, dan rentan di
wilayahnya menggunakan data terpilah, berdasarkan
karakteristik demografi dan peringkat kerentanan.

b. Perencanaan dan penganggaran yang berpihak.


Pemerintah desa/kelurahan menggunakan hasil analisis
akar masalah dan pemetaan kebutuhan sebagai dasar
perencanaan dan penganggaran program yang inklusif
dan mengakomodasi/berpihak kepada penduduk miskin
ekstrem, miskin, dan rentan.

c. Pelibatan kelompok rentan.


Hasil pemetaan kebutuhan dan perencanaan program
berbasis data dan bukti menjadi input dalam Musyawarah
Desa/Kelurahan yang inklusif. Proses Musyawarah Desa/
Kelurahan melibatkan seluruh pemangku kepentingan,
termasuk penduduk miskin ekstrem, miskin, dan rentan.

d. Advokasi.
Usulan desa/kelurahan yang belum diakomodasi dalam
perencanaan desa (RKPDes dan APBDes) perlu di
advokasikan ke supra desa (APBD provinsi, APBD kota/
kabupaten) melalui prosedur yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e. Pelaksanaan program.
Pelaksanaan program dilakukan sesuai dengan
perencanaan dan penargetan dengan meminimalkan
kebocoran.

f. Monitoring dan evaluasi.


Hasil monitoring dan evaluasi program yang terlaksana
menjadi proses perencanaan dan penganggaran desa/
kelurahan yang lebih optimal dan berpihak di masa
mendatang.

BAB 4 | Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem oleh Pemerintah Pusat dan Daerah 64
4

b. Fasilitasi Perencanaan dan Penganggaran

1. Fasilitasi proses perencanaan dan penganggaran melalui


pendampingan dilakukan di tingkat kabupaten/kota dan
desa/kelurahan untuk menjaga konsistensi visi/misi dan arah
kebijakan percepatan penanggulangan kemiskinan ekstrem.

2. Pendampingan menjaga dan mengadvokasi proses


perencanaan dan penganggaran di desa/kelurahan/kota/
kabupaten agar berpihak pada kelompok miskin ekstrem.

3. Pendampingan memastikan rencana dapat diimplementasikan


serta mendukung proses monitoring dan evaluasi.

4. Pendampingan memastikan termutakhirkannya data sosial


ekonomi penduduk secara berkala dengan kualitas yang
terstandar.

5. Pendampingan dapat dilakukan oleh aparat pemerintah


daerah/desa/kelurahan maupun pihak-pihak lain, seperti halnya
pendamping program dan relawan desa/kelurahan, yang
memperoleh penguatan kapasitas perencanaan penganggaran,
seperti Digitalisasi Monografi Desa/Kelurahan.

c. Platform Perencanaan dan Penganggaran

1. Pemerintah daerah menggunakan platform siap pakai untuk


membantu perencanaan dan penganggaran berbasis data,
berpihak, dan inklusif bagi seluruh masyarakat desa/kelurahan,
kota/kabupaten, khususnya bagi masyarakat miskin ekstrem,
miskin, dan rentan.

2. Platform tersebut diantaranya Sistem Perencanaan,


Penganggaran, Pemantauan, Evaluasi, dan Analisis Kemiskinan
Terpadu (SEPAKAT) dan Sistem Analisis Kemiskinan,
Penganggaran dan Pelaporan (SIMPEL), atau aplikasi lainnya yang
sejenis untuk membantu proses perencanaan penganggaran di
tingkat kabupaten/kota hingga desa/kelurahan. Hal ini lebih
lanjut diatur dalam Surat Edaran Menteri Dalam Negeri.

BAB 4 | Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem oleh Pemerintah Pusat dan Daerah 65
3. Platform yang dapat mendukung perencanaan dan
penganggaran yang berpihak harus mencakup fungsi:

a. Pengelolaan dan pemutakhiran data.


Untuk pengelolaan dan pemutakhiran data dan informasi
secara rutin (termasuk data penduduk miskin ekstrem,
miskin, dan rentan).

b. Analisis permasalahan.
Untuk mengidentifikasi dan memetakan permasalahan
bagi pembangunan desa/kelurahan menggunakan
berbagai macam sumber data.

c. Fasilitasi dan pelaksanaan layanan.


Untuk mendukung layanan rutin, termasuk persuratan,
kependudukan, serta layanan rujukan akses pendidikan,
kesehatan, dan sosial-ekonomi.

d. Perencanaan dan penganggaran berbasis data.


Untuk mendukung perumusan kebijakan dalam dokumen
perencanaan penganggaran desa/kelurahan yang
berbasis bukti.

e. Interoperabilitas data.
Platform terhubung dengan sumber data lainnya
(interoperabilitas data).

BAB 4 | Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem oleh Pemerintah Pusat dan Daerah 66
BAB 5
PENGENDALIAN
MONITORING
DAN EVALUASI

PEDOMAN UMUM
KEMISKINAN
EKSTREM
68
5

5.1 Kerangka dan Alur Kerja

a. Kegiatan pemantauan/monitoring dan evaluasi (monev) percepatan


penghapusan kemiskinan ekstrem dilakukan melalui sistem dan
kegiatan lapangan.

b. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi memperhatikan isu gender


dan kelompok rentan seperti lansia, penyandang disabilitas, anak,
dan kelompok rentan lainnya. Kegiatan pemantauan dilakukan
secara rutin/berkala atau sesuai dengan kebutuhan (tematik).

c. Kegiatan pemantauan dilakukan setiap bulan dan evaluasi


dilakukan setiap triwulan untuk melihat efektivitas pelaksanaan
program.

d. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi dapat dilakukan secara


berkala oleh tim lintas Kementerian/Lembaga dan Kementerian/
Lembaga penanggungjawab program.

e. Tim Koordinasi Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem Pusat


dan Daerah bersama melakukan pemantauan dan evaluasi berkala
terhadap program regular yang dilakukan oleh Kementerian/
Lembaga terhadap:
1. Proses registrasi atau pembukaan rekening penerima manfaat
untuk program-program percepatan penghapusan
kemiskinan ekstrem.
2. Proses distribusi Kartu Kepesertaan Program kepada
penerima manfaat.
3. Proses penggantian penerima manfaat program.
4. Realisasi penyaluran dana program dari Bank Penyalur ke
rekening penerima manfaat.
5. Kepatuhan penerima manfaat dalam memanfaatkan program
bantuan sosial sesuai dengan regulasi yang berlaku.
6. Efektivitas pemberian pelatihan terhadap kemampuan
pengelolaan usaha.
7. Efektivitas pelaksanaan kerja sama dengan pihak non
pemerintah (universitas/perguruan tinggi, dunia usaha, dan

BAB 5 | Pengendalian Monitoring dan Evaluasi 69


5

organisasi masyarakat) dalam pengembangan program


pemberdayaan ekonomi
8. Kinerja infrastruktur teknologi perbankan seperti mesin EDC
(electronic data capture), kekuatan sinyal, ketersediaan
jaringan, dan alat penunjang lainnya.
9. Kinerja SDM pelaksana dan pendamping program.
10. Efektivitas pengelolaan dan penanganan pengaduan.
11. Efektivitas penyampaian informasi, sosialisasi, dan edukasi.
12. Kejadian inclusion dan exclusion error kepesertaan bantuan
sosial yang dideteksi melalui pemadanan data dan ground
checking.
13. Sensitivitas dan keterjangkauan program bagi kelompok
miskin ekstrem serta kelompok rentan.
14. Efektivitas program dalam penghapusan kemiskinan ekstrem
dilihat secara umum dari perubahan tingkat kesejahteraan
dan secara khusus dari peningkatan aspek ketahanan.

f. Tindak lanjut dari kegiatan pemantauan dan evaluasi yaitu untuk


perbaikan dan penyempurnaan mekanisme pelaksanaan program
percepatan.

BAB 5 | Pengendalian Monitoring dan Evaluasi 70


Gambar 7
Alur Kerja dan Pelaksana Pemantauan serta Evaluasi

PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI

Monitoring per bulan dan Perubahan Status Kesejahteraan


evaluasi per triwulan. dan Graduasi Program.

DAMPAK
PERSIAPAN PROSES
INPUT PROSES OUTPUT Jangka Menengah
PEMANTAUAN Jangka Pendek
& Panjang

Rancangan monev Data penerima Identifikasi Keluarga miskin Identifikasi Terbentuknya


wilayah prioritas. bantuan PKE. penerima ekstrem menerima hambatan. kebijakan dan
bantuan PKE. program. konvergensi
Uji coba. Dokumen Identifikasi program PKE.
perencanaan dan Identifikasi Dokumen terkait inovasi kebijakan
Pelatihan. kebijakan K/L kebijakan kebijakan dan mendukung PKE. Berdayanya
dan Pemda. dan konvergensi. program. penerima
Koordinasi dengan Rekomendasi bantuan PKE.
K/L dan Pemda. Analisis proses Dokumen terkait model PKE.
koordinasi antar koordinasi. Turunnya tingkat
pemangku kemiskinan ekstrem.
kepentingan.

Persiapan: Monitoring Implementasi dan Evaluasi Proses: Pembelajaran dan Rekomendasi:


Rakor analisis Melalui sistem (dasbor) dan kegiatan lapangan. Wilayah perluasan;
data tersedia. Kebijakan dan Program PKE;
Sasaran Intervensi.

PENGELOLAAN PENGADUAN DAN PELAPORAN RUTIN

BAB 5 | Pengendalian Monitoring dan Evaluasi 71


5

5.1.1 Pelaksanaan Melalui Sistem Terintegrasi

a. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi, berfungsi sebagai


pengendalian internal dan akuntabilitas program percepatan
penghapusan kemiskinan ekstrem. Pemantauan dan evaluasi
melalui sistem menjadi langkah paling awal untuk memastikan
sejauh mana program kemiskinan ekstrem pusat dan daerah telah
dilaksanakan dan menjangkau masyarakat.

b. Pemantauan dan evaluasi meliputi kegiatan pengumpulan dan


analisis data yang berkesinambungan bagi penyelenggaraan
penghapusan kemiskinan ekstrem untuk memperoleh informasi
kemajuan kegiatan, hasil yang didapatkan, dan tantangan yang
dihadapi dalam pelaksanaan program. Data dan informasi yang
diperoleh dari pemantauan akan digunakan untuk mengambil
langkah-langkah perbaikan program.

c. Kegiatan pemantauan dan evaluasi melalui sistem dilakukan


dengan dasbor yang menyajikan indikator capaian program melalui
gambaran atau visualisasi data. Dasbor ini dapat diakses oleh
pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta pihak lain yang
memerlukan.

d. Dasbor pemantauan dan evaluasi terintegrasi dengan sistem


eksisting, diantaranya melalui SEPAKAT. Berbagai sumber data
digunakan dalam pemantauan dan evaluasi, diantaranya data
sekunder, seperti halnya SUSENAS dan Registrasi Sosial Ekonomi,
serta data program yang dapat berasal dari K/L dan daerah. Data
kualitatif dapat dikumpulkan dan disajikan ringkasannya untuk
menambah kedalaman informasi.

e. Pengembangan dasbor terintegrasi pemantauan dan evaluasi


program memerlukan beberapa prasyarat:
1. Kesepakatan program yang akan dipantau dan dievaluasi
bersama.
2. Kesepakatan indikator yang akan dipakai sebagai alat
identifikasi capaian dan keberhasilan program. Indikator
bersama yang terstandar dan dapat dibandingkan antar
program di pusat dan daerah menjadi prioritas utama.

BAB 5 | Pengendalian Monitoring dan Evaluasi 72


5

3. Komitmen pengumpulan dan berbagi pakai data dengan


format terstandar oleh K/L dan daerah secara berkala.
4. Komitmen pengelolaan dan pemanfaatan dasbor bersama
untuk keperluan pelaporan dan publikasi secara rutin dan
formal.

5.1.2 Pelaksanaan Melalui Kegiatan Lapangan

a. Pemantauan dan evaluasi lapangan dilakukan untuk


mengkonfirmasi dan mendalami hasil monev melalui sistem, serta
mengidentifikasi permasalahan baru yang sulit dideteksi tanpa
penelusuran langsung di lapangan, sehingga dapat dicari upaya
penyelesaian dari masalah tersebut.

b. Pemantauan dan evaluasi lapangan berupa kegiatan uji petik


(spotcheck) dilakukan secara rutin dan berkala oleh pengelola
program agar hasil pemantauan dapat dipergunakan secara
menyeluruh dan efektif sebagai masukan pengendalian
pelaksanaan program dalam rangka peningkatan kinerja
pengelolaan program di berbagai tingkat (mulai dari tingkat desa,
kecamatan, kabupaten/kota, provinsi hingga pusat).

c. Pemantauan dan evaluasi dapat pula dilakukan oleh pihak


independen seperti perguruan tinggi, lembaga riset, dan instansi
lainnya.

d. Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara berjenjang, sampai ke


KPM bila diperlukan.

e. Waktu pelaksanaan pemantauan dan evaluasi program dilakukan


secara periodik dan/atau sesuai dengan kebutuhan/tematik.

f. Pemantauan dan evaluasi lapangan untuk program penghapusan


kemiskinan ekstrem pada berbagai tingkatan dapat menggunakan
instrumen/formulir pemantauan yang terdapat pada Lampiran
sebagai panduan.

BAB 5 | Pengendalian Monitoring dan Evaluasi 73


5

g. Hasil pemantauan dan evaluasi dianalisis dan dilaporkan kepada tim


monev daerah dan pusat sebagai penanggung jawab monev
program percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem.

5.2. Ruang Lingkup Tim Monev Pusat dan Daerah


Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi dilakukan oleh tim monev
pusat dan daerah dengan lingkup kerja sebagai berikut:

a. Lingkup Kerja Tim Monev Pusat

1. Lingkup kerja tim monev pusat meliputi seluruh tahap


pemantauan dan evaluasi, mulai dari perencanaan/persiapan,
pelaksanaan dan evaluasi serta pelaporan dan pembelajaran.
2. Tim monev pusat berperan dalam melaksanakan kompilasi
data dan analisis permasalahan berdasarkan laporan hasil
monitoring dan evaluasi tiap K/L dan tim monev daerah secara
berkala pada setiap bulan dan triwulanan baik melalui sistem
maupun kegiatan lapangan.
3. Hasil kompilasi dan analisis didiskusikan untuk memutakhirkan
dasbor bersama, membuat laporan pelaksanaan, dan serta
menyusun rekomendasi kebijakan yang dilaporkan kepada
Wakil Presiden dan disampaikan ke seluruh K/L terkait dan
daerah. Tim monev pusat juga bertugas menyiapkan laporan
penghapusan kemiskinan ekstrem Wakil Presiden kepada
Presiden, DPR, dan masyarakat.
4. Tim monev pusat terdiri dari keseluruhan Tim Pelaksana
Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem. Bappenas dan
Kementerian Keuangan sebagai koordinator perencanaan,
penganggaran, monitoring, dan evaluasi.

b. Lingkup Kerja Tim Monev Daerah

1. Lingkup kerja tim monev daerah pelaksanaan pemantauan dan


evaluasi kebijakan dan program terkait PKE di provinsi dan
kabupaten/kota. Dalam pelaksanaannya tim monev daerah
berkoordinasi dengan tim monev pusat.

BAB 5 | Pengendalian Monitoring dan Evaluasi 74


5

2. Tim monev daerah di tingkat provinsi memberikan dukungan


dalam persiapan dan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi
kebijakan dan program terkait PKE yang dilakukan oleh tim
monev daerah di tingkat kabupaten/kota.
3. Tim monev daerah berperan dalam melaksanakan kegiatan
monitoring dan evaluasi program penghapusan kemiskinan
ekstrem daerah secara rutin per triwulan dan tahunan baik
melalui sistem maupun kegiatan lapangan.
4. Tim monev daerah melaksanakan tugasnya dengan
mengumpulkan indikator-indikator yang telah ditetapkan,
termasuk indikator bersama yang disepakati sebagai bagian
dari dasbor.
5. Hasil kegiatan monitoring dan evaluasi daerah dilaporkan
kepada pimpinan daerah dan ditembuskan ke tim monev
pusat untuk memutakhirkan informasi dasbor. Tim monev
daerah adalah TKPK provinsi/kabupaten/kota dan melibatkan
Puskesos-SLRT.

5.2.1 Persiapan

a. Tim monev pusat bertanggung jawab menyusun desain dan


instrumen pemantauan dan evaluasi, melakukan pelatihan dan uji
coba serta berkoordinasi dengan tim monev daerah dalam
prosesnya.

b. Tim monev daerah mendukung kegiatan persiapan/perencanaan


pemantauan dan evaluasi yang dilakukan tim monev pusat, melalui
penyediaan data dan informasi, keterlibatan dalam kegiatan
pelatihan dan uji coba di daerah.

5.2.2 Pelaksanaan

a. Tim monev pusat bertanggung jawab melaksanakan kegiatan


pemantauan dan evaluasi yang mencakup kompilasi dan analisis
data yang berasal dari laporan hasil pemantauan dan evaluasi dari
Kementerian/Lembaga terkait dan tim monev daerah yang

BAB 5 | Pengendalian Monitoring dan Evaluasi 75


5

dilakukan secara rutin/berkala, baik melalui sistem (dasbor),


pelaporan dan/atau kegiatan lapangan.

b. Tim monev pusat bertanggung jawab untuk memantau dan


memutakhirkan dasbor secara rutin/berkala.

c. Tim monev daerah bertanggung jawab melaksanakan kegiatan


pemantauan dan evaluasi kebijakan dan program terkait PKE
daerah secara rutin/berkala atau sesuai dengan kebutuhan
(tematik).

Tabel 5
Pelaksanaan Pemantauan Dan Evaluasi

Cara Pemantauan Sumber Data Akses


dan Evaluasi

Pemantauan dan evaluasi Dasbor yang menampilkan Dasbor dapat diakses


melalui sistem untuk melihat indikator capaian program. oleh pemerintah pusat
perkembangan pelaksanaan dan dan pemerintah daerah.
jangkauan program terkait PKE
di tingkat pusat dan daerah.

Pemantauan dan evaluasi melalui Laporan dari K/L dan TKPK Laporan dapat diakses
pelaporan. provinsi dan kabupaten/kota. oleh tim monev pusat.

Pemantauan dan evaluasi melalui Survei, FGD, dan wawancara Hasil kegiatan lapangan
kegiatan lapangan untuk mendalam yang dilakukan dapat diakses oleh
mendalami data dan informasi secara berkala oleh pengelola/ pemerintah pusat dan
yang diperoleh melalui sistem pelaksana program di tingkat pemerintah daerah.
dan mengidentifikasi tantangan pusat dan daerah.
dan strategi terkait percepatan
PKE di tingkat pusat dan daerah.

Pemantauan dan evaluasi Pengaduan masyarakat. Kanal pengaduan


melalui kanal pengaduan dapat diakses oleh
pemerintah pusat
dan pemerintah
daerah.

BAB 5 | Pengendalian Monitoring dan Evaluasi 76


5

d. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi di tingkat pusat dan daerah


akan menggunakan instrumen atau panduan pemantauan yang
telah disusun oleh tim monev pusat.

e. Tim monev daerah bertanggung jawab mengumpulkan dan


melakukan input data dan informasi berdasarkan indikator indikator
yang telah ditetapkan oleh tim monev pusat.

f. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi melalui kegiatan lapangan


dapat melibatkan pihak independen, seperti perguruan tinggi,
lembaga riset, dan lembaga lainnya.

g. Kegiatan pemantauan dan evaluasi percepatan PKE dilakukan


melalui sistem (termasuk kanal pengaduan), pelaporan dan
kegiatan lapangan oleh tim monev pusat dan daerah (Tabel 5).

5.2.3 Hasil, Pelaporan, dan Pembelajaran

a. Tim monev pusat bertanggung jawab untuk menyusun dan


menyampaikan hasil laporan pemantauan dan evaluasi serta
rekomendasi untuk perbaikan upaya percepatan PKE secara berkala
kepada Kemendagri dan Kementerian PPN/Bappenas. Laporan
meliputi laporan bulanan dan triwulan. Hasil laporan akan menjadi
bagian dari Laporan Menko PMK kepada Bapak Presiden. Hasil
pemantauan dan evaluasi tersebut diteruskan ke seluruh
Kementerian/Lembaga terkait dan pemerintah daerah provinsi dan
kabupaten/kota.

b. Tim monev daerah di tingkat kabupaten/kota bertanggung jawab


melaporkan hasil pemantauan dan evaluasi kepada bupati/walikota
dan meneruskan ke tim monev daerah di tingkat provinsi dan tim
monev pusat.

c. Hasil pemantauan dan evaluasi berfungsi sebagai pengendalian


internal dan akuntabilitas program percepatan PKE serta
pembelajaran untuk perbaikan kebijakan dan program ke
depannya.

BAB 5 | Pengendalian Monitoring dan Evaluasi 77


5

5.3 Komponen dan Indikator Capaian


Komponen pemantauan dan evaluasi mencakup: (a) pelaksanaan
PKE; dan (b) Pelaksanaan program terkait PKE yang diselenggarakan
oleh Kementerian/Lembaga terkait.

a. Komponen pelaksanaan PKE:

1. Pendataan dan penargetan rumah tangga/individu PKE;


2. Perencanaan dan pelaksanaan kebijakan dan program terkait
PKE di pusat dan daerah, termasuk program-program
pemberdayaan;
3. Pelaksanaan konvergensi dan koordinasi upaya percepatan
PKE; dan
4. Dampak intervensi program terhadap PKE.

b. Komponen pelaksanaan program terkait PKE:

1. Pengurangan Beban Pengeluaran Masyarakat


Bantuan Sosial
• Realisasi penyaluran manfaat program kepada penerima
manfaat;
• Ketepatan waktu penyaluran manfaat program kepada
penerima manfaat;
• Ketepatan sasaran (mengidentifikasi inclusion dan
exclusion error)
Jaminan Sosial
• Kepesertaan jaminan kesehatan dan jaminan sosial
ketenagakerjaan.

2. Peningkatan Pendapatan dan Pemberdayaan Masyarakat


• Efektivitas persiapan dan pelaksanaan program
pemberdayaan.
• Cakupan penerima manfaat program pemberdayaan.
• Kinerja/capaian program pemberdayaan.

3. Penurunan Jumlah Kantong-kantong Kemiskinan


• Ketersediaan akses transportasi dan layanan dasar.
• Cakupan wilayah

BAB 5 | Pengendalian Monitoring dan Evaluasi 78


5

5.4 Graduasi Program

a. Kementerian/Lembaga dan pemerintah daerah memastikan


berjalannya mekanisme graduasi bagi penerima manfaat sesuai
dengan kriteria dan jangka waktu program yang telah ditentukan.

b. Kementerian/Lembaga mengeluarkan mekanisme graduasi


penerima target yang terintegrasi dengan program lain.

c. Kementerian/Lembaga melakukan terminasi terhadap penerima


program yang telah lulus dari kemiskinan berdasarkan
pemutakhiran data penerima program dan/atau usulan daerah.

d. Untuk mengidentifikasi graduasi program setiap penduduk miskin


ekstrem, dapat menggunakan hasil pendataan Registrasi Sosial
Ekonomi. Selanjutnya, Kementerian/Lembaga dan pemerintah
daerah dapat menindaklanjutinya dengan melakukan asesmen
lapangan mempergunakan indikator tambahan, seperti perubahan
perilaku, pemenuhan nutrisi, hingga ketahanan ekonomi keluarga.

e. Pemerintah daerah dapat melakukan proses identifikasi


mempergunakan SEPAKAT Desa/Kelurahan, untuk daerah yang
sudah memiliki data Registrasi Sosial Ekonomi.

f. Mekanisme khusus terkait graduasi program dapat ditentukan oleh


Kementerian/Lembaga pengampu program, selaras dengan strategi
yang dilakukan dalam pedoman umum ini.

5.5 Evaluasi Dampak dan Status Kesejahteraan

a. Dinamika pergerakan kesejahteraan individu dan rumah tangga


terutama yang masuk klasifikasi miskin ekstrem harus terpantau
setiap tahun dari pemutakhiran data Registrasi Sosial Ekonomi yang
akan dilakukan secara reguler dan serentak setiap tahun.

b. Analisis dinamika pergerakan kesejahteraan penerima manfaat


dapat mencakup analisis akurasi sasaran beberapa program utama
penghapusan kemiskinan ekstrem.

BAB 5 | Pengendalian Monitoring dan Evaluasi 79


5

c. Untuk mendukung evaluasi, pemutakhiran dilakukan terutamanya


pada beberapa variabel kunci data Registrasi Sosial Ekonomi yang
digunakan pada proses pemeringkatan rumah tangga.

d. Pelaksanaan pemutakhiran data untuk evaluasi melibatkan sumber


daya manusia di lapangan, antara lain pendamping maupun aparat
desa, termasuk di dalamnya perangkat DMD/K. Alur pelaksanaan
pengumpulan data evaluasi sama dengan alur pemutakhiran data
secara rutin yang tergambar dalam diagram alur pemutakhiran
Registrasi Sosial Ekonomi pada Bab 4-Gambar 5.

e. Selain variabel sosial ekonomi yang tersedia dalam data Registrasi


Sosial Ekonomi, diperlukan penilaian mengenai ketahanan ekonomi
rumah tangga untuk memperkirakan kesinambungan ekonomi
rumah tangga dalam jangka menengah-panjang dan kerentanan
jika terjadi guncangan bencana/ekonomi.

f. Informasi terkait dengan penilaian ketahanan ekonomi rumah


tangga juga berfungsi sebagai informasi tambahan untuk
menjembatani intervensi program-program penghidupan
berkelanjutan (sustainable livelihood).

g. Hasil pergerakan kesejahteraan ini akan dianalisis menggunakan


batasan kerentanan dan pemetaan target penerima program-
program perlindungan sosial di setiap tingkat kesejahteraan dari
seluruh Kementerian/Lembaga baik di pusat dan daerah. Dengan
demikian dapat diketahui perubahan status kesejahteraan maupun
graduasi penerima manfaat dari kategori kerentanan dan program
tertentu.

h. Perubahan status kesejahteraan dapat mengindikasikan perubahan


eligibilitas untuk mendapatkan program tertentu (graduasi) dan
digunakan sebagai dasar penargetan ulang.

i. Namun, jika perubahan status kesejahteraan penerima manfaat


masih berada pada rentang eligibilitas program tersebut, maka
graduasi program belum terjadi. Individu dan rumah tangga yang
berhasil graduasi dari miskin ekstrem, kemungkinan masih berhak

BAB 5 | Pengendalian Monitoring dan Evaluasi 80


Gambar 8
Alur Monitoring dan Evaluasi Perubahan
Status Sosial Ekonomi di Tingkat Desa

1
Penetapan ranking kesejahteraan
secara regular dan Regsosek.

2
Verifikasi dan validasi.
Penilaian tambahan untuk ketahanan
ekonomi penduduk oleh pendamping.

Mengkondirmasi status sosial ekonomi KPM.


Penilaian tingkat ketahanan/keberlanjutan ekonomi
dalam jangka menengah dan panjang.

3
Threshold kelayakan KPM untuk
program-program perlindungan sosial

Kesimpulan awal status graduasi

Proses kondirmasi dengan daerah


melalui musdes/muskel

4
Monitoring berkala dan pemutakhiran status sosial ekonomi

GRADUASI EKSTREM BELUM GRADUASI EKSTREM


Graduasi pada level KPM masih belum sejahtera
kesejahteraan mana dan ATAU dan perlu evaluasi apakah KPM
penyesuaian program-program mendapatkan seluruh bantuan
yang perlu didapat. penanganan ekstrem

BAB 5 | Pengendalian Monitoring dan Evaluasi 81


5

mendapatkan program-program perlindungan sosial sesuai dengan


kondisi peringkat kesejahteraan terbaru di tahun berikutnya.

j. Evaluasi status kesejahteraan dilaksanakan terpusat oleh Tim


Pelaksana Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem.

5.6 Pengaduan

a. Pengaduan dapat dilaporkan melalui tatap muka kepada pelaksana


di lapangan dengan menghubungi:
1. Tenaga Pelaksana Program Percepatan Penghapusan
Kemiskinan Ekstrem.
2. Tim Koordinasi Program Percepatan Penghapusan Kemiskinan
Ekstrem.
3. Tim monev pusat maupun daerah
4. Sekretariat Bersama Puskesos SLRT di kabupaten/kota atau
Puskesos di desa/kelurahan.

b. Pengaduan dikelola menggunakan sistem LAPOR! (Layanan Aspirasi


dan Pengaduan Online Masyarakat). Masyarakat juga dapat
menyampaikan pengaduan melalui saluran SMS dan website.
Pengaduan melalui SMS dikirim ke nomor 1708 dan untuk website
melalui www.lapor.go.id. Agar pengaduan tersebut dapat
ditindaklanjuti secara tuntas maka harus memperhatikan hal-hal
berikut:
1. Bagi masyarakat yang merupakan penerima program
percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem harus
mencantumkan nomor KKS pada isi aduan yang disampaikan,
baik melalui saluran SMS, Web, dan Tatap Muka.
2. Pencantuman lokasi yang rinci dari tingkat provinsi,
kabupaten/kota sampai ke tingkat desa/kelurahan.

c. Merujuk butir 1 di atas, pengaduan yang berasal dari tatap muka


baik yang sudah atau yang belum ditindaklanjuti harus dimasukkan
ke dalam sistem LAPOR! oleh administrator pengelolaan pengaduan
di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

BAB 5 | Pengendalian Monitoring dan Evaluasi 82


5

d. Pengelolaan pengaduan melibatkan K/L terkait di tingkat


pemerintah pusat, pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/
kota), dan pihak terlibat lainnya.

e. Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) bertanggung jawab


menyusun Pedoman Khusus Pengelolaan Pengaduan Percepatan
Penghapusan Kemiskinan Ekstrem serta mengkoordinasikan
seluruh kegiatan pengelolaan pengaduan, termasuk pelatihan-
pelatihan bagi pengelola pengaduan dan administrator pengelola
pengaduan di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

f. Pengelola pengaduan adalah Organisasi Perangkat Daerah (OPD)


lain yang ditunjuk oleh Ketua Tim Koordinasi Percepatan
Penghapusan Kemiskinan Ekstrem di setiap provinsi dan
kabupaten/kota.

g. Setiap K/L terkait, pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/


kota), dan pihak terlibat lainnya diwajibkan menunjuk tenaga
administrator sebagai pengelola pengaduan.

h. Untuk dapat melakukan pengelolaan pengaduan setiap


administrator pada K/L terkait, pemerintah daerah (provinsi dan
kabupaten/kota), dan pihak terlibat lainnya wajib memiliki akun
admin LAPOR!.

i. Akun admin LAPOR! disampaikan oleh Kemendagri kepada para


administrator pusat dan daerah (provinsi dan kabupaten/kota),
serta pihak terlibat lainnya.

j. Hal-hal lebih rinci terkait pengelolaan pengaduan diatur di dalam


Pedoman Khusus Pengelolaan Pengaduan Percepatan Penghapusan
Kemiskinan Ekstrem dan/atau SE Menteri Dalam Negeri.

k. Skema pengaduan dapat dilakukan oleh masing-masing K/L dan


pemerintah daerah pelaksana program.

BAB 5 | Pengendalian Monitoring dan Evaluasi 83


PEDOMAN UMUM
KEMISKINAN
EKSTREM

84

Anda mungkin juga menyukai