Anda di halaman 1dari 34

REFORMASI BIROKRASI TEMATIK

PROGRAM NASIONAL PENGENTASAN KEMISKINAN

COLLABORATIVE GOVERNMENT

Oleh :
• Drs. Agus Uji Hantara Ak,M.E
• Asisten Deputi Perumusan dan Koordinasi Kebijakan Penerapan Reformasi
Birokrasi
LATAR BELAKANG RB TEMATIK PENGENTASAN KEMISKINAN

POINT PENENTUAN TEMATIK

Dipilihnya tema terkait pengentasan kemiskinan


sebagai pilot project dikarenakan:

a) Kompleksitas yang cukup tinggi;


b) Dampak yang nyata dapat dirasakan
masyarakat;
c) Memiliki banyak instansi pemerintah yang
terlibat;
d) Tema pengentasan kemiskinan juga
merupakan arahan khusus dari Wakil
Presiden.
Beberapa point tersebut menjadikan tema
pengentasan kemiskinan ideal untuk dijadikan
sebagai pilot project.
Kinerja Yang Diinginkan
 Kinerja program tematik pengentasan kemiskinan harus berbasis pada final outcome yaitu
menurunnya penduduk miskin dengan indikator angka kemiskinan. Angka kemiskinan ekstrem
menurun secara significant ( Target Presiden 0% di Akhir Tahun 2024)
 Harus membangun arsitektur dan kerangka logis kinerja program tematik kemiskinan dari
mulai final outcome yang akan dicapai sampai pada penggunaan input sumber daya. Dengan
prinsip adanya share outcome antar instansi pemerintah pengampu program tematik
pengentasan kemiskinan, BUMN/BUMD, Swasta, dan Masyarakat.
 Program dan kegiatan utama pengentasan kemiskinan harus secara terkoordinasi , sinergi ,
dan terintegrasi terkait tiga hal, yaitu : desain dan kelompok program, mekanisme distribusi,
manfaat program dan sasaran, cakupan dan Wilayah Penerima manfaat Program, serta dengan
satu data base yang lengkap,akurat terintegrasi.
 Harus dibangun skema kolaborasi yang kuat antara Instansi Pemerintah Pusat, Instansi
Pemerintah Daerah, BUMN/BUMD dan pihak Swasta dalam Program Pengentasan Kemiskinan
 Akuntabilitas program nasional pengentasan kemiskinan harus dapat diukur tingkat ekonomi,
tingkat efisiensi, tingkat efektivitasnya untuk umpan balik perbaikan berkelanjutan karena
penggunaan anggaran dan sumberdaya negara
Perencanaan
Sasaran Kegiatan Proses Input
Tujuan Sasaran Strategis Sasaran Program
( Output ) kegiatan (Kebutuhan
( Final Outcome) (Intermediate Outcome) (Immediate Outcome)

CONTOH KEGIATA cau Sumberday


KEGIATA
N sali causalitas
KERANGKA LOGIS KEGIATA
N
tas a 5 M(Man
S1 PROGRAM
Hasil causalitas KEGIATA Process
PERENCANAAN & MENURUNNYA
causalitas
PROGRAM NKeluaran
KEGIATA power,Money,
PROGRAM N
KEGIATAN Material,Meth
PENGUKURAN BEBAN PRIORITAS N
PRIORITAS sinergitas
od, Mechine
PENGELUARAN K/L sinergitas sinergitas
KINERJA sinergitas
K/L
IKU TARGET REALIS
PROGRAM IKU TARGET REALISASI
causalitas IKU TARGET REALISASI IKU TARGET REALISASI
NASIONAL
IKU TARGET REALISAS
PENGENTASAN I Tk.Capaian
Tk.Capaian Tk.Capaian Tk.Capaian
KEMISKINAN
Tk.Capaian

causalitas KEGIATA
S2 PROGRAM KEGIATA cau 5M
T1 Hasil KEGIATA
N sali causalitas
MENINGKATNYA PROGRAM KEGIATA
NKeluaran (Man
MENURUNNYA
causa
KAPASITAS/
causalitas PROGRAM KEGIATA
N tas Process power,Money,
litas PRIORITAS N
KEGIATAN Material,Meth
PENDUDUK PENDAPATAN N
PRIORITAS od, Mechine
K/L sinergitas
sinergitas
KEMISKINAN sinergitas
K/L sinergitas
IKU TARGET REALISASI
IKU TARGET REALISASI IKU TARGET REALISASI
IKU TARGET REALISASI

Tk.Capaian IKU TARGET REALISASI


IKU TARGET REALISASI Tk.Capaian Tk.Capaian
Tk.Capaian

causalitas
Tk.Capaian
cau
Tk.Capaian KEGIATA
S3 causalitas KEGIATA sali
causalitas
PROGRAM KEGIATA
NKeluaran tas
causalitas 5M (Man
MENINGKATNY AKSES Hasiil N Process power,Money,M
INFRASTRUKTUR & PROGRAM N
KEGIATAN aterial,Method,
PROGRAM PRIORITAS Mechine
PELAYANAN DASAR
Kolaborasi MASYARAKAT MISKIN PRIORITAS
K,L,P,BUMN/D, Swasta,
Masyarakat IKU TARGET REALISASI IKU TARGET REALISAS
IKU TARGET REALISASI IKU TARGET REALISASI
IKU TARGET REALISASI
Tk.Capaian Tk.Capaian
Tk.Capaian
Evaluasi Tk.Capaian
Tk.Capaian
Contoh Skema Kolaborasi Program Pengentasan Kemiskinan (Pusat)
P1

Keg
P2 Program
Program2
Pemerintah pengurangan
Daerah Unit Esl 1 beban
kapasitas/pend
P3 TKPKD apatan Desain dan
masyarakat Kelompok
Instansi Pusat (P1) Program

4 3 Keg
5
SINERGITAS 6
2 KONTEN
1 Program2
PENANGGULANGAN
KEMISKINAN 7 Program peningkatan INSTRUMEN
Program Kementerian 16 kapasitas/pend
Swasta TNP2K 8
dan Lembaga apatan SINKRONISASI
15 masyarakat Sasaran,
9 (P2) Cakupan
10
14 Mekanisme dan Wilayah
12 13 Distribusi
11 Penerima
manfaat manfaat
Program2 program Program
peningkatan
P1
P3 akses
P2
P1 Keg infrastruktur
dan pelayanan
Program dasar (P3)
BUMN P2

P3
Contoh Skema Kolaborasi
Skema KolaborasiProgram Pengentasan Kemiskinan (Daerah)
Program Pengentasan
Kemiskinan Pemda ( Provinsi /Kabupaten/Kota)
DINKES
Kementerian/ BPBD
Lembaga
DPUP
SATPOL
Perlindungan PP
ESDM dan Jaminan
SINERGITAS Sosial
DIKPORA
PENANGGULANGAN BIRO
Pemda BIRO
Lembaga lain KEMISKINAN Kabupaten/Kota
(LSM, Media, DINSOS
Di lingkungan
dll.) TKPKD Provinsi BPKA
Rehabilitasi
Supporting SINERGITAS Sosial
DIKPORA
BAPPE PENANGGULANGAN
DA KEMISKINAN
TKPKD
CSR
Perguruan Tinggi
BUMN/BUMD/
- LPPM BPBD
SWASTA DISKOMI
NFO
Pemenuhan Akses
DPUP terhadap Sumber
Pemberdayaan DISNAKE
Daya
Masyarakat R
Desain dan ESDM
Kelompok BPBD
Program DPKP
DISNAKE
R DPKP
DIKPO
KONTEN DP3 RA

INSTRUMEN
SINKRONISASI
Sasaran,
Cakupan dan
Mekanisme Wilayah
Distribusi Penerima
manfaat manfaat
program Program
Integrasi dan Sinkronisasi PROGRAM Pengentasan Kemiskinan Pusat dan Daerah

Pemerintah Daerah NASIONAL Kementerian/Lembaga

RENSTRA RPJMD RPJMN RENSTRA

Kinerja instansi Daerah harus dapat Kinerja instansi K/L harus dapat
berkontribusi pada pada capaian sasaran berkontribusi pada pada capaian sasaran
program pengentasan kemiskinan Nasional program pengentasan kemiskinan

PP
RKP Integrasi
RKPD PEMDA PP K/L
PENGAMPU KP K/L
PENGAMPU Renja
Renja RKA/DPA
K/L O
Sinkron K/L
Sinkron R P
Renja Renja Renja G E
OPD OPD OPD PN A G
PP K/L Renja
Renja RKA/DPA N
sinkron (Pengentasan PENGAMPU KP K/L A
Integrasi PENGAMPU K/L K/L I W
Kemiskinan) S A
RKA/DPA RKA/DPA RKA/DPA Sinkron A I
OPD OPD OPD sinkron S
Renja RKA/DPA
Renja I
KP K/L K/L K/L
PP K/L
PENGAMPU
PENGAMPU
Sinkron

Crosscuting Internal Pemda


Crosscuting Nasional Crosscuting Internal K/L
 PN : Prioritas Nasional
 PP : Program Prioritas
 KP : Kegiatan Prioritas
TATAKELOLA PEMERINTAH PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN
TATAKELOLA PEMERINTAHAN
ASPEK AKUNTABILITAS KINERJA, KELEMBAGAAN TATALAKSANA , SDM APARATUR, REGULASI KEBIJAKAN , PENGAWASAN , PELAYANAN PUBLIK

Tersedianya Satu
Database penduduk
miskin yang lengkap,
terpadu, dan
terupdate di
Kab/Kota/Provinsi

PERBAIKAN
PERENCANAAN
PELAKSANAAN MONEV & BERKELANJUTAN
PROGRAM
PROGRAM & PELAPORAN (PERENCANAAN &
KEGIATAN
KEGIATAN PELAKSANAAN PELAKSANAAN
Satu Data Base penduduk Pengentasan
miskin lengkap di Pengentasan PROGRAM & PROGRAM dan
Kemiskinan di
Provinsi/Kabupaten/Kota Kemiskinan di KEGIATAN KEGIATAN TAHUN
Kab/Kota/
dengan basic DTKS Kab/Kota/ Pengentasan BERIKUTNYA
Provinsi
( Nama, Alamat tempat tinggal, Provinsi Kemiskinan di Pengentasan
kelompok gender, usia, sektor , Kab/Kota/ Provinsi Kemiskinan di
kategori kemiskinan, Tersedianya Kab/Kota/ Provinsi
Adanya dashboard
profiling
data terpadu
tingkatan/kategori
kemiskinan secara
/tipologi
realtime berbasis TI,
penduduk miskin
di masing-masing
di masing-masing
Kab/Kota/Provinsi
Kab/Kota/Provinsi

KETERPADUAN DALAM PERENCANAAN & PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN

KEAKURATAN & KELENGKAPAN SATU DATABASE

Feedback
Kinerja Saat ini
Kesinambungan & Capaian Program Nasional Pengentasan
Kemiskinan Dalam RKP

Catatan : Program
pengentasan kemiskinan
nasional memiliki
kesinambunan setiap tahun,
PN 1. Menperkuat
walaupun tidak harus selalu
ketahanan ekonomi
untuk pertumbuhan pada level prioritas nasional
yang berkualitas dan (PN)
CAPAIAN INDIKATOR PEMBANGUNAN (LKjPP TAHUN 2018 s.d 2020)
berkeadilan
PN 2.
REALIS Mengembangkan
INDIKATOR TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET PN 7. Memperkuat
ASI 2021 Stabilitas Polhukam
wilayah untuk
PEMBANGUNAN 2018 2018 2019 2019 2020 mengurangi
2020 dan Transformasi kesenjangan dan
Pelayanan Publik menjamin
Pertumbuhan Ekonomi 5,2% - 5,2% - 5,2% - pemerataan
5,17% 5,02% -2,07%
(%) 5,6% 5,6% 5,5%
PRIORITAS PN 4. Revolusi
PN 6. Membangun mentalPN 3.
dan
Tingkat pengangguran 5,0% -
5,34%
4,8% -
5,28%
4,8% -
7,07% lingkungan hidup, NASIONAL Meningkatkan
pembangunan
terbuka (%) 5,3% 5,2% 5,0% meningkatkan ketahanan
bencana dan perubahan
RKP 2021 sumber daya
kebudayaan
manusia berkualitas
9,5%- 8,5%- 9,7%- iklim dan berdaya saing
Angka kemiskinan (%) 9,66%
9,66%
9,5%
9,22%
10,2%
10,19 10,14 PP.
Pengent
0,38% - 0,375% - asan
Rasio gini (indeks) 0,389% 0,384%
0,39%
0,38%
0,380%
0,385% PN 5. Memperkuat
infrastruktur untuk kemiski
mendukung nan
Catatan : Penurunan pengembangan ekonomi
Indeks Pembangunan angka kemiskinan dari dan pelayanan dasar
71,5 70,8 71,98 71,92% 72,5 71,94
Manusia (IPM) tahun ke tahun masih
belum significant
1. 65 program B BB Gambaran Program Nasional Pengentasan
memerlukan sumber
data yang sama , andal
BB BB Kemiskinan Tahun Anggaran 2021
dan lengkap A A
2. 65 program memiliki
Kemenko
pontensi saling terkait Bidang
Kementerian Perekonomian Kementerian
dilihat dari target A BB Agama (1 Program, 1 Keuangan (2
output dan lokusnya (15 Program, Kegiatan) Program, 14
masing-masing kegiatan
20 Kegiatan) Kegiatan) BB BB
Kementerian KKP
dalam setiap program, (9 Rp 19,849,718,550,000 Kementerian
ESDM ( 3 Program,
Program, 35
namun belum secara Kegiatan) Rp 11,881,436,420,100 4 Kegiatan)
utuh dikolaborasikan,
Rp 148,521,063,403,000
? ?
banyak program dan Rp 406,736,025,000
Kementerian Kementerian
kegiatan namun belum Kominfo (1 Rp 13,050,122,864,000 Sosial (1
terlihat terintegrasi Program, 1 Program, 3 B B
Kegiatan) Kegiatan)
dalam langkah strategis B BB Rp 11,000,000,000
yg utuh ( masih terlihat Rp 91,829,816,300,000
terdapat silo antar Program
Kementerian Pengentasan Kementerian
program dan kegiatan) Kesehatan Rp 46,464,000,000,000 Kemiskinan Perindustrian (2 BB BB
Rp 117,240,381,000
3. Capaian Indeks RB dan (1 Program, 1
Kegiatan)
( 16 K/L, 65
Program, 128
Program, 2
Kegiatan)
Akuntabilitas Instansi BB BB Kegiatan)
Rp 23,244,881,430,000
yang baik, belum inline Rp 172,567,988,000
Rp 431.305.428.458.100
dengan kualitas
Kementerian
tatakelola pada lintas Pertanian (1 Rp 8,818,181,030,000
Kementerian
PUPERA (3 Program, BB BB
Program, 1 Rp 28,131,083,000,000
instansi Kegiatan)
4 Kegiatan)

BB BB Rp 18,609,959,744,000
Rp 19,201,140,054,000
Kementerian
Kementerian
Program2 peningkatan DIKBUD (11 Rp 996,481,269,000 NAKER (1 Program,
kapasitas/pendapatan masyarakat Program, 14
3 Kegiatan)
Kegiatan)

Program2 pengurangan beban BB BB Kementerian Kementerian Kementerian B BB


kapasitas/pendapatan KUKM (5 LHK (2 Program, Desa,PDT,Transmi
Program, 8 5 Kegiatan)
masyarakat grasi (4 Program ,
Kegiatan)
11 Kegiatan)
Program2 peningkatan akses
infrastruktur dan pelayanan dasar

Skor Indeks
AKIP RB B B B B
BB BB
Identifikasi Masalah
Profil Kemiskinan Di Indonesia CATATAN

Berdasarkan Data BPS Penduduk miskin di Indonesia dari tahun ke tahun jumlahnya tidak
berkurang secara significant, disisi lain telah dilakukan banyak program
program pengentasan kemiskinan yang telah di lakukan oleh
Pemerintah melalui berbagai K/L
1.  Data telah menyajikan sebaran penduduk miskin di seluruh Indonesia
Sebaran dengan base kewilayahan provinsi, kab,kota; tingkat garis kemiskinan;
Penduduk Miskin tingkat keparahan ; dan komponen penyebab kemiskinan. Data
tersebut berdasarkan Pendataan Susenas September 2020 dilakukan
secara panel pada rumah tangga sampel Susenas Maret 2020, dengan
realisasi sampel rumah tangga panel adalah sebesar 67.280 rumah
tangga di seluruh Provinsi.
4.  Dengan metode pendataan secara sampel, maka data penduduk
Kemiskinan 2. miskin yang dirilis oleh BPS tidak dapat menunjukkan identitas
Komponen individu dan rumah tangga penduduk miskin, serta tingkat Keparahan
Penyebab di Indonesia Tingkat Garis
kemiskinan; dan Komponen penyebab kemiskinan, sehingga data BPS
Kemiskinan Kemiskinan tidak dapat langsung dimanfaatkan secara optimal untuk menetapkan
target sasaran penduduk miskin yang akan diberikan bantuan.
 Terdapat gap antara data yang dirilis BPS sebagai ukuran tingkat
Kemiskinan nasional dengan kebutuhan data oleh instansi
pemerintah pengampu program pengentasan kemiskinan, baik di
3. Kementerian Lembaga dan Pemerintah Daerah.
Tingkat Keparahan  Sisi lain Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang dibangun
Penduduk Miskin Kementerian Sosial juga belum update, masih tinggi deviasinya
dengan data yang ada di sektor dan Pemerintah Daerah.
Hasil Pemeriksaan BPK RI Semester 2 Tahun 2021
Masih ada temuan hasil pemeriksaan BPK terkait dengan ketidaktepatan penyaluran bantuan yang disebabkan beberapa hal: data
penerima ganda, proses penyaluran terhambat, penerima tidak memenuhi kriteria, kelemahan sistem informasi dalam perencanaan,
pengumpulan data, monitoring dan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan tidak optimal , adanya penyimpangan (korupsi)
Literature Review Determinants of Poverty
Berdasarkan beberapa literature review Determinants of Proverty, ada beberapa poin yang menjadi
catatan yang perlu dipertimbangkan dalam program pengentasan kemiskinan di Indonesia:
Ketidakcukupan penargetan administratif statis (tidak pro-miskin), Design dan implementasi
program yang kurang jelas dari pemerintah pusat ke pemerintah local, program dan stakeholders
(contoh Kementerian, pemerintah daerah) yang tidak terintegrasi.

Selain itu untuk case program pengentasan kemiskinan pemerintah di Provinsi Aceh, beberapa
factor yang menjadi penyebab program pengentasan kemiskinan kurang berhasil, yaitu : Kurangnya
etos kerja; tidak ada pemikiran jangka panjang, target program tidak tercapai, rumah tangga
miskin tidak menerima manfaat program, kurangnya pendampingan dari pemerintah dalam
memberikan pemahaman tentang manfaat dan kesadaran akan program, tingkat pengangguran
yang tinggi, ditambah dengan pekerja berketerampilan rendah dari pendidikan rendah, serta
program kurang inovatif atau monoton
Review Singkat
Identifikasi Penyebab Kegagalan Kebijakan Bantuan dalam Pengentasan
Kemiskinan di Beberapa Negara
Manajemen program tidak fokus pada pembangunan, tetapi hanya fokus pada pelaksanaan pekerjaan
yang dilaksanakan oleh lembaga formal (formalitas) serta kurang membangun kapasitas kepemimpinan
( Africa, Haiti, Malawi, Norwegia)
 Kepentingan politik menjadikan pengentasan kemiskinan tidak serius dilakukan, kesalahan
pendekatan/konsep memahami kemiskinan dengan memberikan kenyamanan daripada memberikan
alat keluar dari kemiskinan, kesalahan diagnosis pendekatan (USA)
 Penargetan penerima yang salah disebabkan: data belum diperbaharui dalam hal tingkat pendapatan
dan pengeluaran, mengikuti pendekatan yang sama untuk seluruh negeri, tanpa mempertimbangkan
variasi kondisi dari daerah daerah, mal praktek birokrasi ( petugas pada tingkat akar rumput dan
prosedur penargetan yang digunakan tidak mengidentifikasi kebutuhan keluarga miskin, mentalitas
ketergantungan masyarakat (Sri Lanka)
 Perencana program pengentasan kemiskinan dilakukan orang tidak memahami kemiskinan,
program pengentasan kemiskinan yang sifatnya yang top down selalu kontradiktif dengan korupsi,
kemacetan birokrasi, dan kesenjangan antara perencana dengan penerima manfaat yang dimaksud
(Nigeria)
Telaah Singkat Implementasi Program Pengentasan Kemiskinan di 8 Provinsi
 Dalam rangka percepatan pengentasan kemiskinan di setiap Provinsi dan Kabupaten/Kota telah
dibentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten/Kota telah terbentuk Tim
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Pemprov dan Pemkab/kota dengan. Tugas TKPK
adalah melakukan koordinasi perumusan kebijakan, perencanaan, dan pemantauan pelaksanaan
penanggulangan Kemiskinan di lingkup provinsi/kabupaten/kota
 Program dan kegiatan Pengentasan Kemiskinan Pemerintah Daerah belum terintegrasi dengan
Program dan kegiatan Pengentasan Kemiskinan Pemerintah Pusat. Program – program
pengentasan kemiskinan di K/L sifatnya terpusat dan belum terbangun sinergitas program yang
baik dengan program di Pemerintah Daerah pada saat perencanaan dan penganggaran.
 Strategi yang digunakan pemerintah daerah bervariasi, dan sangat tergantung pada inisiatif
strategi mandiri masing –masing Provinsi dan kabupaten Kota
Permasalahan Tatakelola Program Pengentasan Kemiskinan (Pusat)
1. Program pengentasan kemiskinan pada Kementerian/Lembaga masih berorientasi pada output dan belum berorientasi outcome. Belum terkelola
dengan baik manajemen kinerja pencapaian outcome pada pada tingkat ultimate, intermediate, dan immediate outcomes, yang meliputi perumusan
outcome, penetapan indikator kinerja outcome, penetapan shared outcome , serta target kinerja outcome antar pengampu program pengentasan
kemiskinan pada Kementerian /Lembaga /BUMN
2. Perencanaan Program Pengentasan kemiskinan nasional di masing-masing K/L/Pemda pengampu program pengentasan kemiskinan belum
menggunakan baseline data kemiskinan yang sama. K/L/Pemda memiliki data kemiskinan berdasarkan sektor masing-masing dan tidak ada keterbukaan
dan shared data. Sisi lain belum ada Satu Data Nasional terkait dengan jumlah penduduk miskin yang lengkap dan valid, meliputi infomasi nama dan
alamatnya, kelompok usia serta kategori kemiskinanya belum tersedia. Data Nasional Kemiskinan di Indonesia yang di keluarkan oleh BPS tidak dapat
menyajikan rincian penduduk miskin per nama, per identitas dan per kategori kemiskinannya, sehingga tidak bisa langsung dimanfaatkan. Sedangkan
Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang di terbitkan oleh Kementerian Sosial masih belum terupdate secara cepat dan sehingga masih terdapat
gap antara ketersediaan data kemiskinan dengan data penduduk miskin yang sebenarnya.
3. Sinkronisasi program dan kegiatan antar instansi pengampu program pengentasan kemiskinan pada Kementerian/Lembaga yang dilakukan pada saat
penyusunan perencanaan program dan kegiatan melalui mekanisme trilateral meeting antara Kementerian Perencanaan Pembangunan/Bappenas,
Kementerian Keuangan, dan masing-masing Kementerian/Lembaga pengampu program belum cukup efektif mensinkronkan program program
pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga. Adanya duplikasi dan ketidaksinkronan antar program dan kegiatan masih
cukup tinggi. Program dan kegiatan pengentasan kemiskinan pada K/L belum terintegrasi dengan Pemerintah Daerah.
4. Evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan pengentasan kemiskinan yang telah dilakukan oleh instansi pengampu program masih berfokus pada
penyerapan alokasi anggaran dan belum fokus pada efektivitas dan efisiensi pelaksanaan Program dan kegiatan pengentasan kemiskinan. Sehingga
perbaikan berkelanjutan terhadap strategi dalam desain program dan kegiatan pengentasan kemiskinan setiap tahunnya tidak banyak berubah ,
inovasi kurang, dan dampak terhadap penurunan kemiskinan yang menjadi tujuan program tidak significant
5. Perencanaan, pelaksanaan dan monev program dan kegiatan, serta pelaporan pertanggungjawaban kinerja program pengentasan kemiskinan belum
didukung dengan sistem berbasis teknologi (TI) informasi yang terintegrasi antar kementerian/lembaga terkait dan fungsi manajemen kinerja yang
baik, yaitu perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pengumpulan data kinerja, monev kinerja, dan pelaporan kinerja. Sehingga kualitas informasi
kinerja yang dihasilkan tidak komprehensif atau parsial, kurang akurat, kecepatan ketersediaan informasi lambat, yang pada akhirnya mempengaruhi
ketidaktepatan pengambilan keputusan untuk perbaikan tatakelola program pengentasan kemiskinan
Permasalahan Tatakelola Program Pengentasan Kemiskinan (Pusat)
6. Pengelolaan program pengentasan kemiskinan nasional di masing-masing K/L/Pemda pengampu program masih mendasarkan pada bisnis proses
masing-masing. Belum ada suatu peta bisnis bersama dalam pengelolaan program pengentasan kemiskinan yang menjadi acuan bagi K/L/Pemda
pengampu program. Sehingga Okestrasi dan kolaborasi pengelolaan belum terbangun dengan kuat, program dan kegiatan belum terlihat terintegrasi
dalam langkah strategis yg utuh, masih terlihat terdapat silo antar program dan kegiatan. Kondisi ini juga menjadi hambatan dan kendala Tim Nasional
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) dan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Provinsi, Kabupaten, Kota dalam
melakukan sinkronisasi Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan antar K/L/Pemda
7. Profesionalitas SDM pengampu program dan kegiatan pengentasan kemiskinan pada K/L/Pemda masih perlu ditingkatkan, karena terkait dengan peran
strategis SDM dalam menyusun penyiapan disain implementasi program, melakukan monitoring dan evaluasi program serta membangun dan
kolaborasi antar instansi. SDM yang menangani program sebagian besar belum sesuai dengan syarat kompetensi yang diperlukan, krn sebagian
kompetensi administrative. Masih adanya gap kompetensi SDM yang ada dengan kebutuhan kompetensi khusus yang diperlukan untuk pengelolaan
program pengentasan kemiskinan, antara lain kompetensi perencanaan, penganggaran, manajemen kinerja, dan kompetensi teknis masing-masing
sektor. Integritas juga masih diperlukan peningkatan karena masih ditemukan kasus adanya penyimpangan korupsi dalam pelaksanaan program
pengentasan kemiskinan
8. Adanya ketidakselarasan antara regulasi dan kebijakan yang terkait dengan perencanaan, penganggaran, prioritas pengembangan sektor pada
K/L/Pemda program pengentasan kemiskinan nasional yang diterbitkan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional /Bappenas ,
Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri serta Kementerian pengampu sektor.
9. Pengawasan dalam pelaksanaan program nasional pengentasan kemiskinan yang ada di masing-masing K/L/Pemda masih lemah, hal ini terkait dengan
kualitas implementasi sistem pengendalian internal belum memadai, penanganan pengaduan masyarakat yang masih lambat, kapabilitas aparat
pengawasan fungsional yang belum optimal.
10. Penerapan standar pelayanan kegiatan pengentasan kemiskinan masih lemah. Pedoman pemberian bantuan yang dimiliki oleh K/L/ Pemda pengampu
program dan kegiatan lebih fokus pada standar administrasi keuangan dan belum sepenuhnya sesuai pada standar pelayanan yang baik sesuai yang
dipersayarat dalam UU pelayanan publik.
Piloting RB Tematik
Pengentasan Kemiskinan Tahap
Pertama
di 3 Provinsi, 6 Kabupaten/Kota
PROGRES IMPLEMENTASI RB
TEMATIK
• Telah berkoordinasi dengan TNP2K, Bappenas, KPRBN, TIRBN,
dll. Terkait konsep pembangunan RB tematik.
• Telah melakukan kesepakatan dengan 9 Pemda Piloting. yang  Memperbanyak daerah implementasi RB tematik dengan
dituangkan dalam Keputusan Kemepanrb selaku Ketua Tim RB menjadikan RB tematik sebagai mandatori dalam penilaian RB.
Nasional  Memperbanyak tema dengan melihat pada kondisi-kondisi
• Memantau dan akan mengevaluasi implementasi RB Tematik pada 9 permasalahan Hilir.
Pemda Piloting.
“Pengentasan Kemiskinan”

Penetapan Pemda Pilot Project (TAHAP I)


Daerah Pilot project
diharapkan dapat men
dan menyelesaikan se gurai
cara konkret akar ma
yang terkait tata Kelo salah
la isu/program pengen
Kemiskinan, dan mam tasan
pu menjadi percon
daerah dengan Impl tohan
ementasi RB yang b
Provinsi Jawa Barat dan Ber aik
dampak
Provinsi DIY Provinsi Jawa Timur Provinsi Jawa Barat Prasayarat utama b
agi daerah yang me
project ialah memil njadi pilot
iki komitmen yan
1 Kota Yogyakarta
1 Kota Malang
1 Kota Bandung dari seluruh eleme g k u at
n pemerintah daera
h

2 Kab. Kulon Progo


2 Kab. Banyuwangi
2 Kab. Sumedang
21
10
15
20
25
30

0
5
KALIMANTAN SELATAN
KEP. BANGKA BELITUNG
DKI JAKARTA
BALI
KALIMANTAN TENGAH
KEP. RIAU
SUMATERA BARAT
KALIMANTAN TIMUR
MALUKU UTARA
BANTEN
KALIMANTAN UTARA
KALIMANTAN BARAT
MENURUT PROVINSI

RIAU
SULAWESI UTARA
(9,71%)
Provinsi

JAMBI
JAWA BARAT
SUMATERA UTARA
SULAWESI SELATAN
JAWA TIMUR
PERSENTASE PENDUDUK MISKIN

JAWA TENGAH
LAMPUNG
SULAWESI TENGGARA
Nasional

SULAWESI BARAT
DI YOGYAKARTA
SULAWESI TENGAH
SUMATERA SELATAN
NUSA TENGGARA BARAT
BENGKULU
GORONTALO
ACEH

MALUKU
NUSA TENGGARA
TIMUR
PAPUA BARAT
PAPUA
Sumber: BPS, Angka Sept ‘21
Prov Jabar 7,97

Prov DIY 11,91%


Prov Jatim 10,59
penduduk miskin
PERKEMBANGAN ANGKA KEMISKINAN
PROVINSI JAWA BARAT
Sekretariat TKPK Bappeda
Prov. Jabar Prov. Jabar

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin


Masa Pandemi COVID-19 Persentase Selama periode 2015-2019,
penduduk miskin di Jawa Barat
9,57%
4,49 Juta berkurang sebesar 2,62 persen atau
8,77%
4,17 Juta
8,43% setara dengan 1,037 juta jiwa.
7,83% 4,19 Juta 7,97%
Sementara total penduduk miskin di
3,77 Juta 7,25% 6,82% 4 Juta
Indonesia berkurang sebesar 1,81
3,54 Juta 3,38 Juta
persen.

Dampak terkontraksinya
pertumbuhan ekonomi akibat
pandemi COVID-19 menyebabkan
upaya penanggulangan kemiskinan
di Jawa Barat mundur lima tahun ke
belakang (jumlah penduduk miskin
2021 hampir sama dengan 2016).

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Sumber: BPS, Angka Sept ‘21


PERSENTASE DAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN
KABUPATEN/KOTA Sekretariat TKPK Bappeda
Prov. Jabar Prov. Jabar
PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2021

Jumlah Pend. Miskin (ribuan jiwa) Persentase Pend. Miskin Prov. Jawa Barat (8,4)
14 600
13,04 13,1 13,13
Kabupaten Bogor merupakan daerah
12,3 12,33
12
dengan jumlah orang miskin
11,3 500
11,15 11,18 terbanyak dan Kota Tasikmalaya
10,65 10,71
10,03 10,03 dengan persentase tertinggi.
9,65
10 Sebaliknya, Kota Banjar merupakan
8,83 8,95 400 daerah dengan jumlah orang miskin
8,25
7,7 7,97 8,13 paling sedikit dan Kota Depok
8
7,11 7,15 7,24 dengan persentase terendah.
300

6
5,21 5,35
4,74
4,37
200 Terdapat 15 kabupaten/kota dengan
4 kemiskinan lebih tinggi dari provinsi.
2,58
100
2
144,12
202,73

269,18

194,35

491,24

210,78

158,97

281,36
126,28
200,59
260,02
190,77
271,02
151,14
228,59
143,35
112,5

32,48

84,27
63,86

13,37

80,09

27,19

39,07

31,98

89,46
96,6

0 0

Sumber: BPS, Angka Maret ‘21 16


Persentase Penduduk Miskin Jumlah Penduduk Miskin
Sampang 23.76 Malang 276,580
Bangkalan 21.57 Jember 257,090
Sumenep 20.51 Sampang 237,230
Probolinggo 18.91 Sumenep 224,730
16.31
17 223,320
Tuban Probolinggo
Ngawi 15.57 Bangkalan 215,970
Pamekasan 15.30 Tuban 192,580
Pacitan 15.11 Kab/kota Kediri 184,490
Bondowoso 14.73 Di atas Lamongan 166,820
Lamongan 13.86 jatim Bojonegoro 166,520
Bojonegoro 13.27 Gresik 166,350
Situbondo 12.63 Pasuruan 159,780
Kondisi Gresik
Trenggalek
12.42
12.14
Kota Surabaya
Sidoarjo
152,490
11.91 137,150
Kemiskinan Jawa
Madiun
Nganjuk 11.85
Pamekasan 137,120
Banyuwangi 130,930
Kediri 11.64 Ngawi 130,810
Timur Prov Jawa Timur
Magetan 10.66
11.40 Jombang
Nganjuk
127,300
125,530
10.62
Per Kab/Kota
Mojokerto
Malang 10.50
Mojokerto 120,540
Jember 10.41
Bondowoso 115,180
Ponorogo 10.26
Blitar 112,620
Update: Maret 2021 Lumajang 10.05
Lumajang 105,250
Jombang 10.00
Ponorogo 89,940
Situbondo 86,950
21
Pasuruan 9.70
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, Maret 2021
Blitar 9.65 Trenggalek 84,890
Banyuwangi 8.07 Pacitan 84,190
Kota Blitar 7.89 Kab/kota Madiun 81,610
Kota Kediri 7.75 Di bawah
Tulungagung 78,590
Tulungagung 7.51 Magetan 67,750
jatim Kota Malang 40,620
Kota Probolinggo 7.44
Kota Pasuruan 6.88 Kota Kediri 22,550
Kota Mojokerto 6.39 Kota Probolinggo 17,910
Sidoarjo 5.93 Kota Pasuruan 13,970
Kota Surabaya 5.23 Kota Blitar 11,330
Kota Madiun 5.09 Kota Madiun 9,060
Kota Malang 4.62 Kota Batu 8,630
Bappeda Provinsi Jawa Timur tahun 2021 Kota Batu 4.09 Kota Mojokerto 8,370 26
10 Besar (1.805.770 jiwa – 39,49%)
KANTONG KEMISKINAN JATIM 1 Kab. Sampang 276.580 23,76%
(Persentase Penduduk Miskin) 2 Kab. Bangkalan 215.970 21,57%
Update Maret 2021 3 Kab. Sumenep 224.730 20,51%

4 Kab. Probolinggo 223.320 18.91%

Pamekasan
5 Kab. Tuban 192.580 16,31%
Tuban
Bangkalan 6 Kab. Pamekasan 137.120 15,30%
Lamongan
Sampang Sumenep 7 Kab. Bondowoso 115.180 14,73%
Bojonegoro
8 Kab. Lamongan 166.820 13.86%

9 Kab. Bojonegoro 166.520 13,27%


Pamekasan
Pasuruan 10 Kab. Situbondo 86.950 12,63%
Probolinggo
Kediri Bondowoso
11 Kab. Kediri 184.490 11.64%

12 Kab. Malang 276.580 10,50%


Lumajang

Malang
Jember 13 Kab. Jember 257.090 10.41%

14 Kab. Lumajang 105.250 10,05%

15 Kab. Pasuruan 159.780 9,70%

15 Besar (2.788.960 jiwa – 60,99%)


Bappeda Provinsi Jawa Timur tahun 2021
27
Sumber: Hasil Olah Data BPS 2021
Piloting RB Tematik Pengentasan Kemiskinan Tahap Kedua
di 11 Provinsi, 12
A. PEMDA PROVINSI
1. Provinsi Aceh 2. Provinsi Gorontalo 3. Provinsi Jawa Tengah 4. Provinsi Kalimantan Barat 5.
Provinsi Lampung 6. Provinsi Maluku 7. Provinsi Nusa Tenggara Barat 8. Provinsi Papua 9. Provinsi
Papua Barat 10. Provinsi Sumatera Barat 11. Provinsi Sumatera Selatan

B. PEMDA KABUPATEN
1. Kabupaten Banyumas 2. Kabupaten Bener Meriah 3. Kabupaten Bone Bolango 4. Kabupaten
Jayawijaya 5. Kabupaten Kapuas Hulu 6. Kabupaten Lampung Selatan 7. Kabupaten Lombok Barat
8. Kabupaten Maluku Tengah 9. Kabupaten Musi Banyuasin 10. Kabupaten Teluk Wondama 11. Kota
Pariaman 12. Kota Surabay
Permasalahan Tatakelola Program Pengentasan Kemiskinan (Daerah)
1. Data Kemiskinan Belum Terpadu. Data Penduduk Miskin di Pemda masih berbeda beda, khususnya
data BPS, data DTKS Kemensos, dan data sektor di OPD terkait. Updating data DTKS yang ada di
masing-masing Kab/Kota/Provinsi tidak optimal, karena terkendala keterbatasan aplikasi sistem DTKS
Nasional dan anggaran yang dimiliki Pemda untuk melakukan pemutakhiran.
2. Perencanaan dan pelaksanaan program kegiatan penanggulangan kemiskinan pada Pemda masih
belum terpadu lintas sektor dan instansi
3. Masih adanya ketidakselarasan antara regulasi & kebijakan, pada bidang perencanaan, penganggaran,
dan pelaksanaan penanggulangan kemiskinan.
4. Belum terdapat peta proses bisnis terpadu tatakelola pemerintah program penanggulangan kemiskinan
sehingga orkestrasi perencanaan dan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan belum optimal.
5. Profesionalitas SDM Aparatur yang memiliki keterkaitan dan tanggung jawab dalam program dan
kegiatan penanggulangan kemiskinan pada Pemda masih perlu ditingkatkan.
6. Pengawasan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang ada di masing-masing Pemda
masih lemah.
7. Pelaksanaan program dan kegiatan masih banyak dikeluhkan masyarakat terkait dengan kualitas
layanan dalam memberikan bantuan, Inovasi pelayanan masih minim terkait program dan kegiatan
Gambar. Identifikasi Permasalahan DTKS Provinsi Jawa Timur Gambar . alur penguraian permasalahan validitas DTKS Provinsi Jawa Timur

Gambar :alur penguraian permasalahan validitas DTKS Kabupaten Sumedang


 
Inovasi Pelayanan Publik Pengentasan Kemiskinan
TERIMA
KASIH...
“Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu
dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan
bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia
dengan kemajuan selangkah apapun”
-Ir. Soekarno-

Anda mungkin juga menyukai