Anda di halaman 1dari 123

PEMBINAAN SIKAP SPIRITUAL SANTRI

DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH


KELURAHAN PULUTAN KECAMATAN SIDOREJO KOTA
SALATIGA
TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

AHMADI

NIM. 23010-16-0404

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2020

i
ii
PEMBINAAN SIKAP SPIRITUAL SANTRI
DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH
KELURAHAN PULUTAN KECAMATAN SIDOREJO KOTA
SALATIGA
TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

AHMADI

NIM. 23010-16-0404

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2020

iii
NOTA PEMBIMBING
Imam Mas Arum, M. Pd.
Dosen IAIN Salatiga
Persetujuan Pembimbing
Hal : Naskah Skripsi
Lamp : 4 Eksemplar
Saudara : Zein Chairul Mahfiz
Kepada:
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga
di Salatiga
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami
kirimkan naskah skripsi saudara/saudari:
Nama : Zein Chairul Mahfiz
NIM : 23010160114
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Judul : INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN
KARAKTER MELALUI ORGANISASI IN-SANTRI
BERBASIS LIFE SKILL DI PONDOK PESANTREN
TARBIYATUL ISLAM AL-FALAH SALATIGA TAHUN
2020
Dengan ini kami mohon skripsi saudara/saudari tersebut diatas supaya segera
dimunaqosahkan.
Wassalamualaikum.Wr. Wb.
Salatiga, 06 Juli 2020
Pembimbing

Imam Mas Arum, M. Pd.


NIP.

iv
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
Jalan Lingkar Salatiga KM.2 Telepon (0298) 6031364 Salatiga 50716
Website:tarbiyah.iainsalatiga.ac.id E-mail: tarbiyah@iainsalatiga.ac.id

SKRIPSI

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI ORGANISASI

SANTRI BERBASIS PENGEMBANGAN LIFE SKILL DI PONDOK

PESANTREN TARBIYATUL ISLAM AL-FALAH SALATIGA TAHUN

2019/2020

Disusun oleh
ZEIN CHAIRUL MAHFIZ
NIM: 23010160114
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Program Studi
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal dan telah dinyatakan memenuhi syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : _______________________
Skretaris Penguji : _______________________
Penguji I : _______________________
Penguji II : _______________________

Salatiga, Juli 2020


Dekan

Prof. Dr. H. Mansur, M. Ag


NIP. 197509052001121001

v
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

DAN KESEDIAAN PUBLIKASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Zein Chairul Mahfiz

NIM : 23010160114

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini benar-benar merupakan hasil karya
tulis saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat didalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah. Skripsi ini diperkenankan untuk dipublikasikan pada e-repository
IAIN Salatiga.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 06 Juli 2020


Yang Menyetujui

Zein Chairul Mahfiz


NIM. 23010160114

vi
MOTTO

ِ
)۸( ‫ب‬ َ ِّ‫َوا ٰلى َرب‬
ْ َ‫ك فَ ْارغ‬
Artinya: “ Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap” (Q.S Al-Insyirah

94: 7).

vii
PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya,

skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua saya, Bapak Sudardi dan Ibu Rukiyah yang selalu

membimbingku, memberikan doa, nasihat, kasih sayang, dan motivasi dalam

kehidupanku. Semoga bapak dan ibu selalu diberikan kesehatan, dilapangkan

rezekinya, dijauhkan dari segala malapetaka, dan diberikan umur yang panjang

penuh barokah.

2. Kepada teman M Adib Muzakky, atas motivasi yang tak ada hentinya

kepadaku sehingga proses penempuhan gelar sarjana ini bisa tercapai. Penulis

mendo’akan semoga selalu diberikan kesehatan, umur yang panjang, rezeki

yang halalan thoyiban dan diberikan keturunan yang sholih-sholihah.

3. Para guru dan ulama serta kerabat tercintaku yang senantiasa mendampingiku,

memberikan semangat, dan mencintai serta menyayangi dengan sepenuh hati.

Penulis mendo’akan semoga diberikan kemudahan dalam menggapai cita-

citanya. Semoga Allah senantiasa meridhoi dan memberikan kemanfaatan

hidup kita sampai kelak nanti bersama di surganya.

4. Kepada teman-teman tercinta yang senantiasa ada saat aku jatuh dan bahagia.

viii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim

Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, Penulis panjatkan syukur kepada

Allah SWT yang selalu memberikan nikmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

Pembinaan Sikap Spiritual Santri di Pondok Pesantren Pulutan Kecamatan

Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2020.

Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang

selalu setia dan menjadikannya suri tauladan semoga syafaatnya selalui menyertai

kita.

Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari

berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zakiyudin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. Ketua Program Studi PAI IAIN Salatiga.

4. Bapak Purnomo, M.Pd.I. selaku pembimbing skripsi yang telah membimbing

dengan ikhlas, mengarahkan, memberikan ide dan inspirasi kepada penulis

serta meluangkan waktunya untuk penulis sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

ix
5. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta

karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang

pendidikan S1.

6. Sahabat Pondok Pesantren Salafiyah Kota Salatiga dan teman dekatku yang

selalu memberikan motivasi kepadaku dan membantu menyelesaikan skripsi

ini.

7. Seluruh Teman Kelas PAI L yang selalu saya doakan kesuksesanya.

Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya, serta para pembaca pada umumnya. Amin.

Salatiga, 06 Juli 2020


Penulis

Ahmadi
NIM. 23010160404

x
ABSTRAK
Ahmadi. 2020. Pembinaan Sikap Spiritual Santri di Pondok Pesantren
Salafiyah, Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga.
Skripsi, Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing:
Purnomo, M.Pd.I.
Kata Kunci: Pembinaan, Sikap Spiritual, Pondok Pesantren
Tujuan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis adalah: 1). Untuk
mengetahui bentuk pembinaan sikap spiritual santri yang dilaksanakan di
Pondok Pesantren Salafiyah. 2). Untuk mengetahui nilai-nilai pembinaan sikap
spiritual santri di Pondok Pesantren Salafiyah. 3) Untuk mengetahui dampak
pembinaan sikap spiritual santri di Pondok Pesantren Salafiyah.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Teknik
pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan
dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini adalah pengasuh, pengurus dan
santriwan atau santriwati sebagai informasi. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis deskriptif meliputi reduksi data, display data, serta
penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Hasil penelitian Ini menunjukan. Pertama Bentuk pembinaan ada
berwujud nasehat maupun motivasi dan berupa kegiataan pesantren seperti
mengaji, mujahadah, dan tradisi luhur pondok pesantren, Kedua nilai-nilai
dalam pembinaan sikap spiritual santri di Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan
mencakup tentang nilai ketuhanan seperti bersyukur, tawakal, doa serta nilai
kemanusiaan seperti menghargai sesama, berperilaku baik dalam bertutur kata
dan membantu sesama. Ketiga dampak pembinaan sikap, muncul tumbuhnya
kesadaran dan kesungguhan santri terhadap kepatuhan dan aturan maupun
motivasi dari arahan para guru serta pendalamaan dalam nilai-nilai sikap
spiritual yang muncul dari berbagai macam tradisi kegiatan atau aturan pondok
pesantren.

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..................................................................................... i

LEMBAR BERLOGO...................................................................................... ii

HALAMAN SAMPUL..................................................................................... iii

NOTTA PEMBIMBING.................................................................................. iv

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN DAN KESEDIAAN


PUBLIKASI..................................................................................................... vi

HALAMAN MOTTO....................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... viii

KATA PENGANTAR...................................................................................... ix

ABSTRAK........................................................................................................ xi

DAFTAR ISI.................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL............................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Fokus Penelitian.................................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 4

D. Manfaat Penelitian................................................................................ 4

xii
E. Penegasan Istilah.................................................................................. 5

F. Sistematika Penulisan........................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI........................................................................... 8

A. Deskripsi Teori..................................................................................... 8

1. Pengertian Pembinaan.................................................................... 8

2. Pengertian Sikap Spiritual.............................................................. 9

3. Pengertian Pondok Pesantren.......................................................... 13

B. Kajian Pustaka...................................................................................... 23

BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 28

A. Jenis Penelitian..................................................................................... 28

B. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................ 29

C. Sumber Data......................................................................................... 29

D. Prosedur Pengumpulan Data................................................................. 30

E. Analisis Data......................................................................................... 32

F. Pengecekan Keabsahan Data................................................................ 33

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA................................................ 35

A. Kondisi Umum Pondok Pesantren........................................................ 35

1. Profil Pondok Pesantren Salafiyah................................................. 35

2. Letak Geografis.............................................................................. 35

3. Kondisi Pondok Pesantren Salafiyah.............................................. 36

4. Kondisi Santri................................................................................. 36

xiii
5. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Salafiyah........................... 36

6. Jadwal Kajian Pondok Pesantren Salafiyah.................................... 38

7. Kegiatan Akademik........................................................................ 40

8. Aturan Pondok Pesantren Salafiyah............................................... 41

9. Sistem Pembelajaran Pondok Pesantren Salafiyah......................... 42

B. Temuan Penelitian................................................................................ 43

1. Bentuk Pembinaan Sikap Spiritual Santri di Pondok Pesantren

Salafiyah......................................................................................... 44

2. Nilai-nilai Pembinaan Sikap Spiritual Santri di Pondok Pesantren

Salafiyah......................................................................................... 47

3. Dampak Pembinaan Sikap Spiritual Santri di Pondok Pesantren

Salafiyah......................................................................................... 51

C. Analisis Data......................................................................................... 54

1. Bentuk Pembinaan Sikap Spiritual Santri di Pondok Pesantren

Salafiyah......................................................................................... 54

2. Nilai-nilai Pembinaan Sikap Spiritual Santri di Pondok Pesantren

Salafiyah......................................................................................... 56

3. Dampak Pembinaan Sikap Spiritual Santri di Pondok Pesantren

Salafiyah......................................................................................... 57

BAB V PENUTUP........................................................................................... 59

A. Kesimpulan........................................................................................... 59

B. Saran..................................................................................................... 59

xiv
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 61

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xv
DAFTAR TABEL

1. Tabel 4.1 Susunan Tugas dan Jabatan.................................................. 36

2. Table 4.2 Jadwal Kajian Pondok Pesantren Salafiyah.......................... 38

3.

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Data Responden

2. Lampiran 2 Hasil Wawancara

3. Lampiran 3 Surat Tugas Pembimbing Skripsi

4. Lampiran 4 Lembar Bimbingan Skripsi

5. Lampiran 5 Surat Keterangan Penelitian

6. Lampiran 6 Daftar Nilai SKK

7. Lampiran 7 Daftar Riwayat Hidup

8. Lampiran 8 Foto-Foto Hasil Observasi

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembinaan sikap spiritual terhadap manusia dilakukan agar dapat

menjadi sumber inspirasi, pengayom dan pengarah terhadap masyarakat

agar mampu memberikan pengaruh dan corak kehidupan kepada

sekitarnya. Pembinaan sikap spiritual terhadap manusia bukan hanya dari

faktor internal seperti keluarga akan tetapi peranan eksternal juga sangat

dibutuhkan dalam. Upaya dalam pembinaan sikap spiritual sangat penting

untuk ditanamkan, karena spiritual merupakan pedoman yang harus

dijalani oleh setiap manusia (Jaja Suteja, 2015: 5).

Hal ini menunjukan bahwa pembinaan merupakan upaya dalam

mengembangkan kepribadian seseorang menuju kearah yang lebih baik,

dilakukan secara sadar dan terarah agar dapat mewujudkan sikap yang

berlandaskan spiritual keagamaan atau keyakinan yang dianut, sebab sikap

merupakan salah satu objek pembinaan dalam diri manusia dengan

berbagai macam pendekatan salah satunya dengan upaya spiritual

keagamaan yang dianut oleh manusia tersebut.

Sikap spiritual merupakan salah satu aspek penting yang perlu

dihadirkan dalam proses pembinaan atau pengajaran dalam sebuah

lembaga pendidikan, baik formal maupun nonformal, sebab sikap spiritual

adalah sikap yang menyangkut moral sehingga mampu memberikan

pemahaman untuk membedakan sesuatu antara yang benar dan yang salah

1
berdasarkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Evi

Gusviani, 2016: 97-98).

Terkait penjelasan di atas dapat diartikan bahwasanya pembinaan

sikap spiritual adalah upaya pendidikan yang dilakukan secara bertahap

dan mampu menggerakan serta memimpin cara berpikir dan bertingkah

laku agar manusia mampu menjadi makhluk yang bermartabat, bersikap

atas landasan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui

berbagai macam upaya yang dilakukan dalam sebuah proses pendidikan

seseorang baik dalam lembaga resmi seperti sekolah maupun pondok

pesantren.

Pondok pesantren pada dasarnya adalah pendidikan nonformal

sebuah asrama pendidikan Islam tradisional tempat para siswanya tinggal

bersama dan belajar ilmu-ilmu keagamaan di bawah kyai.

Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di pesantren didasarkan atas

ajaran Islam dengan tujuan ibadah untuk mendapatkan ridha Allah

Subhanahu Wa Ta’ala, waktu belajarnya juga tidak dibatasi, dan santri

dibina untuk menjadi mukmin sejati, serta mempunyai integritas pribadi

yang tegar, mandiri, dan mempunyai kualitas intelektual. Sehingga santri

diharapkan dapat menjadi panutan dalam masyarakat, menyebarluaskan

citra nilai budaya pesantrennya dengan ajaran Islam, melalui berbagai

pembinaan sikap spiritual maupun bimbingan keagamaan lainnya agar

dapat diwujudkan (Ferdinan, 2017: 13).

2
Pembinaan sikap spiritual tersebut juga di laksanakan oleh Pondok

Pesantren Salafiyah Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, dalam

bentuk kegiatan-kegiatan pesantren, seperti adanya pembiasaan mujahadah

atau doa bersama, pembiasaan sholat sunnah, serta adanya aturan-aturan

dalam pondok pesantren terkait pergaulan lawan jenis, etika berpakaian,

peraturan sholat berjamaah, maupun dalam bersosial dengan lingkungan

masyarakat ataupun di lingkungan kampus, agar senantiasa menjaga nama

baik pesantren itu sendiri, hal ini di jelaskan oleh ketua Pondok Pesantren

Salafiyah Pulutan.

Hal ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Kota

Salatiga, agar para santri yang mayoritas mahasiswa senantiasa memiliki

sikap spiritual dalam setiap pergaulan sehari-hari. Sebab budaya zaman

sekarang sangat memprihatinkan, terutama masalah kenakalan remaja

sudah mencapai tingkat yang cukup meresahkan bagi masyarakat, salah

satunya pergualan bebas antar lawan jenis, narkoba, minum-minuman

keras serta kurangnya etika pergaulan sehari-hari yang dapat kita ketahui

di zaman sekarang ini (Nina, 2017: 145).

Terkait dengan latar belakang permasalahan diatas, maka penulis

merumuskan judul penelitian “PEMBINAAN SIKAP SPIRITUAL

SANTRI DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH KELURAHAN

PULUTAN KECAMATAN SIDOREJO KOTA SALATIGA TAHUN

2020”.

3
B. Fokus Penelitian

Dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka penulis

merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana bentuk pembinaan sikap spiritual santri yang dilaksanakan

di Pondok Pesantren Salafiyah?

2. Apa saja nilai-nilai pembinaan sikap spiritual santri di Pondok

Pesantren Salafiyah?

3. Apa saja dampak pembinaan sikap spiritual santri di Pondok

Pesantren Salafiyah?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan

yang diajukan diatas, yaitu:

1. Untuk mengetahui bentuk pembinaan sikap spiritual santri yang

dilaksanakan di Pondok Pesantren Salafiyah.

2. Untuk mengetahui nilai-nilai pembinaan sikap spiritual santri di

Pondok Pesantren Salafiyah.

3. Untuk mengetahui dampak pembinaan sikap spiritual santri di Pondok

Pesantren Salafiyah.

4
D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan penulis dalam penelitian ini, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

b. Sebagai sumbangsih referensi bagi peserta didik dalam proses

pembelajarandan peneliti lain yang meneliti suatu konsep terkait

dengan judul karya ilmiah ini.

c. Bagi Institut Agama Islam Negeri secara umum, penelitian ini

diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan pembaharuan

pendidikan Islam dan tambahan koleksi perpustakaan.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan

menambah wawasan pembaca, khususnya mengenai bentuk

pembinaan sikap spiritual santri yang dilaksanakan di Pondok

Pesantren Salafiyah Pulutan Kota Salatiga.

b. Sebagai acuan dalam pembinaan sikap spiritual santri yang

dilakukan di Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Kota Salatiga.

c. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis mengenai

pembinaan sikap spiritual santri yang dilaksanakan di Pondok

Pesantren Salafiyah Pulutan Kota Salatiga.

5
E. Penegasan Istilah

Untuk memperjelas bahwa skripsi yang berjudul “Pembinaan Sikap

Spiritual Santri di Pondok Pesantren Salafiyah Kelurahan Pulutan

Kecamatan Sidorejo kota Salatiga Tahun 2020” akan penulis paparkan

beberapa istilah dalam judul tersebut sebagai berikut:

1. Pondok Pesantren

Pondok Pesantren pada dasarnya adalah pendidikan nonformal

sebuah asrama pendidikan Islam tradisional tempat para siswanya

tinggal bersama dan belajar ilmu-ilmu keagamaan di bawah kyai.

Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di pesantren didasarkan

atas ajaran Islam dengan tujuan ibadah untuk mendapatkan ridha

Allah Ta’ala.

2. Pembinaan Sikap Spiritual

Pembinaan sikap spiritual terhadap manusia dilakukan agar

dapat menjadi sumber inspirasi, pengayom dan pengarah terhadap

masyarakat agar mampu memberikan pengaruh dan corak kehidupan

kepada sekitarnya. Pembinaan sikap spiritual terhadap manusia bukan

hanya dari faktor internal seperti keluarga akan tetapi peranan

eksternal juga sangat dibutuhkan. Upaya dalam pembinaan sikap

spiritual sangat penting untuk ditanamkan, karena spiritual merupakan

pedoman yang harus dijalani dalam (Jaja Suteja, 2015: 5).

6
F. Sistematika Penulisan

Agar dapat dipahami dengan mudah, maka penulis menyusun

rincian penelitian ini ke dalam 5 bab sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN:

Merupakan kerangka dasar yang berisi tentang latar belakang masalah,

fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,

dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA:

Berisi tentang landasan teori bab ini dapat dijadikan dasar untuk penyajian

dan penjelasan lebih luas mengenai variabel dalam judul penelitian

terhadap pokok permasalahan dan kajian pustaka (kajian penelitian

terdahulu).

BAB III METODE PENELITIAN:

Berisi tentang jenis penelitian yang digunakan, lokasi dan waktu

penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, dan

pengecekan keabsahan data.

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA:

Berisi tentang paparan data dan analisis data tentang bagaimana bentuk

pembinaan spiritual santri di Pondok Pesantren Salafiyah Kelurahan

Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, nilai-nilai pembinaan spiritual

7
santri di Pondok Pesantren Salafiyah Kelurahan Pulutan Kecamatan

Sidorejo Kota Salatiga, terkait hambatan dalam pembinaan spiritual santri

di Pondok Pesantren Salafiyah Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo

Kota Salatiga. Dan temuan serta anilis data terkait pembinaan spiritual

santri di Pondok Pesantren Salafiyah Kelurahan Pulutan Kecamatan

Sidorejo Kota Salatiga

BAB V PENUTUP:

Bab terakhir berisi tentang kesimpulan dan saran.

8
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Pengertian Pembinaan

Pembinaan adalah suatu upaya pendidikan yang dilaksanakan

secara sadar, berencana, terarah dan bertanggung jawab dalam rangka

menumbuhkan, membimbing dan mengembangkan dasar-dasar

kepribadian yang utuh agar mampu meningkatkan dan

mengembangkan dirinya, sehingga tercapainya martabat, mutu dan

kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi mandiri (Syaepul,

2017: 52).

Dapat disimpulkan kegiatan Pembinaan juga merupakan usaha,

tindakan dan kegiatan yang di lakukan secara berdaya guna dan

berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih dengan upaya

pendidikan baik formal maupun non formal yang di laksanakan secara

sadar, terencana, terarah, teratur dan bertanggungjawab.

Upaya mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang

utuh dan selaras dalam pengetahuan dan keterampilan yang sesuai,

agar dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas dirinya,

terhadap sesamanya maupun lingkungannya, kearah tercapainya

martabat mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi

yang mandiri (Siti Nisrima, 2016: 194).

9
Melalui keterangan di atas, pembinaan merupakan upaya dalam

memberikan pengarahan yang dilakukan secara bertahap untuk

mencapai sebuah tujuan yang telah ditentukan melalui langkah-

langkah yang telah disusun dan direncanakan untuk mencapai tujuan

agar dapat meningkatkan dan mengembangkan diri, sesamanya

maupun lingkungannya kearah tercapainya martabat, mutu dan

kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri. Salah

satu dari bentuk pembinaan terhadap manusia adalah pembinaan sikap

spiritual merupakan salah satu kunci dalam mengembangkan diri agar

dapat bermanfaat terhadap sesamanya.

2. Pengertian Sikap Spiritual

Sikap spiritual keyakinan atau penanaman dalam diri sikap

percaya kepada Allah dan mematuhi segala perintah-Nya serta

menjauhi segala larangan-Nya. Sejak kecil anak-anak harus

dibiasakan ditanamkan sikap spiritual terutama mengenai aqidah dan

akhlak, agar anak terbiasa dalam pergaulannya hingga besar nanti.

Keberhasilan menanamkan dan mewujudkan nilai-nilai agama dalam

lingkungan, terutama lingkungan keluarga yang akan berpengaruh

kepada lingkungan masyarakat akan menjadi andil besar terhadap

pembentukan prilaku sosial baik yang dapat diterima oleh semua

pihak dijelaskan oleh (Siti Juariah 2018: 34).

Sikap spiritual juga dapat diartikan sebagai kecenderungan

seseorang dalam menghadapi sesuatu berdasarkan keyakinan diri

10
maupun ketakwaannya kepada Tuhan. Selanjutnya, bahwa sikap

spiritual meliputi aspek-aspek ketaatan beribadah, berperilaku syukur,

berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, dan toleransi dalam

beribadah (Rini, 2017: 2).

Jadi sikap spiritual merupakan hubungan prilaku diri seseorang

berlandaskan iman dan taqwa terhadap aspek Hablumminallah dan

Hablumminannas yang dilaksanakan seseorang melalui penguatan

hubungan-hubungan tersebut untuk mewujudkan pribadi diri yang

beriman dan bertaqwa.

Sikap spiritual terdiri dari beberapa butir dan nilai-nilai, terkait

dengan hubungan dalam kehidupan manusia khususnya dalam

hubungan vertikal yaitu: beriman, bertakwa, dan bersyukur kepada

Tuhan Yang Maha Esa. Rangkain nilai-nilai dalam sikap spiritual

dalam hubungan antara manusia dengan tuhan menurut (Martiyono,

2014: 42) adalah:

a. Beriman

Beriman menurut bahasa, iman berarti membenarkan,

sedangkan menurut syara’ membenarkan dengan hati, dalam arti

menerima dan tunduk kepada hal-hal yang diketahui berasal dari

Nabi Muhammad. Dalam surat Al-Anfal ayat 2 (Al-Qur’an dan

Maknanya, 2013: 177), yang berbunyi:

11
‫وب ُه ْم َو إِ ذَ ا‬ ِ ِ ِ َّ َ ُ‫إِ نَّ م ا الْم ْؤ ِم ن‬
ُ ُ‫ين إِ ذَ ا ذُ ك َر اللَّ هُ َو ج لَ ْت ُق ل‬
َ ‫ون ال ذ‬ ُ َ

َ ِ‫اد ْت ُه ْم إ‬
َ ُ‫يم انً ا َو َع لَ ٰى َر بِّ ِه ْم َي َت َو َّك ل‬
‫ون‬ ْ َ‫تُ لِ ي‬
َ ‫ت َع لَ ْي ِه ْم آيَ اتُ هُ َز‬

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah

mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati

mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya

bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya

kepada Tuhanlah mereka bertawakal”.

b. Bertaqwa

Bertaqwa kepada Allah adalah dengan memelihara atau

menjaga diri dari murka Allah dan azabnya. Dalam Ali-Imran

ayat 102 (Al-Qur’an dan Maknanya, 2013: 63), yang berbunyi:

‫آم نُ وا َّات ُق وا اللَّ هَ َح َّق ُت َق اتِ ِه َو اَل تَ ُم وتُ َّن إِ اَّل‬ ِ َّ ُّ ‫ي ا أ‬


َ ‫ين‬
َ ‫َي َه ا ال ذ‬ َ

َ ‫َو أَ ْن تُ ْم ُم ْس لِ ُم‬
‫ون‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, Bertakwalah

kepada Allah sebenar-benarnya takwa kepada-Nya

dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan

muslim”.

12
c. Bersyukur

Bersyukur adalah menyadari bahwa tidak ada yang

memberi kenikmatan kecuali Allah, kemudian apabila engkau

mengetahui perincian kenikmatan Allah kepadamu dengan

anggota tubuh, jasad dan ruhmu, serta seluruh yang engkau

perlukan dari urusan-urusan pengidupanmu, muncullah di dalam

hatimu senang kepada Allah dan kenikmatan-Nya serta anugrah-

Nya dalam dirimu.

Indikator Sikap spiritual diperlukan agar setiap pelaku sebuah

kegiatan dapat mengetahui sejauh mana kegiatan yang dilakukannya

telah berkembang atau berubah. Indikator sikap spiritual (Salim

Wazdy, 2014: 145-146), yaitu :

a. Rajin Berdoa sebelum atau sesudah menjalankan sesuatu

amaliyah.

b. Taat dalam menjalankan ibadah khususnya terhadap Ibadah

wajib.

c. Senantiasa memberikan salam terhadap sesama.

d. Bersyukur pada saat mendapatkan nikmat dan bersabar saat

mendapat musibah.

e. Dapat mengendalikan diri dari segala godaan nafsu setan.

f. Mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu.

g. Berserah diri (tawakal) kepada Tuhan serta berikhtiar dalam

melakukan usaha.

13
h. Menjaga lingkungan hidup di sekitar rumah tempat tinggal,

sekolah dan masyarakat.

i. Memelihara hubungan baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan

Yang Maha Esa.

j. Menghormati orang lain menjalankan ibadah sesuai dengan

agamanya.

Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa sikap spiritual

memiliki berbagai macam tinjauan tentang sikap seorang manusia

dalam berprilaku terkait dengan hubungan dengan tuhan seperti

beriman, bersyukur, dan bertaqwa serta terkait hubungan dengan

masyarakat seperti saling menghargai dan menghormati sesama,

dalam pembinaan sikap spiritual pesantren merupakan salah satu

lembaga pendidikan yang melaksanakan membina para santri menuju

hidup yang lebih terarah dan bermartabat.

3. Pondok Pesantren

Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan

Islam yang tertua di Indonesia. Awal kehadiran pondok pesantren

bersifat Boarding School yang bersifat tradisional untuk mendalami

ilmu-ilmu agama Islam sebagai pedoman hidup tafaqquh fi al-din

dalam bermasyarakat. Pesantren. lembaga pendidikan pesantren

berbentuk asrama yang merupakan komunitas tersendiri di bawah

kemimpinan kyai atau ulama dibantu oleh seorang atau beberapa

orang ulama, atau para ustadz yang hidup bersama dengan para santri

14
melalui masjid atau surau sebagai pusat kegiatan peribadatan

keagamaan maupun pembelajaran. Dari masa ke masa mereka hidup

kolektif antara kyai, ustadz, santri dan para pengasuh pesantren

lainnya, sebagai satu keluarga besar (Imam Syafe’i, 2017: 62).

Pondok pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama

pendidikan Islam tradisional tempat para siswanya tinggal bersama

dan belajar ihnu-ilmu keagamaan di bawah bimbingan guru yang lebih

dikenal dengan sebutan kiai. Asrama untuk para siswa tersebut berada

dalam kompleks pesantren yangdi situ juga kiai bertempat tinggal.

Pada pesantren, juga ada fasilitas ibadah sehingga dalam aspek

kepemimpinan pesantren, kiai memegang kekuasaan yang hampir-

hampir mutlak. (Ferdinian, 2017: 13)

Pondok pesantren mempunyai peran strategis dalam dakwah di

Indonesia sejak era Walisongo khususnya hingga saat ini. Walaupun

sebagai lembaga pendidikan nonformal, namun pondok pesantren

banyak memberikan kontribusi besar dalam mencerdaskan kehidupan

bangsa dan mengusir penjajah dari negeri tercinta ini. Kemampuan

para lulusan pondok pesantren rata-rata juga bisa melebihi lulusan

pendidikan formal karena mereka dibina langsung oleh seorang kyai,

yaitu seorang ahli agama dan ahli dalam bidang lainnya. Realitas yang

ada, pondok pesantren banyak melahirkan tokoh-tokoh pejuang atau

pahlawan dan tokoh-tokoh bangsa yang tidak diragukan lagi

15
kemampuan mereka dalam berbagai bidang selain ilmu agama

(Syaiful Amal, 2018: 254).

Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di pesantren

didasarkan atas ajaran Islam dengan tujuan ibadah untuk mendapatkan

rida Allah SWT, waktu belajarnya juga tidak dibatasi, dan santri di-

didik untuk menjadi mukmin sejati, mempunyai integritas pribadi

yang kukuh, mandiri, dan mempunyai kualitas intelektual. Sehingga,

seorang santri diharapkan dapat menjadi panutan dalam masyara- kat,

menyebarluaskan citra nilai budaya pesantrennya dengan penuh

keikhlasan, dan menyiarkan dakwah Islam (Ferdinian, 2017: 13).

Jadi, Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di

Indonesia yang masih eksis hingga sekarang, pesantren dikenal

sebagai penghasil kaderisi para tokoh agama Islam yang berperan

sebagai pendakwah sekaligus menjadi tauladan masyarakat mengenai

pengenalan dan penanaman maupun pengamalan berbagai macam

nilai-nilai ajaran Islam.

a. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren

Sistem pendidikan pondok pesantren adalah totalitas

interaksi dari rangkaian unsur-unsur pendidikan yang bekerja

sama secara terpadu, dan saling melengkapi satu sama lainnya

menuju tercapainya tujuan pendidikan yang ingin dicapai dalam,

(Kholid 2016: 97).

16
Unsur sistem dari sistem pendidikan pondok pesantren

antara lain: 1) Aktor atau pelaku yaitu kyai berkedudukan sebagai

pengasuh dari pondok pesantren, ustadz atau tenaga pendidik,

santri dan pengurus, 2) Sarana perangkat keras seperti: masjid,

asrama pondok, gedung sekolah atau madrasah, kopreasi atau

kantin serta lainnya, 3) Sarana perangkat lunak yaitu tujuan

pondok pesantren, kurikulum, kitab kuning merupakan media

pembelajaran utama pondok pesantren secara turun temurun dan

merupakan tradisi ciri khas pondok pesantren itu sendiri, tata

tertib, keterampilan, pusat pengembangan masyarakat baik

keagamaan atau sosial, dan lain-lain (Ahmad Shiddiq, 2015: 222).

b. Tiga Pilar Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren

Kurikulum sebagai subject matter dipahami sebagai

seperangkat mata pelajaran yang harus diberikan kepada santri.

Khazanah pesantren dibidang keilmuan meliputi kajian kitab

kuning, pendidikan karakter atau akhlak, dan pendidikan Al-

Quran secara turun menurun, Pendidikan Sunnah, khazanah

tersebut diwariskan dari satu generasi kegenerasi yang berikutnya

(Abu Yazid, dkk, 2018: 199).

Zaman terus mengalami perkembangan, maka beberapa

praktisi pendidikan pesantren kemudian merumuskan elemen-

elemen pondok pesantren, Muhammad Idris Jauhari dan

Muhammad Tidjani Djauhari menyatakan bahwa elemen-elemen

17
pondok pesantren itu terdiri dari kyai yang ikhlas, disegani dan

dihormati serta menjadi panutan santri dan masyarakat. Santri

yang mukim dan mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar,

taat dan percaya sepenuhnya kepada kyai dan seluruh

pembantunya. Nilai dasar, jiwa dan tradisi kepesantrenan yang

bersumber dari ajaran Islam dan budaya bangsa Indonesia, serta

menjadi dasar sumber acuan dan bingkai, seluruh kegiatan kyai

dan santri sehari-hari program pendidikan Islam yang

berlangsung terpadu selama 24 jam, dengan penekanan khusus

pada pengajaran seluk beluk agama Islam masjid dan pondok

sebagai tempat ibadah dan belajar serta tempat tinggal santri

sehari-hari dukungan masyarakat sekitar sebagai bukti bahwa

pesantren adalah lembaga yang tumbuh karena tuntutan

masyarakat, berasal, dikelola dan untuk kepentingan masyarakat

(Rodli Makmun, 2016: 221)

Dalam menghadapi perkembangannya zaman dan juga

untuk menghadapi tantangan modernitas khususnya pendidikan

Islam, pondok pesantren dengan jenis dan corak pendidikan yang

dilaksanakan dalam proses pencapaian tujuan instruksional selalu

menggunakan kurikulum, sehingga kemudian tidak ada

keterasingan istilah kurikulum di dunia pondok pesantren.

Sebagaimana disinggung diatas bahwa kurikulum merupakan

salah satu komponen dari suatu lembaga pendidikan, termasuk

18
pendidikan pondok pesantren. Kurikulum merupakan pengantar

materi yang dianggap efektif dan efisien dalam menyampaikan

misi dan pengoptimalisasian sumber daya manusia (santri).

Dalam upaya mencapai tujuan pendidikan sebagaimana tujuan

didirikannya pondok pesantren yaitu mempersiapkan para santri

untuk menjadi orang alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh

kyai yang bersangkutan serta mengamalkannya dalam

masyarakat.(Kholid Junaedi, 2016: 114).

Sedangkan menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang

sistem pendidikan nasional di Indonesia pasal 36 ayat (2)

dijelaskan bahwa kurikulum dikembangkan dengan prinsip

diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan

peserta didik pada semua jenjang dan jenis pendidikan.

Kurikulum yang dikembangkan di pondok pesantren dapat

dibedakan menjadi dua jenis sesuai dengan jenis dan pola pondok

pesantren itu sendiri (Kholid Junaedi, 2016: 115).yaitu:

1. Pondok Pesantren Salaf (tradisional),

kurikulum pondok pesantren salaf yang statusnya

sebagai lembaga pendidikan non-formal hanya mempelajari

kitab-kitab klasik yang meliputi: Tauhid, tafsir, hadis, ushul

fiqh, tasawuf, bahasa arab (Nahwu, sharaf, balaghah dan

tajwid), mantik, akhlak. Pelaksanaan kurikulum pondok

pesantren ini berdasarkan kemudahan dan kompleksitas ilmu

19
atau masalah yang dibahas dalam kitab. Jadi ada tingkat awal,

menengah dan tingkat lanjutan.

2. Pondok Pesantren Modern

Pondok pesantren jenis ini yang mengkombinasikan

antara pesantren salaf dan juga model pendidikan formal

dengan mendirikan satuan pendidikan semacam

SD/MI,SMP/MTs, SMA/SMK/MA bahkan sampai pada

perguruan tinggi. Kurikulum yang digunakan adalah

kurikulum pesantren salaf yang diadaptasikan dengan

kurikulum pendidikan islam yang disponsori oleh Departemen

Agama dalam sekolah (madrasah). Sedangkan kurikulum

khusus pesantren dialokasikan dalam muatan lokal atau

mungkin diterapkan melalui kebijaksanaan sendiri. Gambaran

kurikulum lainnya adalah pada pembagian waktu belajar, yaitu

mereka belajar keilmuan sesuai dengan kurikulum yang ada di

perguruan tinggi (madrasah) pada waktu kuliah. Sedangkan

waktu selebihnya dengan jam pelajaran yang padat dari pagi

sampai malam untuk mengkaji keilmuan Islam khas pesantren

(pengajian kitab klasik).

Melalui penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa

pondok pesantren mengalami perkembangan dalam konteks

kurikulum, namun pada dasarnya pondok pesantren tetap

menjaga nilai-nilai tradisi dan berbagai metode lama yang

20
dirasa masih memilki dampak terhadap perkembangan. Hal ini

lantas tidak menghilangkan corak pendidikan pondok

pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam dan

sebagai wadah dalam mengajarkan nilai-nilai luhur tentang

sikap dalam sosial maupun dalam ibadah.

c. Tujuan Berdirinya Pondok Pesantren

Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga

pendidikan Islam dengan tujuan utama pendidikan Islam adalah

identik dengan tujuan hidup setiap Muslim yaitu untuk menjadi

hamba Allah yakni hamba yang percaya dan menyerahkan diri

kepada-Nya dengan memeluk Islam dan hal inilah yang disebut

dengan berkepribadian Muslim yang menjadi tujuan akhir dari

pendidikan Islam. Secara teoritis, pendidikan sikap pada dasarnya

bertitik tolak dari urgensi akhlak atau sikap tersebut dalam

kehidupan.

Ilmu akhlak akan menjadikan seseorang lebih sadar lagi

dalam tindak tanduknya. Mengerti dan memaklumi dengan

sempurna faedah berlaku baik dan bahaya berbuat salah.

Mempelajari akhlak dapat menjadikan orang baik. Kemudian

dapat berjuang di jalan Allah, bangsa dan negara. Berbudi pekerti

yang mulia dan terhindar dari sifat-sifat tercela dan berbahaya.

Tujuan yang terpenting bagi pendidikan akhlak dalam Islam

selain membimbing umat manusia dengan prinsip kebenaran dan

21
jalan yang lurus untuk terwujudnya kebahagiaan dunia dan

akhirat (Ikhwan Sawaty, 2018: 33-34).

Sikap adalah perilaku yang tertanam dalam jiwa yang

mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan

pemikiran dan pertimbangan. Dari beberapa pengertian diatas,

dapat diambil beberapa ciri penting dari istilah ahlak/karakter

yaitu: 1) Merupakan perbuatan yang telah tertanam kuat dalam

diri sesorang sehingga menjadi kepribadian, 2) Merupakan

perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran, 3)

Merupakan sebuah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang

yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.

Hal tersebut murni atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan

yang bersangkutan, 4) Merupakan perbuatan yang dilakukan

dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena

bersandiwara, 5) Dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan

yang dilakukan secara ikhlas, semata-mata karena Allah SWT,

bukan karena ingin mendapatkan pujian (Saebani dan Hamid,

2010: 14).

Tujuan pendidikan pondok pesantren sebenarnya mengarah

kepada pengalaman terhadap ilmu yang telah diperoleh yang

disebut dengan ilmu bermanfaat ilm nāfi. Ini menjadi keunggulan

tersendiri pendidikan pondok pesantren, yakni menggabungkan

kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual yang muaranya

22
dapat membina karakter. Pola pendidikan yang diselenggarakan

pondok pesantren beragam. Namun demikian, fungsi yang

diembannya sama yakni mendidik dan mengajarkan ilmu-ilmu

agama Islam sebagai upaya mewujudkan manusia yang Tafaqquh

Fiddīn, yaitu dapat memahami tentang bagaimana dalam

berprilaku (Tatang Hidayat, 2018: 467).

Bukti bahwa pondok pesantren selain sebagai lembaga

pendidikan agama, juga memiliki peran yang sangat penting

dalam mengembangkan kehidupan di wilayah Indonesia. Bentuk

peran itu antara lain: Pertama bentuk peran instrumental yaitu

dalam tatanan inilah pesantren berperan sebagai alat pendidikan

nasional. Kedua adalah peran dalam pelaksanaannya, pondok

pesantren melaksanakan proses pembinaan kecakapan,

pengetahuan, sikap segi keagamaan penjelasan dalam (Engku

2014: 176-177).

Tujuan didirikannya pondok pesantren secara lebih

spesifik, pada dasarnya tertuju kepada dua hal, yakni:

1. Tujuan khusus, yaitu mempersiapkan para santri untuk

menjadi orang alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh

kyai yang bersangkutan serta mengamalkannya dalam

masyarakat.

2. Tujuan umum, yaitu membina anak didik untuk menjadi

manusia yang berkepribadian Islam yang sanggup dengan

23
ilmu agamanya, menjadi mubaligh Islam, dan menjadi

tauladan dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya.

Tujuan berdirinya pondok pesantren selain sebagai wadah

pembelajaran keagamaan juga mempersiapkan para santri untuk

menjadi orang alim dalam ilmu agama serta mengamalkannya

dalam masyarakat.untuk menjadi manusia yang berkepribadian

Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya. Maka dari hal itu

pondok pesantren senatiasa membina sikap para santri dengan

nilai-nilai ajaran Islam. Hal ini tidaklah aneh, sebab nabi

Muhammad sendiri diturunkan atau diwahyukan syariat Islam

merupakan sebagai dasar dalam menyempurnakan akhlak atau

sikap umat manusia (Ferdinian, 2017; 14-15).

Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang

memiliki format pembelajaran 24 jam, merupakan salah satu

lembaga pendidikan Islam yang sangat memilki peran utama

dalam pembinaan akhlak manusia sebagai peserta didik atau yang

lebih dikenal dengan santri dalam belajar dan mengetahui segala

hal tentang Islam, dapar memahami selakligus mengamalkan

tentang apa yang telah dipelajari.

d. Pembinaan Sikap Spiritual dalam Pondok Pesantren

Pembinaan Sikap merupakan upaya pendidikan baik formal

maupun nonformal yang dilaksanakan secara sadar, berencana,

terarah dan bertanggung jawab dalam rangka menumbuhkan,

24
membimbing dan mengembangkan dasar-dasar kepribadian yang

utuh dalam hubungan vertikal dengan Allah Ta’ala. Agama atau

spiritual merupakan sumber nilai moral dan kaidah-kaidah sosial

kemasyarakatan. Nilai-nilai agama yang umumnya sangat

disakralkan merupakan tujuan utama dari mana sistem hukum dan

kaidah sosial dibentuk dan dilembagakan dalam keluarga hingga

ke tengah kehidupan masyarakat oleh (Wartono, 2015: 1068)..

Salah satu objek dalam pendidikan adalah para santri,

melalui pondok pesantren yang menjadi harapan dilingkungan

maupun masyarakat, sebab pondok pesantren wadah dalam

pembinaan sikap dalam kehidupan pondok pesantren yang

senantiasa diajarkan, dibimbing dan dibina tentang bagaimana

berkehidupan sosial muamalah maupun ibadah. Pembinaan sikap

santri yang merupakan proses menanamkan dan menumbuh

kembangkan nilai-nilai agama menjadi bagian dalam diri orang

yang bersangkutan sehingga ia mampu untuk berperilaku dengan

baik sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Pola pembinaan

religiusitas perilaku santri di pondok pesantren, dilaksanakan

secara sadar dan tersusun secara sistematis yang mengarahkan

siswa pada sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai dan ajaran

agama.

25
1) Sikap Spiritual Santri

Pondok pesantren dapat berperan aktif sebagai wadah

pengembang masyarakat, bila pondok pesantren tersebut

menghasilkan para santri yang mampu menjadi tauladan

dalam kehidupan sehari hari baik dalam peribadahan atau

kehidupan sosial serta menjadi harapan, dan contoh bagi

masyarakat (Anis, 2015: 24). Sebab masyarakat adalah salah

satu elemen penting penyangga tegaknya sistem selain rasa

ketakwaan yang tertanam dan terbina pada setiap individu

serta keberadaan Negara sebagai pelaksana syariat Islam.

Adanya sikap saling mengontrol pelaksanaan hukum Islam

dan mengawasi serta mengoreksi tingkah laku (Ismail, 2014:

83).

Pembinaan para santri dalam pondok pesantren sesuai

dengan dasar syariat agama dengan dibekali sikap-sikap

spiritual seperti, budi pekerti, tingkah laku atau tabiat (ath-

thabi’ah), perbedaan yang baik (al-maru’ah), dan agama (ad-

din). yang berguna untuk memberikan petunjuk-petunjuk

kepada santri tentang cara berbuat kebaikan dan

menghindarkan keburukan agar kelak mampu menjadi

manusia yang senantiasa beriman dan bertakwa serta

memiliki nilai-nilai sosial positif dalam kehidupan

masyarakat (Irwan, 2017: 124).

26
Upaya pembinaan juga dilakukan dalam menanamkan

dalam diri para santri sikap percaya kepada Allah, dan

mematuhi segala perintah-Nya serta menjauhi segala

larangan-Nya, dengan metode pembiasaan dalam sikap

spiritual terutama mengenai sikap spiritual, agar santri

terbiasa dalam pergaulannya hingga terjun di masyarakat

nanti. Dan berhasil menanamkan dan mewujudkan nilai-nilai

agama dalam lingkungan, terutama lingkungan keluarga yang

akan nantinya berpengaruh kepada lingkungan masyarakat

akan menjadi andil besar terhadap pembentukan prilaku

sosial baik yang dapat diterima oleh semua pihak yang selalu

mengadakan interaksi dengan mereka dalam rangka

memenuhi kebutuhan pokoknya (Juariah, 2018: 34-35).

Jadi, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan

yang berperan akitif dalam mewujudkan masyarakat yang

memilki norma kemanusiaan dimana peran pesantren adalah

dalam membentuk para santri yang kelak akan menjadi

kader-kader pembina sekaligus tauladan dilingkungan mereka

melalui berbagai macam pengetahuan tentang keilmuan

agama dan tentang norma-norma sikap terkait hubungan

ibadah maupun muamalah yang telah didapat dari pondok

pesantren.

27
2) Nilai-Nilai Sikap Spiritual Santri

Proses penanaman nilai sikap spiritual yang dilakukan

oleh kyai (pendidik) terdapat di awal pembelajaran atau

kegiatan pendahuluan dalam kegiatan pesantren, dengan cara

memberikan motivasi atau dorongan, arahan, dan larangan

atau peringatan kepada santri (peserta didik) melalui

mengamati dan menyebutkan contoh-contoh himpunan

ciptaan Tuhan yang ada di dalam kehidupan mereka sehari-

hari untuk memahami tentang bukti akan adanya tuhan dan

manusia sebagai hamba sehingga dapat faham menganai

kewajiban menjadi seorang mahkluk yang diciptakan oleh

yang kuasa (Kurinasih dan Sani 2014: 56).

Tujuan utama pendahuluan adalah memantapkan

pemahaman santri terhadap konsep konsep yang telah

dikuasai yang berkaitan dengan materi pelajaran baru yang

akan dipelajari santri. Dengan demikian, jika sikap spiritual

dikembangkan dalam kegiatan pondok pesantren diharapkan

agar santri dapat lebih mudah memahami konsep materi dan

sikap yang telah dikembangkan. Proses integrasi sikap

spiritual juga dikembangkan dalam kegiatan inti. Sikap

spiritual yang dikembangkan oleh guru adalah bersyukur dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kegiatan tersebut

28
dilakukan dengan tujuan agar siswa memiliki rasa syukur atas

segala nikmat dan karunia yang telah diberikan oleh Tuhan

Yang Maha Esa terhadap mereka, siswa lebih bertakwa

sehingga keimanan siswa menjadi meningkat sehingga akan

terbentuk santri yang berkarakter dengan keimanan yang

kuat. Sejalan dengan pendapat (Lubis dan Wijayanti, 2014:

53) bahwa iman yang kuat akan mengarahkan seorang

manusia sebagai individu untuk dapat menemukan kebenaran

yang sebenar-benarnya.

Kesulitan yang dialami terkait dengan proses integrasi

sikap spiritual adalah kesulitan dalam mengembangkan sikap

spiritual yang tepat untuk santri sesuai dengan kebutuhan

santri tersebut. Hal ini dipandang sulit dilakukan mengingat

karakter setiap santri itu berbeda-beda. Proses integrasi sikap

sosial dilakukan oleh seorang kyai dengan memberikan

arahan, peringatan dan larangan dalam (Fadillah, 2014: 182).

Kegiatan penutup ditujukan untuk validasi terhadap

konsep atau prinsip yang telah dikonstuksi oleh santri. Sikap

spirtual yang dikembangkan pondok pesantren adalah sikap

disiplin, gotong-royong, peduli, tanggungjawab dan toleransi.

Dengan dikembangkannya sikap tersebut diharapkan santri

mempunyai sikap sosial terutama sikap disiplin,

gotongroyong, peduli, tanggung jawab dan toleransi yang

29
baik serta dapat menerapkannya dalam segala aspek

kehidupan mereka terutama aspek sosial (Kurinasih dan Sani,

2014: 57)

Nilai-nilai sikap spiritual santri adalah terkait dalam

nilai acuan mengenai sikap yang baik dengan sudut pandang

berlandaskan aturan syariat Islam yang berlaku, dalam hal ini

pesantren merupakan lembaga yang menjadi wadah dalam

memahami konsep materi dan sikap yang telah

dikembangkan. Proses integrasi sikap spiritual juga

dikembangkan dalam kegiatan inti pondok pesantren untuk

membentuk dan membina santri menuju tujuan yang

diharapkan melalui berbagai metode atau cara.

3) Metode Bentuk Pembinaan Sikap Spiritual Santri

Metode pembinaan sikap spiritual dapat dilihat dari dua

segi, pertama sasaran yang dihadapi dan kedua sifat

pembinaan. Dari segi sasaran yang dihadapi, pembinaan

mental agama dapat dilakukan melalui, metode individual

dan metode kelompok. Metode individu disebut dengan

personal approach (pendekatan pribadi), karena dalam

pelaksanaannya secara langsung dilakukan secara pribadi

yang bersangkutan, dalam bentuk seperti: dengan memberi

nasehat, memberi penjelasan maupun dengan membantu

memecahkan masalah yang dihadapi santri oleh kyai maupun

30
tenaga pendidik pondok pesantren. Sedangkan metode

kelompok, lebih terfokus pada komunikasi umat secara

komprehensif, dengan menggunakan komunikasi massa

seperti kegiatan mengaji atau proses intarksi dalam

kelembagaan pondok pesantren. penuturan oleh (Jaja Suteja,

2015: 9).

Pembinaan sikap spiritual dalam pondok pesantren juga

melalui, metode keteladanan pembinaan sikap dengan cara

keteladanan ini telah dilakukan oleh Rasulullah saw. sebagai

misi utamanya dalam menyempurnakan sikap mulia, Ada dua

faktor utama yang menimbulkan gejala penyimpangan moral

di kalangan remaja, yaitu keteladanan yang buruk dan

pergaulan yang rusak, selanjutnya melalui metode

Pembiasaan (Ta’wid) Pendekatan pembiasaan adalah

memberikan kesempatan kepada remaja untuk senantiasa

melakukan hal-hal yang baik dan menjauhi hal-hal yang

kurang baik dalam rangka membentuk moralul karimah

(Depag, 1996 : 3). Apabila remaja dibiasakan dan diajarkan

dengan kebaikan, maka ia akan tumbuh dalam kebaikan pula.

Tapi jika dibiasakan dengan kejelekan dan dibiarkan sebagai

mana binatang ternak, niscaya akan menjadi jahat dan binasa

(Audah Mannan, 2016: 43-44).

31
Melalui penjelasan tersebut pembinaan sikap spiritual

merupakan usaha untuk membentuk sikap atau perilaku

sesuai dengan landasan syariat agama melalui berbagai

macam faktor internal maupun eksternal, pesantren

merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang

membentuk sikap spiritual terhadap para santri agar dapat

berguna bagi masyarakat maupun agama melalui berbagai

macam metode, seperti nasehat atau keteladanan oleh kyai

ataupun ulama, juga pembinaan melalui berbagai macam

pendekatan kelompok seperti kegiatan mengaji pesantren dan

lainnya

B. Kajian Pustaka

Setelah penulis membaca dan mengamati beberapa skripsi serta

jurnal yang ada, penulis menemukan beberapa skripsi yang relevan dengan

penelitian ini. Akan tetapi, terdapat perbedaan dengan penelitian yang

dilakukan penulis, di antaranya yaitu:

1. Jurnal yang ditulis oleh Jaja Suteja. 2015. Dengan judul:

“Peran Kyai Dalam Pembinaan Sikap Spiritual Santri Remaja

Di Pondok Pesantren Kota Cirebon (Studi Multisitus di Pondok

Pesantren Jagasatru, Al-Istiqomah, Ulumuddin, dan Madinatunnajah

Kota Cirebon)”. Orasi. Vol, 6. No. 1. Penelitian jurnal ini berisi

tentang:

32
Jurnal ini berisi tentang kegiatan aktivitas pembinaan sikap

melaui kegiatan dakwah di Pondok Pesantren Jagasatru, Al-Istiqomah,

Ulumuddin, dan Madinatunnajah Kota Cirebon dilaksanakan melalui

dua bidang yaitu bidang tabligh atau dakwah dan pendidikan. Untuk

bidang tabligh, kegiatan yang dilaksanakan seperti: pengajian Al

Qur’an, kitab kuning, tafsir dan hadits, khitobah, pengajian tahlil dan

yasin, sholawat dan barjanzian, dan kegiatan kegiatan-kegiatan

lainnya yang bercorak keagamaan. Sedangkan untuk bidang

pendidikan, seperti: partisipasi mengajar pendidikan agama untuk

anak-anak seklah di Madrasah Ibtidaiyyah, Madrasah Tsanawiyah,

Madrasah Aliyah, maupun di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Persamaan jurnal ini membahas tentang pembinaan sikap

spiritual santri dalam sebuah pondok pesantren melalui berbagai

macam kegiatan pondok dengan menggunakan berbagai pendekatan,

antara lain melalui pendekatan pengajian al-Qur‟an dan hadits, tafsir

dan kitab kuning.

Perbedaan jurnal ini menggunakan berbagai pendekatan, antara

lain melalui dengan menggunakan berbagai pendekatan, namun

terfokus dalamn mental spiritual bukan dalam wujud aspek sikap

spiritual dalam kehidupan seperti bagaimana bersikap dengan

masyarakat ataupun lingkungan serta pembinaan dalam jurnal ini

berperan atau terfokus pada bagaimana peran kiyai dalam pembinaan

santri pondok pesantren.

33
2. Jurnal yang ditulis oleh Siti Juariah Dkk. 2018. Dengan judul:

“Peran Pondok Pesantren Darussannah Dalam Meningkatkan

SikAp Spiritual Masyarakat Desa Iwul, Kecamatan Parung,

Kabupaten Bogor”. Prosa PAI (Prosiding Al- Hidayah: Pendidikan

Agama Islam). Vol, 1. No, 1. Penelitian jurnal ini berisi tentang:”

Jurnal penelitian ini berisi tentang bagaimana, peran pondok

pesantren Darussunah menanamkan sikap spiritual terhadap masyarakat

desa Iwul RT. 01/RW.02. Dengan mengadakan pengajian berupa

pembelajaran Al- Quran karena orang tua di sini secara khususnya

masih buta huruf Al-Quran, maka para dai dan ustadz mencoba

membangun sikap spiritual dengan pendekatan baca tulis Al-Quran

terlebih dahulu.

Persamaan jurnal ini menulis tentang Peran pondok pesantren sikap

spiritual terhadap masyarakat desa dan upaya membangun sikap

spiritual dengan pendekatan baca tulis Al-Quran terlebih dahulu.

Kemudian mengadakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan Pondok

Pesantren Darussunnah yang berdampak pada peningkatan sikap

spiritual.

Perbedaan jurnal ini terkait yang telah dilakukan pondok pesantren

Darussunnah dalam memperbaiki kondisi sikap spiritual masyarakat

lingkungan sekitar. Dengan merekrut keluarga-keluarga dan dibina

berjumlah empat orang oleh ustadz yang awalnya mendirikan Pondok

Pesantren Darussunnah.

34
3. Jurnal yang ditulis oleh Syaepul Mannan yang berjudul:

“Pembinaan Akhlak Mulia Melalui Keteladanan dan Pembiasaan”

Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim Vol, 15. No, 1-20. Tahun 2017.

penelitian ini berisi tentang:

Jurnal tersebut menjelaskan tentang, pelaksanaan pembinaan

akhlak mulia di MTs Al Inayah menggunakan dua metode, keteladanan

dan pembiasaan. Metode-metode tersebut terimplementasikan ke dalam

program rutinitas dan insindental yang menjadi keharusan bagi peserta

didik.

Persamaan Jurnal ini menjelaskan tentang bagaimana pelaksanaan

pembinaan akhlak mulia dengan menggunakan dua metode,

keteladanan dan pembiasaan serta materi pembinaan yang diberikan

kepada peserta yaitu materi tentang kedisiplinan dan keagamaan.

Kedisiplinan yang meliputi kedisiplinan waktu, menegakan aturan dan

sikap yang diberikan yaitu tentang ibadah keseharian.

Perbedaan dalam jurnal ini yang menjadi subjek adalah struktur

pendidikan atau tenaga pendidik dalam lingkungan sekolah seperti guru

mapel, guru pai, wali kelas, BK, dan evaluasi tentangsejauh mana

pembinaan yang mereka lakukan.

35
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, yakni menggunakan

jenis pendekatan penelitian kualitatif deskriptif, adalah salah satu jenis

penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai

setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai

suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan

sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti

antara fenomena yang diuji.Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki

definisi jelas tentang subjek penelitian dan akan menggunakan pertanyaan

who dalam menggali informasi yang dibutuhkan.

Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran

akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah

proses atau hubungan, memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk

verbal atau numerikal, menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan,

menciptakan seperangkat kategori dan mengklasifikasikan subjek

penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan atau proses, serta untuk

menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian

(Unika Prihasanti, 2018: 129). Metode kualitatif sendiri merupakan tradisi

tertentu dalam ilmu pengetahuan yang secara fundamental bergantung

pada pengamatan manusia dan pengawasanya sendiri dan berhubungan

36
dengan orang-orang tersebut dalam bahasaya dan dalam istilahnya (Sandu

Siyonto, 2015: 27).

Metode kualitatif merupakan kegiatan yang berusaha mengungkap

berbagai keunikan yang terdapat dalam individu, kelompok, masyarakat,

dan organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara menyeluruh dai rinci,

dan dapat di pertanggung jawabkan secara ilmiah (Sandu Siyonto, 2015:

28).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Pondok Pesantren Salafiyah,

Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga. RT 01. RW

02, Jalan Dipomenggolo.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 26 Juni 2020 sampai

dengan 30 Juni 2020.

C. Sumber Data

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data primer atau

sumber data utama adalah kata kata dan tindakan orang-orang yang

diamati dalam proses penelitian sebagai upaya pengumpulan data.

Hal ini tercermin dengan adanya kata-kata yang diperoleh dari

lapangan dengan melakukan wawancara terhadap pengasuh, pengurus,

37
serta santri di Pondok Pesantren Salafiyah, Kelurahan Pulutan,

Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga (Sugiyono, 2016: 62).

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain

atau lewat dokumen. Penelitian ini menggunakan data sekunder untuk

memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah

dikumpulkan melalui studi pustaka, serta dengan dokumentasi yang

berupa foto-foto kegiatan yang bersinggungan dengan judul

pembinaan sikap spiritual santri di Pondok Pesantren Salafiyah,

Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga (Sugiyono,

2016: 62).

D. Prosedur Pengumpulan data

1. Wawancara

Wawancara adalah proses penting dalam melakukan penelitian

khususnya yang bersifat kualitatif, dalam wawancara selalu ada dua

pihak yang masing-masing mempunyai kedudukan yang berlainan.

Pihak yang satu dalam kedudukan sebagai pencari informasi atau

interview dan yang lain sebagai pemberi informasi interview. Tujuan

dari wawancara adalah untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan

untuk membuat rumusan penting dalam mencapai tujuan penelitian

dalam (Mita Rosaliza, 2015: 71).

38
Wawancara yang dilakukan peneliti yaitu dengan

mewawancarai pengasuh, pengurus, dan beberapa ustadz ataupun

tenaga pendidik, di Pondok Pesantren Salafiyah, Kelurahan Pulutan,

Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga dengan wawancara semi

terstruktur yakni wawancara dimulai dari isu yang dicakup dalam

pedoman wawancara.

2. Observasi

Menurut penjelasan Nasution menyatakan bahwa, observasi

adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat

bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang

diperoleh melalui observasi.data ini dikumpulkan dan sering dengan

bantuan berbagai alat-alat yang canggih, sehingga benda-benda yang

sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda

ruang angkasa) dapat di observasi dengan jelas (Sugiyono, 2015: 226).

Observasi yang akan dilakukan oleh penulis adalah dengan

nonpartisipasi, kegiatan observasi tersebut peneliti berada berada di

luar garis dari kegiatan obyek observasi yang hendak dilakukan yakni

di Pondok Pesantren Salafiyah, Kelurahan Pulutan, Kecamatan

Sidorejo, Kota Salatiga, misalnya peneliti mengobservasi tanpa

menjadi santri pondok pesantren tersebut. Observasi jenis seperti ini

banyak dipergunakan oleh para peneliti karena banyaknya kesulitan

yang mereka ditemui ketika menggunakan metode observasi

partisipasi (Hasanah, 2016: 36).

39
3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah sebagai sarana pengingat yang disimpan

dalam berbagai bentuk maka diperlukan sistem temu kembali yang

efisien dan efektif. Fungsi manajemen arsip yang baik diperlukan

sehingga proses pekerjaan dapat berlangsung dengan baik.

Manajemen sebagai proses untuk mencapai tujuan organisasi

memerlukan memerlukan dokumentasi yang dapat memberikan

bantuannya bila diperlukan melalui beberapa foto mauapun dokumen-

dokumen yang sudah ada di Pondok Pesantren Salafiyah, Kelurahan

Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga (Agung, 2015: 10).

E. Analisis Data

Analisis data dalam proses kualitatif merupakan proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan

satuan uraian dasar yang dituju sehingga dapat ditemukan hipotesis kerja

seperti yang disarankan oleh data tersebut. Alat analisis data merupakan

tahap proses pemecahan data menjadi komponen-komponen yang lebih

kecil dari elemen dan struktur tertentu (Sandu Siyonto, dan Ali Sodik,

2015: 120). Tahapan proses analisis data adalah sebagai berikut:

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan bagian dari analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan

mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga

kesimpulankesimpulan akhirnya dapat ditarik dan dan diverifikasi dari

40
penelitian yang dilakukan penulis di Pondok Pesantren Salafiyah

Pulutan Salatiga.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok

memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu (Sandu Siyonto, dan Ali Sodik, 2015:

122).

2. Penyajian data

Penyajiyan data adalah sekumpulan informasi yang tersusun

yang memberi serta memungkinkan adanya kesimpulan terkait data

penelitian yang ingin didapatkan oleh penulis tentang sebuah judul

penelitian dalam Sandu Siyonto dan Ali Sodik (2015:123).

Kesimpulan dan verifikasi merupakan tahap akhir dalam proses

analisis data. Pada bagian ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari

data-data yang di peroleh Dalam tahap ini peneliti menganalisis data

dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi, kemudian peneliti

menyeleksi dan menjelaskan data yang diperoleh sehingga dapat

dipahami isi maksud dan tujuannya (Sandu Siyonto, dan Ali Sodik,

2015: 124).

F. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data dilaksanakan untuk membuktikan

kebenaran temuan hasil penelitian dengan kenyataan di lapangan. Adapun

cara untuk mengecek keabsahan data yaitu dengan perpanjangan

pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi, analisis kasus negatif,

41
menggunakan bahan referensi dan mengadakan member chek. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber dalam mengecek

keabsahan data. Triangulasi adalah proses membandingkan data melalui

hasil wawancara (Satori, 2017: 170-171), antara pengasuh, pengurus,

ustadz-ustadzah dan santri di Pondok Pesantren Salafiyah, Kelurahan

Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga.

42
BAB IV

PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Kondisi Umum Pondok Pesantren Salafiyah

1. Profil Pondok Pesantren Salafiyah

Pondok Pesantren Salafiyah didirikan pertama oleh Kyai

Syarqowi pada Tahun 1770 Masehi, yang juga merupakan pendiri dari

Masjid Asy Syarqowi Pulutan yang menjadi pusat kegiatan

keagamaan warga pulutan dan sekitarnya. Diteruskan oleh putranya

Kyai Surur yang wafat pada saat sedang beribadah haji dan

dikebumikan disana. Kepengasuhan pondok diteruskan oleh KH

Daqoqiul Nawawi, kemudian putranya KH Qodri Nawawi. Dan

dilanjutkan oleh KH Abdul Basith, pada masa ini kepemimpinan

pesantren diasuh dengan sistem kolektif bersama dengan tokoh-tokoh

agama Pulutan, untuk perkembangan pondok pesantren dalam sosial

kemasyarakatan.

2. Letak Geografis

Pondok Pesantren Salafiyah berlokasi di Pulutan RT 01, RW 02

Jalan Dipomenggolo, Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota

Salatiga, Kelurahan Pulutan terletak di bagian barat Kecamatan

Sidorejo sisi utara desa berbagi garis perbatasan dengan Blotongan,

sementara itu garis perbatasan timur dibagi dengan Kecamatan

Sidorejo Lor dan Sidomukti. Sebelah barat berbatasan dengan

Kabupaten Semarang.

43
3. Kondisi Pondok Pesantren

Untuk mendukung proses belajar santri maka membutuhkan

guru dan staf yang mampu memenuhi kebutuhan tersebut. KH. Abdul

Basith, M. Pd. I sebagai kepala pesantren Salafiyah, pesantren juga

dibantu oleh beberapa kyai di Pulutan mereka adalah: K. Dimyati

Haromain, KH. Zunaidi, BA, KH. Sonwasi, BA. K. Muhyi, Pak

Munajat, MA, Ph.D. Ustadz Murtadho.

4. Kondisi Santri

Santri Pesantren Salafiyah yang bermukim di Pondok Pesantren

Salafiyah adalah 39 santri termasuk santriwan dan santriwati. Banyak

santri yang datang dari daerah sekitar Salatiga termasuk: Batang,

Boyolali, Pati, Purwodadi, Demak, Magelang dan daerah lainnya.

Semua santri di pondok adalah mahasiswa dari beberapa universitas di

Salatiga, mayoritas adalah mahasiswa Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga.

5. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Salafiyah

Tabel 4.1

Susunan Tugas dan Jabatan

NO Jabatan Nama
1. Pengasuh Drs. KH. Abdul Basith, M.Pd.I.
2. Penasihat KH. Shonwasi Ridwan, KH Zunaidi

Nawawi
3. Staf Pendidikan 1. KH Abdul Basith, M. Pd. I.

2. KH Zuanaidi Nawawi

44
3. KH Dimyati Haramain

4. KH Muhyi

5. Ustadz Murtadho S. Ag.

6. Munajat, MA, Ph. D.

7. KH. Shonwasi Ridwan BA.

4. Ketua Pondok M. Adib Muzakky S. Pd.


5. Wakil Ketua Yustika Maulani
6. Sekretaris 1. Laelia Risa’ul Umami

2. Fahmi Ridho Aulia


7. Bendahara 1. Salsabilla Firda Anjani

2. Ahmad Hendri Susilo

8. Divisi Pendidikan 1. Abdul Rosid M. Pd.

2. Himmatul Aliyyah S. Pd.

9. Divisi Keagamaan Wahyu Najib Fikri M. Pd.


10. Devisi Bahasa Wawan Kurniawan S. Pd.
11. Keamanan 1. Dodi Suryanto (Keamanan Putra)

2. Tyas Qurot’uyun (Keamanan

Putri)

12. Kebersihan 1. Rosid Ridho

2. Nurul Hidayah

6. Jadwal Kajian Pondok Pesantren Salafiyah

Tabel 4.2

Jadwal Kajian Pondok Pesantren Salafiyah

45
NO Hari Kajian dan Waktu Tempat

Pengasuh
1. Senin .Al Quran dan Tafsir 18.10 Serambi

(Ust. Murtadho. S. (Ba’da Masjid Asy-

Ag.) Maghrib) Syarqowi


Kifayatul Akhyar 19.15 Serambi

(KH. Abdul Basith (Ba’da Masjid Asy-

M. Pd. I.) Isya) Syarqowi


2. Selasa Ilmu Falaq 19.15 Serambi

(KH. Dimyati (Ba’da Masjid Asy-

Haramin) Isya) Syarqowi


Dorotun Nasihin 04.55 Serambi

(KH. Zunaidi (Ba’da Masjid Asy-

Nawawi) Subuh) Syarqowi


3. Rabu Tanqihul Qoul 18.10 Serambi

(KH Muhyi) (Ba’da Masjid Asy-

Maghrib) Syarqowi
Mabadi’ Awaliyyah 19.15 Serambi

(Munajat, MA, PhD.) (Ba’da Masjid Asy-

Isya) Syarqowi
4. Kamis Jawahirul Bukhori 18.10 Mushola

(KH. Sonwasi (Ba’da Burhan

Ridwan) Maghrib)
Ilmu Nahwu 19.15 Serambi

(KH. Abdul Basith) (Ba’da Masjid Asy-

Isya) Syarqowi
5. Jum’at Tahlil dan Mujadah 18.10 Serambi

Surat Yasin, Surat (Ba’da Masjid Asy-

46
Waqi’ah, Surat Al- Maghrib) Syarqowi

Mulk (KH. Abdul

Basith)
Pembacaan Maulid 19.15 Serambi

Dziba’ atau Maulid (Ba’da Masjid Asy-

Barzanji (Santri Isya) Syarqowi

Pondok Pesantren

Salafiyah)
Ziarah Kubur 04.55 Makam

(Kemakam Masayikh (Ba’da Pulutan

Pulutan) Subuh)
6. Sabtu Kifayatul Akhyar 18.10 Serambi

(KH. Abdul Basith (Ba’da Masjid Asy-

M. Pd. I Maghrib) Syarqowi


Khitobah (Santri 19.15 Serambi

Pondok Pesantren (Ba’da Masjid Asy-

Salafiyah) Isya) Syarqowi


7. Minggu Riyyadus Sholihin 04.55 Masjid Asy-

(KH Zunaidi (Ba’da Syarqowi

Nawawi) Subuh)
Kerja Bakti (Santri 06.30 Masjid Asy-

Pesantren) Syarqowi,

Pondok

Pesantren

Salafiyah

47
7. Kegiatan akademik

Yang akan dikembangkan dan menjadi ciri khas Pondok

Pesantren Salafiyah dalam kegiatan akademik adalah sebagai berikut:

a. Ilmu Falaq

b. Ilmu kemasyarakatan

c. Berbicara di depan umum

d. Bahasa Inggris

8. Aturan Pondok Pesantren Salafiyah tentang Peraturan Pulutan:

a. Semua antri diharuskan untuk menghadiri dan mengikuti semua

kegiatan.

b. Semua santri perempuan diharuskan berpakaian, sopan dan rapi

dan menutup aurat.

c. Semua santri laki-laki wajib mengenakan sarung dan busana

muslim.

d. Melakukan sholat lima waktu dan menghadiri Pesantren kegiatan.

e. Santri laki-laki tidak boleh masuk ke kamar Wanita tanpa ada izin

dari pengurus serta pengasuh.

f. Santri perempuan tidak boleh masuk ke ruang Pria tanpa izin dari

dewan.

48
g. Semua santri tidak boleh memiliki kegiatan lebih dari sebelas jam

di malam hari.

h. Semua santri harus menjunjung tinggi sifat kejujuran,

kepercayaan, dan tanggung jawab.

i. Semua santri harus meminta izin kepada pengurus pondok kapan

dia akan menghabiskan malam di luar.

j. Semua santri didorong untuk menyapa sehubungan dengan

bahasa yang sopan, terhadap tokoh masyarakat, guru, dan semua

masyarakat Pulutan pada umumnya.

k. Semua siswa harus bergabung dengan kegiatan komunitas, seperti

komunitas layanan.

l. Setiap santri wajib menjaga nama baik pondok di lingkungan

manapun.

m. Setiap santri harus seantiasa izin kepada pengasuh saat pulang

kerumah masing masing dan kembali sesuai dengan waktu yang

telah disepakati.

n. Semua santri harus berpartisi aktif dalam setiap kegiatan

masyarakat yang dimana pondok pesantren dituntut untuk

berperan di dalamnya.

9. Kegiatan Bulanan dan Tahunan Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan

meliputi:

a. Anjangsana: kegiatan setiap dua bulan sekali yang

dilaksanakan di akhir bulan dalam bentuk sebagai wujud

49
nilai-nilai persaudaraan antara santri dan keluarga sehingga

terjalin nilai-nilai ukhuwah Islamiyah antara pesantren dan

keluarga santri

b. Manaqib

c. Mujahadah Khusus: merupakan rangkian upacara doa

sebagai wujud tercapainya hajat melalui berbagai bacaan

khusus dalam rangka hari khusus seperti malam nisfu

sya’ban. 1 muharram dan lainya

Kegiatan tahunan meliputi :

1) Silaturahmi lebaran kepada para tenaga pendidik

pesantren sebelum masa liburan atau ketika syawal

2) Upacara keagamaan seperti hari raya qurban dengan

kegiatan gotong royong dengan para warga

10. Sistem pembelajaran Pondok Pesantren Salafiyah

Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan menggunakan sorogan

(Individual) dan bandongan (klasik) sistem. Bandongan adalah bentuk

belajar dan mengajar di mana guru dan siswa melakukannya secara

klasik dalam mempelajari buku kuning (Kitab Kuning) yang

dimaknai, memberi makna dan menggambarkan konteks yang dibaca,

sementara santri mendengarkan dan menulis deskripsi makna itu

dianggap sebagai bagian penting dari buku ini. Ada juga beberapa

kegiatan yang menjadi rutinitas harian atau mingguan santri, yaitu

50
sebagai berikut: Tahajud dan Dhuha, kegiatan Khitobah, pembacaan

kitab suci Alquran, Barzanji dan Rebana, Ziarah Kubur, dan Tahlil.

Selain kegiatan pembelajaran tersebut Pondok Pesantren

Salafiyah juga mengadakan kegiatan khitobah dalam rangka

mengembangkan kemampuan santri, serta kegiatan berbasis sosial

kemasyarakatan seperti bersih-bersih masjid, maupun takziah serta

bantu bantu terhadap hajat warga.

Pondok Pesantren Salafiyah memiliki Visi dan Misi. Untuk visi

Pondok Pesantren Salafiyah Menjadi Pesantren yang unggul dengan

mewujudkan keseimbangan kemampuan keilmuan keislaman dan

kemampuan bermasyarakat. Misi Pesantren Salafiyah sendiri adalah:

a. Mewujudkan santri yang menguasai dan memahami tradisi-tradisi

Ahlussunah wal Jama`ah.

b. Mewujudkan santri yang menguasai keilmuan keislaman: Aqidah,

Akhlak, Fiqih dan Usul Fiqih, Hadist dan Ilmu Al-Hadist, Al-

Qur`an dan Ilmu Al-Quran dan Ilmu Falaq.

c. Mewujudkan santri yang menguasai ilmu-ilmu alat, yaitu bahasa

Arab dan Inggris.

d. Mewujudkan santri yang mempunyai kemampuan bermasyarakat

yang kuat dan kepedulian sosial yang tinggi.

B. Temuan Penelitian

Pembinaan sikap spirtual dalam Pondok Pesantren Salafiyah adalah

merupakan hal yang sangat penting, dimana banyak manusia yang

51
memiliki kecerdasaan intelektual secara akademisi namun ada yang

hidupnya tanpa berlandasan sikap spiritual, dengan dibina sikap

spiritualnya mahasiswa yang berstatus sebagai santrri Salafiyah, selain

dapat didikan kampus maka, mereka harus terdidik secara akhlak atau

sikap sebab nantinya antara mahasiswa yang berbasis pendidikan

pesantren dan non pesantren agar dapat memberi perbedaan disetiap

lingkungan yang mereka tempati serta memberikan pengaruh yang baik

dalam pengembangan serta bimbingan masyarakat melalui berbaigai etika

atau norma dengan nilai-nilai pembinaan sikap yang didapat dari pesantren

melalui berbagai ilmu dan arahan serta kebiasan tentang tradisi atau

pengalaman yang telah didapatkan yang menjadi landasan hidup.

1. Bentuk Pembinaan Sikap Spiritual Santri Pondok Pesantren

Salafiyah

Bentuk dalam pembinaan sikap spiritual santri di Pondok

Pesantren Salafiyah Pulutan adalah upaya mendidik santri agar selalu

senantiasa bertindak dan berprilaku sesuai dengan nilai-nilai spiritual

ajaran agama yang dalam hal ini agar santri dapat menjadi ruh dan

contoh dalam bersikap terkait dalam bersosial maupun dalam

beribadah dalam masyarakat kelak. Sehingga ada beberapa bentuk

pembinaan sikap yang dilaksanakan Pondok Pesantren Salafiyah

dalam membina para santrinya untuk mewujudkan santri yang sesuai

dengan tujuan dan visi misi lembaga pesantren.

52
Dijelaskan oleh KH. AB, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah,

Salatiga bahwa:

“Terdapat beberapa upaya Pondok Pesantren Salafiyah dalam


membina sikap spiritual santri, dasar awal adalah upaya untuk
membentuk para santri agar senatiasa taat kepada Allah dalam
menjalankan segala perintahnya, serta menjauhi segala
laranganya, taat dan selalu cinta serta meneladani sikap sikap
sang nabi, taat kepada orang tua, bersosial dengan baik dan bisa
menghargai orang lain sera taat terhadap sang guru melalui
upaya dalam berbagai kegiatan pesantren: bentuk kegiatan
pembinaan dalam pondok pesantren seperti pengajian
keagamaan, nasehat serta tauladan oleh sang guru terhadap para
santri (KH. AB. Bpss, wawancara pada tanggal 26 Juni 2020
pukul 17.00)”.

Dituturkan lain oleh MAM, Ketua Pondok Pesantren Salafiyah

Pulutan bahwa:

“Bentuk pembinaan sikap spiritual di Pondok Pesantren


Salafiyah sangatlah banyak yakni, seperti adanya kegiatan sholat
sunnah pada hari hari khusus yang diperintahkan dan
dicontohkan oleh pengasuh serta kegiataan doa bersama dengan
para warga seperti pada malam Rebo Wekasan, Nisfu Sya’ban.
Hal ini dalam rangka membentuk santri agar senatiasa taat dan
patuh serta memposisikan diri sebagai hamba yang butuh dan
tunduk kepada tuhan-Nya (MAM. Bpss, wawancara pada
tanggal 28 Juni 2020 pukul 10.30)”.

Diperkuat oleh pendapat dari santri putra Pondok Pesantren

Salafiyah Pulutan, Salatiga. WNF menuturkan bahwasanya:

“Beberapa kegiatan pondok pesantren didesain dalam upaya


pembinaan sikap spiritual Pondok Pesantren Salafiyah seperti
pembacaan maulid nabi, dan kajian-kajian rutin pesantren yang
didalamnya ada penanaman nilai-nilai tentang prilaku baik
terhadap sesama melalui berbagai macam kitab yang dipelajari
di pondok pesantren (WNF. Bpss, wawancara pada tanggal 28
Juni 2020 pukul 11.00)”.

53
Hal tersebut diperkuat oleh penuturan Wakil Ketua Pesantren

Salafiyah Pulutan, Salatiga. YM menjelaskan bahwasnya:

“Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan yang bukan


hanya mendidik tentang keilmuan saja namun juga tentang
akhlak serta sikap dengan landasan ajaran Islam terkait bentuk
banyak sekali kegiatan spiritual pesantren yang mengajarkan
manusia untuk taat terhadap Allah dan Rasulnya serta kepada
guru ataupun orang tua dengan melaksankan kegiataan rutinitas
pesantren seperti ziarah ke makam ulama-ulama pendahulu
pesantren tahlil, sholawatan dan mujahadah rutin tentang doa-
doa pada waktu khusus yang telah diijazahkan oleh sang guru
(YM. Bpss, wawancara pada tanggal 28 Juni 2020 pukul
16.30)”.

Dituturkan pula oleh santri putri Pondok Pesantren Salafiyah

Pulutan, HA menjelaskan:

“Bentuk bentuk kegiatan pembinaan sikap spiritual Pesantren


Salafiyah sangatlah banyak selain terkait dengan hubungan
kepada tuhan juga terkait dengan cara kita bersikap dengan
manusia dimana dalam lingkungan pesantren terdapat tata tertib
tentang bagaimana cara berpakaian yang sesuai dengan aturan
agama, terkait bagaimana etika dalam bergaul dengan lawan
jenis, dan berbicara sopan terhadap sesama, serta menghargai
orang lain. Hal ini dibuktikan dengan kegiatan pesantren salah
satunya adalah bertakziah bila ada warga yang meninggal serta
membantu warga terkait beberapa kebutuhan seperti tenaga
ketika ada hajatan dan sebagainya (HA. Bpss, wawancara pada
tanggal 28 Juni 2020 pukul 14.30)”.

Hampir senada dengan yang dituturkan oleh santri putra Pondok

Pesantren Salafiyah Pulutan, Salatiga, WK bahwasanya:

“Selain sebagai wadah dalam belajar agama juga merupakan


salah satu sudut pandang dan wadah intraksi masyarakat dengan
para mahasiswa yang dipandang sebagai manusia dengan
intelektual yang mumpuni dengan demikian para santri juga
dituntut untuk selalu menjaga nama baik pesantren dengan jalan
tidak melakukan hal-hal yang menjadikan nama baik pesantren
rusak seperi pergaulan bebas yang berlebihan antar lawan jenis,

54
maupun berpakaian dan bersikap dilingkungan luar pesantren
agar sesuai aturan agama, melalui tata tertib dan nasehat-nasehat
yang sudah diberikan oleh sang kyai (WK. Bpss, wawancara
pada tanggal 28 Juni 2020 pukul 12.30)”.

Diperkuat pula oleh pendapat dari salah satu santri putra FRA,

Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan, Salatiga bahwa:

“Sebagai santri itu harus senantiasa berakhlak baik, baik


dikampus atau di masyarakat sebab santri harus memilki ciri
khas khusus dengan keilmuan-keilmuan agama yang telah
didapatkan dari pesantren agar diamalkan dan dilaksanakan
(FRA. Bpss, wawancara pada tanggal 28 Juni 2020 pukul
13.30)”.

Melalui berbagai pendapat tersebut dapat dikatahui bahwa ada

beberapa aentuk dari pembinaan Pondok Pesantren Salafiyah

sangatlah banyak terkait dalam hubungan dengan tuhan yakni melalui

metode nasehat dan keteladanan oleh pengasuh pondok seperti:

menjalankan ibadah wajib, ibadah sunnah, rajin berdoa, mujahadah di

hari atau waktu khusus, manaqib serta bagaimana etika dalam

berprilaku terhadap lawan jenis yang muncul melalui nasehat, atau

pembiasaan terkait aturan pondok pesantren dan tradisi kegiatan watak

santri yang memiliki akhlak dan kepedulian serta ketaatan terhadap

sang guru dengan contoh kegiatan ziarah kubur dan tahlil terhadap

para pendiri pesantren, serta rasa kepedulian terhadap orang lain

seperti intraksi sosial, kegiatan takziah terhadap warga yang

meninggal mengenai hal tersebut banyak sekali nilai nilai dalam

pembinaan sikap di Pondok Pesantren Salafiyah yang dapat menjadi

pelajaran dan acuan santri dalam bersikap.

55
2. Nilai-Nilai Pembinaan Sikap Spiritual Santri Pondok Pesantren

Salafiyah

Bentuk pembinaan sikap spiritual santri di Pondok Pesantren

Salafiyah dilakukan dalam implementasi tentang nilai sikap spiritual

santri baik tentang sikap spiritual terhadap tuhan maupun masyarakat

melalui berbagai macam metode dan langkah berguna agar santri

senantiasa membiasakan dan memiliki acuan pedoman dalam

berprilaku.

Dijelaskan oleh pendapat KH. AB, Pengasuh Pondok Pesantren

Salafiyah Salatiga:

“Bahwa kegiatan pondok pesantren adalah wadah dalam


memperbaiki perilaku sikap spiritual santri seperti sholat
berjamaah 5 waktu, dzikir ba’da sholat, ibadah sunnah seperti
sholat tahajud, sholat dzuha, sunnah qobliyah dan ba’diyah,
puasa senin dan kamis dan mujahadah di waktu waktu tertentu,
pengamalan dzikir-dzikir khusus. hal ini merupakan wadah
dalam penanaman dan pengaplikasian nilai-nilai ketaatan
terhadap tuhan agar senantiasa beriman dan bertakwa, dan selalu
tidak pernah melupakan bahwa selain berusaha manusia juga
dituntut untuk bertawakal melalui berdoa terkait segala hajat
yang ingin dicapai baik mengenai kehidupan dunia maupun
akhirat (KH. AB. Npsss, wawancara pada tanggal 26 Juni 2020
pukul 17.00)”.

Diperkuat oleh MAM, Ketua Pondok Pesantren Salafiyah

Pulutan, Salatiga:

“Bahwasanya sebagai seorang santri selain berusaha giat belajar


untuk mengasah kemampuan dan mengembangkan kecerdasan
intelektual sebagai seorang manusia kita juga wajib menjaga
hubungan dengan Tuhan dan tidak melupakan tanggung jawab
kita maka, Pondok Pesantren Salafiyah, mengajarkan manusia
untuk senantiasa tanggung jawab sebagai hamba Allah melalui
taat dalam beribadah, Istiqomah dalam melaksanakan amalan

56
sunnah seperti puasa senin dan kamis serta rajin berdoa terhadap
Allah dan tempat segala sesuatu impian dapat dicapai dan
terwujud melalui kegiatan pesantren seperti contoh mujahadah
pada malam selasa kliwon atau tahtiman Al-Quran sebagai
wasilah dari tercapainya suatu hajat serta bentuk tanggung
jawab sebagai santri yakni belajar dan patuh terhadap kyai
maupun aturan pesantren serta sebagai anak yang
bertanggungjawab untuk selalu patuh dan taat terhadap orang
tua (MAM. Npsss wawancara pada tanggal 28 Juni 2020 pukul
10.30)”.

Hampir sama dengan penjelasan oleh YM, Wakil Ketua Pondok

Pesantren Salafiyah Pulutan, Salatiga bahwa:

“Pondok Pesantren Salafiyah selalu diminta dan dinasehati oleh


sang pengasuh agar senantiasa mengamalkan beberapa amalan
sunnah seperti membaca Al-Quran atau dzikir khusus hal ini
merupakan media pembinaan sikap spiritual terkait hubungan
makhluk dengan sang pencipta agar munculnya sikap keimanan
dan tawakal serta wujud percaya akan adanya Tuhan yang selalu
mengawasi dan mendengar segala doa, keinginan hamba-
hambanya, dan melihat segala apa yang dilakukan oleh
hambanya. Oleh karena itu santri harus senantiasa melaksankan
kewajiban sebagai muslim seperti puasa, menuntut ilmu, sholat
5 waktu dan sebagainya hal tersebut merupakan penekanan dan
kegiatan rutinitas yang selalu dilaksanakan di pondok pesantren
seperti agenda sholat hajat, sholat gerhana dan sebagaimya(YM.
Npsss, wawancara pada tanggal 28 Juni 2020 pukul 16.30)”.

Diteguhkan oleh pendapat dari Sekretatis Pondok Pesantren

Salafiyah Pulutan, Salatiga bahwa :

“Bahwa manusia sukses apapun dalam kehidupan dunia tanpa


diimbangi dengan pola spiritual sikap tentang hubungan
ketuhanan maka ibarat kapal dia akan selalu terombang ambing
dalam laut dan akhirnya akan karam. Maksud hal ini adalah
pesantren dalam konteks ini Pondok Salafiyah selain sebagai
wadah pengembangan, seta penggembelengan kecerdasan
tentang keilmuan agama, juga sebagai wadah memperbaiki diri
terkait hubungan dengan ketuhanan. Seperti bagaimana cara
menjadi manusia yang baik dan bertanggung jawab agar tidak
selalu menuruti hawa nafsu melaui bimbingan kyai dan berbagai

57
kegiatan kegamaan pesantren. (LRU. Npsss, wawancara pada
tanggal 29 Juni 2020 pukul 16.00).

Dijelaskan dalam pendapat lain oleh Ketua Pondok Pesantren

Salafiyah Pulutan, Salatiga bahwa:

“Salah satu cara agar seorang santri dapat sukses adalah dengan
menghormati guru dan orang tua, hal ini juga terkait perintah
dalam Islam dimana posisi guru adalah media seorang santri
dalam mendapatkan dan memahami ilmu agama sebagai orang
tua kedua dalam lembaga pendidikan diluar keluarga, ilmu akan
jadi manfaat dan berkah saat diamalkan dan menghormati
memuliakan pada ahli ilmu, serta memuliakan dan menghormati
orang tua pula sebab mereka adalah pendukung segala hal untuk
kesuksesaan kita. nilai-nilai pembinaan sikap dan akan menjadi
berkah saat ditanamkan oleh pengasuh pondok dalam beberapa
kajian kegamaan di Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan (MAM,
Npsss, wawancara pada tanggal 28 Juni 2020 pukul 10.30)”.

Diperkuat oleh pendapat dari santri putra Pondok Pesantren

Salafiyah Pulutan, Salatiga. WNF menuturkan bahwasanya:

“Dalam menghargai orang pesantren khususnya Pondok


Salafiyah sebenarnya telah diajari, ditanamkan tentang bentuk
nilai sikap spiritual tentang hal tersebut dimana dalam kegiatan
Sholawatan, Manaqiban, atau ziarah kubur terhadap makam
ulama adalah nilai nilai penghargaan dan penghormatan bahkan
rasa cinta terhadap orang yang mempunyai pengaruh besar
terhadap perkembangan ajaran Islam dar dulu hingga sekarang
(WNF. Npsss, wawancara pada tanggal 28 Juni 2020 pukul
10.30)”.

Diperkuat oleh pendapat dari santri putri Pondok Pesantren

Salafiyah Pulutan, Salatiga. HA menjelaskan bahwasanya:

“Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan senantiasa mengajarkan


cara bersosial bersikap yang baik dengan masyarakat
lingkungan sekitar dengan nilai-nilai ajaran Islam selain melalui
tata tertib pesantren untuk senantiasa menjaga sikap baik
menghormati sesama dan berbicara sopan santun dengan warga

58
sekitar, juga dengan tradisi pondok pesantren seperti tradisi
silaturahmi idhul fitri kewarga sekitar atau takziah ketika ada
warga yang meninggal maupun berkunjung bila ada warga yang
sakit silaturahmi antar santri dan keluarga besar pesantren dalam
kegiatan anjangsana, hal ini sebenarnya juga adat dari nilai nilai
tradisi luhur dimana santri biasa berbagi makanan dan saling
tolong menolong sesama santri itu sendiri bentuk nilai sikap
spiritual dalam aspek sosial demikianlah yang senantiasa
dilaksanakan oleh pondok Salafiyah agar para santri juga belajar
tentang syukur nikmat melalui implementasi dalam wujud saling
tolong menolong (HA. Npsss, wawancara pada tanggal 28 Juni
2020 pukul 14.30)”.
Hampir sama dengan penjelasan oleh FRA, santri putra Pondok

Pesantren Salafiyah Pulutan, Salatiga:

“Bahwasanya pembinaan sikap spiritual dalam tata tertib


pesantren ada juga terkait tentang batas pergaulan lawan jenis
yakni menjaga nama baik pesantren agar tidak melakukan hal-
hal dengan lawan jenis yang dapat merusak nama baik pesantren
agar ketika di masyarakat kelak santri sudah biasa dengan
prilaku yang demikian (FRA, Npsss. wawancara pada tanggal
28 Juni 2020 pukul 13.30)”.

Melalui berbagai keterangan sumber wawancara tersebut

diketahui bahwa, nilai-Nilai sikap spiritual santri di Pondok Pesantren

Salafiyah terkait dalam hubungan dengan tuhan yakni melalui seperti

adanya kegiaytan atau aturan pondok pesantren dalam menjalankan

ibadah wajib, sunnah, berdoa mujahadah di hari atau waktu khusus,

hal ini mengandung nilai-nilai bagaimana para santri taat patuh,

beriman dan bertaqwa kepada tuhan serta bertanggungjawab sera

bersyukur dalam nikmat sebagi seorang hamba untuk yang senantiasa

beribadah terhadap tuhannya.

Nilai wujud dari sikap sosial berdasarkan landasan spiritual

bagaiman santri terhadap lawan jenis, lingkungan, masyarakat, orang

59
tua melalui nasehat guru atau ulama, maupum pembiasaan terkait

aturan pondok pesantren dan tradisi kegiatannya yang akan

menimbulkan sikap santri yang memiliki akhlak dan kepedulian serta

ketaatan kepedulian terhadap orang lain. Pesantren Salafiyah memiliki

nilai pelajaran dan acuan santri dalam bersikap seperti bersyukur

dalam kondisi susah maupun senang, berbagi makanan terhadap

sesama teman pesantren atau terhadap warga sekitar ataupun tentang

kesopanan dalam pakaian, berprilaku dan bersikap dalam lingkungan

masyarakat melalui aturan-aturan pesantren.

3. Dampak Pembinaan Sikap Spiritual Santri di Pondok Pesantren

Salafiyah

Rangkaian nilai-nilai sikap spiritual merupakan wujud fungsi

Pondok Pesantren Salafiyah. Selain sebagai wadah dalam kegiatan

pemahaman dan pembelajaran tentang keagamaan pondok pesantren

juga sebagai tempat dalam pembentukan sikap spiritual santri yang

dibina melalui berbagai macam kegiatan pondok, serta melalui

bimbingan, maupun dari binaan para tenaga pendidik di Pondok

Pesantren Salafiyah, Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo Kota

Salatiga. Hal ini ini dimaksudkan atau dengan tujuan agar berdampak

disemua lingkungan selalu menjaga dan memiliki pedoman dalam

bersikap melalui dasar syariat.

Dijelaskan oleh KH. AB, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah,

Salatiga bahwa:

60
“Pembinaan sikap spiritual dalam lembaga pesantren Salafiyah
dilaksanakan agar berdampak terhadap sikap spiritual para santri
dalam kehidupan sehari hari meliputi 4 dasar yakni beriman dan
bertaqwa. Menghormati orang tua dan guru, dengan beriman
dan bertaqwa santri akan senantiasa menjalankan aturan tuhan
maupun sunnah nabi, dalam aspek masyarakat santri akan selalu
menghargai dan menghormati orang lain terkhusus adalah
kepada orang tua. Dengan beriman dan bertakwa santri akan
senantiasa menjaga adab, sikap melalui pembiasaan dan
keteladanan serta nasehat kyai dimanapun mereka berada (KH.
AB. Dpsss, wawancara pada tanggal 26 Juni 2020 pukul
17.00)”.

Dituturkan lain oleh MAM, Ketua Pondok Pesantren Salafiyah

Pulutan bahwa:

“Dampak pembinaan sikap spiritual santri adalah merupakan


upaya sekaligus harapan dimana santri senatiasa menjalankan
kegiatan keagamaan diluar lingkungan pondok pesantren, serta
kelak sesudah lulus dari pondok pesantren mereka akan tetap
rajin dalam ibadah wajib seperti sholat lima waktu dan ibadah
sunnah seperti puasa senin kamis yang merupakan tradisi dalam
kegiatan spiritual pesantren, serta santri akan senantiasa
menjaga nilai-nilai luhur dari tradisi akhlak santri seperti
bersyukur, saling berbagi dan selalu menghormati orang lain
terkhusus guru dan orang tua (MAM. Dpsss, wawancara pada
tanggal 28 Juni 2020 pukul 10.30)”.

Diperkuat oleh pendapat dari santri putra Pondok Pesantren

Salafiyah Pulutan, Salatiga. WNF menuturkan bahwasanya:

“Dalam pembinaan sikap spiritual hal tersebut akan berdampak


baik ketika santri masih dalam status aktif maupun tidak dalam
pondok pesantren segala bentuk pembinaan sikap spiritual akan
masuk dalam konsep berpikir dimanapun para santri berada,
segala hal terkait sikap yang muncul dari nasehat atau
keteladanan para guru serta kegiatan pesantren akan senatiasa
menjadi acuan dalam bersikap atau setidaknya akan selalu
tergambar dalam pola berfikir prilaku santri seperti tradisi saling
berbagi dalam makan dan tolong menolong sesama santri, doa
bersama, mereka akan terbiasa melaksanakan demikian di

61
masyarakat atau di lingkungan lain (WNF. Dpsss, wawancara
pada tanggal 28 Juni 2020 pukul 11.00)”.

Hal tersebut di perkuat oleh penuturan Wakil Ketua Pesantren

Salafiyah Pulutan, Salatiga. YM menjelaskan bahwasnya:

“Pembinaan sikap spiritual terhadap santri akan berdampak


pertama dalam kehidupan vertikal dimana santri senantiasa taat
tunduk dan patuh terhadap tuhan baik ketika dilingkungan
pesantren, kampus, maupun masyarakat mereka yang benar-
benar mau dalam melaksanakan serta memahami dari segala
nasehat dan binaan dari sang guru akan selalu berdasar pada
pola bersikap spiritual sesuai dengan ajaran pesantren dalam
hubungan horizontal mereka akan mendapatkan dampak dari
arahan kyai atau tradisi maupun tata tertib pondok, seperti
motivasi untuk selalu mengormati orang lain, tradisi saling
berbagi ataupun aturan dalam mejaga pergaulan lawan jenis hal
itu akan terbangun dalam dasar sikap santri secara berfase
dalam setiap lingkungan yang di tempati (YM. Dpsss,
wawancara pada tanggal 28 Juni 2020 pukul 16.30)”.

Diperkuat oleh pendapat dari santri putri Pondok Pesantren

Salafiyah Pulutan, Salatiga. HA menjelaskan bahwasanya:

“Dampak dalam pembinaan sikap spiritual santri, Pondok


Pesantren Salafiyah Pulutan adalah santri senantiasa bersikap
yang baik dengan masyarakat lingkungan sekitar dengan nilai-
nilai ajaran Islam selain melalui pembiasaan dalam tata tertib
pesantren untuk senantiasa menjaga sikap baik menghormti
sesama dan berbicara sopan santun dengan warga sekitar, juga
dengan tradisi pondok pesantren seperti tradisi silaturahmi idhul
fitri kewarga sekitar atau takziah, hal ini akan menjadikan santri
dimanpun selalu menghormati orang lain (HA. Dpsss,
wawancara pada tanggal 28 Juni 2020 pukul 14.30)”.

Dampak dari segala upaya pembinaan sikap spiritual adalah

lebih terkait tumbuhnya kesadaran dan kesungguhan santri terahadap

kepatuhan terhadap aturan maupun motivasi dari arahan para guru

serta pendalamaan dalam nilai-nilai sikap spiritual yang muncul dari

62
berbagai macam tradisi,kegiatan atau aturan pondok pesantren, hal ini

akan menjadikan pedoman tentang sikap santri yang dapat

menanamkan segala apa yang telah didapat dalam lembaga Pondok

Pesantren Salafiyah, Kelurahan Pulutan, Kota Salatiga.

C. Analisis Data

1. Bentuk Pembinaan Sikap Spiritual Santri di Pondok Pesantren

Salafiyah

Pembinaan sikap spiritual dapat dilihat dari dua segi, pertama

sasaran yang dihadapi dan kedua sifat pembinaan. Dari segi sasaran

yang dihadapi, pembinaan sikap agama dapat dilakukan melalui,

metode individual dan metode kelompok. Metode individu disebut

dengan personal approach (pendekatan pribadi), karena dalam

pelaksanaannya secara langsung dilakukan secara pribadi yang

bersangkutan, seperti: dengan memberi nasehat, memberi penjelasan

maupun dengan membantu memecahkan masalah yang dihadapi.

Sedangkan metode kelompok, lebih terfokus pada komunikasi umat

secara komprehensif, dengan menggunakan komunikasi massa

penuturan oleh (Jaja Suteja, 2015: 9).

Pembinaan sikap spiritual dalam Pondok pesantren Salafiyah

juga melalui, metode keteladanan pembinaan sikap dengan cara

keteladanan ini telah dilakukan oleh Rasulullah saw. sebagai misi

63
utamanya dalam menyempurnakan sikap mulia, selanjutnya melalui

metode Pembiasaan (Ta’wid) Pendekatan pembiasaan adalah

memberikan kesempatan kepada remaja untuk senantiasa melakukan

hal-hal yang baik dan menjauhi hal-hal yang kurang baik dalam

rangka membentuk moralul karimah (Audah Mannan, 2016: 43-44).

Bentuk dari pembinaan sikap spiritual santri di Pondok

Pesantren Salafiyah meliputi dua aspek pertama dalam hubungan

vertikal melalui beberapa hal yang utama adalah nasehat atau

motivasi, arahan dan keteladanan oleh para kyai atau tenaga pengajar

pondok. Kedua melalui kegiatan pondok pesantren contohnya mengaji

dan mempelajari berbagai macam kitab kuning yang didalamnya

termuat nilai sikap spiritual tentang hubungan ketaatan kepada tuhan

dalam amaliyah wajib seperti sholat lima waktu, puasa dan mejaga

diri dari perbuatan dosa, serta sikap sikap spiritual lain terhadap tuhan

meliputi rajin berdoa, tawakal dan bersyukur atas segala nikmat

pembiasaan dalam melaksanakan amalan sunah seperti puasa senin

kamis, sholat tahajud atau melalui dzikir-dzikir khusus melalui binaan

dan bimbingan para kyai terhadap pola pembiasaan sikap para santri

Pondok Pesantren Salafiyah, Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo,

Kota Salatiga.

Dalam aspek Horizontal kemasyarakatan Pondok Pesantren

Salafiyah mengunakan berbagai macam bentuk seperti takziah, adanya

64
kegiatan anjangsana antar santri yang berguna mewujudkan jalinan

kekeluargaan, gotong royong dengan warga maupun santri, bersikap

baik terhadap sesama santri maupun dengan lingkungan sekitar

senantiasa menjaga nama baik pesantren dengan tidak melakukan hal-

hal yang dilarang agama, di berbagai lingkungan baik di kampus atau

masyarakat melalui adanya tata tertib dan tradisi pesantren yang sudah

sejak lama dibina dan dilestarikan melalui binaan pengasuh dan para

kyai di Pondok Pesantren Salafiyah, Kelurahan Pulutan, Kecamatan

Sidorejo, Kota Salatiga.

2. Nilai-Nilai Pembinaan Sikap Spiritual Santri di Pondok Pesantren

Salafiyah

Dalam pembinaan sikap spiritual Pondok Pesantren Salafiyah

indikator spiritual diperlukan agar setiap pelaku sebuah kegiatan dapat

mengetahui sejauh mana kegiatan yang dilakukannya telah

berkembang atau berubah (Salim Wazdy, 2014: 145-146).

Pertama, terkait dalam hubungan dengan tuhan yakni melalui

seperti ada aturan pondok pesantren dalam menjalankan ibadah wajib,

sunnah, berdoa mujahadah di hari atau waktu khusus hal ini

mengandung nilai-nilai bagaimana para santri taat patuh, beriman dan

bertaqwa kepada tuhan serta bertanggungjawab sebagi seorang hamba

untuk senantiasa beribadah terhadap tuhannya bertangung jawab pula

dalam menjadi mahasiswa ataupun santri yang memilki nilai

kesungguhan dalam menuntut ilmu dan belajar, patuh terhadap segala

65
perintah agama seperti mentaati guru maupun orang tua dalam wujud

kebaktian tanggung jawab sebagai anak ketika di lingkungan keluarga

dan sebagai santri ketika di lingkungan pondok pesantren.

Kedua, sikap spiritual yakni aspek sosial dalam berprilaku

terhadap lawan jenis melalui nasehat guru atau ulama, maupum

pembiasaan terkait aturan pondok pesantren dan tradisi kegiatannya

yang akan menimbulkan sikap santri yang memiliki akhlak dan

kepedulian serta ketaatan, menghargai orang lain khususnya terhadap

sang guru dan ,dengan contoh kegiatan ziarah kubur, serta rasa

kepedulian terhadap orang lain seperti intraksi sosial, kegiatan takziah

terhadap warga yang meninggal mengenai hal tersebut banyak sekali

nilai nilai dalam pembinaan sikap spiritual.

Pondok Pesantren Salafiyah memiliki nilai pelajaran dan acuan

santri dalam bersikap seperti bersyukur dengan kegiatan berbagi

terhadap sesama teman pesantren atau terhadap warga sekitar tentang

kesopanan dalam pakaian, berprilaku dan bersikap dalam lingkungan

masyarakat melalui aturan-aturan pesantren.yang berlaku dalam

3. Dampak Pembinaan Sikap Spiritual Santri di Pondok Pesantren

Salafiyah

Pembinaan sikap spiritual terhadap manusia dilakukan agar

dapat menjadi sumber inspirasi, pengayom dan pengarah terhadap

masyarakat agar mampu memberikan pengaruh dan corak kehidupan

kepada sekitarnya. Pembinaan sikap spiritual terhadap manusia bukan

66
hanya dari faktor internal seperti keluarga akan tetapi peranan

eksternal juga sangat dibutuhkan dalam. Upaya dalam pembinaan

sikap spiritual sangat penting untuk ditanamkan, karena spiritual

merupakan pedoman yang harus dijalani oleh setiap manusia (Jaja

Suteja, 2015: 5).

Ada dua faktor utama yang menimbulkan gejala penyimpangan

moral di kalangan remaja, yaitu keteladanan yang buruk dan

pergaulan yang rusak sehingga pembinaan sikap spiritual perlu

dilaksanakan dalam membentuk dalam bentuk kegiatan atau tradisi

nillai nilai pendidikan dalam pondok pesantren. Apabila remaja

dibiasakan dan diajarkan dengan kebaikan, maka ia akan tumbuh

dalam kebaikan pula. Tapi jika dibiasakan dengan kejelekan dan

dibiarkan sebagai mana binatang ternak, niscaya akan menjadi jahat

dan binasa (Audah Mannan, 2016: 43-44).

Rangkaian pembinaan sikap spiritual merupakan wujud fungsi

Pondok Pesantren Salafiyah. Selain sebagai wadah dalam kegiatan

pemahaman dan pembelajaran tentang keagamaan pondok pesantren

juga sebagai tempat dalam pembentukan sikap spiritual santri yang

dibina melalui berbagai macam kegiatan pondok, serta melalui

bimbingan, maupun dari binaan para tenaga pendidik di Pondok

Pesantren Salafiyah, Kelurahan Pulutan, Kec Sidorejo Kota Salatiga.

Hal ini ini dimaksudkan atau dengan tujuan agar berdampak

disemua lingkungan santri senantiasa dan memiliki pedoman dalam

67
bersikap melalui dasar syariat dalam berhubungan spiritual ketuhanan

maka santri akan selalu beriman, taat terhadap tuhan dan segala sikap

terkait kehambaan terhadap tuhan seperti berdoa, bersyukur dan

lainnya terkait dengan segala arahan motivasi bimbingan dari segala

elemen yang terkait dengan Pondok Pesantren Salafiyah, Kelurahan

Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga

Dalam hubungan spiritual vertikal artinya dalam berperilaku

terhadap masyarakat santri senantiasa menjaga dan berpedoman

terhadap nilai-nilai sikap spiritual yang telah didapat melalui Pondok

Pesantren Salafiyah, Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo Kota

Salatiga seperti: sikap terhadap orang yang lebih tua, terhadap

masyarakat, orang tua dan lawan jenis yang sudah menjadi kebiasaan

dalam berprilaku di Pesantren yang akan berdampak pula kembali

atau bertempat dilingkungan lain.

68
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bentuk pembinaan sikap spiritual dengan dua cara, pertama

motivasi atau nasehat oleh pengasuh atau tenaga pendidik di Pondok

Pesantren Salafiyah terkait sikap dalam hubungan antara manusia

dengan tuhan atau manusia dengan manusia, kedua pembinaan

kelompok yakni melalui kegiatan mengaji atau tradisi maupun aturan

dalam ruang lingkup Pondok Pesantren Salafiyah, Kelurahan Pulutan,

Kota Salatiga.

Nilai-nilai pembinaan sikap spiritual. Pertama, nilai sikap

hubungan antara manusia dengan tuhan dengan pedoman tingkah laku

meliputi iman, takwa, bersyukur, tawakal, rajin beribadah, berdoa dan

lainya. Kedua, nilai sikap hubungan terkait manusia dengan manusia

seperti saling menghargai, tolong menolong, dan saling mengucap

salam maupun saling menghormati.

Dampak pembinaan sikap spiritual adalah terbentuknya santri

yang baik dalam aspek muamalah maupun ibadah, sehingga dapat

menjadi santri yang berkualitas dan berkuantitas yang berlandaskan

dasar syariat dan senantiasa memiliki pedoman dalam bersikap

berprilaku sesuai dengan nilai-nilai norma agama yang sudah menjadi

kebiasaan di pondok pesantren.

69
B. Saran

Hasil penelitian ini belum sepenuhnya sempurna, mungkin ada yang

tertinggal atau terlupakan. Sehubungan dengan adanya pembahasan

masalah dalam skripsi ini, maka penulis memandang perlu untuk

menyampaikan saran-saran antara lain:

1. Bagi Pondok Pesantren Salafiyah, Kelurahan Pulutan, Kecamatan

Sidorejo Kota Salatiga tetap mempertahankan dan meningkatkan

kualitas pembinaan sikap spiritual dengan meninjau tantangan zaman.

Bagi pengasuh, pengurus dan ustadz-ustadzah, tetaplah semangat dan

sabar dalam membina santri, agar hasil sikap sesuai dengan tujuan

yang diharapkan dan mampu menghadapi degradasi moral. Bagi santri

atau santriwati, tetaplah selalu bersyukur, ceria dan optimis. Dalam

menjalani kehidupan serta taat dan patuh dengan kebijakan pesantren

agar memiliki ilmu yang barokah dan manfaat.

2. Bagi peneliti selanjutnya, skripsi ini dapat dijadikan sebagai penelitian

kualitatif.

3. Bagi pondok pesantren lainya diharapkan dapat meluluskan santri

yang sikap spiritualnya bagus yang siap diaplikasikan dalam

kemasyarakatan dengan diimbangi guru-guru yang baik.

70
DAFTAR PUSTAKA

Amal, Ahmad Syaiful. 2018. Pola Komunikasi Kyai Dan Santri Dalam

Membentuk Sikap Tawadhu di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak

Beras Jombang. INJECT (Interdisciplinary Journal of Communication. Vol

3. No 2. (http//:www. inject.iainsalatiga.ac.id, diakses 2 Juli 2020).

Engku, I., & Zubaidah, S. (2014). Sejarah Pendidikan Islami. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Fathurrochman, Irwan Dkk. 2017. Pendidikan Karakter Prespektif Pendidikan

Islam dalam Upaya Deradikalisme Paham Radikal. Jurnal Kependidikan

Islam. Vol. 3, No. 1, (http//: www.ejournal.uin-suska.ac.id, diakses tanggal

12 Juni 2020).

Fadillah, M. 2014. Implementasi Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Ferdinan. 2017. Pondok Pesantren, Ciri Khas Perkembanganya. Jurnal Tarbiyah.

Vol. No. 1. (http//: www.journal.unismuh.ac.id, diakses tanggal 13 Juni

2020).

Gusviani, Evi. 2016. Analisis Kemunculan Sikap Spiritual dalam Sikap Sosial

Dalam Kegiatan Pembelajaran IPA Kelas IV SD Yang Mengunakan KTSP

dan Kurikulum 2013. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol. 8 No. 1, (http//:www.

Media.Neliti.Com, diakses tanggal 12 Juni 2020).

Hasanah, Dkk. 2017 Pengintergasian Sikap Spiritual dan Sikap Sosial dalam

Pembelajaran Teks Ulasan Film/Drama di Kelas XI MIPA SMA NEGERI

3 SINGARAJA. jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Vol., 7

No. 2, (http//: www.journal.undiksha.ac.id, diakses tanggal 13 Juni 2020).

71
Hidayat, Tatang Dkk. 2017. Peran Pondok Pesantren Sebagai Lembaga

Pendidikan Islam di Indonesia. Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 7 No. 2.(

http// www.ejournal.unisba.ac.id, diakses tanggal 13 Juni 2020).

Januarti, Rini Dkk. 2017. Implementasi Penilain Sikap Spiritual Dalam

Pembelajaran Tematik Di Kelas IV SD Islam Al-Azhar 21. Artikel

Penilitian. Program Studi Magister Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP

Untan Pontianak. (http//:www. jurnal.untan.ac.id, diakses tanggal 13 Juni

2020).

Juariah, Siti Dkk. 2018. Peran Pondok Pesantren Darussannah Dalam

Meningkatkan SikAp Spiritual Masyarakat Desa Iwul, Kecamatan Parung,

Kabupaten Bogor. Prosa PAI (Prosiding Al- Hidayah: Pendidikan Agama

Islam). Vol, 1. No, 1. (http//:www.jurnal.staialhidayahbogor.ac.id, diakses

tanggal 20 Juni 2020).

Junaidi, Kholid. 2016. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Di Indonesia. Jurnal

Kajian Sistem Kurikulum. Vol. 2, No, 1. (http//: www.journal.umpo.ac.id,

diakses tanggal 20 Juni 2020).

Kurinasih, I & Sani, B. 2013. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan

Penerapannya. Surabaya: Kata Pena.

Kusumasari, Nuruliah. 2015. Lingkungan Sosial Dalam Perkembangan Psikologi

Anak. Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol II. No. 1, (hhtp//:www

ejournal.bsi.ac.id, diakses tanggal 22 Juni 2020).

72
Lubis, G & Wijayanti, A. 2014. Strategi Implementasi Pendidikan sesuai

Kurikulum 2013 di Jenjang SMK. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Makmun, H.A Rodli. 2016. Pembentukan Karakter Berbasis Pendidikan


Pesantren. Cendekia Volume 12 No. 2 .(http//:www.
journal.iainponorogo.ac.id, diakses tanggal 22 Juni 2020).
Mannan, Audah. 2017 “Pembinaan Moral dalam Membentuk Karakter Remaja

(Studi Kasus Remaja Peminum Tuak di Kelurahan Suli Kecamatan Suli

Kabupaten Luwu)”. Jurnal Aqidah-Ta Vol. III No. 1. (http//:www.

journal.uin-alauddin.ac.id, diakses tanggal 22 Juni 2020).

Mannan, Syaepul, Dkk. 2017. Pembinaan Akhlak Mulia Melalui Keteladanan dan

Pembiasaan. Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 15 No. 1 – 2017.

(http//: www. Jurnal UPI.jurnal.upi.edu. diakses tanggal 22 Juni 2020).

Nana, Syaodih Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2010).

Nisrima, Siti Dkk. 2016. Pembinaan Prilaku Sosial Remaja Penghuni Yayasan

Islam Media Kasih Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan

Kewarganegaraan Unsyiah. Volume 1, No 1, (http//: www.media.neliti.com,

diakses tanggal 18 Juni 2020).

Prihasanti, Unika Dkk. 2018. Menggunakan Studi Kasus sebagai Metode Ilmiah

dalam Psikologi. Buletin Psikologi. Volume 26, Nomor2. (http//:

www.jurnal.ugm.ac.id, diakses tanggal 15 Juni 2020).

Satori, Djam’an. dan Aan Komariah. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung: Alfabeta.

Saebani, A dan Hamid, A. (2010). Ilmu Akhlak. Bandung: CV. Pustaka Setia.

73
Sawaty Ikhwan, Dkk. 2018. Strategi Pembinaan Akhlak SantrI Di Pondok

Pesantren. Jurnal Al-Mau’ziah. Vol.1, Nomor1.

(http//:www.Jurnal.Umpar.ac.id, diakses 12 Juni 2020).

Shiddiq, Ahmad. 2015. Tradisi Akademik Pesantren. Jurnal Tadris. Vol, 10. No,

2, (http//:www.ejorunal.stainpamekasan.ac.id, diakses tanggal 15 Juni

2020)

Shihab, M Quraish. 2013. Al-Qur’an dan Maknanya: Penerbit Lentera Hati.

Tangerang.

Suteja, Jaja. 2015. Peran Kyai Dalam Pembinaan Mental Spiritual Santri Remaja

Di Pondok Pesantren Kota Cirebon (Studi Multisitus di Pondok Pesantren

Jagasatru, Al-Istiqomah, Ulumuddin, dan Madinatunnajah Kota Cirebon).

Orasi. Vol, 6. No. 1, (http://www.syeikhnurjati.ac.id, diakses 14 Juni 2020).

Sulistiana, Ana. (2015). Peran Orang Tua dalam Upaya Mendisiplinkan Remaja

Mendirikan Shalat Lima Waktu. Jurnal Tarbiyah. Prodi Pendidikan Agama

Islam STAI Al-Hidayah Bogor, (http//:ejournal.upi.edu, diakses 17 Juni

2020).

Rahmawati, Ami. 2016. Panduan Pembinaan Sekolah Rumah. Jaya Giri: Tim

Pengembang Model.

Rosaliza, Mita. 2015. Wawancara Sebuah Intraksi Komunikasi Dalam Penilitian

Kualitatif. Jurnal Ilmu Budaya, Volume, 11. Nomor 2,

(http//www.journal.unilak.ac.id, diakses 16 Juni 2020).

74
Syafe’i, Imam. 2017. Pondok Pesantren (Lembaga Pembentuk Karakter). Al

Azkkiyah: Jurnal Pendidikan Islam. Volume 8.,

(http//:www.ejournal.radenintan.ac.id, diakses Tanggal 23 Juni 2020)

Siyonto, Sandu dan M Ali Sodik. 2015. Dasar Metodologi Penelitian.

Yogyakarta: Literasi Media Publishing.

Wartono. (2015) “Pranata Sosial Keagamaan dalam Lingkungan Keluarga

Muslim”. Jurnal Edukasi Islami Prodi Pendidikan Agama Islam (STAI)

AlHidayah. Vol. 04. No. 08. (http//:www.jurnal.staialhidayah.ac.id, diakses

14 Juni 2020).

Sugiyono. 2016. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Wazdy, Salim dan Suyitman. Memahami Kurikulum 2013, Panduan Praktis untuk

Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (Kebumen: IAINU

Kebumen, 2014).

Yuswanto, M. Ismail. dkk. (2014). Menggagas Pendidikan Islami. Bogor: Al

Azhar Press.

Zayanti, Nina Dkk. 2017. Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Remaja Sebelum dan

Sesudah Diberikan Promosi Kesehatan Mengenai Bahaya Seks Bebas Di

Desa Cilayung. Jurnal Sosial Kesehatan. Volume 2 No. 3.

(http//www.jurnal.unpad.ac.id, diakses 20 Juni 2020).

75
LAMPIRAN-LAMPIRAN

DATA RESPONDEN

1. Nama : KH Abdul Basith (KH.AB)

Jabatan : Pengasuh

2. Nama : M. Adib Muzakky (MAM)

Jabatan : Ketua Pondok Pesantren

3. Nama : Yustika Maulani (YM)

Jabatan : Wakil Ketua Pondok Salafiyah

4. Nama : Laela Risaul Imami (LRU)

Jabatan : Sekertaris I

5. Nama : Fahmi Ridho Aulia (FRA)

Jabatan : Sekertaris II

6. Nama : Wahyu Najib Fikri (WNF)

Jabatan : Seksi Keagamaan dan Santri

7. Nama : Wawan Kurniawan (WK)

Jabatan: Seksi Bahasa dan Santri

8. Nama : Himatul Aliyyah (HA)

Jabatan: Seksi Kemasyarakatan dan Santri


HASIL WAWANCARA PENGASUH

Nama dengan kode: KH. AB

Tanggal Wawancara: 26 Juni 2020

Tempat: Rumah Pengasuh

Jam: 17.00

1. Mengapa dilaksanakan pembinaan sikap spiritual santri

di Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan, Kota Salatiga?

Pembinaan sikap spirtual dalam Pondok Pesantren Salafiyah

adalah merupakan hal yang sangat penting dimana banyak

manusia yang memiliki kecerdasaan intelektual secara

akademisi namun ada yang hidupnya tidak atau tanpa

landasan sikap spiritual, mahasiswa selain dapat didikan

kampus maka, mereka harus terdidik secara akhlak atau

sikap sebab nantinya antara mahasiswa yang berbasic

pendidikan pesantren dan non pesantren agar dapat memberi

perbedaan disetiap lingkungan yang mereka tempati dengan

nilai-nilai pembinaan sikap yang didapat dari pesantren.


2. Bagaimana bentuk pembinaan sikap spiritual santri

dilaksankan di Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan,

Kota Salatiga?

Menjelaskan bahwa kegiatan pondok pesantren adalah

wadah dalam memperbaiki prilaku sikap spiritual santri


seperti sholat berjamaah 5 waktu, dzikir ba’da sholat, ibadah

sunnah seperti sholat tahajud, sholat dzuha, sunnah qobliyah

dan ba’diyah, puasa senin dan kamis dan mujahadah di

waktu waktu tertentu hal ini merupakan wadah dalam

penanaman dan pengaplikasian nilai-nilai ketaatan terhadap

tuhan agar senantiasa beriman dan bertakwa, dan selalu tidak

pernah melupakan bahwa selain berusaha manusia juga

dituntut untuk bertawakal melalui berdoa terkait segala hajat

yang ingin dicapai baik mengenai kehidupan dunia maupun

akhirat.
3. Apa dasar utama dari pembinaan sikap spiritual santri

di Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan, Kota Salatiga?

Menjelaskan bahwa kegiatan pondok pesantren adalah

wadah dalam memperbaiki prilaku sikap spiritual santri

seperti sholat berjamaah 5 waktu, dzikir ba’da sholat, ibadah

sunnah seperti sholat tahajud, sholat dzuha,sunnah qobliyah

dan ba’diyah, puasa senin dan kamis dan mujahadah di

waktu waktu tertentu hal ini merupakan wadah dalam

penanaman dan pengaplikasian nilai-nilai ketaatan terhadap

tuhan agar senantiasa beriman dan bertakwa, dan selalu tidak

pernah melupakan bahwa selain berusaha manusia juga

dituntut untuk bertawakal melalui berdoa terkait segala hajat

yang ingin dicapai baik mengenai kehidupan dunia maupun

akhirat.
4. Apa saja nilai-nilai pembinaan sikap spiritual santri

dilaksankan di Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan,

Kota Salatiga?

Menjelaskan bahwa kegiatan pondok pesantren adalah

wadah dalam memperbaiki prilaku sikap spiritual santri

seperti sholat berjamaah 5 waktu, dzikir ba’da sholat, ibadah

sunnah seperti sholat tahajud, sholat dzuha, sunnah qobliyah

dan ba’diyah, puasa senin dan kamis dan mujahadah di

waktu waktu tertentu hal ini merupakan wadah dalam

penanaman dan pengaplikasian nilai-nilai ketaatan terhadap

tuhan agar senantiasa beriman dan bertakwa, dan selalu tidak

pernah melupakan bahwa selain berusaha manusia juga

dituntut untuk bertawakal melalui berdoa terkait segala hajat

yang ingin dicapai baik mengenai kehidupan dunia maupun

akhirat.
5. Apa saja dampak pembinaan sikap spiritual santri

dilaksankan di Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan,

Kota Salatiga?

Pembinaan sikap spiritual dalam lembaga pesantren

Salafiyah dilaksanakan agar berdampak terhadap sikap

spiritual para santri dalam kehidupan sehari hari meliputi 4

dasar yakni beriman dan bertaqwa. Menghormati orang tua

dan guru, dengan beriman dan bertaqwa santri akan

senantiasa menjalankan aturan tuhan maupun sunnah nabi,


dalam aspek masyarakat santri akan selalu menghargai dan

menghormati orang lain terkhusus adalah kepada orang tua.

Dengan beriman dan bertakwa santri akan senantiasa

menjaga adab, sikap melalui pembiasaan dan keteladanan

serta nasehat kyai dimanapun mereka berada.

HASIL WAWANCARA KETUA PONDOK PESANTREN

Nama dengan kode: MAM

Tanggal Wawancara: 28 Juni 2020

Tempat: Masjid Pondok Pesantren Salafiyah

Jam: 10.30

1. Bagaimana bentuk pembinaan sikap spiritual santri di

Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan, Kota Salatiga?

Bentuk pembinaan sikap spiritual di Pondok Pesantren

Salafiyah sangatlah banyak yakni, seperti adanya kegiatan

sholat sunnah pada hari hari khusus yang diperintahkan dan

dicontohkan oleh pengasuh serta kegiataan doa bersama

dengan para warga seperti pada malam Rebo Wekasan,

Nisfu Sya’ban. Hal ini dalam rangka membentuk santri agar

senatiasa taat dan patuh serta memposisikan diri sebagai

hamba yang butuh dan tunduk kepada Tuhan-Nya.


2. Apa saja nilai-nilai pembinaan sikap spiritual santri
dilaksankan di Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan,

Kota Salatiga?

Bahwasanya sebagai seorang santri selain berusaha giat

belajar untuk mengasa kemampuan dan mengembangkan

kecerdasan intelektual sebagai seorang manusia kita juga

wajib menjaga hubungan dengan tuhan dan melupakan

tanggung jawab kita maka Pondok Pesantren Salafiyah,

mengajarkan manusia untuk senantiasa tanggung jawab

sebagai hamba allah melalui taat dalam beribadah, Istiqomah

dalam melaksanakan amalan sunnah seperti puasa senin dan

kamis serta rajin berdoa terhadap Allah asal muasal dan

tempat segala sesuatu impian dapat dicapai dan terwujud

melalui kegiatan pesantren seperti contoh mujahadah pada

malam selasa kliwon atau tahtiman Al-Quran sebagai

wasilah dari tercapainya suatu hajat.


3. Apa saja dampak pembinaan sikap spiritual santri

dilaksankan di Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan,

Kota Salatiga?

Dampak pembinaan sikap spiritual santri adalah merupakan

upaya sekaligus harapan dimana santri senatiasa

menjalankan kegiatan keagamaan diluar lingkungan pondok

pesantren, serta kelak sesudah lulus dari pondok pesantren

mereka akan tetap rajin dalam ibadah wajib seperti sholat

lima waktu dan ibadah sunnah seperti puasa senin kamis


yang merupakan tradisi dalam kegiatan spiritual pesantren,

serta santri akan senantiasa menjaga nilai-nilai luhur dari

tradisi akhlak santri seperti bersyukur, saling berbagi dan

selalu menghormati orang lain terkhusus guru dan orang tua.

HASIL WAWANCARA WAKIL KETUA

Nama dengan kode: YM

Tanggal Wawancara: 27 Juni 2020

Tempat: Masjid Pondok Pesantren Salafiyah

Jam: 16.30

1. Bagaimana bentuk pembinaan sikap spiritual santri di

Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan, Kota Salatiga?

Bahwasanya pesantren adalah lembaga pendidikan yang

bukan hanya mendidik tentang keilmuan saja namun juga

tentang akhlak serta sikap dengan landasan ajaran Islam

terkait bentuk banyak sekali kegiatan spiritual pesantren

yang mengajarkan manusia untuk taat terhadap Allah dan

Rasulnya serta kepada guru ataupun orang tua dengan

melaksankan kegiataan rutinitas pesantren seperti ziarah ke

makam ulama-ulama pendahulu pesantren tahlil, sholawatan

dan mujahadah rutin tentang doa-doa pada waktu khusus

yang telah diijazahkan oleh sang guru.


2. Apa saja nilai-nilai pembinaan sikap spiritual santri di

Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan, Kota Salatiga?

Pondok Pesantren Salafiyah selalui diminta dan dinasehati

oleh sang pengasuh agar senantiasa mengamalkan beberapa

amalan sunnah seperti membaca Al-Quran atau dzikir zikir

khusus hal ini merupakan media pembinaan sikap spiritual

terkait hubungan makhluk dengan sang pencipta agar

munculnya sikap keimanan dan tawakal serta wujud percaya

akan adanya tuhan yang selalu mengawasi dan mendengar

segala doa keinginan hamba-hambanya, dan melihat segala

apa yang dilakukan oleh hambanya. Oleh karena itu santri

harus senantiasa melaksankan kewajiban sebagai musilm

seperti puasa, menuntut ilmu, sholat 5 waktu dan sebagainya

hal tersebut merupakan penekanan dan kegiatan rutinitas

yang akan dan bahkan selalu dilaksanakan di pondok

pesantren.
3. Apa saja dampak dalam pembinaan sikap spiritual

santri di Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan, Kota

Salatiga?

Pembinaan sikap spiritual terhadap santri akan berdampak

pertama dalam kehidupan vertikal dimana santri senantiasa

taat tunduk dan patuh terhadap tuhan baik ketika

dilingkungan pesantren, kampus, maupun masyarakat

mereka yang benar-benar mau dalam melaksanakan serta


memahami dari segala nasehat dan binaan dari sang guru

akan selalu berdasar pada pola bersikap spiritual sesuai

dengan ajaran pesantren dalam hubungan horizontal mereka

akan mendapatkan dampak dari arahan kyai atau tradisi

maupun tata tertib pondok, seperti motivasi untuk selalu

mengormati orang lain, tradisi saling berbagi ataupun aturan

dalam mejaga pergaulan lawan jenis hal itu akan terbangun

dalam dasar sikap santri secara berfase dalam setiap

lingkungan lainya.

HASIL WAWANCARA SEKRETARIS I

Nama dengan kode: LRU

Tanggal Wawancara: 29 Juni 2020

Tempat: Masjid Pondok Pesantren Salafiyah

Jam: 16.00

1. Apa saja nilai-nilai pembinaan sikap spiritual santri di


Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan, Kota Salatiga?

Bahwa manusia sukses apapun dalam kehidupan dunia tanpa

diimbangi dengan pola spiritual sikap tentang hubungan

ketuhanan maka ibarat kapal dia akan selalu terombang

ambing dalam laut dan akhirnya akan karam. Maksud hal ini

adalah pesantren dalam konteks ini Pondok Salafiyah selain

sebagai wadah pengembangan, serta kecerdasan tentang

keilmuan agama, juga sebagai wadah memperbaiki diri

terkait hubungan dengan ketuhanan. Seperti bagaimana cara

menjadi manusia yang baik dan bertanggung jawab agar

tidak selalu menuruti hawa nafsu melaui bimbingan kyai dan

berbagai kegiatan kegamaan pesantren.

HASIL WAWANCARA SEKRETARIS II

Nama dengan kode: FRA

Tanggal Wawancara: 28 Juni 2020

Tempat: Masjid Pondok Pesantren Salafiyah

Jam: 13.30

1. Bagaimana bentuk pembinaan sikap spiritual santri di


Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan, Kota Salatiga?

santri itu harus senantiasa berakhlak baik, baik dikampus

atau di masyarakat sebab santri harus memilki ciri khas

khusus dengan keilmuan-keilmuan agama yang telah

didapatkan dari pesantren agar diamalkan dan dilaksanakan.


2. Apa saja nilai-nilai pembinaan sikap spiritual santri

dilaksankan di Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan,

Kota Salatiga?

bahwasanya pembinaan sikap spiritual dalam tata tertib

pesantren ada juga terkait tentang batas pergaulan lawan

jenis yakni menjaga nama baik pesantren agar tidak

melakukan hal-hal dengan lawan jenis yang dapat merusak

nama baik pesantren agar ketika di masyarakat kelak santri

sudah biasa dengan prilaku yang demikian.

HASIL WAWANCARA SANTRI (SEKSI KEAGAMAAN)

Nama dengan kode: WNF

Tanggal Wawancara: 28 Juni 2020

Tempat: Aula Pondok Pesantren Salafiyah

Jam: 11.00

1. Bagaimana bentuk pembinaan sikap spiritual santri

dilaksankan di Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan,


Kota Salatiga?

Beberapa kegiatan pondok pesantren didesain dalam upaya

penanaman nilai pembinaan sikap spiritual Pondok

Pesantren Salafiyah seperti pembacaan maulid nabi, dan

kajian-kajian rutin pesantren yang didalamnya ada

penanaman nilai-nilai tentang prilaku baik terhadap sesama

melalui berbagai macam kitab yang dipelajari di pondok

pesantren.
2. Apa saja nilai-nilai pembinaan sikap spiritual santri

dilaksankan di Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan,

Kota Salatiga?

Dalam menghargai orang pesantren khususnya Pondok

Salafiyah sebenarnya telah diajari, ditanamkan tentang

bentuk nilai sikap spiritual tentang hal tersebut dimana

dalam kegiatan Sholawatan, Manaqiban, atau ziarah kubur

terhadap makam ulama adalah nilai nilai penghargaan dan

penghormatan bahkan rasa cinta terhadap orang yang

mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan ajaran

Islam dari dulu hingga sekarang.


3. Apa saja dampak dalam pembinaan sikap spiritual

santri di Pondok Pesantren Salafiyah, Kelurahan

Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga?

Dalam pembinaan sikap spiritual hal tersebut akan

berdampak baik ketika santri masih dalam status aktif


maupun tidak dalam pondok pesantren segala bentuk

pembinaan sikap spiritual akan masuk dalam konsep berpikir

dimanapun para santri berada, segala hal terkait sikap yang

muncul dari nasehat atau keteladanan para guru serta

kegiatan pesantren akan senatiasa menjadi acuan dalam

bersikap atau setidaknya akan selalu tergambar dalam pola

berfikir prilaku santri seperti tradisi saling berbagi dalam

makan dan tolong menolong sesama santri, doa bersama,

mereka akan terbiasa melaksanakan demikian di masyarakat

atau di lingkungan lainnya.

HASIL WAWANCARA SANTRIWATI (SEKSI KEMASYARAKATAN)

Nama dengan kode: HA

Tanggal Wawancara: 28 Juni 2020

Tempat: Aula Pondok Pesantren Salafiyah

Jam: 14.30

1. Bagaimana bentuk pembinaan sikap spiritual santri

dilaksankan di Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan,

Kota Salatiga?
bentuk bentuk kegiatan pembinaan sikap spiritual Pesantren

Salafiyah sangatlah banyak selain terkait dengan hubungan

kepada tuhan juga terkait dengan cara kita bersikap dengan

manusia dimana dalam lingkungan pesantren terdapat tata

tertib tentang bagaimana cara berpakaian yang sesuai dengan

aturan agama, terkait bagaimana etika dalam bergaul dengan

lawan jenis, dan berbicara sopan terhadap sesama, serta

menghargai orang lain. Hal ini dibuktikan dengan kegiatan

pesantren salah satunya adalah bertakziah bila ada warga

yang meninggal serta membantu warga terkait beberapa

kebutuhan seperti tenaga ketika ada hajatan dan sebagainya.


2. Apa saja nilai-nilai pembinaan sikap spiritual santri

dilaksankan di Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan,

Kota Salatiga?

Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan senantiasa mengajarkan

cara bersosial bersikap yang baik dengan masyarakat

lingkungan sekitar dengan nilai-nilai ajaran Islam selain

melalui tata tertib pesantren untuk senantiasa menjaga sikap

baik menghormti sesama dan berbicara sopan santun dengan

warga sekitar, juga dengan tradisi pondok pesantren seperti

tradisi silaturahmi idhul fitri kewarga sekitar atau takziah

ketika ada warga yang meninggal maupun berkunjung bila

ada warga yang sakit, hal ini sebenarnya juga adat dari nilai

nilai tradisi luhur dimana santri biasa berbagi makanan dan


saling tolong menolong sesama santri itu sendiri bentuk nilai

sikap spiritual dalam aspek sosial demikianlah yang

senantiasa dilaksanakan oleh Pondok Salafiyah agar para

santri juga belajar tentang syukur nikmat melalui

implementasi dalam wujud saling tolong menolong.


3. Apa saja dampak dalam pembinaan sikap spiritual

santri di Pondok Pesantren Salafiyah, Kelurahan

Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga?

Dampak dalam pembinaan sikap spiritual santri, Pondok

Pesantren Salafiyah Pulutan adalah santri senantiasa

bersikap yang baik dengan masyarakat lingkungan sekitar

dengan nilai-nilai ajaran Islam selain melalui pembiasaan

dalam tata tertib pesantren untuk senantiasa menjaga sikap

baik menghormti sesama dan berbicara sopan santun dengan

warga sekitar, juga dengan tradisi pondok pesantren seperti

tradisi silaturahmi idhul fitri kewarga sekitar atau takziah,

hal ini akan menjadikan santri dimanpun selalu menghormati

orang lain.

HASIL WAWANCARA SANTRI (SEKSI BAHASA)

Nama dengan kode: WK

Tanggal Wawancara: 28 Juni 2020

Tempat: Aula Pondok Pesantren Salafiyah


Jam: 12.30

1. Bagaimana bentuk pembinaan sikap spiritual santri

dilaksankan di Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan,

Kota Salatiga?

Selain sebagai wadah dalam belajar agama juga merupakan

salah satu sudut pandang dan wadah intraksi masyarakat

dengan para mahasiswa yang dipandang sebagai manusia

dengan intelektual yang mumpuni dengan demikian para

santri juga dituntut untuk selalu menjaga nama baik

pesantren dengan jalan tidak melakukan hal-hal yang

menjadikan nama baik pesantren rusak seperi pergaulan

bebas yang berlebihan antar lawan jenis, maupun berpakaian

dan bersikap dilingkungan luar pesantren agar sesuai aturan

agama, melalui tata tertib dan nasehat-nasehat yang sudah

diberikan oleh sang kyai.


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ahmadi

NIM : 23010160404

Tempat Tanggal Lahir: Semarang, 02 Juni 1998

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Alamat : Dsn Ngablak RT 01 RW 04, Desa Candi, Kecamatan

Bandungan, Kabupaten Semarang

No Handphone : 088232159707

Email : ahmadicandi65@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

a. TA Al Bidayah Tahun 2004

b. MI Al Bidayah Tahun 2010

c. MTS Al Bidayah Tahun 2013

d. SMK ISSUDA 1 Ambarawa Tahun 2016

Demikian daftar riwayat hidup yang saya buat ini dengan sebenar-benarnya.

Salatiga, 06 Juni 2020

Penulis
Ahmadi

DOKUMENTASI FOTO

Wawancara dengan Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah


Wawancara dengan ketua Pondok Pesantren Salafiyah

Wawancara dengan Wakil Ketua Pondok Pesantren Salafiyah

Wawancara dengan Sekertaris I Pondok Pesantren Salafiyah


Wawancara dengan Sekertaris II Pondok Pesantren Salafiyah

Wawancara dengan Santri Pondok Pesantren Salafiyah


Wawancara dengan Santriwati Pondok Pesantren Salafiyah

Wawancara dengan Santri Pondok Pesantren Salafiyah


Kegiataan motivasi dalam pengajian pesantren

Kegiatan pengajian Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan


Kegiataan Rapat Santri Pondok Pesantren Salafiyah

Kegiataan Maulid Dziba’


Kegiatan Maulid Barzanji

Kegiataan Khitobah Pondok Pesantren Salafiyah


Kegiataan Perkenalan Santri Pondok Pesantren Salafiyah

Kegiataan Gotong Royong Warga dan Santri Pondok Pesantren Salafiyah


Kegiatan ekstrakulikuler Pesantren Salafiyah

Kegiatan ziarah kubur para masayikh (Pendiri Pesantren Salafiyah)

Anda mungkin juga menyukai