4
PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS PARTISIPASI
MASYARAKAT LOKAL DI DESA WISATA LINGGARJATI
KUNINGAN, JAWA BARAT
Oleh:
ABSTRAK
2
berpotensi untuk dijadikan atraksi wisata, menghancurkan sendi-sendi kehidupan
misalnya, Pemandian air panas, air terjun, masyarakat desa. Tulisan ini bertujuan untuk
gedung bersejarah perjanjian linggarjati, dan mengkaji keterlibatan masyarakat lokal dalam
wisata kuliner khas Kuningan serta pusat pengembangan desa wisata dan mengkaji
oleh- oleh khas Kuningan, menambah pesona model pengembangan desa wisata berbasis
Desa Linggarjati sebagai daerah wisata. partisipasi masyarakat lokal. Kajian ini
Keindahan alam Desa Linggarjati diharapkan dapat meningkatkan akselerasi
dengan taman wisata alam telah diakui pengembangan desa wisata yang mampu
sebagai salah satu kekuatan utama merangkul semua pemangku kepentingan agar
kepariwisataan di Kuningan. Taman wisata dapat berperan strategis dalam pengembangan
alam telah memposisikan Linggarjati sebagai desa wisata. Pihak terkait dapat berpartisipasi
salah satu objek yang termasuk dalam situs dalam peningkatan kompetensi masyarakat
warisan budaya dunia sehingga lokal untuk pemberdayaan masyarakat lokal.
berkemampuan untuk menggerakkan minat Pembangunan berbasis masyarakat
wisatawan untuk melakukan kunjungan ke (community based tourism-CBT) merupakan
Linggarjati. Penetapan Linggarjati sebagai model pembangunan yang memberikan
warisan budaya dunia dinilai strategis peluang yang sebesar-besarnya kepada
terutama sebagai upaya mendorong partisipasi masyarakat pedesaan untuk berpartisipasi
masyarakat local dalam pelestarian sumber dalam pembangunan pariwisata. CBT
daya yang berbasis kekuatan nilai-nilai merupakan sebuah kegiatan pembangunan
budaya yang ada, mendorong pengembangan pariwisata yang dilakukan sepenuhnya oleh
wilayah, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ide kegiatan dan pengelolaan
masyarakat lokal. Namun, kenyataan di dilakukan seluruhnya oleh masyarakat secara
lapangan menunjukkan bahwa pengembangan partisipatif, dan manfaatnya dirasakan
Desa Wisata belum berpihak kepada langsung oleh masyarakat lokal. Dengan
masyarakat Linggarjati. Contohnya, sawah demikian, dalam CBT peran masyarakat local
dan petani merupakan aset pariwisata yang sebagai pemangku kepentingan merupakan
dijual untuk kepuasan wisatawan. Namun, unsur terpenting dalam pengembangan desa
pengembangan desa wisata tidak berpihak wisata. Desa wisata merupakan salah satu
kepada kehidupan petani. Petani tetap miskin bentuk penerapan pembangunan pariwisata
sementara investor meraup keuntungan besar berbasis masyarakat dan berkelanjutan.
dari aktivitas pariwisata ini. Padahal, jika Melalui pengembangan desa wisata
tidak ada sawah dan petani pariwisata di diharapkan terjadi pemerataan yang sesuai
Linggarjati tidak akan berkembang. dengan konsep pembangunan pariwisata yang
Masuknya kaum kapitalis dalam berkesinambungan. Di samping itu,
pengembangan desa wisata membangun area keberadaan desa wisata menjadikan produk
kompetisi ekonomi. Kompetisi tidak saja wisata lebih bernilai budaya pedesaan
dalam perebutan lapangan pekerjaan juga sehingga pengembangan desa wisata bernilai
dalam hal modal. Kelompok kapitalis lokal budaya tanpa merusaknya. Inskeep (1991)
bersaing dengan pemodal kuat dari luar Desa mengatakan bahwa Desa Wisata merupakan
bahkan berasal dari luar Kuningan. Jika bentuk pariwisata yang sekelompok kecil
kondisi ini dibiarkan akan menimbulkan wisatawan tinggal di dalam atau di dekat
ketidakadilan ekonomi antara masyarakat kehidupan tradisional atau di desa-desa
lokal dengan pendatang. Ketidakadilan terpencil dan mempelajari kehidupan desa dan
berpotensi terjadinya konflik. Oleh karena itu, lingkungan setempat.
memberi ruang gerak bagi tumbuhnya Nuryanti (1992) mendefinisikan desa
ekonomi kerakyatan sangat diperlukan. Jika wisata merupakan suatu bentuk integrasi
tidak, kenyamanan desa wisata Linggarjati antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas
akan dipertaruhkan. Pariwisata dapat pendukung yang disajikan dalam suatu
struktur
kehidupan masyarakat yang menyatu dengan wisata. Keikutsertaan masyarakat ini sangat
tata cara dan tradisi yang berlaku. Ditegaskan dipengaruhi oleh kemauan, kesempatan, dan
pula bahwa komponen terpenting dalam desa kemampuan dari masyarakat tersebut
wisata, adalah (1) akomodasi, yakni sebagian Keikutsertaan masyarakat dalam perencanaan
dari tempat tinggal penduduk setempat dan desa wisata dapat mendorong mereka
atau/ unit-unit yang berkembang sesuai berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan dan
dengan tempat tinggal penduduk, dan (2) pengawasan. Berdasarkan hal tersebut dapat
atraksi, yakni seluruh kehidupan keseharian dirumuskan model pengembangan pariwisata
penduduk setempat beserta latar fisik lokasi berbasis masyarakat. Berikut ini akan
desa yang memungkinkan berintegrasinya dijelaskan partisipasi masyarakat dalam
wisatawan sebagai partisipan aktif, seperti keseluruhan tahap pengembangan sebagai
kursus tari, bahasa, lukis, dan hal-hal lain berikut.
yang spesifik.
Kaitannya dengan konsep Partisipasi Masyarakat dalam Tahap
pengembangan desa wisata, Pearce (1995) Perencanaan
mengartikan pengembangan desa wisata Parameter yang digunakan untuk
sebagai suatu proses yang menekankan cara menentukan derajat partisipasi masyarakat
untuk mengembangkan atau memajukan desa dalam tahap perencanaan adalah keterlibatan
wisata. Secara lebih spesifik, pengembangan dalam identifikasi masalah, perumusan tujuan,
desa wisata diartikan sebagai usaha-usaha dan pengambilan keputusan terkait
untuk melengkapi dan meningkatkan fasilitas pengembangan desa wisata. Sebagian besar
wisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. masyarakat Linggarjati mengaku tidak
Masyarakat lokal berperan penting dalam dilibatkan dalam identifikasi masalah dan
pengembangan desa wisata karena sumber tidak ikut terlibat dalam pengambilan
daya dan keunikan tradisi dan budaya yang keputusan terkait pengembangan desa wisata.
melekat pada komunitas tersebut merupakan Mereka tidak pernah diajak berdialog dalam
unsur penggerak utama kegiatan desa wisata. mengidentifikasi kebutuhan masyarakat lokal.
Di lain pihak, komunitas lokal yang tumbuh Hal ini terjadi, karena (1) gagasan
dan hidup berdampingan dengan suatu objek pengembangan desa wisata dilakukan oleh
wisata menjadi bagian dari sistem ekologi Pemerintah Kabupaten Kuningan tanpa
yang saling kait mengait. Keberhasilan melibatkan masyarakat sebagai pemilik
pengembangan desa wisata tergantung pada sumber daya, sehingga masyarakat
tingkat penerimaan dan dukungan masyarakat Linggarjati kurang memahami latar belakang
lokal. Masyarakat local berperan sebagai tuan pengembangan desa wisata; (2) masyarakat
rumah dan menjadi pelaku penting dalam lokal hanya menjalankan apa yang
pengembangan desa wisata dalam keseluruhan diprogamkan oleh pemerintah, misalnya,
tahapan mulai tahap perencanaan, kesediaan menerima kedatangan wisatawan
pengawasan, dan implementasi. dan menyerahkan lahan untuk dibangun
fasilitas wisata; dan (3) masyarakat lokal tidak
Partisipasi Masyarakat Linggarjati dalam berkekuatan untuk berpartisipasi aktif dalam
Proses Pengembangan Desa Wisata arti ikut memberi warna terhadap keputusan
Partisipasi masyarakat dalam yang akan diambil oleh penguasa.
pembangunan merupakan hal yang penting Meskipun masyarakat diundang dalam
ketika diletakkan atas dasar keyakinan bahwa beberapa rapat perencanaan, partisipasi yang
masyarakatlah yang paling tahu apa yang dilakukan oleh masyarakat pada tahap ini
dibutuhkan. Partisipasi yang hakiki akan tergolong semu. Benefit yang diperoleh dari
melibatkan masyarakat dalam keseluruhan bentuk partisipasi yang dilakukan tidak
tahapan pengembangan, mulai dari proses menunjukkan hasil yang signifikan, bahkan
perencanaan, pengambilan keputusan, dan umpan balik yang disampaikan oleh
pengawasan program pengembangan desa
masyarakat lokal atas keputusan yang diambil hingga level grassroot karena dominasinya
oleh penguasa sering diabaikan. Padahal adalah
substansi dalam pengembangan desa wisata
berbasis masyarakat, partisipasi yang
dilakukan oleh masyarakat Linggarjati
seharusnya bersifat aktif dan langsung.
Namun, selalu dihadang oleh keputusan
penguasa yang bersifat topdown. Mekanisme
seperti ini menjadikan masyarakat Linggarjati
tidak terbiasa berpartisipasi. Ketergantungan
terhadap pemerintah dan investor tinggi.
Kondisi ini berakibat pada kurangnya respons,
antusiasme, dan keterlibatan masyarakat
dalam pengelolaan dan pengembangan aset-
aset di wilayah mereka. Dalam hal
keaktifan masyarakat Desa
Linggarjati, hasil penelitian menemukan
bahwa kehadiran warga dalam pertemuan
desa cukup antusias. Walaupun warga
masyarakat banyak yang hadir dalam setiap
pertemuan, pada umumnya mereka mengaku
tidak terlibat dalam pengambilan keputusan
perihal pengembangan desa wisata.
Berdasarkan hal tersebut difahami
bahwa kesempatan untuk berpartisipasi bagi
masyarakat belum terbuka lebar. Masyarakat
memiliki kemauan yang besar untuk turut
berkontribusi dalam pembangunan
wilayahnya, namun kesempatan untuk
mengemukakan pendapat dan mengambil
keputusan tidak tersedia. Hal ini disebabkan
pemerintah telah memiliki rencana
pembangunan yang telah dicanangkan sejak
tahun-tahun sebelumnya, sehingga
masyarakat hanya sebagai objek dari
perubahan yang ada. Isu menarik
lainnya adalah keterwakilan
masyarakat. Meskipun peserta yang hadir
dalam perencanaan pengembangan desa
wisata berasal dari berbagai latar
belakang, hal ini belum mencerminkan
keterwakilan. Pertemuan-pertemuan itu
biasanya dihadiri oleh tokoh masyarakat,
pejabat desa, kelompok tertentu, warga
masyarakat yang berpendidikan, misalnya
guru, pegawai negeri sipil, dan rohaniawan,
yang secara resmi diundang oleh kepala desa.
Kondisi ini mengindikasikan bahwa
pengembangan desa wisata belum sepenuhnya
melibatkan seluruh lapisan masyarakat
golongan menengah ke atas, termasuk masyarakat Linggarjati.
para pelajar, orang berpendidikan, dan Pengembangan desa wisata dipandang sebagai
para pemimpin informal. Sehingga neokapitalis yang hanya mengeksploitasi
masyarakat yang benar-benar ada di level masyarakat lokal, sementara keuntungan dan
bawah tidak terdengar aspirasinya. manfaat pengembangan desa wisata sebagian