Anda di halaman 1dari 7

1.

Kemampuan membaca permulaan lebih difokuskan pada kemampuan membaca


tingkat dasar, yang mencakup kemampuan melek huruf. Kemampuan melek
hurufsendiri adalah kemampuan untuk mengenali dan memahami huruf-huruf alfabet
serta hubungan mereka dengan bunyi-bunyi yang dihasilkan. Hal ini dalah langkah
awal dalam proses belajar membaca. Jika ditinjau secara umum, pernyataan ini benar.
Kemampuan melek huruf merupakan fondasi yang penting dalam pembelajaran
membaca. Sebelum seseorang dapat membaca dengan lancar dan memahami teks,
mereka perlu menguasai kemampuan mengenali dan menghubungkan huruf-huruf
tersebut dengan bunyi-bunyi yang dihasilkan.
Namun, menurut pendapat saya pernyataan tersebut mungkin terlalu sederhana
dan tidak sepenuhnya mencakup semua aspek kemampuan membaca permulaan.
Selain kemampuan melek huruf, terdapat juga beberapa faktor lain yang juga
memengaruhi kemampuan membaca awal, seperti pemahaman tentang fonem,
pengenalan kata secara visual, memahami struktur kalimat, dan pengembangan
kosakata.
Selain itu, setiap individu memiliki kecepatan dan tingkat pemahaman yang
berbeda-beda dalam proses belajar membaca. Beberapa peserta didik mungkin
membutuhkan lebih banyak waktu dan latihan untuk menguasai kemampuan
membaca tingkat dasar, sementara yang lain dapat mengembangkan kemampuan
membaca dengan lebih cepat. Jadi, meskipun kemampuan melek huruf merupakan
komponen penting dalam membaca permulaan, penting juga untuk memperhatikan
aspek-aspek lain yang mempengaruhi kemampuan membaca awal dan
mempertimbangkan kebutuhan dan perkembangan individu dalam proses
pembelajaran membaca. Sehingga kemampyan membaca permulaan melibatkan lebih
dari sekedar kemampuan melek huruf, hal ini melibatkan pemahaman foenm,
pengenalan kata secara visual, pemahaman struktur kalimat dan pengembangan
kosakata. Aspek-aspel tersebut bekerja secara bersama-sama untuk membantu
pembaca permulaan dalam membangun kemampuan membaca yang komprehensif
dan efektif.
berikut adalah contoh bagaimana kemampuan melek huruf dikembangkan di
sekolah dasar:
a) Mengenal Huruf: Pada tahap awal, anak-anak akan belajar mengenali huruf-
huruf dalam abjad. Guru akan menggunakan metode yang interaktif dan
bermain dengan mengenalkan huruf-huruf secara visual dan suara mereka.
Misalnya, mereka dapat menggunakan flashcard huruf, mengeja kata dengan
memanipulasi blok huruf, atau melalui lagu-lagu huruf.
b) Mengucapkan Huruf: Anak-anak akan berlatih mengucapkan suara huruf-
huruf secara benar. Guru akan membantu mereka mengidentifikasi dan
melafalkan suara-suaranya. Misalnya, mereka akan belajar mengucapkan "a"
seperti dalam "apel" atau "i" seperti dalam "ikan."
c) Menghubungkan Huruf: Setelah anak-anak mengenal huruf-huruf secara
individual, mereka akan mempelajari bagaimana menghubungkan huruf-huruf
tersebut membentuk kata-kata. Guru akan membantu mereka mengenali
kombinasi huruf yang umum seperti "at," "in," atau "an" dan membaca kata-
kata yang terbentuk.
d) Membaca Kata-kata Sederhana: Anak-anak akan mulai membaca kata-kata
sederhana yang terdiri dari huruf-huruf yang telah mereka pelajari. Mereka
akan berlatih membaca kata-kata seperti "rumah," "burung," atau "buku"
dengan bimbingan guru.
e) Menulis Huruf: Selain membaca huruf, anak-anak juga akan belajar menulis
huruf-huruf tersebut. Mereka akan menguasai keterampilan menulis huruf
secara tangan dan melalui latihan menulis di papan tulis atau di buku tulis.
f) Membaca dan Menulis Kata-kata: Anak-anak akan menggunakan kemampuan
melek huruf mereka untuk membaca dan menulis kata-kata sederhana. Guru
akan memberikan latihan membaca dan menulis kata-kata yang relevan
dengan pengetahuan huruf mereka.
g) Membaca dengan Buku Cerita: Anak-anak akan diperkenalkan pada buku
cerita yang sesuai dengan kemampuan membaca mereka. Mereka akan
membaca buku cerita yang mengandung kata-kata yang sesuai dengan tingkat
melek huruf mereka, sehingga mereka dapat mempraktikkan dan
meningkatkan kemampuan membaca mereka dengan konteks yang lebih
menarik.
Melalui langkah-langkah ini, anak-anak di sekolah dasar akan memperoleh
kemampuan melek huruf yang solid. Ini adalah langkah awal yang penting dalam
mengembangkan keterampilan membaca yang lebih lanjut di masa depan.

2. Metode bunyi (fonik) dan metode suku kata (sila-baca) adalah dua pendekatan yang
berbeda dalam mengajarkan membaca pada peserta didik. Berikut adalah penjelasan
perbedaan antara keduanya:
a. Metode Bunyi (Fonik): Metode bunyi, juga dikenal sebagai pendekatan fonik,
didasarkan pada hubungan antara huruf dan bunyi yang mereka wakili.
Pendekatan ini mengajarkan anak-anak untuk mengenali dan menghubungkan
bunyi-bunyi individu (fonem) dengan huruf-huruf yang mewakilinya. Anak-anak
belajar membaca dengan memecah kata-kata menjadi bunyi-bunyi dan
menggabungkannya bersama-sama. Misalnya, mereka akan belajar bahwa huruf
"m" mewakili bunyi /m/ dan huruf "a" mewakili bunyi /a/. Dalam metode bunyi,
fokus utama adalah pada pembelajaran dan penerapan aturan fonetik dalam
membaca kata.

b. Metode Suku Kata (Sila-Baca): Metode suku kata, juga dikenal sebagai
pendekatan sila-baca, berfokus pada pengenalan dan pemahaman suku kata dalam
membaca kata-kata. Anak-anak belajar mengenali suku kata (misalnya, "ka", "bu",
"ta") dan kemudian menggabungkannya bersama-sama untuk membentuk kata.
Pendekatan ini memusatkan perhatian pada pola-pola suku kata dalam bahasa dan
membantu anak-anak memahami struktur suku kata dalam kata-kata yang mereka
baca.
Perbedaan utama antara metode bunyi dan metode suku kata adalah dalam
cara pendekatan pengenalan dan penghubungan bunyi dan huruf. Metode bunyi fokus
pada pengenalan dan penerapan aturan fonetik, sedangkan metode suku kata fokus
pada pengenalan dan pemahaman pola suku kata dalam bahasa. Meskipun keduanya
berbeda dalam pendekatannya, seringkali metode ini tidak digunakan secara terpisah,
tetapi digabungkan dalam pengajaran membaca untuk memberikan pendekatan yang
holistik dalam pengembangan kemampuan membaca pada anak-anak.

Adapaun contoh penggunaan metode bunyi dan metode suku kata dalam
membaca:

Contoh Metode Bunyi (Fonik): Kata: "topi" Metode bunyi akan mengajarkan
anak-anak untuk menghubungkan bunyi-bunyi individu dengan huruf-hurufnya.
Dalam kata "topi", anak akan belajar bahwa huruf "t" mewakili bunyi /t/, huruf "o"
mewakili bunyi /o/, dan huruf "p" mewakili bunyi /p/. Dengan demikian, mereka akan
memahami cara membaca kata "topi" dengan menggabungkan bunyi-bunyi tersebut.

Contoh Metode Suku Kata (Sila-Baca): Kata: "meja" Metode suku kata akan
mengajarkan anak-anak untuk mengenali dan memahami suku kata dalam kata-kata.
Dalam kata "meja", anak akan belajar bahwa ada dua suku kata, yaitu "me" dan "ja".
Dengan memahami pola suku kata tersebut, mereka dapat membaca kata "meja"
dengan menggabungkan suku kata "me" dan "ja".

Dalam pengajaran sebenarnya, kedua metode tersebut sering digunakan secara


kombinasi. Peserta didik akan belajar mengenali huruf-huruf dan mengaitkannya
dengan bunyi-bunyi (metode bunyi), serta memahami pola suku kata dalam kata-kata
(metode suku kata). Dengan demikian, mereka dapat membangun kemampuan
membaca yang lebih komprehensif dan fleksibel.

3. Model Pembelajaran Membaca Menulis Permulaan (MMP) adalah pendekatan


pembelajaran yang fokus pada pengembangan kemampuan membaca dan menulis
pada tahap awal peserta didik. Walaupun buku sering digunakan dalam pengajaran
membaca dan menulis, model pembelajaran MMP dapat diterapkan tanpa harus
bergantung pada buku sebagai satu-satunya sumber materi. Terdapat beberapa cara
untuk menerapkan model pembelajaran MMP tanpa menggunakan buku:
a. Lingkungan Berbahasa: Ciptakan lingkungan yang kaya dengan bahan tulis-
membaca seperti label kata-kata, poster, gambar, dan bahan tertulis lainnya di
sekitar kelas atau ruang pembelajaran. Siswa dapat berinteraksi dengan kata-kata
dan teks yang ada di sekitar mereka. Misalnya, Guru dapat membuat papan nama
untuk peserta didik, papan jadwal, atau daftar kata-kata yang sering digunakan.
b. Cerita Lisan: Gunakan cerita lisan atau dongeng sebagai sumber pembelajaran
membaca dan menulis. Guru dapat menceritakan cerita-cerita secara lisan kepada
siswa, meminta mereka untuk mengikuti cerita, atau mengambil bagian dalam
peran-peran cerita. Setelah cerita selesai, siswa dapat menulis atau menggambar
tentang cerita yang mereka dengar.
c. Permainan dan Aktivitas: Manfaatkan permainan dan aktivitas yang melibatkan
membaca dan menulis. Contohnya adalah permainan tebak kata, aktivitas
menghubungkan gambar dengan kata, atau membuat kartu kata untuk permainan
memori. Aktivitas ini dapat membantu siswa dalam mengenali huruf, mengasah
keterampilan membaca, dan memperkaya kosakata.
d. Proyek Menulis: Berikan tugas menulis yang menarik dan kontekstual bagi siswa.
Misalnya, minta mereka untuk menulis surat kepada teman sekelas mereka,
membuat buku cerita sederhana, atau menulis artikel tentang topik yang diminati.
Proyek ini mendorong siswa untuk menggunakan keterampilan menulis mereka
dalam situasi yang bermakna dan relevan.
e. Kolaborasi dan Diskusi: Fasilitasi kolaborasi dan diskusi antara siswa dalam
kegiatan membaca dan menulis. Misalnya, Anda dapat mendorong siswa untuk
membaca cerita bersama dan berbagi pemahaman mereka tentang cerita tersebut.
Atau, Anda dapat mengadakan diskusi kelompok tentang topik tertentu dan
mendorong siswa untuk berbagi ide dan pandangan mereka secara lisan atau
tulisan.

Dalam pengajaran MMP, sumber-sumber alternatif dan lingkungan yang kaya


dengan bahasa menjadi penting. Meskipun buku adalah sumber yang umum
digunakan, kreativitas dan penggunaan metode non-buku lainnya dapat meningkatkan
pembelajaran membaca dan menulis pada tahap permulaan. Terdapat kegiatan
kontekstual yang dapat diterapkan di sekolah dengan model pembelajaran MMP tanpa
buku, sebagai berikut :

eberapa contoh kegiatan kontekstual yang dapat diterapkan dalam model


pembelajaran Membaca Menulis Permulaan di sekolah dasar:

1) Aktivitas Lingkungan Sekolah:


a. Minta siswa untuk membaca dan menulis label-label di sekitar sekolah,
seperti label pintu, papan pengumuman, atau label peralatan di ruang
kelas.
b. Berikan tugas menulis surat kepada kepala sekolah atau guru favorit
mereka untuk mengungkapkan apresiasi atau memberikan saran.
c. Ajak siswa untuk membuat daftar kata-kata yang mereka temui sehari-hari
di lingkungan sekolah, seperti nama-nama teman sekelas, mata pelajaran,
atau ruangan-ruangan di sekolah.
2) Proyek Penulisan Kreatif:
a. Ajak siswa untuk membuat buku cerita sederhana berdasarkan pengalaman
mereka di sekolah, misalnya, cerita tentang perjalanan ke perpustakaan
sekolah, kegiatan di ruang seni, atau petualangan di taman bermain.
b. Berikan tugas menulis deskripsi tentang tempat-tempat di sekolah, seperti
ruang kelas, perpustakaan, atau ruang makan. Siswa dapat menggunakan
keterampilan deskriptif mereka untuk menggambarkan tempat tersebut
dengan detail.
c. Minta siswa untuk menulis pantun atau puisi tentang sekolah, teman
sekelas, atau kegiatan favorit mereka di sekolah.
3) Aktivitas Tema Tertentu:
a. Ajak siswa untuk melakukan penelitian kecil tentang topik tertentu, seperti
hewan peliharaan, tumbuhan, atau transportasi. Minta mereka untuk
membaca dan menulis informasi yang mereka temukan dalam bentuk
ringkasan atau poster.
b. Berikan tugas menulis cerita bergambar tentang kegiatan sekolah, seperti
pawai peringatan hari kemerdekaan, acara olahraga, atau kegiatan
ekstrakurikuler.
c. Mintalah siswa untuk menulis daftar instruksi langkah demi langkah
tentang cara melakukan sesuatu di sekolah, misalnya, cara membersihkan
ruang kelas, menanam tanaman di kebun sekolah, atau mengatur peralatan
di laboratorium.
4) Kolaborasi dalam Membaca dan Menulis:
a. Ajak siswa untuk membentuk kelompok baca dan menulis, di mana
mereka dapat membaca cerita bersama-sama, saling berbagi buku favorit,
atau membuat buku bersama tentang topik tertentu.
b. Lakukan diskusi kelompok tentang cerita yang dibaca bersama-sama,
meminta siswa untuk berbagi pendapat mereka tentang karakter, konflik,
atau pesan dalam cerita.
c. Berikan tugas kolaboratif menulis cerita bersama-sama dalam kelompok
kecil, di mana setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk
menyumbangkan bagian cerita mereka sendiri.

Dengan mengaitkan kegiatan-kegiatan membaca dan menulis dengan konteks


sekolah, siswa akan lebih termotivasi dan terlibat aktif dalam pembelajaran serta
memperluas pemahaman mereka tentang dunia di sekitar mereka.

4. Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan kompetensi dasar membaca untuk


kesenangan di kelas 2 SD:
a. Langkah 1: Pengantar
1) Mulailah dengan memberikan pengantar tentang pentingnya membaca untuk
kesenangan dan kegiatan yang akan dilakukan di dalam kelas.
2) Diskusikan dengan siswa tentang jenis buku atau cerita yang mereka sukai dan
alasan mengapa membaca adalah kegiatan yang menyenangkan.
b. Langkah 2: Pemilihan Buku
1) Ajak siswa untuk memilih buku atau cerita pendek yang mereka minati dari
berbagai genre, seperti cerita binatang, petualangan, atau cerita humor.
2) Berikan waktu bagi siswa untuk menjelajahi perpustakaan kelas atau rak buku
yang disediakan dan memilih buku yang mereka ingin baca.
c. Langkah 3: Membaca Bersama-sama
1) Baca secara bersama-sama salah satu cerita yang dipilih oleh siswa.
2) Ajak siswa untuk mengikuti membaca dengan menunjukkan gambaran visual
atau mengulangi kata-kata yang diucapkan.
d. Langkah 4: Diskusi dan Refleksi
1) Setelah membaca bersama, lakukan diskusi tentang cerita tersebut. Tanyakan
kepada siswa tentang karakter, setting, dan alur cerita.
2) Minta siswa untuk berbagi kesan dan perasaan mereka tentang cerita tersebut,
serta alasan mengapa mereka menyukai atau tidak menyukai cerita tersebut.
e. Langkah 5: Aktivitas Kreatif
1) Berikan aktivitas kreatif yang berhubungan dengan cerita yang telah dibaca.
Misalnya, siswa dapat menggambar tokoh favorit mereka, membuat buku mini
berdasarkan cerita, atau menulis ulasan singkat tentang cerita tersebut.
2) Bantu siswa dalam menyusun kalimat-kalimat pendek yang menjelaskan cerita
atau karakter dalam cerita.
f. Langkah 6: Membaca secara Mandiri
1) Berikan waktu bagi siswa untuk membaca secara mandiri buku pilihan
mereka.
2) Dorong mereka untuk membaca dengan kesenangan dan memilih buku-buku
baru yang menarik minat mereka.
g. Langkah 7: Berbagi Pengalaman Membaca
1) Ajak siswa untuk berbagi pengalaman mereka membaca buku pilihan mereka
dengan teman sekelas.
2) Minta mereka untuk berbicara tentang apa yang mereka sukai dari buku
tersebut, bagian favorit, atau pelajaran yang mereka dapatkan.
h. Langkah 8: Penampilan atau Pementasan Cerita
1) Berikan kesempatan bagi siswa untuk menampilkan atau mempertunjukkan
cerita yang mereka baca di depan kelas.
2) Siswa dapat berperan sebagai karakter dalam cerita atau menggunakan media
visual untuk memperlihatkan bagian-bagian penting dalam cerita tersebut.
i. Langkah 9: Evaluasi dan Umpan Balik
1) Berikan umpan balik positif kepada siswa atas usaha dan kemajuan mereka
dalam membaca untuk kesenangan.
2) Evaluasi kemampuan membaca siswa melalui pengamatan dan percakapan
informal.
j. Langkah 10: Peningkatan Minat Membaca
1) Dorong siswa untuk terus membaca buku-buku yang mereka sukai di luar
kelas.
2) Berikan rekomendasi buku-buku lain yang mungkin menarik minat mereka
k. Langkah 11: Kegiatan Membaca Tambahan
1) Sediakan waktu di kelas untuk membaca tambahan, di mana siswa dapat
memilih buku dari perpustakaan atau membaca materi pendukung lainnya,
seperti majalah anak-anak atau cerita pendek.
2) Berikan dukungan dan bimbingan saat siswa menghadapi kesulitan dalam
membaca.
l. Langkah 12: Penggunaan Teknologi
1) Manfaatkan teknologi dalam kegiatan membaca untuk kesenangan, seperti
penggunaan e-book, aplikasi membaca, atau situs web yang menyediakan
cerita atau buku digital untuk anak-anak.
2) Ajak siswa untuk menjelajahi dan menggunakan teknologi sebagai sarana
membaca yang menarik.

Dengan mengikuti langkah-langkah tersebut, siswa kelas 2 SD akan terlibat aktif


dalam membaca untuk kesenangan, meningkatkan minat membaca mereka, dan
memperluas pemahaman mereka tentang dunia melalui literasi.

Anda mungkin juga menyukai