Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Bosaparis: Pendidikan Kesejahteraan Keluarga

Volume 13, Nomor 2, Juli 2022


E-ISSN: 2599-1442
PENERAPAN MODEL ROLE PLAYING BERBANTUAN AUDIO
VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN FRONT OFFICE DI SMK NEGERI 1
KUBU

Ni Putu Melyawati, Ni Made Suriani, Risa Panti Ariani

Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

Email: putumelyawati12@gmail.com, made.suriani@undiksha.ac.id,


risa.panti@undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil penerapan model pembelajaran role playing
dengan media audio visual untuk mata pelajaran front office dengan materi menangani
reservasi individu di kelas XI PH SMK Negeri 1 Kubu. Jenis penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas 2 siklus yang langkahnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan
dan observasi, serta refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI PH 1 SMK Negeri 1
Kubu yang berjumlah 35 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu kualitatif deksriptif dengan melakukan analisis data hasil penelitian yang
diperoleh dari proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil observasi, wawancara dan dokumentasi lapangan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penerapan model pembelajaran role playing berbantuan audio visual dapat
meningkatkan keterampilan siswa terkait mata pelajaran front office untuk siswa kelas XI PH
SMK Negeri 1 Kubu. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil persentase ketuntasan keterampilan
siswa pada pretest yakni hanya sebesar 14,3%, kemudian mengalami peningkatan sebesar
28,6% sehingga pada siklus I hasil persentase ketuntasan siswa menjadi 42,9%.
Selanjutnya, pada siklus II hasil persentase ketuntasan siswa meningkat sebesar 45,7%
sehingga pada siklus ini hasil meningkat menjadi 88,6%.

Kata Kunci: Role Playing, Audio Visual, Front Office, Keterampilan

ABSTRACT

This study aims to determine the results of the application of the roleplaying learning model
with audio visual media for front office subjects with the material handling individual
reservations in class XI PH SMK Negeri 1 Kubu. This type of research is a class 2 cycle
action research whose steps consist of planning, implementing and observing, and reflecting.
The subjects of this study were students of class XI PH 1 SMK Negeri 1 Kubu, totaling 35
students. Data collection techniques used in this study were observation, and
documentation. The data analysis technique used in this research is descriptive qualitative
by analyzing research data obtained from the process of searching and systematically
compiling data obtained from observations, interviews and field documentation. The results
showed that the application of the audio-visual-assisted roleplaying learning model could
improve student skills related to front office subjects for class XI PH SMK Negeri 1 Kubu
students. This can be seen from the results of the percentage of students' mastery skills in
the pretest which is only 14.3%, then it has an increase of 28.6% so that in the first cycle the

http://10.23887/jppkk.v13i2.50548 101
results of the student's mastery percentage become 42.9%. Furthermore, in the second cycle
the results of the percentage of students' completeness increased by 45.7% so that in this
cycle the results increased to 88.6%.

Key words: Role Playing, Audio Visual, Front Office, Skill

1. PENDAHULUAN

Penerapan model pembelajaran menyampaikan pesan kepada siswa, agar


merupakan suatu faktor yang strategis di pesan yang disampaikan bisa lebih jelas
dalam melaksanakan proses dan mudah dipahami oleh peserta didik
pembelajaran. Hal itu disebabkan ketika (Arsyad, 2014). Berkembangnya ilmu
menerapkan model pembelajaran yang pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang
sesuai maka proses pembelajaran serta begitu pesat, terutama dalam hal
hasil belajarnya juga akan sesuai dengan berkembangnya teknologi komunikasi,
yang diharapkan. Pembelajaran ialah media pembelajaran yang digunakan guru
kegiatan mengajar serta belajar yang pada saat ini tidak hanya media
biasanya juga disebut sebagai kegiatan pembelajaran konvensional yang berupa
guru yang memberikan suatu materi papan tulis, gambar, poster. Dengan
dalam bentuk pengetahuan maupun sikap adanya teknologi komunikasi yang berupa
dan keterampilan kepada siswa yang media audio visual seperti komputer,
nantinya menerima materi tersebut pesawat televisi, radio, tape recorder, film
(Lestari, 2021). Proses pembelajaran bisa dan lain sebagainya juga dapat
dilaksanakan dimanapun serta kapanpun, dimanfaatkan sebagai media
tidak hanya di dalam kelas akan tetapi pembelajaran (Purnaningsih, 2020).
bisa saja dilaksanakan di luar kelas Kemudian, diasumsikan, dengan media
bahkan di rumah pun kegiatan audio visual digital modern akan sangat
pembelajaran bisa terus berlangsung. menarik siswa. Selain itu, dengan media
Proses pembelajaran juga biasa diartikan audio visual, pembelajaran akan
sebagai suati interaksi antara peserta didik berlangsung lebih efektif (Dewi dkk.,
dengan guru untuk mencapai tujuan 2017).
pembelajaran yang sudah dirangkai dalam Media Audio-visual merupakan media
bentuk model pembelajaran yang akan penyampai informasi yang memiliki
disampaikan agar lebih membantu karakteristik audia (suara) dan visual
jalannya proses pembelajaran dari guru (gambar). Jenis media ini mempunyai
untuk siswa. Model pembelajaran juga kemampuan yang lebih baik, karena
merupakan seperangkat rencana ataupun meliputi kedua karakteristik tersebut.
pola yang dapat dipergunakan dalam Media audio visual juga dikatakan sebagai
merancang beberapa bahan pembelajaran media pendidikan yang mengaktifkan
serta melakukan bimbingan kegiatan mata serta telinga peserta didik pada saat
pembelajaran di kelas maupun tempat pembelajaran berlangsung (Kahfi dkk.,
untuk melakukan aktivitas pembelajaran 2021). Media ini juga dianggap lebih baik
tersebut (Rahman dkk., 2015) dan menarik karena mengandung unsur
Dalam pembelajaran, guru sangat suara yang dapat didengarkan serta unsur
dituntut agar mampu menjadikan proses gambar yang dapat dilihat. Selain itu, ada
pembelajaran itu berlangsung secara beberapa hal yang menjadi kelebihan
kondusif yakni mendukung situasi belajar dalam penggunaan media audio visual ini
untuk mencapai hasil belajar yang diantaranya penggunaan media mudah
diharapkan. Salah satunya adalah dipahami dan tidak membosankan,
penggunaan media belajar yang tepat. kemudian lebih memperjelas penyajian
Dalam pemilihan media pembelajaran, pesan yang ingin disampaikan ketika
tentunya seorang pendidik membutuhkan melakukan pembelajaran, konsep yang
suatu media pembelajaran yang dapat begitu luas dapat divisualkan melalui film
membantu seorang guru dalam atau yang lainnya serta media ini berperan

Penerapan Model Role Playing… (Melayawati, dkk) Halaman 102


dalam pembelajaran tutorial yang nantinya diampunya. SMK Negeri 1 Kubu program
akan lebih mudah dalam memberikan keahlian akomodasi perhotelan dibekali
peningkatan terhadap pemahaman berbagai kompetensi yang menunjang
peserta didik (Aristiani, 2018). pekerjaannya kelak di bidang perhotelan,
Selain itu juga, cara yang bisa sehingga untuk menghasilkan siswa-siswi
dilakukan untuk meningkatkan yang berkualitas pengajar dituntut untuk
pemahaman serta keterampilan siswa lebih berinovasi dalam merancang
ialah dengan menerapkan model kegiatan belajar mengajar agar anak tidak
pembelajaran yang langsung mengaitkan hanya ingat mengenai materi tetapi juga
materi yang dipelajari siswa dengan paham. Dengan demikian model
kenyataan atau kehidupan sehari-hari. pembelajaran yang tepat untuk mengasah
Dengan demikian siswa bisa memahami keterampilan siswa untuk beberapa mata
tidak hanya secara teori saja, akan tetapi pelajaran produktif di sekolah sangat
mampu mengimplementasikan ataupun diperlukan.
mempraktekannya secara langsung. Salah satu mata pelajaran produktif
Model pembelajaran seperti ini dapat yang diwajibkan agar siswa mampu
dilaksanakan melalui model pembelajaran mencapai target KKM atau Kriteria
role playing (Hidayat, 2016). Model Ketuntasan Minimal yang telah ditetapkan
pembelajaran role playing merupakan pada setiap penilaian akhir sekolah ialah
model pembelajaran yang mengajak siswa Front Office. Front office ialah salah satu
untuk mengembangkan keterampilan mata pelajaran untuk jurusan perhotelan di
interaktif serta reaktifnya melalui belajar Sekolah Menengah kejuruan yang
dengan berbuat sesuai dengan peranan memiliki karakteristik dalam melakukan
pada kenyataan (Jasil, 2017). pelayanan dengan tamu dan lebih
Namun, pada kenyataannya banyak berinteraksi antar tamu asing maupun
sekolah yang belum menerapkan model lokal yang mengkombinakasikan
pembelajaran role playing ini khusunya keterampilan bicara dan juga tindakan
melalui media pembelajaran audio visual. (Guswiani, 2018). Namun, mata pelajaran
Salah satunya adalah Sekolah Menengah ini juga pada kenyataannya merupakan
Kejuruan, yang media pemberlajarannya salah satu mata pelajaran yang paling
lebih banyak melakukan praktek seperti sering mengalami kesulitan dalam
mata pelajaran tata boga, perhotelan mencapai ketuntasan belajar seperti
maupun lainnya. SMK (Sekolah misalnya kendala yang dijumpai pada
Menengah Kejuruan) merupakan salah penilaian keterampilannya yang memiliki
satu bentuk satuan pendidikan formal nilai lebih kurang dibandingkan penilaian
yang menyelenggarakan pendidikan pada pengetahuannya. Meskipun model
kejuruan pada jenjang pendidikan pembelajaran lain sudah diterapkan,
menengah sebagai lanjutan dari SMP, namun penilaian keterampilan siswa
MTs, atau bentuk lain yang sederajat. masih terlihat kurang atau masih banyak
SMK memiliki banyak keahlian yang yang berada di bawah nilai kriteria
disesuaikan dengan kebutuhan dunia ketuntasan minimal. Hal tersebut sangat
kerja. Salah satu program keahlian yang disayangkan terutama untuk siswa kelas
terdapat di SMK Negeri 1 Kubu adalah XI perhotelan yang akan terjun ke dunia
program keahlian akomodasi perhotelan. kerja ataupun on job training.
Siswa dan siswi jurusan akomodasi Selain itu juga, berdasarkan hasil
perhotelan dipersiapkan untuk menjadi observasi di SMK Negeri 1 Kubu pada
tenaga kerja perhotelan yang profesional tanggal 15 September 2021, ada
serta berdaya saing baik sebagai front beberapa hasil praktek siswa kelas XI PH
liner, housekeeper ataupun sebagai untuk materi reservation section mata
tenaga back office di hotel. Siswa serta pelajaran front office mengalami
siswi SMK dipersiapkan menjadi tenaga penurunan bahkan hasil nilai prakteknya
siap pakai artinya setiap lulusan dari SMK cenderung melemah, dapat dilihat pada
telah dibekali baik secara teoritis juga tabel berikut.
aplikatif mengenai program keahlian yang

Penerapan Model Role Playing… (Melayawati, dkk) Halaman 103


Berdasarkan tabel tersebut, pelajaran tersebut (Dima, 2018).
dinyatakan bahwa nilai praktek untuk Kemudian, tingkat motivasi dalam diri
materi reservation section terkait melayani siswa masih sangat kurang untuk
penanganan reservasi individu mata berusaha memahami dan mencari solusi
pelajaran front office kelas XI PH di SMK supaya materi pembelajaran tidak hanya
Negeri 1 Kubu masih banyak yang didengarkan melainkan dipahami agar
mendapat nilai di bawah KKM. Diketahui bisa dipraktekan dengan maksimal.
persentase untuk siswa yang terampil atau Selanjutnya, yang paling terpenting adalah
mencapai ketuntasan yakni di bawah 50% model pembelajaran yang kurang menarik
serta masih banyak siswa yang nilainya di dan inovatif bagi siswa, yang mana siswa
bawah KKM untuk praktek reservasi di zaman sekarang akan lebih tertarik
menangani pesanan melalui telepon. dengan model pembelajaran dengan
Dengan demikian tingkat keterampilan media yang up to date.
yang dimiliki siswa kelas XI PH 1 untuk Pada penelitian ini, populasi penelitian
materi Reservation Section masih sangat yang digunakan ialah siswa kelas XI PH 1
rendah. Keterampilan yang baik pada di SMK Negeri 1 Kubu khusus untuk
mata pelajaran front office itu sendiri materi reservation section mata pelajaran
sangat penting dimiliki oleh siswa yang front office. Alasan dipergunakannya kelas
mana siswa diharapkan mampu dalam XI sebagai populasi penelitian
memahami kondisi tamu, cara melayani dikarenakan kelas XI akan segera
tamu sesuai permintaan tamu dan yang melaksanakan kegiatan PKL atau on job
lainnya. Maka dari itu diperlukan model training dengan demikian perlu yang
pembelajaran yang tepat untuk diterapkan namanya praktek secara rutin dan efektif
dalam pembelajaran front office agar dari pihak sekolah supaya pada saat
siswa lebih memahami secara maksimal melaksanakan kegiatan on job training
dan tidak hanya mengetahui sekedar teori bisa mengimplementasikan pembelajaran
dari mata pelajaran tersebut. Menurut atau praktek tersebut dengan baik di
salah satu guru yang mengajar materi tempat training. Kemudian alasan
front office di SMK Negeri 1 Kubu, Bapak I pemakaian materi reservation section
Komang Wiramiharja menyatakan bahwa mata pelajaran front office dikarenakan
sebagian besar siswa di kelas XI PH siswa di SMK Negeri 1 Kubu sebagian
mengalami kendala dalam berkomunikasi besar terkendala di bahasa inggris
bahasa inggris untuk mata pelajaran front sementara untuk materi tersebut
office, siswa cenderung mengalami mempunyai peluang yang lebih banyak
kesulitan dalam melakukan praktek terkait berkomunikasi dengan menggunakan
dengan materi front office yang bahasa inggris karena front office itu
dipaparkan. Walaupun di kelas X sendiri memiliki ruang lingkup yang
kemampuan berkomunikasi berbahasa banyak salah satunya reservasion
inggris sudah diasah, namun ssection. Sehingga, penelitian ini
pengimplementasian di kelas XI masih memfokuskan untuk melakukan penelitian
kurang, beberapa siswa masih belum dengan menerapkan model pembelajaran
maksimal menerapkannya dalam praktek role playing melalui media audio visual
materi front office. untuk materi reservation section mata
Dengan adanya pemaparan dari guru pelajaran front office di kelas XI PH
kelas tersebut, maka peneliti dapat dengan tujuan nantinya dapat mengasah
menyimpulkan bahwa ada beberapa kemampuan dan keterampilam siswa
kendala yang sebenarnya menjadi sumber dalam berbahasa inggris, dan
kesulitan siswa dalam melaksanakan mempersiapkan mental sebelum terjun ke
praktek materi front office dengan kegiatan on job training yang akan
maksimal seperti misalnya pembelajaran diselenggarakan.
masih menerapkan cara belajar yang di
dominasi oleh guru yang mana materi
dijelaskan satu per satu sehingga dari
pihak siswa menjadi pasif dalam mengikuti

Penerapan Model Role Playing… (Melayawati, dkk) Halaman 104


2. METODE peneliti dari sumber pertamanya yaitu
berupa seluruh siswa kelas XI PH 1 SMK
Penelitian ini merupakan penelitian Negeri 1 Kubu dan sumber data sekunder
tindakan kelas (PTK) atau Classroom yang langsung dikumpulkan oleh peneliti
Action Research (CAR). Penelitian ini sebagai penunjang darii sumber yang
terdiri atas 3 (tiga) tahap yaitu tahap pertama, dalam hal ini yaitu kepala
pertama pra siklus untuk melihat sekolah serta guru yang menjadi
kemampuan awal siswa dalam pengampu mata pelajaran terkait. Dapat
ketrampilan melakukan pelayan front juga dikatakan data yang tersusun dalam
office, tahap kedua adalah siklus 1 dan bentuk dokumen-dokumen, dan dalam
tahap 3 adalah siklus 2 dimana kedua penelitian ini dokumentasi merupakan
tahap 2 dan 3 merupakan treatment atau sumber data sekunder.
pemberian perlakuan dengan Data yang telah terkumpul dianalisis
menggunakan metode Role Playing. secara deskriptif kuantitatif. Deskriptif
Pelaksanaan 2 siklus akan disesuaikan kuantitatif adalah penelitian yang dominan
dengan alokasi waktu dan pokok bahasan menggunakan angka, mulai dari
yang dipilih. Dalam setiap siklus terdiri dari pengumpulan data dan hasil evaluasi yang
4 kegiatan, yaitu: 1) Perencanaan 2) merupakan angka. Adapun Langkah-
Pelaksanaan 3) Observasi dan 4) Refleksi. langkah analisis data yang dilakukan
Penelitian ini akan menghasilkan data dalam penelitian ini yaitu Memberikan skor
kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif terhadap hasil tes penilaian ketrampilan
berasal dari perangkat pembelajaran Front Office siswa pada kedua tes,
seperti rencana pelaksanaan dengan menggunakan formula berikut:
pembelajaran, bahan ajar siswa sekaligus Ada tiga kriteria penilaian Ketrampilan
berisi lembar kerja siswa, respons siswa Front Office yaitu Ketepatan prosedur
terhadap perangkat pembelajaran dengan kerja, ketepatan penggunaan expression
penerapan metode audio visual. dan ketepatan alokasi waktu. Membuat
Sebaliknya, data kuantitatif berupa nilai total poin yang akan siswa terima untuk
awal pada pra siklus dan nilai akhir pada penilaian ketrampilan Front Office.
masing-masing siklus I, dan II. Rumusan yang bisa disusun seperti
Pada penelitian ini menggunakan berikut. Poin maksimal = Nilai Prosedur
objek penelitian yakni Efektivitas Media kerja +nilai Penggunaan Expression + nilai
Pembelajaran Role Playing Berbantuan alokasi waktu. Menentukan presentase
Model Audio Visual Guna Mengasah keberhasilan model pembelajaran role
Keterampilan Front Office Siswa Kelas XI playing dengan media audio visual pada
PH Di SMK Negeri 1 Kubu. Sedangkan kelas XI Perhotelan dengan cara:
subjek dalam penelitian ini ialah kelas XI
PH atau Perhotelan yang diambil secara
acak 1 dari 4 kelas yang ada di SMK
Negeri 1 Kubu yaitu yang dipilih adalah Keterangan:
kelas XI PH 1 dengan jumlah siswa NK : Nilai Komponen
sebanyak 35 orang. Skor Perolehan : penjumlahan skor per
Data adalah kumpulan informasi atau komponen penilaian
bahan yang didapat melalui suatu metode Skor Maksimal : Skor maksimal per
pengumpulan data yang kemudian diolah komponen penilaian
dan dilakukan analisis yang pada akhirnya Bobot : persentase setiap komponen.
menghasilkan temuan baru (Wahyuni, Total keseluruhan adalah 100.
2015). Sumber utama data dalam metode
penelitian kualitatif yaitu kata-kata dan Untuk kriterian keberhasilan dari
aktivitas, adapun selain itu seperti Penelitian Tindakan Kelas ini ditentukan
dokumen, berkas, tulisan merupakan data berdasarkan jumlah siswa yang
tambahan (Sugiyono, 2017). Sumber data mendapatkan kualifikasi terampil serta
yang diperoleh dapat berupa sumber data sangat terampil. Apabila persentase atau
primer yang langsung dikumpulkan oleh jumlah siswa melebihi standar yang
Penerapan Model Role Playing… (Melayawati, dkk) Halaman 105
ditetapkan maka dapat dinyatakan siswa yang mendapatkan nilai lebih dari
penelitian Tindakan kelas yang KKM ataupun standar ketuntasan yang
dilaksanakan dengan model role playing ditetapkan dalam penilaian Praktek
berbantuan audio visual berhasil Reservation Section. Kemudian untuk
dilaksanakan dengan kentuan nilai rata- persentase ketuntasannya yaitu 14,29%,
rata keseluruhan praktek siswa setiap dengan nilai tertinggi yang diperoleh
siklus diatas 50% atau lebih dari 20 siswa sisiwa adalah 79. Sedangkan untuk
tuntas dalam praktek menangani reservasi jumlah siswa yang tidak tuntas dalam
individu. Sehingga selanjutnya untuk praktek ini ialah sebanyak 30 dari 35
pembelajaran dengan metode yang siswa atau persentasenya yaitu 85,71%
digunakan dapat diterapkan pada materi dengan nilai terendah yaitu 64 dengan
front office lainnnya. KKM 75. Dengan demikian, perlu
diadakan Tindakan kelas guna
3. HASIL PENELITIAN DAN melakukan peningkatan terhadap
PEMBAHASAN keterampilan siswa khususnya di kelas XI
PH 1 yang nilai praktek untuk materi
Berdasarkan hasil dari pretest reservation section yang masih sangat
yang telah dilaksanakan, maka dapat kurang terampil, supaya pada saat terjun
disimpulkan dari data tersebut melaksanakan on job training bisa
menunjukkan bahwa dari keseluruhan terlaksana dengan maksimal. Apabila
siswa kelas XI PH 1 yang berjumlah disajikan dalam bentuk grafik dapat
sebanyak 35 siswa, terdapat hanya 5 diamati seperti pada di bawah ini.

GRAFIK KETIDAKTUNTASAN SETIAP


INDIKATOR (%) PRETEST
A B C D E F G H I J
94,29
91,43

88,57
82,86

82,86
82,86
80
71,43

71,43
68,6
60

37,14
34,29

34,29
31,43
17,14

14,29

PERSIAPAN PROSES SIKAP WAKTU

Gambar 1. Grafik Ketidaktuntasan Pretest

keterampilan menangani reservasi


Pada grafik di atas maka dapat individu di tahap awal ini yaitu tahap
diketahui bahwa pada tahapan pretest pretest. Adapun alasannya didasari dari
masih banyak indicator pada proses atau hasil praktek keterampilan siswa
hasil praktek yang belum mecapai mengenai Menangani Reservasi Individu
ketuntasan. Beberapa diantaranya yang yang masih kurang dikarenakan hampir
masih banyak belum mencapai sebagian besar indicator penilaian terkait
ketuntasan yaitu pada hasil dan proses dengan menangani reservasi individu
kerja, yang mencapai ketuntasan terdapat belum mendapatkan nilai di atas kriteria
hanya 5 siswa saja sedangkan sisa 30 ketuntasan. Apabila diamati pada table
siswa masih belum tuntas untuk praktek maka hanya terdapat 5 siswa saja yang

Penerapan Model Role Playing… (Melayawati, dkk) Halaman 106


tuntas dalam penilaian ini atau hanya pembelajaran materi menangani reservasi
14,3% saja serta masih jauh dari target individu pada kelas XI PH 1 di SMK Negeri
ketuntasan dalam pembelajaran. Dengan 1 Kubu, yaitu dapat diketahui bahwa nilai
demikian, perlu diadakan Tindakan pada tertinggi dari keseluruhan nilai yang
siklus I dengan pembelajaran diperoleh siswa yaitu 81 sedangkan nilai
menggunakan metode role playing yaitu terendahnya ialah 70. Persentase siswa
memberikan penayangan video terkait yang sudah tuntas sebanyak 15 siswa
dengan beberapa sub indicator yang yaitu sebesar 42,9%. Sedangkan jumlah
masih kurang maksimal dalam siswa yang tidak tuntas sebanyak 20
pelaksanaannya. siswa dengan persentase 57,1%. Apabila
Selanjutnya pada siklus I, Adapun disajikan dalam bentuk grafik dapat
hasil yang didapatkan diakhir diamati seperti pada di bawah ini.

GRAFIK KETIDAKTUNTASAN SETIAP


INDIKATOR (%) SIKLUS I
A B C D E F G H I J
68,57
62,86

62,86

57,14
54,23

51,43
48,57

48,57
42,86
34,33
40

22,86

22,86
20

20
11,43

5,71

PERSIAPAN PROSES SIKAP WAKTU

Gambar 2. Grafik Ketidaktuntasan Siklus I

availability, Asking the guest identy,


Pada grafik di atas maka dapat Asking the way of payment dan Informing
diketahui bahwa pada tahapan siklus I cancelation policy. Selain itu juga
siswa yang sudah mencapai ketuntasan keterampilan dan tanggung jawab dalam
untuk beberapa indikator dari sub bekerja masih kurang. Sehingga indikator
komponen penilaian. Terdapat 15 siswa dari komponen penilaian tersebut akan
yang tuntas dalam praktek keterampilan kembali ditekankan pada pembelajaran
kali ini sedangkan masih 20 siswa yang atau tindakan siklus selanjutnya agar
belum tuntas dengan persentase mencapai hasil yang maksimal dengan
ketuntasan yaitu 42,9% dan 57,1% untuk solusi mengadakan penayangan video
yang belum tuntas. Masih terdapat yang lebih focus pada kelima materi atau
beberapa indicator dari penilaian praktik indicator tersebut.
terkait keterampilan menangani reservasi Kemudian pada siklus II, Selain
individu yang masih kurang maksimal observasi menemukan kualitas
dilakukan oleh siswa. Dari 10 indikator pembelajaran seperti tersebut, juga
pada sub komponen proses dan hasil memperoleh data hasil praktek
kerja siswa, masih terdapat 4 indikator keterampilan yang telah dilaksanakan
atau komponen yang belum tuntas dalam setiap akhir proses pembelajaran melalui
pelaksanaan siklus ini yaitu diantaranya postest. Dari hasil tes keterampilan yang
terkait dengan Checking the room dilakukan dapat diketahui bahwa nilai

Penerapan Model Role Playing… (Melayawati, dkk) Halaman 107


tertinggi dari keseluruhan nilai yang disajikan dalam bentuk grafik dengan
diperoleh siswa yaitu 85 sedangkan nilai rincian persentase tidak tuntas setiap
terendahnya ialah 70. Persentase siswa indikator pada sub komponen dapat
yang sudah tuntas sebanyak 31 siswa diamati seperti pada di bawah ini.
dengan persentase 88,6%. Sedangkan
jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 4
siswa dengan persentase 11,4%. Apabila

Gambar 3. Grafik Ketidaktuntasan Siklus II

pada Pretest, kemudian meningkat


Pada grafik di atas maka dapat menjadi 73,8 pada siklus I serta menjadi
diketahui bahwa pada tahapan siklus II 76,3 pada siklus II. Begitu juga untuk
persentase siswa yang tidak tuntas untuk peningkatan ketuntasan siswa yang
tiap indikator sub komponen sudah mengalami peningkatan mulai dari pretest
menurun dari siklus sebelumnya. Terdapat dengan jumlah siswa yang tuntas hanya 5
siswa yang sudah mencapai ketuntasan orang dengan persentase 14,29%,
sebanyak 31 siswa sedangkan sisa 4 kemudian pada siklus I bertambah
siswa yang belum tuntas dengan menjadi 15 siswa dengan persentase
persentase ketuntasan yaitu 88,6% dan 42,9% dan di siklus II peningkatan untuk
11,4% untuk yang belum tuntas. Dari siswa yang tuntas sebanyak 31 siswa
seluruh indicator pada komponen dengan persentase ketuntasan yaitu
peneliaian terkait dengan menangani 88,6%.
reservasi individu, sudah hampir secara
keseluruhan dikuasai oleh siswa melalui Berdasarkan gambar diatas maka
pembelajaran dengan metode role playing dapat dinyatakan bahwa terdapat
berbantuan audio visual melalui peningkatan keterampilan siswa dalam
penayangan video serta praktik langsung pembelajaran mata pelajaran front office
terkait apa yang telah diamati pada video terkait dengan materi menangani reservasi
atau penayangan yang diberikan. individu pada setiap siklusnya. Diawali dari
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian pretest dengan jumlah siswa yang tuntas
pada masing-masing siklus yang telah dalam pembelajaran tersebut hanya
diuraikan di atas maka dapat dijabarkan sebanyak 5 orang atau persentasenya
hasil penelitian secara keseluruhan, sebesar 14,3%. Selanjutnya, pada
bahwa terdapat peningkatan rata-rata dari pelaksanaan siklus I keterampilan siswa
nilai keterampilan siswa mulai dari 70,7 mengalami peningkatan sebesar 28,6%.

Penerapan Model Role Playing… (Melayawati, dkk) Halaman 108


Sehingga pada siklus I ini ketuntasan the way of paymen, Repeating the guest
siswa bertambah menjadi 42,9% yaitu request and Informing cancelatiom policy.
terdapat 15 siswa yang berhasil Namun, dikarenakan hasil dari persentase
mendapatkan nilai keterampilan diatas keterampilan siswa yang masih di bawah
standar. Akan tetapi persentase tersebut standar yang diharapkan maka dilanjutkan
masih belum mencapai keberhasilan pengujian pada siklus I dan juga II.
dikarenakan masih dibawah standar Selanjutnya, Tindakan yang dilaksanakan
ketuntasan yang ditentukan, sehingga pada siklus juga ternyata hasil keterampilan
dilanjutkan pada siklus II untuk mengasah belajar siswa terkait dengan menangani
beberapa indikator yang masih kurang reservasi individu masih dibawah standar
maksimal hasil dan pelaksanaanya pada ketuntasan. Ada 5 komponen atau indicator
siklus I. Kemudian, dilanjutkan pada siklus dari 10 komponen yang belum maksimal
II ternyata siswa mampu mempraktekan dikuasai oleh siswa. Kelima komponen
keterampilan terkait dengan menangani tersebut yaitu Informing room and hotel
reservasi individu dengan baik. Terdapat facilities, Asking the guest identity, Asking
peningkatan ketuntasan pembelajaran the way of paymen, Repeating the guest
siswa sebanyak 45,7%, dengan jumlah request and Informing cancelatiom policy.
siswa yang sudah tuntas terkait dengan Dengan demikian, Tindakan dilanjutkan ke
materi menangani reservasi individu siklus selanjutnya agar keseluruhan
menjadi sebanyak 31 orang dengan komponen dapat tuntas dilaksanakan oleh
persentase ketuntasan sebesar 88,6%. siswa sehingga pembelajaran
menggunakan metode Role Playing
PEMBAHASAN berbantuan audio visual dapat dinyatakan
sukses atau berhasil. Hal tersebut ternyata
Analisis penelitian yang dilakukan pada dibuktikan pada hasil dari Tindakan pada
siklus I dan II dalam pelaksanaan siklus II, yang mana Hasil yang didapatkan
kegiatan serta penilaian proses belajar yakni terjadi peningkatan dari siklus I ke
mengajar dengan menggunakan model siklus II yaitu ketuntasan menjadi sebanyak
pembelajaran Role Playing berbantuan 88,6% yaitu diatas nilai standar (50%)
audio visual yaitu berdasarkan hasil artinya sebagian besar siswa sudah mampu
analisis data yang telah dipaparkan dalam mempraktekkan melayani reservasi
sebelumnya mengenai uraian deskripsi individu dengan terampil dan baik melalui
serta hasil penelitian Tindakan kelas melalui pemahaman yang baik karena metode atau
sebuah tabel nilai maupun grafik yang model pembelajaran yang diberikan oleh
dilaksanakan oleh peneliti dapat dinyatakan guru.
bahwa terjadi peningkatan hasil Dari hasil observasi pembelajaran
keterampilan siswa terkait dengan siklus I dan siklus II dapat terlihat
menangani reservasi individu siswa kelas XI peningkatan jumlah peserta didik yang
PH 1 di SMK Negeri 1 Kubu. Pada pretest mengikuti jalannya pembelajaran dengan
rata-rata hasil nilai keterampilan siswa menggunakan model pembelajaran Role
mengalami peningkatan dari yang hanya di Playing berbantuan audio visual dengan
angka 14,3% ketuntasan siswa meningkat di baik. Peneliti mengamati kegiatan yang
siklus I menjadi 42,9%. Pada pretest yang dilakukan oleh peserta didik selama
dilaksanakan masih terdapat banyak siswa proses pembelajaran mengalami
masih belum memahami terkait dengan peningkatan dalam keaktifannya.
materi menangani reservasi individu. Berdasarkan hipotesis Tindakan bahwa
Adapun beberapa komponen yang perlu keterampilan siswa dalam menangani
diasah untuk keterampilan siswa pada reservasi individu ini dapat ditingkatkan
materi front office terkait dengan menangani dengan pembelajaran melalui model Role
reservasi individu yakni diantaranya Playing yang berbantuan audio visual. Hal
Greeting, Offering Help, Asking length of tersebut dapat diamati melalui adanya
stay, Asking room type, Checking the peningkatan rata-rata ketuntasan
room availability, Informing room and hotel keterampilan siswa dari tiap siklus yang
facilities, Asking the guest identity, Asking dilaksanakan

Penerapan Model Role Playing… (Melayawati, dkk) Halaman 109


langsung praktek dengan metode yang
4. KESIMPULAN DAN SARAN lebih maju serta tidak membosankan.
Dalam pembelajaran siswa dikondisikan
Berdasarkan hasil penelitian di dalam kelompok kerja dalam
atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan menyelesaikan suatu masalah sehingga
model pembelajaran role playing mampu membangun kebiasaan positif
berbantuan audio visual dapat dalam berkomunikasi, bertukar pikiran,
meningkatkan keterampilan siswa untuk ataupun menyampaikan suatu
mata pelajaran front office terkait dengan gagasan/pendapat, sehingga secara tidak
reservation section yaitu menangani atau langsung mampu mengembangkan pola
melayani tamu melalui telepon/langsung pikir siswa dalam memecahkan suatu
pada siswa XI PH 1 SMK Negeri 1 Kubu. masalah. Bagi peneliti/guru yang ingin
Hal tersebut dibuktikan dengan nilai siklus melaksanakan pembelajaran dengan
I, pada pertemuan ini praktek mengimplementasikan model
menggunakan model pembelajaran role pembelajaran role playing berbantuan
playing berbantuan audio visual, audio visual diharapkan memperhatikan
didapatkan nilai rata-rata untuk siswa yang kendala-kendala yang muncul selama
tuntas dalam pelaksanaan praktek pelaksanaan tindakan untuk dipergunakan
keterampilan menangani reservasi individu sebagai pertimbangan dalam menyusun
yaitu senililai 42,9% sedangkan instrumen sehingga pelaksanaan
persentase untuk siswa yang tidak tuntas pembelajaran berjalan optimal.
yaitu senilai 57,1%. Kemudian untuk siklus
II dengan menggunakan model yang sama DAFTAR PUSTAKA
yaitu role playing berbantuan audio visual
dalam pelaksanaan praktek menangani Aristiani, R. (2016). Meningkatkan
reservasi individu, diperoleh nilai rata rata percaya diri siswa melalui layanan
untuk siswa yang tuntas dalam informasi berbantuan
pembelajaran menjadi meningkat dari audiovisual. Jurnal Konseling
siklus sebelumnya yaitu senilai 88,6%
Gusjigang, 2(2).
sedangkan untuk persentase siswa yang
Arsyad, Azhar. 2014. Media
tidak tuntas dalam pembelajaran tersebut
ialah 11,4%. Dari hasil observasi Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja
pembelajaran siklus I dan siklus II dapat Grafindo Persada
terlihat peningkatan siswa yang mengikuti Dewi, Tiara Anggia. 2017. “Efektivitas
jalannya pembelajaran dengan Model Role Playing Dalam
menggunakan model pembelajaran role Meningkatkan Kompetensi
playing berbantuan audio visual dengan Mahasiswa Pada Mata Kuliah
baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Manajemen Keuangan.” Jurnal
model yang digunakan dalam penelitian ini Pendidikan Ekonomi UM Metro 5(1).
mampu memberikan peningkatan Dima, Cindy Citya. 2018. “Peningkatan
keterampilan siswa untuk mata pelajaran Pemahaman Antar Budaya
front office yaitu menangani reservasi Mahasiswa Dalam Pembelajaran
individu yang dilaksanakan di SMK Negeri Front Office Melalui Metode Role
1 Kubu untuk siswa kelas XI PH 1. Play Dan Tutor Teman Sebaya.”
Dengan demikian diharapkan Ketika siswa Seminar Nasional Struktural.
kelas XI PH 1 melaksanakan on job Guswiani, Wini, Deni Darmawan, Nizar
training bisa menjalankan tugasnya Alam Hamdani, and Mega Achdisty
dengan baik dengan keterampilan yang
Noordyana. 2018. “Efektivitas
dimilikinya.
Selain itu, Pengimplementasian model Penggunaan Video Pembelajaran
pembelajaran dalam penelitian ini Dalam Meningkatkan Motivasi Dan
dipandang perlu karena dalam Hasil Belajar Siswa Dalam
pembelajaran siswa dapat menyampaikan Pembelajaran Front Office Di Kelas
pendapatnya dalam pembelajaran serta XI Akomodasi Perhotelan SMKN 3

Penerapan Model Role Playing… (Melayawati, dkk) Halaman 110


Garut.” Jurnal Teknologi Universitas Pembangunan Nasional
Pendidikan Dan Pembelajaran ‘Veteran’ Jawa Timur Di Era
3(2). Pandemi Covid 19.” Jurnal
Hidayat, Lutfi Muhammad, Erliany Indonesia Sosial Teknologi
Syaodih, and Rita Zahara. 2016. 2(5):717–30.
“Efektivitas Metode Role Playing Purnaningsih, Pari, and Resti Isnaeni.
Untuk Meningkatkan Keterampilan 2020. “Pemanfaatan Media Audio
Berbicara Pada Mata Pelajaran visual Dalam Pembelajaran Bahasa
Bahasa Indonesia Kelas IV Inggris Siswa Kelas XII SMK
Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 2 Tangerang
Muhammadiah 2 Sumbersari.” Selatan.” Prosiditas Senantias 2020
Jurnal Pendidikan Dan 1(1).
Pembelajaran 14(2). Rahman, Tri Malikul, Martono Trisno,
Jasil, Mohamad. 2017. “Penerapan Model Murtini Wiedy. 2015. “Eksperimentasi
Pembelajaran Role Playing Pada Model Pembelajaran Berbasis
Mata Pelajaran SKI Dalam Masalah (Problem Based Learning)
Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Berbantuan Internet Terhadap
Belajar Siswa Di MI Bustanul Ulum Prestasi Belajar Ekonomi Siswa
Langkap Bangsalsari Jember.” Jurnal Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa
Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar MA Bany Khozin Jember Tahun
2(2):53–77. Ajaran 2013/2014.” 1–13.
Kahfi, M., Ratnawati, Y., Setiawati, W., & Sugiyono. 2017. Metode Penelitian
Saepuloh, A. (2021). Efektivitas Evaluasi (Pendekatan Kuantitatif,
Pembelajaran Kontekstual dengan Kualitatif Dan Kombinasi).
Menggunakan Media Audiovisual Bandung: CV. Alfabeta.
dalam Meningkatkan Motivasi dan Syahrin, Alfi, and bin As Amru. 2020.
Prestasi Siswa Pada Pembelajaran “Pengaruh Pengunaan Audiovisual
IPS Terpadu. Jurnal Ilmiah Dan Motivasi Belajar Terhadap
Mandala Education, 7(1). Keterampilan Berbicara Bahasa
Lestari, Nila, and Ulfa Syaimi Khairina. Inggris Di SMA Negeri 3
2021. “Efektivitas Pembelajaran
Takengon.” Jurnal Ilmiah
Daring Terhadap Hasil Belajar
Pendidikan Bahasa Dan Sastra
PJOK Kelas 5 SDIT Alfarabi
Tanjung Selamat.” Seminar Hasil Indonesia 1(1).
Penelitian 2020 1–4. Wahyuni, T., Widiyatmoko, A., & Akhlis, I.
(2015). Efektivitas penggunaan
Pratama, Ananta, Novia Cahyaningrum,
media audiovisual pada
Ayu Wulandari, and Siska Zunita. pembelajaran energi dalam sistem
2021. “Pengaruh Perkuliahan kehidupan pada siswa SMP. Unnes
Daring Terhadap Efektivitas Science Education Journal, 4(3).
Pembelajaran Mahasiswa Program
Studi Administrasi Publik

Penerapan Model Role Playing… (Melayawati, dkk) Halaman 111

Anda mungkin juga menyukai