Anda di halaman 1dari 45

PENERAPAN KEGIATAN LESSON STUDY PADA MATA PELAJARAN FISIKA

UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS KOMUNIKASI DAN KOLABORATIF


SISWA DI SMP NEGERI 18 KOTA BENGKULU

OLEH ;
SRI DESIANA , S. Pd

DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI 18
KOTA BENGKULU
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam pembelajaran Fisika, kecenderungan pembelajaran menekankan pada

aspek kognitif saja, padahal perlu ditanamkan bagaimana aktivitas Komunikasi dan

kolaborasi belajar mandiri pada peserta didik. Para siswa terlihat kurang aktif dalam

mengikuti pelajaran, sehingga siswa cenderung pasif pada saat proses belajar

mengajar dikelas, hal ini disebabkan karena siswa masih terfokus pada guru dalam

proses pemSbelajaran fisika tanpa diimbagi dengan belajar sendiri, serta

kecenderungan guru yang menggunakan metode ceramah dalam proses belajar

mengajar membuat ketertarikan siswa terhadap pelajaran fisika berkurang. Siswa

sangat sulit dalam mengeluarkan pendapat (komunikasi) baik dalam diskusi

kelompok maupun diskusi kelas dalam proses pembelajaran. Siswa pada saat diskusi

kurang berkerjasama, sehingga kecenderungan dalam kelompok hanya didominasi

orang-orang tertentu saja. Hal ini juga diungkapkan oleh Sato Masaaki (2012)

bahwa siswa cenderung tertutup, tidak dapat menyimak pendapat orang lain, kurang

pandai berkomunikasi dengan pihak lain, tidak acuh kepada orang lain, merasa

rendah diri, dan sebagainya. Guru mengalami kesulitan melibatkan semua siswa

dalam proses pembelajaran. Menurut Sato Masaaki (2012) untuk memperbaiki

keadaan seperti di atas perlu adanya dialog (komunikasi) dan kolaboratif dalam

pembelajaran melalui kegiatan lesson study.

Lesson study merupakan salah satu upaya meningkatkan kualitas

pembelajaran di sekolah. Hal ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk membantu

guru agar dapat meningkatkan keterampilannya dalam melaksanakan kegiatan

1
pembelajaran. Untuk mengatasi kelemahan rendahnya mutu pembelajaran di

sekolah, khususnya pada mata pelajaran IPA-Fisika

di SMPN 18 Kota Bengkulu, perlu diupayakan alternatif penyelesaiannya.

Salah satu caranya adalah perlu forum sharing pengalaman di antara guru-guru agar

terjalin komunitas belajar yang terprogram melalui model pembinaan profesi bagi

guru tersebut dikenal dengan lesson study. Dengan kegiatan lesson study pengkajian

pembelajaran secara kolaboratif dan berjelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip

kolegalitas dan mutual learning dapat membangun komunitas belajar, kinerja siswa

dalam pembelajaran menjadi bagian terpenting dalam proses pembelajaran, interaksi

siswa-siswa, siswa-guru, siswa-bahan ajar dan siswa-lingkungan, merupakan hal-hal

yang menjadi perhatian. Pada tahapan refleksi (see) guru akan mendapatkan

masukan-masukan dari berbagai pihak yang kompeten, tentang pembelajaran yang

diarahkan pada bagaimana siswa belajar. Oleh karena itu, sangat dimungkinkan

dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

Matapelajarn Fisika di SMPN 18 Bengkulu merupakan matapelajaran yang


masuk dalam kelompok IPA. Topik pembelajaran Fisika pada saat kegitan lesson
study adalah membahas tentang 1) Tekanan pada zat padat, 2) Tekanan pada zat
cair, 3) Tekanan pada udara.
Berdasarkan pengalaman dan observasi penulis sebagai guru Fisika, pada

pembelajaran Fisika di SMPN 18 Kota Bengkulu selama ini masih menggunakan

pembelajaran yang cenderung konvensional dan kurang melibatkan aktivitas siswa

dalam proses pembelajaran, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam

memahami materi pembelajaran Fisika. Siswa saat berdiskusi mengalami kesulitan

dalam mengeluarkan pendapat dan bekerjasama dalam diskusi kelompok.Salah satu

upaya mengatasi kurangnya aktivitas Komunikasi dan Kolaborasi belajar siswa

2
dalam pembelajaran di SMPN 18 Kota Bengkulu, adalah melalui kegiatan lesson

study.

Kegiatan lesson study sudah dilaksanakan di SMPN 18 Kota Bengkulu

pada bulan April sampai dengan Juni tahun 2019 , pada Matapelajaran Fisika

dengan Guru Model :Sri desiana. S.Pd, dan observer :1) Oktarita Silitonga S.P.d 2)

Yuliani,S.Pd, 3) Kartikawati , S.Pd 4) Resti Herawati, S.Pd. Siswa yang terlibat

berjumlah 25 orang yang mengikuti Matapelajaran Fisikai pada Kelas

VIII.1.Pelaksanaan open lesson ini terdiri dari 4 (empat) siklus. Pada setiap siklus

diadakan diskusi perencanaan (plan), pelaksanaan di kelas (do) dan refleksi dari

setiap akhir kegiatan (see).Tahap 1 yakni perencanaan (Plan), hal-hal yang

dilakukan adalah sebagai berikut.a) menganalisis materi ajar yang meliputi:

kedalaman materi, kesesuaian dengan tuntutan kurikulum, dan tingkat kesulitan, b)

menentukan strategi pembelajaran, dan c) membuat perangkat pembelajaran. Tahap

ke-2 yakni pelaksanaan (do) meliputi kegiatan sebagai berikut.a) pertemuan singkat

(briefing) dipandu fasilitator dalam hal ini Wakil Kurikulum SMPN 18 Kota

Bengkulu, b) Guru model mengemukakan rencana singkat (rencana pembelajaran,

tujuan, kedudukan materi ajar dalam kurikulum, perkiraan kemungkinan respon

siswa), c) Fasilitator mengingatkan observer untuk tidak mengintervensi proses

belajar mengajar, d) Observer dipersilahkan memilih tempat strategis sesuai dengan

rencana pengamatan, e) Guru model melaksanakan proses belajar mengajar. Tahap

ke-3See (refleksi) kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut. a)Fasilitator

menyampaikan agenda refleksi, b) Fasilitator menyampaikan aturan main, c) Setiap

peserta diberi kesempatan berbicara, berbicara berdasarkan temuan pengamatan.d)

Masukan difokuskan pada “bagaimana siswa belajar”, e) Guru model

menyampaikan kejadian yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan harapan, dan f)

3
Fasilitator memberikan kesempatan observer berkomentar. Menurut Soetomo

(1993) aktivitas belajar adalah sebagai berikut :

1) Visual activities: membaca, memperhatikan gambar, melakukan

eksperimen/demonstrasi

2) Oral activities : bercerita, tanya jawab, diskusi, dll

3) Listening activities : mendengarkan penjelasan guru, teman dll

4) Drawing activities : menggambar, membuat pola, tabel, dsb

5) Motor activities : melakukan percobaan

6) Mental activities : menanggapi, memecahkan masalah, menganalisis, mengambil

keputusan, dsb

7) Emosional activities : menaruh minat, berani, senang, dsb

Aktivitas belajar komunikasi adalah aktivitas belajar oral, yakni siswa dapat

berdiskusi dalam belajar, siswa dapat memberikan pertanyaan dan memberikan

argumen dalam pembelajaran.Aktivitas belajar kolaboratif adalah siswa mampu

bekerjasama dalam belajar, bekerja sama dalam melaksanakan eksperimen,

menjawab pertanyaan dalam LKS dan membuat laporannya. Siswa juga bekerja

sama dalam kegiatan berdiskusi dengan saling memberikan informasi

Salah satu upaya mengatasi kurangnya aktivitas komunikasi dan kolaboratif

siswa dalam pembelajaran di SMPN 18 Kota Bengkulu, adalah melalui kegiatan

lesson study. Dengan kegiatan lesson study dengan berlandaskan prinsip-prinsip

kolegalitas dan mutual learning dapat membangun komunitas belajar, aktivitas

belajar komunikasi siswa, interaksi dan kerjasama siswa, serta perbaikan proses

pembelajaran diharapkan dapat teratasi dengan baik. Pada tahapan refleksi (see)

guru akan mendapatkan masukan-masukan dari berbagai pihak yang kompeten,

tentang pembelajaran yang diarahkan pada bagaimana siswa belajar. Oleh karena

4
itu, sangat dimungkinkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran baik aktivitas

maupun hasil belajar siswa.

Pertanyaan penelitian ini adalah “apakah dengan penerapan kegiatan Lesson Studypada

Mata pelajaran Fisika dapat meningkatkan aktivitas Komunikasi dan Kolaborasi hasil belajar

siswa di SMPN 18 Kota Bengkulu?”

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah dalam penelitian adalah “Apakah dengan penerapan
kegiatan Lesson Study pada mata pelajaran Fisika dapat meningkatkan aktivitas Komunikasi
dan Kolaborasi hasil belajar siswa di SMPN 18 Kota Bengkulu?”
1.1 TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah “untuk menjelaskan penerapan kegiatan Lesson
Study pada mata pelajaran Fisika dapat meningkatkan aktivitas Komunikasidan Kolaborasi
hasil belajar siswa di SMPN 18 Kota Bengkulu”

1.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :

1. Bagi siswa :

a. Membantu siswa agar mudah memahami materi Fisika melalui lesson study

b. Meningkatkan kemampuan Komunikasi dan Kolaborasi siswa melalui hasil belajar

peserta didik yang lebih baik.

c. Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa dalam proses pembelajaran.

d. Meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

2. Bagi guru :

a. Membantu guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013.

b. Memberikan referensi dalam menggunakan lesson study sesuai dengan karakteristik

pembelajaran Fisika dan implementasi kurikulum 2013.

3. Bagi sekolah :

5
Sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan kualitas pendidikan

khususnya pada mata pelajaran Fisika dan pengimplementasian kurikulum 2013

dengan maksimal, referensi untuk menggunakan model lesson study yang sesuai

dengan pendekatan saintifik untuk diterapkan dikelas-kelas lainnya pada materi

pembelajaran yang sesuai.

6
BAB II
KERANGKA TEORITIS
2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian Belajar

Gagne (1984) dalam Dahar (2011 : 2) belajar dapat didefenisikan sebagai “suatu

proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. Sejalan

dengan pemikiran Skinner tentang belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian

tingkah laku yang berlangsung secara progressif (Sagala, 2006 : 14). Belajar merupakan

proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh

mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan prikomotorik siswa (Dimyati,2009 :

18)

Sardiman (2012: 20) menyatakan bahwa “belajar itu senantiasa merupakan perubahan

tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,

mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya”. Senada dengan disampaikan Slameto

(2010: 2) menyatakan bahwa “Menurut pengertian psikologis, belajar merupakan suatu proses

perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya”.

Menurut Whittaker (Ahmadi 2004 : 126) belajar dapat didefenisikan sebagai proses di

mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Sedangkan

menurut Kingsley belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan

atau diubah melelui praktek atau latihan (dalam Ahmadi, 2004 : 127). Sudjana dalam

Kunandar (2011: 276) menyatakan bahwa “belajar adalah suatu akibat dari proses belajar

dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang tersusun terencana, baik tertulis,

lisan maupun perbuatan”.

Belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap.

Belajar dimulai dari masa kecil sampai akhir hayat seseorang (Yamin, 2012 : 96). Sejalan

7
dengan yang diungkapkan Hanafiah (2009:14) bahwa belajar adalah proses perubahan

perilaku untuk memperoleh pengetahuan, kemampuan, dan sesuatu baru serta diarahkan pada

suatu tujuan.

Berdasarkan beberapa definisi belajar yang dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan yang baru baik itu

dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik yang terjadi sepanjang hayat yang didapatkan dari

pengalaman sehingga terwujudnya perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Serangkaian

proses ini melibatkan segala aspek fisik, mental maupun psikologis seseorang.

2.1.2 Hakikat Lesson Study

Konsep dan praktik Lesson Study pertama kali dikembangkan oleh para guru

pendidikan dasar di Jepang, yang dalam bahasa Jepang-nya disebut dengan istilah kenkyuu

jugyo. Adalah Makoto Yoshida, orang yang dianggap berjasa besar dalam mengembangkan

kenkyuu jugyo di Jepang. Keberhasilan Jepang dalam mengembangkan Lesson Study

tampaknya mulai diikuti pula oleh beberapa negara lain, termasuk di Amerika Serikat yang

secara gigih dikembangkan dan dipopulerkan oleh Catherine Lewis yang telah melakukan

penelitian tentang Lesson Study di Jepang sejak tahun 1993. Sementara di Indonesia pun saat

ini mulai gencar disosialisasikan untuk dijadikan sebagai sebuah model dalam rangka

meningkatkan proses pembelajaran siswa, bahkan pada beberapa sekolah sudah mulai

dipraktikkan. Meski pada awalnya, Lesson Study dikembangkan pada pendidikan dasar,

namun saat ini ada kecenderungan untuk diterapkan pula pada pendidikan menengah dan

bahkan pendidikan tinggi.Lesson Study bukanlah suatu strategi atau metode dalam

pembelajaran, tetapi merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses

pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan

berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan

hasil pembelajaran. Lesson Study bukan sebuah proyek sesaat, tetapi merupakan kegiatan

8
terus menerus yang tiada henti dan merupakan sebuah upaya untuk mengaplikasikan prinsip-

prinsip dalam Total Quality Management, yakni memperbaiki proses dan hasil pembelajaran

siswa secara terus-menerus, berdasarkan data. Lesson Study merupakan kegiatan yang dapat

mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning society) yang secara konsisten

dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada tataran individual maupun manajerial.

Slamet Mulyana (2007) memberikan rumusan tentang Lesson Study sebagai salah satu model

pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan

berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk

membangun komunitas belajar. Sementara itu, Catherine Lewis (2004) menyebutkan bahwa: 

“lesson study is a simple idea. If you want to improve instruction, what could be more

obvious than collaborating with fellow teachers to plan, observe, and reflect onlessons?

While it may be a simple idea, lesson study is a complex process, supported by collaborative

goal setting, careful data collection on student learning, and protocols that enable productive

discussion of difficult issues”.

Bill Cerbin & Bryan Kopp mengemukakan bahwa Lesson Study memiliki 4 (empat) tujuan

utama, yaitu untuk : (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa

belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh

para guru lainnya, di luar peserta Lesson Study; (3) meningkatkan pembelajaran secara

sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana

seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya. Dalam tulisannya yang lain,

Catherine Lewis (2004) mengemukakan pula tentang ciri-ciri esensial dari Lesson Study, yang

diperolehnya berdasarkan hasil observasi terhadap beberapa sekolah di Jepang, yaitu:

1. Tujuan bersama untuk jangka panjang. Lesson study didahului adanya kesepakatan dari

para guru tentang tujuan bersama yang ingin ditingkatkan dalam kurun waktu jangka

panjang dengan cakupan tujuan yang lebih luas, misalnya tentang: pengembangan

9
kemampuan akademik siswa, pengembangan kemampuan individual siswa, pemenuhan

kebutuhan belajar siswa, pengembangan pembelajaran yang menyenangkan,

mengembangkan kerajinan siswa dalam belajar, dan sebagainya. 

2. Materi pelajaran yang penting. Lesson study memfokuskan pada materi atau bahan

pelajaran yang dianggap penting dan menjadi titik lemah dalam pembelajaran siswa

serta sangat sulit untuk dipelajari siswa. 

3. Studi tentang siswa secara cermat. Fokus yang paling utama dari Lesson Study adalah

pengembangan dan pembelajaran yang dilakukan siswa, misalnya, apakah siswa

menunjukkan minat dan motivasinya dalam belajar, bagaimana siswa bekerja dalam

kelompok kecil, bagaimana siswa melakukan tugas-tugas yang diberikan guru, serta

hal-hal lainya yang berkaitan dengan aktivitas, partisipasi, serta kondisi dari setiap

siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, pusat perhatian tidak

lagi hanya tertuju pada bagaimana cara guru dalam mengajar sebagaimana lazimnya

dalam sebuah supervisi kelas yang dilaksanakan oleh kepala sekolah atau pengawas

sekolah.

4. Observasi pembelajaran secara langsung. Observasi langsung boleh dikatakan

merupakan jantungnya Lesson Study. Untuk menilai kegiatan pengembangan dan

pembelajaran yang dilaksanakan siswa tidak cukup dilakukan hanya dengan cara

melihat dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan) atau hanya melihat dari

tayangan video, namun juga harus mengamati proses pembelajaran secara langsung.

Dengan melakukan pengamatan langsung, data yang diperoleh tentang proses

pembelajaran akan jauh lebih akurat dan utuh, bahkan sampai hal-hal yang detail sekali

pun dapat digali.

2.1.3 Tahapan-Tahapan Lesson Study


Berkenaan dengan tahapan-tahapan dalam lesson study ini, dijumpai beberapa

pendapat. Menurut Wikipedia (2007) bahwa lesson study dilakukan melalui empat tahapan

10
dengan menggunakan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA). Sementara itu, Slamet Mulyana

(2007) mengemukakan tiga tahapan dalam lesson study, yaitu : (1) Perencanaan (Plan); (2)

Pelaksanaan (Do) dan (3) Refleksi (See). Sedangkan Bill Cerbin dan Bryan Kopp dari

University of Wisconsin mengetengahkan enam tahapan dalam Lesson Study, yaitu :

1. Form a Team: membentuk tim sebanyak 3-6 orang yang terdiri guru yang

bersangkutan dan pihak-pihak lain yang kompeten serta memilki kepentingan

dengan Lesson Study. 

2. Develop Student Learning Goals: anggota tim memdiskusikan apa yang akan

dibelajarkan kepada siswa sebagai hasil dari Lesson Study.

3. Plan the Research Lesson: guru-guru mendesain pembelajaran guna mencapai tujuan

belajar dan mengantisipasi bagaimana para siswa akan merespons. 

4. Gather Evidence of Student Learning: salah seorang guru tim melaksanakan

pembelajaran, sementara yang lainnya melakukan pengamatan, mengumpulkan

bukti-bukti dari pembelajaran siswa. 

5. Analyze Evidence of Learning: tim mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan dalam

pencapaian tujuan belajar siswa 

6. Repeat the Process: kelompok merevisi pembelajaran, mengulang tahapan-tahapan

mulai dari tahapan ke-2 sampai dengan tahapan ke-5 sebagaimana dikemukakan di

atas, dan tim melakukan sharing atas temuan-temuan yang ada. 

Untuk lebih jelasnya, dengan merujuk pada pemikiran Slamet Mulyana (2007) dan

konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA), di bawah ini akan diuraikan secara ringkas tentang

empat tahapan dalam penyelengggaraan Lesson Study

a. Tahapan Perencanaan (Plan)

Dalam tahap perencanaan, para guru yang tergabung dalam Lesson Study

berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan pembelajaran yang berpusat

11
pada siswa. Perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis kebutuhan dan

permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, seperti tentang: kompetensi dasar,

cara membelajarkan siswa, mensiasati kekurangan fasilitas dan sarana belajar, dan

sebagainya, sehingga dapat ketahui berbagai kondisi nyata yang akan digunakan untuk

kepentingan pembelajaran. Selanjutnya, secara bersama-sama pula dicarikan solusi

untuk memecahkan segala permasalahan ditemukan. Kesimpulan dari hasil analisis

kebutuhan dan permasalahan menjadi bagian yang harus dipertimbangkandalam

penyusunan RPP, sehingga RPP menjadi sebuah perencanaan yang benar-benar sangat

matang, yang didalamnya sanggup mengantisipasi segala kemungkinan yang akan

terjadi selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, baik pada tahap awal, tahap inti

sampai dengan tahap akhir pembelajaran

b. Tahapan Pelaksanaan (Do)

Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan pelaksanaan

pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang disepakati atau atas

permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang telah disusun bersama, dan (2)

kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh anggota atau komunitas

Lesson Study yang lainnya (baca: guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau

undangan lainnya yang bertindak sebagai pengamat/observer). Beberapa hal yang

harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan, diantaranya:

1. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun bersama. 

2. Siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang wajar dan

natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan adanya program Lesson

Study. 

12
3. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan

mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi guru

maupun siswa. 

4. Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa, siswa-

bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya, dengan menggunakan instrumen

pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-sama. 

5. Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan bukan untuk

mengevalusi guru. 

6. Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau photo digital untuk

keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan kegiatan perekaman tidak

mengganggu jalannya proses pembelajaran. 

7. Pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama pembelajaran

berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan diusahakan dapat

mencantumkan nama siswa yang bersangkutan, terjadinya proses konstruksi

pemahaman siswa melalui aktivitas belajar siswa. Catatan dibuat berdasarkan

pedoman dan urutan pengalaman belajar siswa yang tercantum dalam RPP. 

c. Tahapan Refleksi (Check)

Tahapan ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya perbaikan

proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman analisis para perserta

berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti seluruh peserta Lesson

Study yang dipandu oleh kepala sekolah atau peserta lainnya yang ditunjuk. Diskusi

dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang telah mempraktikkan pembelajaran,

dengan menyampaikan komentar atau kesan umum maupun kesan khusus atas proses

pembelajaran yang dilakukannya, misalnya mengenai kesulitan dan permasalahan

13
yang dirasakan dalam menjalankan RPP yang telah disusun. Selanjutnya, semua

pengamat menyampaikan tanggapan atau saran secara bijak terhadap proses

pembelajaran yang telah dilaksanakan (bukan terhadap guru yang bersangkutan).

Dalam menyampaikan saran-saranya, pengamat harus didukung olehbukti-bukti yang

diperoleh dari hasil pengamatan, tidak berdasarkan opininya. Berbagai pembicaraan

yang berkembang dalam diskusi dapat dijadikan umpan balik bagi seluruh peserta

untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan proses pembelajaran. Oleh karena itu,

sebaiknya seluruh peserta pun memiliki catatan-catatan pembicaraan yang

berlangsung dalam diskusi. 

e. Tahapan Tindak Lanjut (Act)

Dari hasil refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan-

keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran, baik pada

tataran indiividual, maupun menajerial. Pada tataran individual, berbagai temuan dan

masukan berharga yang disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan refleksi (check)

tentunya menjadi modal bagi para guru, baik yang bertindak sebagai pengajar maupun

observer untuk mengembangkan proses pembelajaran ke arah lebih baik.Pada tataran

manajerial, dengan pelibatan langsung kepala sekolah sebagai peserta Lesson Study,

tentunya kepala sekolah akan memperoleh sejumlah masukan yang berharga bagi

kepentingan pengembangan manajemen pendidikan di sekolahnya secara keseluruhan.

Kalau selama ini kepala sekolah banyak disibukkan dengan hal-hal di luar pendidikan,

dengan keterlibatannya secara langsung dalam Lesson Study, maka dia akan lebih

dapat memahami apa yang sesungguhnya dialami oleh guru dan siswanya dalam

proses pembelajaran, sehingga diharapkan kepala sekolah dapat semakin lebih fokus

lagi untuk mewujudkan dirinya sebagai pemimpin pendidikan di sekolah.

14
Pelaksanaan lesson study di bagi menjadi 8 tahapan berdasarkan pada

banyaknya kegiatan yang diperlukan, yaitu: 1) Pemilihan topik lesson study. 2)

Melakukan reviu silabus untuk mendapatkan kejelasan tujuan pembelajaran untuk

topik tersebut dan mencari ide-ide dari materi yang ada dalam buku pelajaran.

Selajutnya bekerja dalam kelompok untuk menyusun rencana pembelajaran.

3)Setiap tim yang telah menyusun rencana pembelajaran menyajikan atau

mempresentasikan rencana pembelajarannya, sementara kelompok lain memberi

masukan, sampai akhirnya diperoleh rencana pembelajaran yang lebih baik. 4) Guru

model yang ditunjuk oleh kelompok menggunakan masukan-masukan tersebut

untuk memperbaiki rencana pembelajaran. 5) Guru model mempresentasikan

rencana pembelajarannya di depan semua anggota kelompok lesson study untuk

mendapatkan balikan. 6) Guru model memperbaiki kembali secara lebih detail

rencana pembelajaran dan mengirimkan pada semua guru anggota kelompok, agar

mereka tahu bagaimana pembelajaran akan dilaksanakan di kelas. 7) Para guru

dapat mempelajari kembali tentang rencana pembelajaran tersebut dan

mempertimbangkannya dari berbagai aspek pengalaman pembelajaran yang mereka

miliki, khususnya difokuskan pada hal-hal yang penting seperti : hal-hal yang akan

dilakukan guru, pemahaman siswa, proses pemecahan oleh murid, dan kemungkinan

yang akan terjadi dalam implementasi pembelajarannya. 8) Guru model

melaksanakan rencana pembelajaran di kelas, sementara guru yang lain bersama

dosen/pakar mengamati sesuai dengan tugas masing-masing untuk memberi

masukan pada guru. Pertemuan refleksi segera dilakukan secepatnya kegiatan

pelaksanaan pembelajaran, untuk memperoleh masukan dari guru observer, dan

akhirnya komentar dari dosen atau pakar luar tentang keseluruhan proses serta saran

15
sebagai peningkatan pembelajaran, jika mereka mengulang di kelas masing-masing

atau untuk topik yang berbeda (Robinson 2006, diacu dalam Susilo et al 2009).

Berdasarkan kolaborasi antara tim lesson study Jepang dan US pada tahun 2003 diperoleh

bahwa :

“Our findings suggest that to benefit from lesson study teachers will first

need to learn how to apply critical lenses to their examination of lessons. We

describe three such lenses (e.g. the researcher lens) and their role in making lesson

study powerful. Three lenses are 1. Developing meaningful and researchable

hypotheses and the means for testing them. 2. Relying on concrete evidence to

support the research process. 3. Generalizing findings.” (Fernandes 2003).

Di Indonesia implementasi lesson study telah dilakukan sejak tahun 2006

oleh IMSTEP-JICA (Indonesia Mathematic and Science Teacher Education

Project- Japan International Cooperation Agency) program kerjasama peningkatan

mutu pendidikan antara Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Negeri

Yogyakarta (UNY) dan Universitas Negeri Malang (UM) dengan Jepang. Saito, dkk

(2005) mengenalkan lesson study yang berorientasi pada praktik. Lesson study yang

dilaksanakan tersebut terdiri atas 3 tahapan pokok, yakni: 1) Merencanakan

pembelajaran dengan penggalian akademis pada topik dan alat-alat pembelajaran

yang digunakan, yang selanjutnya disebut tahap Plan. 2) Melaksanakan

pembelajaran yang mengacu pada rencana pembelajaran dan alat-alat yang

disediakan, serta mengundang rekan-rekan sejawat untuk mengamati. Kegiatan ini

disebut tahap Do. 3) Melaksanakan refleksi melalui berbagai pendapat/tanggapan

dan diskusi bersama pengamat/observer. Kegiatan ini disebut tahap See (Gardner.

PLAN
2008). Tahapan tersebut disajikan pada Gambar 1 diDO
bawah ini :
(Merencanakan) (Melaksanakan)

16
PLAN M DO
( Merencanakan) (Melaksanakan)

REFLEKSI
(Merencanakan
n)

Gambar 1. Tahapan Lesson Study

2.1.4 Manfaat Lesson Study

Lesson study memiliki beberapa manfaat, yaitu : 1) mengurangi keterasingan

guru (dari komunitasnya) dalam perencanaan, pelaksanaan pembelajaran dan

perbaikannya, 2) membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi

pembelajarannya, 3) memperdalam pemahaman guru tentang materi pelajaran,

cakupan dan urutannya, 4) membantu guru dalam peningkatan yang memfokuskan

pada seluruh aktivitas belajar siswa, 5) meningkatkan kolaborasi antar sesama guru

dalam pembelajaran, 6) meningkatkan mutu guru dan mutu pembelajaran yang pada

gilirannya berakibat pada peningkatan mutu lulusan, 7) memberi kesempatan

kepada guru untuk membuat bermakna ide-ide pendidikan dalam praktek

pembelajarannya, sehingga guru dapat mengubah perspektif tentang pembelajaran,

dan belajar praktek pembelajaran dari perspektif siswa, dan 8) mempermudah guru

berkonsultasi kepada pakar dalam hal pembelajaran atau kesulitan materi pelajaran

(Sukirman 2006).

2.1.5 Hambatan Implementasi Lesson Study dan Solusinya

Hambatan yang mungkin dihadapi ketika mengimplementasikan lesson study, yaitu :

1) adanya persepsi yang salah tentang lesson study diatasi dengan penyamaan persepsi antar

anggota kelompok pada tahap perencanaan, 2)penyusunan jadwal dan pendanaan diatasi

17
dengan melibatkan kepala sekolah sejak awal perencanaan, 3) setting kelas, dan

pendokumentasian (Mahmudi 2009).

2.1.6 Aktivitas Belajar

Belajar merupakan suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi

aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan

nilai atau sikap.Dalam pengembangan pembelajaran di kelas, siswa dituntut aktif secara fisik

dan mental untuk dapat mengalami pembelajaran bermakna yang pada hakekatnya

merupakan peningkatan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran (Winkel diacu

dalam Darsono 2001).

Menurut istilah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) aktivitas berarti

kegiatan, keaktivan, atau kesibukan.Aktivitas belajar diungkapkan oleh Usman (2009)

sebagai aktivitas jasmaniah maupun aktivitas mental. Menurut Darsono (2001) aktivitas

belajar itu saling berhubungan satu sama lain. Pada saat siswa belajar pasti mengalami

aktivitas seperti melihat, mendengarkan, meraba, membau, dan aktivitas belajar lain yang

melibatkan aspek psikomotorik. Aktivitas belajar yang melibatkan lebih dari satu macam

indera tubuh akan memberikan hasil belajar yang lebih baik dan siswa akan mengalami

proses belajar bermakna.

Klasifikasi aktivitas belajar siswa menurut Usman (2009) ada 2, yaitu aktivitas

jasmaniah dan aktivitas mental yang meliputi 5 aktivitas : a. Aktivitas visual (visual

activities) seperti membaca, menulis, melakukan eksperimen dan demonstrasi. b. Aktivitas

lisan (oral activities) seperti bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi, menyanyi. c.

Aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti mendengar penjelasan guru, ceramah,

pengarahan. d. Aktivitas gerak (motor activities) seperti senam atletik, menari, melukis. e.

Aktivitas menulis (writing activities) seperti mengarang, membuat makalah, membuat surat.

18
Menurut Paul B Diendrich dalam Sardiman (2010) klasifikasi aktivitas belajar ada 8, yaitu : a.

Visual activities merupakan aktivitas yang berkaitan dengan visual, misalnya : membaca,

memperhatikan gambar demonstrasi percobaan, pekerjaan orang lain. b. Oral activities

merupakan aktivitas yang berkaitan dengan kemampuan berbicara, misalnya : memberikan

pernyataan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan

wawancara, diskusi, interupsi. c. Listening activities merupakan aktivitas yang berkaitan

dengan indera pendengaran, misalnya mendengarkan penjelasan, uraian, percakapan, diskusi,

musik, pidato, ceramah. d. Writing activities merupakan aktivitas yang berkaitan dengan

kemampuan membuat laporan, menulis cerita, karangan, angket, menyalin catatan. e.

Drawing activities merupakan aktivitas yang berkaitan dengan menggambar, membuat grafik,

peta, diagram. f. Motor activities merupakan aktivitas yang berkaitan dengan kemampuan

siswa dalam melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain,

berkebun, beternak. g. Mental activities misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal,

menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. h. Emotional activities misalnya

menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Kunandar ( 2011 : 277) Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap,

pikiran, perhatian, dan aktifitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan

proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Peningkatan aktifitas

siswa, yaitu meningkatnya juumlah siswa yang terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah

siswa yang bertanya dan menjawab, meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi

membahas materi pembelajaran.

Dimyati (2012 : 99) menyatakan bahwa aktivitas dalam arti luas, baik yang bersifat

fisik/jasmani maupun mental/rohani. Kaitan antara keduanya akan membuahkan aktifitas

belajar yang optimal. Sardiman (2012: 103) menyatakan bahwa di dalam belajar perlu ada

aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar itu adalah berbuat (learning by doing).

19
2.1.7 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009:
3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai
hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis
perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:
a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan
tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian
kaidah, teori, prinsip, atau metode.
b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang
dipelajari.
c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk
menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.
d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian
sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah
menjadi bagian yang telah kecil.
e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan
menyusun suatu program.
f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal
berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil
belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data
pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif IPA
yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan

20
(C3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif
adalah tes.
2.1.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas
tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Sugihartono,
dkk. (2007: 76- 77), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai
berikut:
a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.
Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.
b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal meliputi:
faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
2.2 Penelitian yang Relevan
Penelitian-penelitian yang pernah dilaksanakan terkait penerapan lesson study, antara

lain : 1) Anik (2009) menyimpulkan bahwa penerapan handout melalui lesson study dapat

mencapai kompetensi dasar siswa pada materi sistem reproduksi manusia di SMA N 1

Batangan. 2) Ashinta dan Sudarmanto (2009) menyimpulkan bahwa lesson study dapat

meningkatkan kemampuan dan kompetensi para tutor keaksaraan fungsional. Terjadi

knowledge sharing yang luar biasa diantara para tutor. Kualitas PMB secara signifikan dapat

meningkat sebagai implikasi semakin baiknya kemampuan para tutor. 3) Parmin dan Siti

Alimah (2009) menyimpulkan bahwa dengan penerapan lesson study dapat meningkatkan

interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan bahan ajar, dan siswa dengan guru dalam

pembelajaran IPA di Madrasah Ibtidaiyah. 4) Nurbaity, Sondang dan Wahyu (2009)

menyimpulkan bahwa implementasi lesson study dalam pembelajaran IPA terpadu

menggunakan penilaian portofolio dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di SMP

Sekolah Alam dan Sains Aljanah Jakarta.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka masalah siswa yang enggan bertanya,

menjawab pertanyaan, dan dominasi siswa aktif dalam kelompok, serta materi jaringan

tumbuhan yang sukar dipahami yang menyebabkan belum optimalnya aktivitas belajar siswa

21
dapat diatasi dengan menerapkan pembelajaran melalui lesson study. Hal ini karena beberapa

penelitian telah membuktikan keberhasilan penerapan lesson study dalam pembelajaran dan

tujuan utama lesson study berfokus pada pengaktifkan siswa. Lesson study dilakukan secara

kolaboratif dan berkelanjutan dan berlandaskan prinsip kolegalitas untuk membangun mutual

learning. Melalui lesson study perencanaan pembelajaran dilakukan oleh sekelompok guru

Fisika dan diupayakan dapat meningkatkan aktivitas siswa. Siswa diberi kesempatan untuk

lebih aktif dalam pembelajaran. Semua aktivitas siswa dapat diamati secara langsung oleh

observer. Setelah pembelajaran observer dapat memberikan evaluasi dan saran untuk

perbaikan pembelajaran selanjutnya. Melalui hal tersebut diharapkan pembelajaran terpusat

pada siswa sehingga aktivitas belajar siswa meningkat.

2.3 Kerangka Pemikiran

PROSES

Langkah-langkah Lesson Study


Perancanaan (plan)
Pelaksanaan (do)
Refleksi (see)
Input (Siswa) Gambar 2.1 Bagan kerangka pemikiran penerapan lesson study
Aktifitas belajar siswa kurang Output
Peningkatan Aktifitas siswa

BAB
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran III lesson study
penerapan

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research).

Menurut Kunandar (2011 : 45) penelitian tindakan kelas dapat didefenisikan sebagai suatu

penelitian tindakan (action research ) yang dilakukan guru yang sekaligus sebagai peneliti di

kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang,

melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan

22
untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya

melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam suatu kelas. Pada penelitian ini akan

dilakukan proses pembelajaran Fisika dengan menggunakan model lesson study.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII.1 SMP Negeri 18 Kota

Bengkulu.Sampel penelitian adalah kelas VIII.1 dengan jumlah siswa 25 orang.Sampel

diambil dengan teknik purposive sampling berdasarkan guru model dan aktivitas Komunikasi

dan Kolaborasi siswa yang rendah.

3.3 Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian

Subjek Penelitian yang diteliti adalah siswa SMP Negeri 18 Kota Bengkulu semester

II tahun ajaran 2019/2020 . Tempat penelitian yang akan diteliti di SMP Negeri 18 Kota

Bengkulu. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januaril-Maret 2019.

3.4 Definisi Operasional


1. Lesso study adalah suatu pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru secara
kolaboratif, dengan langkah-langkah pokok merangcang, melaksanakan, dan refleksi.
2. Aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan fisik atau jasmani maupun mental atau
rohani yang saling berkaitan sehingga tercipta belajar yang optimal.

3.5 Prosedur Penelitian


1. Persiapan penelitian

a. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah melalui wawancara guru

mata pelajaran Fisika dan pengamat pembelajaran di kelas.

b. Pembentukan tim lesson study mata pelajaran Fisika yang terdiri dari 3 orang yaitu

Sri Desiana,S.Pd, Katikawati,S.Pd, Oktarita silitonga.S,Pd dan DR. Irwandi, M.Pd

selaku dosen Pembimbing dari UMB Bengkulu

c. Sosialisasi pelaksanaan lesson study oleh peneliti kepada tim lesson study.

2. Pelaksanaan penelitian

23
Pelaksanaan penelitian dilakukan berdasarkan tahapan dalam lesson study:

Pertemuan pertama.

a. Plan (Perencanaan)

1. Diskusi identifikasi masalah dan alternatif pemecahannya oleh tim lesson study.

Masalah yang ditemukan adalah siswa masih enggan menjawab, bertanya dan

kerjasama kelompok didominasi siswa yang aktif.

2. Penentuan guru model sesuai prioritas kelas yang mempunyai aktivitas belajar

Fisika rendah. Guru model adalah Sri Desiana, S.Pd

3. Penyusunan perangkat pembelajaran secara kolaboratif oleh tim lesson study berupa

penyusunan RPP materi Pencemaran Lingkungan, membuat LKS, lembar observasi

aktivitas siswa, dan menyiapkan media pembelajaran. (Silabus dapat dilihat pada

Lampiran 1, RPP pada Lampiran 2, 3, dan 4, dan LKS.

4. Diskusi penyempurnaan perangkat pembelajaran oleh tim lesson study.

b. Do (Pelaksanaan)

1. Kepala sekolah sebagai fasilitator memperkenalkan guru model kepada observer

yang terdiri dari 7 orang yaitu 3 orang anggota tim lesson study, 1 guru mata

pelajaran diluar tim , 1 peneliti dan 2 mahasiswa pendidikan yang telah menempuh

PPL

2. Guru model menjelaskan terkait pembelajaran dengan model pembelajaran

kooperatif, metode diskusi yang akan dilakukan kepada observer.

3. Semua observer masuk ke kelas, memposisikan diri diantara kelompok siswa yang

dibuat, mengamati proses pembelajaran dan mencatatkan hasil pengamatan sesuai

dengan pedoman observer yang dibuat dan perangkat lain yang dibutuhkan.

24
4. Guru model melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP materi reproduksi

wanita dengan model pembelajaran kooperatif, metode diskusi yang sudah dibuat

pada persiapan.

c. See (Refleksi)

1. Guru model menyampaikan hal-hal yang dirasakan saat pembelajaran,baik terhadap

dirinya maupun siswa yang dihadapi.

2. Observer menyampaikan hasil analisis data observasinya, terutama yang

menyangkut kegiatan siswa selama berlangsung pembelajaran yang disertai dengan

pemutaran video hasil rekaman pembelajaran.

3. Guru model memberikan tanggapan kembali atas hasil observasi.

4. Diskusi mempertimbangkan kembali rencana pembelajaran yang telah disusun

sebagai dasar untuk perbaikan rencana pembelajaran berikutnya.

Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua dan ketiga tahapannya sama


seperti tahapan pelaksanaan 1), Tekanan pada zat padat2) Tekanan pada zat cair 3)
Tekanan pada udara.
Penelitian pertemuan pertama. Sub materi yang diajarkan pada pertemuan pertama :

Pembelajaran setiap pertemuan direncanakan dengan mempertimbangkan hasil refleksi pada

pembelajaran sebelumnya.Siklus prosedur penelitian yang telah terlaksanan disajikan pada

Gambar 3 halaman 20 dan kegiatan pembelajaran setiap pertemuan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Kegiatan pembelajaran setiap pertemuan Kegiatan Pembelajaran


pada Pertemuan
I II III

1. Model 1. Pembelajaran diawali 1. Pembelajaran


pembelajaran :cooper guru dengan dilakukan dengan
ative learning. apersepsi.,dilanjutaka mengaktifkan siswa
Metode diskusi siswa menonton saat diskusi kelas.

25
kelompok. Tanya tayangan film singkat 2. Guru tidak hanya
jawab kelas. 2. Penjelasan materi dari memanggil perwakilan
2. Perangkat guru dibantu media kelompok saat diskusi
pembelajaran : lembar slide power point kelas tetapi juga no
kerja siswa (LKS) materi tekanan dada siswa.
3. Presentasi hasil 3. Pada lembar kerja 3. Presentasi siswa
diskusi siswa secara siswa dimunculkan dibantu media gambar
lisan. aktivitas Pratikum yang ditanyangkan.
4. Pencarian jawaban
LKS tidak hanya pada
buku pegangan tetapi
juga media elektronik
yang relevan.

3.6 Instrumen Penelitian dan Uji Coba Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penilitian ini berupa lembar observasi.

1. Instrumen Penelitian

a. Lembar Observasi Aktfitas

Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan

dengan menggunakan indra, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan

menggunakan pedoman atau lembar observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku atau

aspek yang diamati (Kunandar, 2011 : 117). Data aktifitas guru dan siswa diperoleh dari hasil

pengamatan dengan menggunakan lembar observasi.

Pada penelitian ini digunakan lembar observasiterdiri dari lembar observasi aktivitas

siswa dan guru dalam pembelajaran Lembar observasi aktivitas siswa, digunakan untuk

mengetahui kekurangan yang dilakukan siswa pada saat belajar dan untuk mengamati

aktivitas siswasesuai dengan langkah-langkah model lesson study.Lembar observasi aktivitas

guru, digunakan untuk mengetahui kekurangan yang dilakukan guru pada saat mengajar dan

untuk mengamati aktivitas guru pada langkah-langkah pembelajaran model lesson study.

26
3.7 Teknik Pengumpulan Data

1. Lembar Aktivitas Siswa dan Guru

Aktivitas siswa dan guru diamati dengan menggunakan lembar observasi aktifitas.

Pengamatan dan pengumpulan data aktifitas ini dilakukan pada saat proses pembelajaran

berlangsung setiap siklusnya. Hasil dari lembar observaasi aktifitas ini akan dianalisis secara

kuantitatif dan dijadikan sebagai refleksi untuk siklus berikutnya.

3.8 Teknik Analisis Data

1. Aktivitas Siswa Dianalisis dengan Rumus Deskriptif Persentase, Rumusnya:


Jumlah skor aktivitas yang diperoleh
Aktivitas Siswa= x 100
Jumlah total aktivitas
Kriteria deskriptif persentase aktivitas siswa adalah:
Persentase Kriteria
80%-100% Sangat Aktif
60%-79% Aktif
40%-59% Cukup Aktif
20%-39% Kurang Aktif
0%-19% Tidak Aktif

2. Tanggapan Siswa dan Guru terhadap Penerapan Lesson Study


a. Lembar kuesioner tanggapan siswa dianalisis dengan rumus deskriptif persentase.
1. Membuat rekapitulasi hasil kuesioner mengenai tanggapan siswa.
2. Menghitung persentase jawaban siswa dengan rumus :
Jumlah skor tanggapan yang diperoleh
Tanggapan Siswa= x 100
Jumlah total
Kriteria deskriptif persentase tanggapan siswa sebagai berikut :
Baik > 50%.
Tidak baik ≤ 50%.
b. Hasil wawancara tanggapan guru dengan dianalisis dengan deskriptif kualitatif

berdasarkan jawaban yang diperoleh.

27
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

Hasil yang diperoleh mempraktik lesson study melalui Open Lesson dan refleksi

dalam pembelajaran Fisika di SMPN 18 Kota Bengkulu adalah sebagai berikut.

1. Open Lesson I

Tahap Perencanaan (plan)

a. Hari/Tanggal : Selasa , 02 April 2019

b. Waktu : 14.30-15.30

c. Tempat : Ruang Lab. IPA SMP Negeri 18 Bengkulu

Pada pertemuan tersebut guru model menyampaikan program pembelajaran pada

topik Pencemaran udara berupa Chapter design, Lesson design, LKS, materi pembelajaran,

media, serta instrumen evaluasinya. Guru model menyampaikan bahwa pembelajaran akan

dilaksanakan dalam bentuk diskusi kelompok beranggotakan 4 orang, setiap kelompok

diminta untuk mengerjakan LKS yang mencakup materi tentang tekanan zat padat Setelah

guru model menyampaikan rencana pembelajaran, guru observer memberikan tanggapan.

Adapun tanggapan dari obeserver adalah sebagai berikut:

1. Oktorita Silitonga

 Medianya harusnya bisa diganti dengan pasir , tidak harus plastisin lebih

murah dan ekonomis .

2. Kartikawati, S.Pd

 Issu masalah tidak bisa kontekstual karena, medianya berupa pratikum

Tahap Pelaksanaan (do)

a. Hari/Tanggal : Kamis, 04 April 2019

b. Waktu : 7.30- 10.00

28
c. Tempat : Ruang kelas VIII.1 SMP Negeri 18 Bengkulu

d. Jumlah siswa : 25 orang

Guru model mengawali proses pembelajaran dengan menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai dan bagaimana prosedur pembelajarannya. Guru model

memotivasi siswa dengan menayangkan gambar video Film singkat tenggelamnya kapal

titanic sebagai kegiatan apersepsi. Selanjutnya guru model menyampaikan konsep-konsep

penting materi pembelajaran yang akan dipelajari hari ini dan siswa diberi waktu bertanya,

menanggapi materi yang disampaikan guru model. Guru memberikan lembar kerja siswa

(LKS), yang akan membantu siswa dalam belajar. Parasiswa diminta untuk bekerja dalam

kelompok yang telah ditetapkan. Selama proses diskusi, guru model mengamati proses

diskusi setiap kelompok, dan memberikan bimbingan jika ada kelompok yang mengalami

kesulitan. Setelah siswa menyelesaikan LKS, guru model meminta salah satu atau beberapa

kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya . Kemudian guru model dan siswa

membahas hasil diskusi tersebut. Guru model memberi kesempatan bertanya, menanggapi

materi diskusi. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran. Pada tahapan akhir

pembelajaran guru mengadakan evaluasi sesuai dengan materi pembelajaran yang telah

dipelajari.

Tanggapan lembar observasi dari observer pada proses pelaksanaan pembelajaran

adalah sebagai berikut:

a. Tanggapan guru model

 Masalah yang dibahas dalam LKS dapat terjawab oleh siswa semuanya, tinggal

menyempurnakan saja lagi

b. Tanggapan guru observer

1. Oktorita Silitonga

29
Mengamati kelompok I(Merkurius) dan II(Saturnus).Kelompok 5(Yupiter) masih

ada anggota kelompok belum berdiskusi dengan temannya dan masing-masing

kerja sendiri-sendiri, sehingga pada waktu presentasi masih ada jawaban yang

salah.Kelompok I semua siswa aktif berdiskusi baik diskusi kelompok maupun

diskusi kelas.

2. Resti Herawati, S.Pd

Mengamati kelompok III(Venus). Rizal zaim , waktu diskusi kelompok cukup

bersemangat, tetapi waktu diskusi kelas kurang termotivasi. Beby ; diskusi

kelompok cukup bagus, diskusi kelas masih belum fokus. Neysika; diskusi

kelompok bagus, menanggapi kurang fokus.

3. Irwandi

Mengamati kelompok VI.(Bumi) Dimas; membaca referensi untuk menjawab

pertanyaan di LKS, aktif memberikan ide ke teman-teman lainnya. Cariena; masih

belum memahami apa yang akan dipelajari, masih banyak diam, dan kurang aktif.

Tahap Refleksi (see)

a. Hari/Tanggal : Kamis, 04 April 2019

b. Waktu : 11-12.30

c. Tempat : Ruang Perpustakaan SMPN 18 Bengkulu

Hasil refleksi tim observer pada open lesson tahap I ini adalah sebagai berikut:

a. Masalah terjawab semuanya, guru model menyempurnakannya

b. Siswa secara umum bersemangat, dalam berdiskusi kelas masih berargumen

secara individu-individu.

c. Kelompok 2 masih belum baik, tidak kompak, dan tampil tidak bagus.

2. Open Lesson II

Tahap Perencanaan (plan)

30
a. Hari/Tanggal : Selasa, 7 Mei 2019

b. Waktu : 07.30-10.00 WIB

c. Tempat : Ruang kelas VIII.1. SMP Negeri 18 Bengkulu

d. Jumlah siswa : 25 orang

Pada pertemuan open lesson ke-2 ini guru model (Sri Desiana,S.Pd) menyampaikan

rencana materi yang akan disampaikan , yaitu tentang Tekanan zat cair (hukum

Archimedes), serta skenario yang akan dilaksanakan. Guru model menyampaikan bahwa

pembelajaran akan dilaksanakan dalam bentuk Pratikum kelompok, setiap kelompok

diminta untuk mengerjakan LKS seperti pada pertemuan pertama. Masalah yang dihadapi

pada open lesson 1 adalah beberapa siswa masih menunjukan kebingungan, tidak paham,

belum secara intensif bekerjasama dalam kelompok, beberapa siswa belum berani

mengemukakan pendapat.

Setelah guru model menyampaikan rencana pembelajaran, Tim guru memberikan saran

perbaikan, berdasarkan hasil refleksi open lesson 1. Adapun tanggapan dari Tim guru

adalah sebagai berikut:

 Materi yang akan dipelajari adalah tentang Tekanan pada zatcair (Hukum

Archimedes)

 Pada tahap appersepsi : tayangan Video Film singkat Tragedi

tenggelamnya.kapal Titanic

 Pertanyaan pada LKS : 1. Mengapa kapal Selam bisa Tenggelam ,padahal kapal

tersebut terbuat dari bahan yang berat/logam 2. Setelah kamu amati berada

dalam berapa keadaankah telur tersebut ? 3.Sebutkan masing-masing keadaaan

telur tersebut ? 4. Mengapa hal itu bisa terjadi ? jelaskan untuk setiap keadaan

5.Dapatkah kamu jelaskan produk teknologi yang menggunakan prinsif Hukum

Archimedes

31
Tahap Pelaksanaan (do)

a. Hari/Tanggal : Kamis, 09 Mei 2019

b. Waktu : 7.30-10.00 Wib

c. Tempat : Ruang VIII.1 SMPN 18 Bengkulu

d. Jumlah mahasiswa : 25 orang

Guru model mengawali proses pembelajaran dengan menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai dan prosedur pembelajaran. Memotivasi siswa sebagai

kegiatan apersepsi. Selanjutnya guru model menyampaikan bagaimana proses

pembelajaran berlangsung, serta memberikan lembar kerja siswa (LKS). Siswa diminta

untuk bekerja dalam kelompok yang telah ditetapkan. Semua siswa diberikan Lembar

Kerja Siswa (LKS). Selama proses Pratikum, guru model mengamati proses Pratikumi

setiap kelompok, dan memberikan bimbingan jika ada kelompok yang mengalami

kesulitan. Setelah mahasiswa menyelesaikan LKM, dosen model meminta salah satu atau

beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya . Kemudian guru model

dan siswa membahas hasil diskusi tsb. Guru model memberi kesempatan bertanya,

menanggapi materi diskusi. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran.

Pada tahapan akhir pembelajaran guru mengadakan evaluasi sesuai dengan materi

pembelajaran yang telah dipelajari.

Tanggapan lembar observasi tim guru pada proses pelaksanaan pembelajaran adalah

sebagai berikut:

Tanggapan dosen Observer

1. Irwandi

Mengamati kelompok I(Merkurius) .Tari; kurang aktif, banyak mendengarkan.

Ahmad Dinata; menjawab pertanyaan di lembaran LKS, baca-baca buku. Sandi;

32
buat jawaban di LKS. Adinda ; mampu memaknai hasil praktek yang

dilakukannya

2. Kartikawati, S.Pd

Mengamati kelompok II(Saturnus). Anggie; bertanya tentang Hukum archimedes .

Alfadhil ; Mengapa Telurnya bisa terapung.

3. Resti Herwati, S.Pd

Mengamati kelompok V(Yupiter). Aqil wafi dan Naura sangat aktif, Ilham Prayoga ;

kurang aktif dalam berdiskusi.

4. Oktarita Silitonga

Mengamati kelompok IV.(Bumi) Secara umum diskusi kelompok cukup aktif, tapi

pada waktu diskusi kelas agak terlambat menjawabnya.

Tahap Refleksi (see)

a. Hari/Tanggal : Kamis, 09 Mei 2019

b. Waktu : 10.00-11.00

c. Tempat : Ruang Perpustakaan SMPN 18 Bengkulu

Hasil refleksi tim dosen pada lesson studi tahap II ini adalah sebagai berikut:

 Secara umum siswa sudah cukup mampu memahami konsep Hukum Archimedes.

 Pemahaman tentang materi masih kurang, kelihatan dari tanggapan yang diberikan

pada saat berdiskusi kurang menarik.

 Diskusi kelas berjalan cukup aktif, namun banyak bertanya.

3. Open Lesson III

Tahap Perencanaan (refleksi)

a. Hari/Tanggal : Selasa, 04 Juni 2019

b. Waktu : 14.00-15.00 WIB

c. Tempat : Ruang Lab. IPA SMP SMPN 18 Bengkulu

33
Pada pertemuan tersebut guru model menyampaikan rencana materi yang akan

disampaikan pada pertemuan 3, Tekanan pada Udara. Guru model menyampaikan bahwa

pembelajaran akan dilaksanakan dalam bentuk diskusi kelompok, setiap kelompok

diminta untuk mengerjakan LKS seperti pada pertemuan terdahulu.

Setelah guru model menyampaikan rencana pembelajaran, Tim guru memberikan saran

perbaikan, sebagai berikut:

 Pada tahap awal harus ada kegiatan yang dapat mengarahkan siswa untuk belajar

tentang tekanan pada Udara

 Untuk gerak refleks, guru model dengan menepuk meja, sehingga siswa terkejut,

sedangkan untuk gerak biasa menyuruh siswa untuk maju ke depan menghapus

papan tulis.

 Media gambar tentang Tekanan udara dalam bentuk power point

Tahap Pelaksanaan (do)

Hari/Tanggal : Kamis , 06 Juni 2019

Waktu : 7.30-10.00 WIB

Tempat : Ruang VIII.1 SMPN 18 Bengkulu

Jumlah siswa : 25 orang

Guru model mengawali proses pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran

yang akan dicapai dan prosedur pembelajaran. Memotivasi siswa dengan memutarkan

video tentang Balon Udara sebagai kegiatan apersepsi. Selanjutnya, guru model

memberikan lembar kerja siswa(LKS), kemudian guru menepuk meja keras-keras, sambil

memberikan pertanyaan Mengapa kalian terkejut? Setelah itu, guru model menyuruh

siswa untuk maju ke depan menghapus papan tulis, sebagai contoh gerak biasa. Setelah

itu selesai, siswa diminta untuk bekerja dalam kelompok yang telah ditetapkan dengan

mengerjakan LKS masing-masing. Siswa melakukan kegiatan diskusi, guru model

34
mengamati proses diskusi setiap kelompok, dan memberikan bimbingan jika ada

kelompok yang mengalami kesulitan. Setelah siswa menyelesaikan LKS, guru model

meminta salah satu atau beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya .

Kemudian guru model dan siswa membahas hasil diskusi tersebut. Guru model memberi

kesempatan bertanya, menanggapi materi diskusi. Guru bersama siswa menyimpulkan

materi pembelajaran. Pada tahapan akhir pembelajaran guru mengadakan evaluasi sesuai

dengan materi pembelajaran yang telah dipelajari.

Tanggapan lembar observasi tim observer pada proses pelaksanaan pembelajaran adalah

sebagai berikut:

1. Resti Herawati, S.Pd

Mengamati kelompok I(Merkurius) Tari; dalam diskusi kelompok komunikasi antar

teman kurang, sedang 3 temannya yang lain cukup baik

2. Oktarita Silitonga.S.Pd

Mengamati kelompok II(Saturnus). Anggie; diskusi kelompok dalam menjawab

pertanyaan cepat dan menceritakan hasilnya ke teman lainnya. Sonia; dalam diskusi

kelompok masih pasif belum berkolaborasi dengan teman, setelah temannya Anggie

menerangkan baru dia mengerti.Vania; dalam diskusi kelompok masih banyak bertanya-

tanya pada teman lainnya. Alfadil; masih mengutamakan diri sendiri belum

bersosialisasi.

3. Yuliani, S.Pd

Mengamati kelompok III(Venus). Rizal zaim; dalam diskusi kelompok masih banyak

bertanya-tanya kepada yang lain. Beby delwizar; dalam diskusi kelompok komunikasi

antar teman sangat baik. Neysika; dalam diskusi kelompok masih mengerjakan secara

sendiri belum mampu berkolaborasi dengan teman lainnya. Rifki Altaf; dalam diskusi

kelompok sudah dapat berkolaborasi dengan temannya.

35
4. Mariana Ade Cahaya, M.Pd

Mengamati kelompok IV(Mars). Rayya ;masih malu-malu untuk menyampaikan

pendapat di dalam kelompok. Fauzan; bersemangat membaca buku paket untuk

menjawab pe rtanyaan yang ada pada LKS, . Ilham jayadi; sudah mau mengajukan

pendapat dan menjawab pertanyaan temannya. Rachmat Wahyuda; aktif memberikan

pendapat, dan sangat antusias dalam berdiskusi.

5. Irwandi, Dr.M.Pd

Mengamati kelompok V(Yupiter). M.Aqila wafi; aktif membaca buku paket, mampu

berdiskusi dengan temannya, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKS,

Naura; aktif berdiskusi. ; Ilham Prayoga masih bingung dalam kelompok, belum aktif.

Naura; membaca buku rferensi, menuliskan jawaban pertanyaan LKS.

Tahap Refleksi (see)

a. Hari/Tanggal : Kamis, 06 Juni 2019

b. Waktu : 11.00-12.00

c. Tempat : Ruang LAB IPA SMPN 18 Bengkulu

Hasil diskusi refleksi pada tahap open lesson ke-3 ini adalah sebagai berikut :

1. Guru model (Sri Desiana, S.Pd )

Siswa sudah lebih berani dalam belajar, lebih luwes, dan tidak kaku lagi. Diskusi

kelompok sudah aktif. Diskusi kelas tidak terlalu banyak lagi, karena jawaban

pertanyaan yang ada pada LKS sudah banyak dijawab benar oleh siswa. Siswa

(Anggie) mampu memberikan pertanyaan kepada temannya, setelah dilempar

pertanyaan tidak ada temannya yang mampu menjawab, maka ia sendiri untuk

menjelaskanya.

2. Kartikawati, S.Pd

36
Kerjasama anggota kelompok sudah cukup baik, diskusi kelas tanggapan dari peserta

lain masih kurang.

3. Yuliarni, S.Pd

Diskusi kelompok sudah baik, tapi masih ada juga yang ragu-ragu menjawab

pertanyaan yang ada pada LKS.

4. Pelaksanaan Lesson Study pada : Open Lesson IV

Tahap Perencanaan (plan)

a. Hari/Tanggal : Selasa, 11 Juni 2019

b. Waktu : 14.00-15.00 WIB

c. Tempat : Ruang Lab. IPA SMP SMPN 18 Bengkulu

Guru model menyampaikan rencana materi yang akan disampaikan pada pertemuan ke-4,

yaitu tentang kerusakan hutan, serta skenario yang akan dilaksanakan. Guru model

menyampaikan bahwa pembelajaran akan dilaksanakan dalam bentuk diskusi kelompok,

setiap kelompok diminta untuk mengerjakan LKS seperti pada pertemuan terdahulu.

Setelah guru model menyampaikan rencana pembelajaran, Tim guru memberikan saran

perbaikan, sebagai berikut:

 Pertanyaan-pertanyaan pada LKS diperbaiki..

 Pertanyaan dibuat lebih simple lagi

 Media gambar dalam bentuk power point Tekanan pada benda padat lebih

disempurnakan lagi

 Tayangan Video film singkat bisa di persingkat waktunya ,sehingga anak tidak

hanya fokus menonton film dan lebih fokus kepada kegiatan pratikum selanjutnya

Tahap Pelaksanaan (do)

a. Hari/Tanggal : Kamis , 14 Juni 2019

37
b. Waktu : 7.30-10.00 WIB

c. Tempat : Ruang VIII.1 SMPN 18 Bengkulu

d. Jumlah siswa : 25 orang

Guru model mengawali proses pembelajaran dengan menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai dan prosedur pembelajaran. Memotivasi siswa dengan

menayangkan Video tentang tekanan pada udara sebagai kegiatan apersepsi. Setelah itu

selesai, siswa diminta untuk bekerja dalam kelompok yang telah ditetapkan dengan

mengerjakan LKS masing-masing. Siswa melakukan kegiatan diskusi, guru model

mengamati proses diskusi setiap kelompok, dan memberikan bimbingan jika ada

kelompok yang mengalami kesulitan. Setelah siswa menyelesaikan LKS, guru model

meminta salah satu atau beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya .

Kemudian guru model dan siswa membahas hasil diskusi tsb. Guru model memberi

kesempatan bertanya, menanggapi materi diskusi. Guru bersama siswa menyimpulkan

materi pembelajaran. Pada tahapan akhir pembelajaran guru mengadakan evaluasi sesuai

dengan materi pembelajaran yang telah dipelajari.

Tanggapan lembar observasi tim observer pada proses pelaksanaan pembelajaran adalah

sebagai berikut:

1. Resti Herawati, S.Pd

Mengamati kelompok IV.(Mars) Ilham I; dalam kelompok kurang aktif, mungkin

karena ada rasa malu dengan teman lainnya. Fauzan,Rahmad wahyuda, Rayya, ; aktif

dalam kegiatan diskusi kelompok dan kelas.

2. Dra. Robiah

Mengamati kelompok VI(Bumi). Cariena;aktif dalam kelompok tapi masih belum bisa

mempertahankan jawabannya. Dimas; aktif sudah bisa memberikan argumentasinya.

Salsabila; aktif tapi masih ada rasa malu-malu. Rizki Widia; bekerja lebih aktif (cepat)

38
tapi masih belum dapat menanggapi pendapat temannya. Pada saat menjawab ada

jawaban yang salah diberikannya.

3. Yuliani, S.Pd

Mengamati kelompok II.(Saturnus) , Alfadhil sudah aktif dalam berdiskusi kelompok

dan kelas. Anggie; sangat aktif dalam berdiskusi kelompok. Sonia; sudah aktif dalam

kelompok. Vania;juga sudah aktif. Kelompok ini seluruh anggotanya sudah aktif

dalam kegiatan diskusi kelompok maupun kelas.

4. Irwandi

Mengamati kelompok III(Venus).Beby; aktif dalam berdiskusi.Rifki Altaf; aktif

membaca buku referensi.Rizal Zaim; aktif membaca dan menulis jawaban LKS

.Neysika; aktif membaca referensi.

Tahap Refleksi (see)

Hari/Tanggal : Kamis , 14 Juni 2019

Waktu : 11.00-12.00

Tempat : Ruang LAB IPA SMPN 18 Bengkulu

Hasil diskusi refleksi pada tahap open lesson ke-4 ini adalah sebagai berikut :

1. Guru model (Dra. Robiah )

Siswa sudah terbiasa, dan lancar dalam berdiskusi kelompok dan kelas. Waktu yang

dibutuhkan sudah terkoordinasi dengan baik. Kendala yang ditemui sudah mulai

berkurang.

2. Oktarita Silitonga, S.Pd

Sudah ada kelihatan diskusi dalam kelompok, dibandingkan pertemuan sebelumnya.

3. Resti Herawati, S.Pd

Siswa yang laki-laki agak lebih malu-malu dibandingkan dengan yang perempuan.

39
4.2 PEMBAHASAN

Penerapan kegiatan lesson study pada pembelajaran Fisika di SMPN 18 Kota

Bengkulu dapat meningkatkan aktivitas Komuniksi dan Kolaborasi hasil belajar siswa,

peningkatan ini dapat dilihat pada proses pembelajaran berlangsung siswa lebih aktif dalam

setiap open lessonnya serta dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada

LKS.Aktivitas belajar siswa mulai dari open lesson 1, sampai open lesson 4 terjadi

peningkatan aktivitas belajar siswa, misalnya tanggapan dari peserta waktu diskusi

berlangsung pada open lesson pertama belum kelihatan, pada open leson kedua kegiatan

diskusi kelas sudah aktif dan memberikan respon positip terhadap hasil kelompok lain, pada

open lesson ketiga aktivitas belajar siswa semakin meningkat, serta diskusi kelompok

semakin aktif.Open lesson keempat siswa sudah berani dalam memberikan

sanggahan/tanggapan mengenai isu yang dipresentasikan kelompok lain.

Siswa sudah terbiasa dalam belajar kelompok baik dalam memberikan

informasi maupun memberikan tanggapan pada saat diskusi kelas. Lesson study

mampu meningkatkan komunikasi dan kerjasama dari siswa dalam belajar. Menurut

Masaaki (2012) lesson study mampu meningkatkan dialog dan kolaborasi dalam

pembelajaran. Lesson study juga dalam pembelajaran dapat memberikan perhatian

kepada berpikir untuk menyelesaikan masalah, kolaborasi dengan pihak lain,

menerapkan kegiatan ungkapan dan berbagi (expression and sharing). Selain itu,

Hamalik (2010), juga menyatakan bahwa pembelajaran yang menyediakan

kesempatan belajar sendiri bagi siswa, berkerja melalui aktivitas mereka memproleh

pengetahuan pemahaman dan aspek-aspek tingkah laku lainnya. Apabila aktivitas

belajar lebih diutamakan dalam pembelajaran, sehingga kegiatan belajar siswa

menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih memadai. Lesson

Study selalu memfokuskan pada bagaimana membuat siswa belajar. Lesson Study

40
memfokuskan pada peningkatan yang bisa langsung dimanfaatkan dalam konteks

yang ada. Setiap kegiatan pembelajaran merupakan satu unit yang harusdianalisis

dan ditingkatkan sehingga perbaikan yang dimaksud bisa langsung

diterapkan.Lesson Study merupakan sebuah kolaborasi. Dengan melakukan

kolaborasi para guru bisa saling langsung bertukar pikiran dan saling memberi

masukan untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Lesson study yang sangat menekankan kerjasama kelompok, baik kelompok

kecil maupun kelompok kelas, membuat siswa saling mendengarkan pendapat

teman lainnya, sehingga siswa lebih memahami materi pelajaran tersebut. Siswa

bertanya, mendengarkan, menerima pendapat orang lain, yang dilakukan saat

diskusi akan dapat mengembangkan pemahaman kognitif semakin lebih baik.

Dengan seringnya siswa dalam melakukan kegiatan diskusi dalam kelompok akan

menumbuhkan kemandirian dalam belajar. Menurut Johson (2009) bahwa kerja

sama dalam kelompok dapat menghilangkan hambatan mental akibat terbatasnya

pengalaman. Kolaborasi dan dialog yang terjadi dalam kelompok akan dapat

menghilangkan kekurangan yang ada pada siswa, seperti takut-takut mengeluarkan

pendapatnya. Menurut (Manabu Sato, 2014) lesson study yang menekankan

pembelajaran kolaboratif mampu meningkatkan kemampuan akademik rendah

siswa, dan juga menjamin siswa yang kemampuan akademik tinggi lebih baik lagi.

Apriani (tanpa tahun) yang melaksanakan pembelajaran berbasis lesson study

mengatakan bahwa dari awal pembelajaran siswa dapat memahami materi dengan

baik, terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik.

41
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan penerapan Lesson Study pada Mata
pelajaran Fisika di SMPN 18 Kota Bengkulu adalah sebagai berikut :Terjadinya peningkatan
aktivitas Komunikasi dan Kolaborasi hasil belajar siswa dalam pembelajaran Fisika di
SMPN 18 Bengkulu.
5.2 Saran
1. Guru menerapkan lesson study pada pemebelajaran materi Tekanan udara
2. Guru diharapkan dapat menerapkan lesson study pada materi yang berbeda sesuai KD.
3.

42
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi dan Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Dahar, R.W. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga.

Darsono M. 2001. Belajar dan Pembelajaran.Semarang : IKIP Semarang Press.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Fernandez C, Joana C, & Sonal C. 2003. A US–Japan Lesson Study Collaboration


Gardner B 2008. Menuju Guru yang Profesional Melalui Lesson Study. On line at :http://edu-
articles.com/menuju-guru-yang-profesional-melaui-lesson-study/ [diakses tanggal 13
Januari 2011].

Hanafiah dan Cucu. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama.

Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi
Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Lewis C. 2004. Does Lesson Study Have a Future in the United States?.On line at
:http://www.jsse.org/2004/2004-1/lesson-lewis.htm [diakses tanggal 13 Januari 2011].
Mahmudi A. 2009. Mengembangkan Kompetensi Guru Melalui Lesson Study.Forum
Kependidikan 28 (2) : 84-89.
Manabu Sato, 2014. Mereformasi Sekolah. Konsep dan Praktek Komunitas Belajar.
Bandung : Pelita
Rahayu, Sri. 2005. Lesson StudySebagai Model Pengembangan Profesi Guru dalam Upaya
Meningkatkan Pembelajarn MIPA. Makalah disampaikan dalam seminar dan
workshop Lesson Study di FMIPA UM, 21 Juni 2005
Reveals Critical Lensesfor Examining Practice.Teaching And Teacher Education 19 :
171-185.

Sagala, H.S. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : CV Alfabeta.

Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers.

Sardiman.AM. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja

Sato Masaaki, 2014. Dialog dan Kolaborasi di Sekolah Menengah Pertama Praktek Learning
Community. Bandung: Pelita

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka
Cipta.

Sukirman. 2006. Pengembangan Profesionalita Guru Melalui Lesson Study. Makalah


disampaikan pada Workshop Lesson Study Hibah Perluasan Lesson Study Tahun
Ketiga FMIPA Universitas Negeri Semarang. Universitas Negeri Semarang.
Semarang 22 Februari 2011.

Sumar Handayana, et al. 2006. Lesson study Pengalaman IMSTEP-JICA Bandung UPI Press

43
Sumar Handayana, Sukirman, Muchtar A Karim 2007.Studi Peran IMSTEP .dalam
Penguatan Program Pendidikan Guru MIPA di Indonesia. Educationist, 1 (1) 27-37

Susilo, Herawati. 2006. Lesson Study Sebagai Pilihan Sarana Peningkatan Keprofesionalan
Dosen Dan Guru, Makalah disajikan dalam Seminar Peningkatan Profesionalisme
Guru

Sutomo, dkk.1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta. UNY Press.

Syamra, Danins., Karina, Karin., Harahap, Fisianty. Tanpa Tahun. Isnpirasi Mengajar
Pembelajar Sejati. Cerita Para Guru Sekolah Gagas Ceria. Bandung: Gagas
Kinarya

Usman MU. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Yamin, M. 2012. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta : Referensi (GP Press
Group).

44

Anda mungkin juga menyukai