Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN HASIL ANALISIS PERBANDINGAN CERITA LISAN SINGO

PRONO MENIKAH DENGAN PUTRI BABI HUTAN (JAWA TENGAH) DAN


CERITA LISAN MIMPI AKINOSUKE (JEPANG)

SASTRA DAERAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Sastra Bandingan


Pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Disusun oleh:
Hariyanto NIM F1012151006

Dosen Pengampu:
Drs. Parlindungan Nadeak, M.Pd.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVESITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018
Analisis Perbandingan Cerita Lisan Singo Prono Menikah Dengan Putri Babi
Hutan (Jawa Tengah) dan Cerita Lisan Mimpi Akinosuke (Jepang)

1. Genre dan bentuk


a. Genre

Genre cerita lisan Singo Prono Menikah dengan Putri Babi Hutan dan cerita
lisan Mimpi Akinosuke adalah Folklor Lisan, karena kedua cerita tersebut
tumbuh dan berkembang secara lisan. Karena penyebarannya secara lisan,
terdapat berbagai versi cerita dari tiap-tiap daerah.

b. Bentuk

Bentuk cerita lisan Singo Prono Menikah dengan Putri Babi Hutan adalah
bentuk legenda. Karena cerita tersebut berhubungan dengan suatu tempat dan
diyakini masyarakat benar-benar terjadi. Hal ini juga terdapat pada data berikut.

“Peninggalannya setelah wafat berupa sebuah masjid di Desa Walen,


Kecamatan Simo. Masjid itu sampai kini masih terawatt dengan baik.
Sedangkan makannnya sampai kini masih tetap diziarahi penduduk
setempat”.

Bentuk cerita lisan Mimpi Akinosuke adalah bentuk dongeng. Karena cerita
tersebut tidak mejadi landasan sebuah tempat. Cerita tersebut juga terbatas pada
waktu, karena sarang semut yang ditemukan pada cerita tersebut tidak ada lagi
pada zaman sekarang.

2. Periode dan aliran


a. Periode

Periode cerita lisan Singo Prono Menikah dengan Putri Babi Hutan adalah
periode Agama Hindu sebelum masuknya agama Islam. Alasannya adalah
karena cerita tersebut terdapat babi yang dalam agama islam tidak
diperbolehkan untuk menyentuh, mencium, apalagi menikahi babi. Hal ini
terungkap dari data berikut.
“Dengan rasa berat hati dan jijik ia mencium istri dan ketiga anaknya
montok-montok”.

Kemudian periode ketika islam sudah masuk juga terdapat pada cerita ini. Hal
tersebut telrihat pada data berikut.

“Untuk menebus dosanya ia kemudian menjadi seorang mubalig yang


tekun dan saleh. Peninggalannya setelah wafat berupa sebuah masjid…”.

Seperti yang diketahui bahwa masjid merupakan tempat ibadah bagi penganut
ajaran agama Islam.

b. Aliran

Cerita lisan Singo Prono Menikah dengan Putri Babi Hutan beraliran
simbolisme karena di dalam cerita memuat tokoh hewan. Kemudian cerita
tersebut menumbuhkan rasa kemanusiaan terhadap sesama makhluk. Hal ini
terdapat pada data berikut.

“Sekembalinya ke desanya, Lurah Singo Prono membuat peraturan yang


melarang orang desa membunuh babi hutan”.

Cerita lisan Mimpi Akinosuke juga beraliran simbolisme karena di dalam


cerita terdapat tokoh hewan dan pengalaman manusia yang masuk ke dalam
dunia lain, yaitu dunia hewan. Hal ini terdapat pada data berikut.

“Semut-semut itu adalah makhluk aneh ‒ mungkin mereka makhluk gaib ‒


dan selain itu di dekat pohon besar itu ada sarang mereka”.

3. Motif:
a. Insiden

Cerita lisan Singo Prono Menikah dengan Putri Babi Hutan dan Mimpi
Akinosuke keduanya memiliki insiden yang sama yaitu bertemu atau bahkan
masuk ke dalam dunia lain. Singo Prono masuk ke dunia babi hutan dan
menjalani kehidupan di sana sampai merasa ‘terbangun’ ke dunianya dan
memiliki anak. Sedangkan Akinosuke mengalami mimpi yang seperti nyata
masuk ke dalam dunia semut. Dia menjalani kehidupan di dunia semut sampai
istrinya meninggal dan dia dikembalikan ke dunianya.

b. Perwatakan
c. Latar
d. Alur
e. Tema
4. Pengaruh
5. Persamaan dan perbedaan

Anda mungkin juga menyukai