Anda di halaman 1dari 5

TEKS ULASAN FILM HUJAN BULAN JUNI

LAPORAN TUGAS

DOSEN PENGAMPU: KHAIRULLAH, M.PD.

DISUSUN OLEH:

NAMA : LOUIS PUTRA JAYA

NIM : H1091221031

PROGRAM STUDI STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

KOTA PONTIANAK

2022
1. Identitas Film

Judul: Hujan Bulan Juni


Didasarkan dari: Novel "Hujan Bulan Juni" oleh Sapardi Djoko Damono
Genre: Drama, Romantis
Sutradara: Hestu Saputra
Produser: Chand Parwez Servia, Avesina Soebli, Tina Talisa
Penulis: Titien Wattimena
Pemain: Adipati Dolken (Sarwono), Velove Vexia (Pingkan), Baim Wong (Benny), Koutaro
Kakimoto (Katsuo).
Perusahaan Produksi: Sinema Imaji
Distributor: Starvision Plus
Tanggal Rilis: 2 November 2017
Durasi: 96 menit

2. Orientasi

Hujan Bulan Juni adalah film yang dibuat berdasarkan novel Hujan Bulan Juni yang ditulis
oleh Sapardi Djoko Damono. Film yang bergenre Drama Romansa ini disutradarai Hetsu
Saputra dan diproduksi oleh Sinema Imaji. Penayangan film ini dilaksanakan secara serentak
di seluruh layar lebar Indonesia pada tanggal 2 November 2017. Tokoh-tokoh utama dalam
film ini diperankan oleh Adipati Dolken (Sarwono), Velove Vexia (Pingkan), Baim Wong
(Benny), dan Koutaro Kakimoto (Katsuo). Melalui film ini, penonton akan diajak mengikuti
kisah suka dan duka antara Pingkan dan Sarwono.

3. Sinopsis

Film dengan judul “Hujan Bulan Juni” ini bercerita tentang seorang wanita bernama Pingkan
yang berdarah Manado-Jawa, dan seorang pria bernama Sarwono yang berdarah asli Jawa,
mereka berdua menikmati hubungan tanpa status yang sedang dijalani. Dikarenakan Pingkan
akan melakukan studi di Jepang selama 2 tahun, Sarwono merasa senang mendengar kabar
tersebut tetapi masalahnya Pingkan juga akan ditemani oleh tokoh bernama Katsuo, ia adalah
mahasiswa yang berasal dari Jepang dan sedang berkuliah di kampus yang sama dengan
kampus tempat Pingkan mengajar sebagai asisten dosen. Katsuo juga perhatian dan
menyimpan “rasa” terhadap Pingkan, oleh karena itu Sarwono merasa cemburu dan khawatir
kepada Pingkan, baik tentang studi yang akan ia jalani selama di Jepang, dan tentang pria
bernama Katsuo ini. Apa yang akan terjadi pada hubungan mereka selanjutnya?

4. Penjabaran Jalan Cerita

Dikarenakan Pingkan berprofesi sebagai asisten dosen di prodi Sastra Jepang, ia mendapat
kesempatan untuk belajar di Jepang selama 2 tahun. Beberapa hari sebelum kepergian
Pingkan ke Jepang, dikarenakan Sarwono juga berprofesi sebagai dosen di prodi Antropologi
yang di mana sama dengan kampus tempat Pingkan mengajar, ia mendapat tugas studi
banding dari Kaprodi di salah satu Universitas di Manado. Sarwono memanfaatkan
kesempatan ini untuk meminta Pingkan ikut bersamanya dengan dalih sebagai tour guide
selama ia di Manado. Di kota itu pula, Pingkan juga sekalian menyempatkan diri dan
mengunjungi keluarga besar almarhum ayahnya yang berada di Manado, kemudian ketika
sudah sampai di rumah keluarga besar itu ia mengenalkan Sarwono kepada mereka, dan ia
juga bertemu dengan sepupunya yang bernama Benny.

Di acara rumah keluarga besar Pingkan untuk menyambut kedatangannya, Sarwono merasa
tidak nyaman, gugup dan canggung karena perlakuan dari keluarga besar Pingkan termasuk
Benny yang seolah-olah menganggap dirinya tidak ada, dan meremehkan dirinya hanya
karena ia berdarah asli Jawa. Dalam obrolan di meja makan, Pingkan ditanyai berbagai
macam hal oleh keluarga besarnya tentang asmara, perjodohan, pernikahan, dan keseriusan
hubungannya dengan Sarwono. Tantenya mempermasalahkan Sarwono yang berbeda agama
dan suku dengan Pingkan, Tante dan Pamannya juga tidak setuju dengan hubungan mereka
berdua karena dianggap tidak menjaga darah asli orang Manado dan adat istiadat/budaya
orang Manado. Tantenya menyarankan Pingkan untuk memilih Benny (sepupunya) sebagai
pendamping hidupnya, namun Pingkan menolak dan menganggap obrolan itu sebagai
candaan belaka. Pingkan menyadari bahwa hubungannya dengan Sarwono belum serius, dan
terpisah oleh “jurang” sosial yang sangat besar, serta rasa cinta mereka berdua akan diuji
ketika Pingkan sudah berangkat dan menetap di Jepang selama 2 tahun.

Keesokan harinya, Sarwono dan Pingkan pergi ke tempat pertama yang dituju untuk
melaksanakan tugas studi banding yang diberikan oleh Kaprodi, ketika Sarwono sedang
mempresentasikan materi terdapat distraksi dari dosen pria genit yang mengganggu Pingkan,
sehingga agak memecah konsentrasi Sarwono. Setelah presentasi selesai, mereka
berjalan-jalan dan menikmati keindahan dari taman kota serta patung Yesus Kristus yang ada
di Manado. Lalu ketika ingin memulai perjalanan jauh menggunakan mobil untuk pergi ke
Universitas yang dituju, tiba-tiba sepupu Pingkan yaitu Benny datang menggunakan taksi, ia
ingin ikut serta dalam perjalanan mereka ke Universitas tersebut. Selama perjalanan baik di
dalam mobil dan ketika beristirahat serta ketika sudah sampai ke tujuan atau di manapun
mereka bertemu atau berbicara 4 mata, Benny selalu ingin lebih unggul dari Sarwono, dan ia
juga membicarakan keburukan Sarwono menggunakan bahasa daerah Manado dengan
Pingkan, serta berdebat dengan Sarwono tentang berbagai hal. Lalu, mereka melaksanakan
tugas utamanya di Universitas yang dituju seperti presentasi, diskusi, dan rapat. Ketika
mereka berdua melaksanakan tugasnya, Benny memutuskan untuk berpisah dengan mereka
dan menginap di rumah temannya. Setelah menyelesaikan tugasnya, mereka berdua
memutuskan untuk melanjutkan perjalanan untuk mengelilingi keindahan alam kota Manado.
Dalam perjalanan, Pingkan menikmati keindahan alam Manado, dan setiap kali sampai ke
suatu lokasi yang indah mereka berhenti sejenak dan menikmati keindahan alam tersebut serta
berbicara satu sama lain. Uniknya, Sarwono selalu mengucapkan puisi yang indah dan
bermakna kepada Pingkan dalam perjalanan mereka mengelilingi Manado. Pingkan merasa
senang dan semakin tertarik kepada Sarwono setiap kali ia mengucapkan puisi yang telah ia
susun. Sarwono selalu menjadikan Pingkan inspirasi dalam menyusun puisi-puisinya,
sehingga puisinya mengarah pada makna romantis. Tempat yang mereka kunjungi mulai dari
hutan, sungai, pantai, hingga tempat bersejarah di Manado. Ketika sudah kembali dari
perjalanan, mereka kembali lagi ke rumah keluarga besar Pingkan, Tante dan Pamannya
membahas lagi isu pernikahan dengan Pingkan dan meyakinkan Pingkan untuk memilih
Benny sebagai pendamping hidup, namun Pingkan menolak dan sudah semakin yakin dengan
pilihannya, yaitu Sarwono. Setelah kembali dari perjalanan itu, ia semakin tertarik, dekat, dan
paham dengan kepribadian Sarwono yang unik.
Hari demi hari berlalu, mereka sudah kembali dari Manado dan menjalani kehidupan
sehari-hari mereka sebagai tenaga pengajar serta bertemu ketika ada waktu luang. Hingga hari
keberangkatan Pingkan ke Jepang pun tiba, perpisahan yang dikhawatirkan oleh mereka
berdua pun tiba, Sarwono dan Pingkan pun berpelukan di bandara sebagai tanda perpisahan
mereka. Lalu, Pingkan pun berangkat dan sampai ke Jepang, menjalani kehidupan di sana
tanpa sosok Sarwono, ia merasa rindu kepadanya ketika berada di Jepang, begitupun dengan
Sarwono yang rindu kepada Pingkan, terkadang mereka melakukan video call atau mengirim
pesan satu sama lain tentang keadaan mereka. Di hari-hari Pingkan selama di Jepang ia
menikmati segala hal yang ada di sana, seperti pohon sakuranya yang indah, tata letak kota,
arsitektur bangunan, dan sebagainya. Lalu, mahasiswa yang bernama Katsuo juga menemani
kehidupan sehari-harinya ketika berada di Jepang, Katsuo yang telah menyimpan “rasa”
kepadanya lalu mencoba menyatakannya, sayangnya Pingkan tidak mempunyai perasaan
kepada Katsuo, dan menolak hubungan berlanjut ke arah yang lebih serius. Pingkan hanya
ingin Katsuo menjadi teman dan pemandunya selama berada di Jepang, rasa rindu dan cinta
Pingkan terhadap Sarwono masih belum pudar selama 2 tahun.

Sarwono yang selalu kepikiran tentang Pingkan membuat kehidupan sehari-harinya


terganggu, dan membuat ia jatuh sakit, serta ia belum mengabari kondisi kesehatannya kepada
Pingkan karena tidak mau membuat dia khawatir. Hari kepulangan Pingkan ke Indonesia pun
tiba, ia tidak mengabari kepulangannya kepada Sarwono karena berniat ingin membuat
sebuah kejutan kepadanya. Setelah menunggu beberapa saat di kampus tempat mereka berdua
mengajar, Pingkan menerima sebuah panggilan telepon tentang kondisi kesehatan Sarwono
yang memburuk dari seorang ibu-ibu yang mengenal keluarga Sarwono. Lalu, Pingkan pun
bergegas ke rumah sakit tempat Sarwono dirawat, setelah sampai di sana ia bertemu dengan
orang tua dari Sarwono, dan mengetahui kondisi kritis Sarwono saat ini, kemudian Ayah
Sarwono memberikan suatu koran yang berisikan kumpulan-kumpulan puisi yang telah
Sarwono susun selama ini untuknya. Ia membaca isi dari koran tersebut dan terharu dengan
makna dibalik puisi tersebut. Setelah membaca semua isinya, ia pergi ke dalam ruangan
tempat Sarwono dirawat dan menemani detik-detik terakhir kehidupan Sarwono hingga
Sarwono akhirnya meninggal dalam tidurnya.

Waktu telah berlalu cukup lama setelah kematian Sarwono dan Pingkan telah kembali ke
Jepang, ia menunjukkan buku berjudul “Hujan Bulan Juni” kepada temannya yang bernama
Katsuo. Buku itu berisikan puisi-puisi yang telah Sarwono susun selama hidupnya dan
ditujukan kepadanya. Pingkan membantu perilisan buku tersebut sebagai tanda cinta dan
terima kasihnya terhadap Sarwono yang telah berusaha keras dan memberikan kenangan
indah di kehidupannya. Katsuo menilai bahwa buku itu indah dan bermakna serta tertarik
untuk membacanya, hanya saja kelas perkuliahan akan segera dimulai sehingga ia belum
sempat membacanya sekarang, setelah Katsuo pergi Pingkan masih duduk di kursi taman
sambil mengingat memori yang indah bersama dengan Sarwono semasa hidupnya.

5. Penilaian

Kelebihan dari film ini yaitu sinematografinya yang baik dan indah, penggunaan kalimatnya
yang jelas, gaul dan mudah dimengerti, menampilkan keindahan alam Indonesia, adanya
penggunaan bahasa daerah dan juga diartikan ke Bahasa Indonesia, akting dari pemerannya
yang serius dan sangat menghayati, latar musik yang sesuai dengan keadaan/ kondisi adegan,
adanya improvisasi skrip dari novel ke film yang tepat, cocok, dan unik dengan dunia
perfilman.

Kekurangan dari film ini yaitu akhir yang tidak jelas dan terkesan menggantung, dikarenakan
setelah adegan meninggalnya Sarwono, tiba-tiba saja terjadi timeskip yang cukup lama dan
tidak dijelaskan nasib tokoh- tokoh yang lain di akhir cerita, hanya Pingkan dan Katsuo yang
tersorot di akhir film dan mereka sedang membahas suatu buku berjudul Hujan Bulan Juni.
Serta tidak dijelaskan penyebab dari Sarwono meninggal atau penyakit apa yang diderita
Sarwono, karena tiba-tiba saja sehabis adegan Sarwono hujan-hujanan dan Pingkan pulang ke
Indonesia ia sudah di rumah sakit dan dalam keadaan koma serta memakai alat bantu
pernapasan.

Secara keseluruhan, film ini sudah baik dari segi sinematografi, ide cerita, akting, penokohan,
visual, audio, dan suasana. Film ini mampu membawa emosi penonton tergoncang-gancing
khususnya yang menyukai film drama romansa, ada juga adegan komedi yang membuat
penonton bisa tertawa dan adegan lainnya yang akan membuat penonton merasa kesal dan
marah.

Anda mungkin juga menyukai