Anda di halaman 1dari 3

Nama : Wina Respiana (032118107)

Kelas : 4B

Membandingkan sastra : Uda dan Dara dan Sonezaki Shinju menyinggung sedikit
cerita Si Bongkok dari Seoul

Cerita Uda dan Dara dengan cerita Sonezaki Shinju memiliki berbagai
kesamaan. Kedua cerita ini memperlihatkan tema yang sama, yaitu kasih yang tak
sampai. Konflik yang dialami dalam kisah Uda dan Dara dengan Sonezaki Shinju
yaitu kisah cinta yang mereka rajut tidak berakhir dengan kebahagiaan abadi dalam
sebuah kehidupan melainkan berakhir dengan kematian. Dalam cerita Sonezaki
Shinju hubungan Tokubei dan Ohatsu tidak sampai ke pelaminan. Paman Tokubei
menjodohkannya dengan kemenakan istrinya. Tokubei menolak karena sudah
menjadi kekasih Ohatsu. Penolakan ini membuat paman Tokubei marah dan
mengusirnya dari Osaka. Paman Tokubei menuntut agar uang yang sudah dia beri
sebanyak satu setengah juta kepada ibu tiri Tokubei dikembalikan kepadanya.

Dengan berbagai cara, Tokubei berhasil mendapatkan uang tersebut. Tetapi


sebelum diserahkan kepada pamannya, Kuheiji, sahabat Tokubei, meminjamnya
dan berjanji akan mengembalikan uang Tokubei sebelum perjanjian yang sudah
ditetapkan pamannya. Namun pada hari yang sudah dijanjikan Kueheiji tidak
kunjung membayar. ketika Tokubei bertemu dengan Kueheiji, Kueheji malah
memfitnah Tokubei dengan alasan dia telah menipunya. Tokubei dianiyaya oleh
Kueheji beserta teman-temanya. Tokubei menyampaikan kejadian tersebut kepada
Ohatsu. Ohatsu menyadari bahwa perkawinannya dengan Tokubei akan mengalami
kegagalan. Tokubei dan Ohatsu memutuskan untuk mengakhiri hidup mereka
bersama. Tokubei dan Ohatsu pergi ke hutan Sonezaki. disanalah mereka
mengakhiri hidup mereka. Kematian mereka, kini menjadi lambang keabadian cinta
sejati.

Hal serupa juga dirasakan oleh Uda dan Dara perbedaan status sosial yang
membuat cinta Uda dan Dara tidak bisa bersatu, Uda bekerja hanya sebatas bertani
membantu ibunya. Sedangkan dara berasal dari keluarga kaya raya. Uda tidak
pantang menyerah untuk memperjuangkan cintanya kepada Dara, Uda akhirnya
mengutuslah Mak Long dan Kak Saodah untuk menyampaikan ingin meminang
Dara. Namun Ibunda Dara tidak menyutujui jika anaknya disandingkan dengan
orang yang tidak sederajat. Kabar buruk itu membuat Uda terus merenung, hingga
dia memutuskan untuk pergi ke kota mencari emas dan ringgit. Uda hidup dalam
kesengsaraan. Tak kuat ia menahan rasa sakit yang dideritanya. Uda memutuskan
kembali ke kampung. Badan kurus kerontang membuat Ibu Uda sedih. Uda jatuh
sakit dan berujung kematian. Keluarga Dara memutuskan untuk menjodohkan Dara
dengan pemuda kaya, tetapi karena kesedihan Dara yang sangat mendalam, Dara
jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia menjemput Uda.

Kisah cinta Uda dan Dara dengan Sonezaki Shinju melibatkan adanya
tindakan perjodohan yang membuat mereka merasa sengsara. Dalam cerita Uda
dan Dara dengan Sonezaki Shinju menggambarkan karakter tokoh yang pantang
menyerah, Uda yang berusaha mencari kerja sekuat tenaga agar bisa menikahi
Dara, dan dara yang setia menanti Uda sampai akhirnya Uda sakit dan dara
menyusul kepergian Uda karena kesedihan yang mendalam dan tidak ingin
dijodohkan. Sama halnya dengan kisah cinta Tokubei dan Ohatsu dalam cerita
Sonezaki Shinju. Mereka bersepakat mengakhiri hidup mereka di dunia, agar
mereka bisa melaksanakan pernikahannya di akhirat. Tokubei dan Ohatsu pergi ke
hutan Sonezaki. Di sanalah mereka mengakhiri hidupnya. Kematia mereka, kini
menjadi lambang keabadian cinta sejati.

Selain persamaan yang terdapat dalam cerita Uda dan Dara dengan
Sonezaki Shinju, terdapat pula perbedaan antara keduanya. Uda dan Dara
berlatarkan budaya Melayu, tradisi menghormati guru, cara melamar dan menjawab
lamaran. Dalam cerita juga terdapat banyak menggunakan peribahasa, seperti
peribahasa ibarat pinang di belah dua yang artinya dua orang yang sangat mirip satu
sama lain. Di cerita ini juga di ceritakan bahwa anak-anak muda sedang belajar ilmu
silat. Hal ini sangat kental dengan kebudayaan melayu. Sedangkan Sonezaki Shinju
berlatarkan budaya jepang. Geisha adalah seniman penghibur tradisional jepang. Di
cerita ini juga di ceritakan bagaimana kebiasaan orang-orang di sana yang sering
mabok atau minum sake, pergi ke kuil dan mempercayai shinju. Hal itu sangat
berkaitan dengan budaya dan tradisi orang jepang.
Apa yang dilakukan Tokubei dan Ohatsu tidak dibenarkan jika tindakan yang
sama dilakukan oleh Uda dan Dara. Perbedaan budaya mempengaruhi isi sebuah
cerita. Kematian Uda dan Dara melalui proses sakit merupakan pilihan yang dapat
diterima oleh masyarakat Melayu dan kepercayaan agama Islam. Dengan begitu
kisah cinta Uda dan Dara tetap bisa menjadi simbol cinta sejati bagi masyarakat
Melayu. Uda dan Dara adalah simbol korban dari perbedaan status sosial. Apa yang
dilakukan Tokubei dan Ohatsu dapat diterima oleh budaya Jepang dan menjadikan
mereka sebagai lambang keabadian cinta sejati. Karena budaya Jepang
mempercayai jika tidak bisa menikah di dunia, mereka bisa menikah di akhirat
seperti apa yang dilakukan oleh Tokubei dan Ohatsu.

Latar budaya cerita Sonezaki Shinju sama dengan cerita Si Bongkok dari
Seoul, cerita sonezaki Shinju menceritakan bagaimana geisha yang harus
menemani dan menghibur orang-orang Jepang, sama halnya dengan perempuan
jalanan Ahyondong. Latar budaya yang terjadi di Korea dan Jepang tidak jauh
berbeda, mereka mabuk, dan menghabiskan waktu bersama perempuan penghibur.
Kisah cinta Tokubei dan seorang geisha yaitu Ohatsu berakhir dengan kematian dan
cinta abadi sedangkan dalam cerita Si Bongkok dari Seoul, si Bongkok hanya
merasakan cinta satu malam saja, kemudian si perempuan Ahyondong pergi
meninggalkannya setelah diberi rumah.

Anda mungkin juga menyukai